Anda di halaman 1dari 142

PEDOMAN MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN

OBAT DI UNIT FARMASI

LOGO RS X

RUMAH SAKIT X
JL. ....................................................
MEDAN INDONESIA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga Buku Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Unit Farmasi Rumah Sakit X ini
dapat tersusun.
Buku Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Unit Farmasi ini disusun dengan
tujuan untuk menjadi pedoman bagi Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan unsur yang
terkait di Rumah Sakit X dalam mendukung manajemen dan penggunaan obat di Rumah Sakit.
Sangat disadari bahwa Buku Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Unit Farmasi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, perbaikan akan dilakukan secara berkala untuk
mendukung visi Rumah Sakit X.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Buku
Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Unit Farmasi ini dapat tersusun.

Medan, Desember 2015


Kepala Unit Farmasi

Apt
TIM PENYUSUN

PEDOMAN MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT DI UNIT FARMASI


RUMAH SAKIT X

KETUA : dr. Spesialis


SEKRETARIS : Apt
ANGGOTA : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar .....................................................................................................


2. Tim Penyusun ........................................................................................................
3. Daftar Isi ...............................................................................................................
4. Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Unit Farmasi Rumah Sakit X
BABI. Pendahuluan........................................................................................................
BABII. Pengorganisasian Unit Farmasi........................................................................
BAB III. Standar Fasilitas .............................................................................................
BAB IV. Pelayanan Unit Farmasi .................................................................................
BAB V. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ...................................................................
BAB VI. Panduan Penulisan Resep ..............................................................................
BAB VII. High Alert Medication.....................................................................................
BAB VIII. Penanganan Bahan Sitostatika....................................................................
BAB IX. Keselamatan Pasien.........................................................................................
BAB X. Keselamatan Kerja ...........................................................................................
BAB XI. Penutup.............................................................................................................
RUMAH SAKIT X
Jl. ..............................................
MEDAN INDONESIA
____________________________________________________________________________

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / MPO / SK / DIR / xx / 2015
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT DI UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, maka
diperlukan penyelenggaraan manajemen dan penggunaan obat di Unit
Farmasi;
b. bahwa agar proses pelayanan manajemen dan penggunaan obat di
Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan kebijakan
tentang manajemen dan penggunaan obat yang dituangkan dalam
bentuk pedoman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a
dan b perlu ditetapkan Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di
Unit Farmasi Rumah Sakit X dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1045/Menkes/
Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes /Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1165A
/Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT DI UNIT
FARMASI RUMAH SAKIT X.
Kesatu : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
PEDOMAN MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT DI UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT X
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan simptomatik,


preventif, kuratif dan paliatif, terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat
mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi
kepada pasien. Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam koordinasi para staf rumah
sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap
seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe),
pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian
dan pemantauan terapi obat. Peran para praktisi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat
sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi
keselamatan pasien bersifat universal.

Catatan : Pemberian obat (medication) digambarkan sebagai peresepan obat; obat contoh;
obat herbal; vitamin; nutriceuticals; obat OTC; vaksin; atau bahan diagnostik dan kontras yang
digunakan atau diberikan kepada orang untuk mendiagnosis, untuk pengobatan, atau untuk
mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; pengobatan radioaktif; terapi pernapasan;
nutrisi parenteral; derivatif darah; dan larutan intravena (tanpa tambahan, dengan tambahan
elektrolit dan atau obat).

B. Tujuan
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
C. Ruang Lingkup
a. Organisasi dan manajemen
b. Seleksi dan pengadaan
c. Penyimpanan
d. Pemesanan dan pencatatan
e. Persiapan dan penyaluran (dispensing)
f. Pemberian (administration)
g. Pemantauan (monitoring)
D. Batasan operasional
a. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
c. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
d. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
e. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
f. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
g. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

h. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

i. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh


kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

j. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

k. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam


menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

E. Landasan Hukum
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Peraturan perundangan yang menjadi acuan
pelayanan kefarmasian di rumah sakit diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-UndangNomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
4. Undang-UndangNomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
5. Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144 / Menkes / Per / III / 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
BAB II
PENGORGANISASIAN UNIT FARMASI
A. Struktur Organisasi

RUMAH SAKIT X
Jl. ..............................................
MEDAN - INDONESIA
_______________________________________________________________

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2014
TENTANG
STRUKTUR ORGANISASI UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT X

DIREKTUR RUMAH SAKIT X

Menimbang : a.bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian harus memiliki


gambaran pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi, dan
tanggung jawab;
b.berdasarkan butir a maka dipandang perlu untuk membentuk Struktur
Organisasi Unit Farmasi di Rumah Sakit X dan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045
/Menkes / PER/ XI/ 2006 tertanggal 28 November 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit dilingkungan Departemen
Kesehatan;
4.Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
5.Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama
PT.Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan
Notaris Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan;
6.Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X.
7.Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
STRUKTUR ORGANISASI UNIT FARMASI RUMAH SAKIT X.
Kedua : Struktur Organisasi Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti terlampir.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juli 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
STRUKTUR ORGANISASI UNIT FARMASI
RUMAH SAKIT X
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx/ SK / DIR / xx / 2014
Tanggal : Juli 2014

Kepala Unit Farmasi

Administrasi

Pengelolaan Perbekalan Manajemen Mutu


Farmasi Pelayanan Farmasi
Klinik

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juli 2014
Direktur Rumah Sakit X

dr.
RUMAH SAKIT X
Jl. ..................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2014

TENTANG

PENGANGKATAN KEPALA UNIT FARMASI RUMAH SAKIT X


DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx,Apt mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan
profesional lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Mei
xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b dan c, maka dipandang perlu untuk
mengangkat Kepala Unit Farmasi Rumah Sakit X yang akan
menjalankan profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain purna
waktu (apoteker farmasi) dan ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN KEPALA UNIT FARMASI RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx,Apt sebagai Kepala Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas Kepala Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Januari 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2014
Tertanggal : Januari 2014

PENGANGKATAN KEPALA UNIT FARMASI


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Memeriksa keabsahan resep.
b. Melakukan klarifikasi permintaan obat.
c. Memastikan ketersediaan obat.
d. Menerapkan standar prosedur operasional penyiapan dan penyerahan obat.
e. Membangun kemandirian pasien terkait dengan kepatuhan penggunaan obat.
f. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik penyiapan pembuatan obat non steril
dan steril.
g. Melakukan pengemasan, label atau penandaan dan penyimpanan.
h. Mengelola Sumber Daya Manusia dengan optimal.
i. Penyelenggaraan praktik kefarmasian yang bermutu.

Uraian Tugas
1. Melakukan identifikasi keabsahan dan kelengkapan resep.
2. Melakukan identifikasi informasi yang kurang lengkap yang tertulis di resep.
3. Melakukan identifikasi dan klarifikasi tentang obat dan regimen obat.
4. Menjelaskan perbedaan obat generik dan obat paten dengan berbagai nama dagang.
5. Melakukan identifikasi informasi tambahan yang diperlukan untuk meracik obat dan
dapat memutuskan apakah obat dapat diracik atau tidak.
6. Mampu menetapkan waktu yang tepat dan penyalur atau tempat lain yang dapat
memenuhi obat kapan dan dimana di saat persediaan obat tidak ada.
7. Membuat keputusan profesional urutan prioritas resep yang harus disiapkan dan
diserahkan terlebih dahulu dengan memperhatikan kebutuhan klinik yang mendesak,
terkait keselamatan pasien dan persyaratan legalitas.
8. Menempatkan label/etiket pada bagian yang tidak menutupi informasi penting lain
seperti waktu kadaluarsa, no batch, persyaratan penyimpanan atau informasi dosis.
9. Menggunakan resep sebagai sumber utama untuk memeriksa kesesuaian antara obat
dengan label/ etiketnya.

10. Memeriksa data pasien secara rinci meliputi nama dan alamat pada saat
menyerahkanobat.
11. Menggunakan teknik komunikasi yang sesuai dalam rangka memberikan informasi
obat.
12. Menjelaskan dan memberikan contoh teknik penggunaan obat yang sering digunakan
seperti inhaler, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga dan lain-lain.
13. Menimbang dan mengambil bahan formula dengan ukuran akurat.
14. Menunjukkan teknik dan kebersihan diri yang meminimalkan kemungkinan
terjadinya kontaminasi pada obat.
15. Memilih kemasan (plastik/ botol, warna coklat/ bening) yang tepat untuk mendukung
penggunaan, menjaga kestabilan dan waktu kadaluarsa.
16. Menghitung kebutuhan SDM berdasarkan jenis dan beban pekerjaan.
Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO).

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Januari 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ....................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2015

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan profesional
lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak xx Mei xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juni 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2015
Tertanggal : Juni 2015

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
d. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
gudang rumah sakit sesuai protap.
f. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
g. Melakukan prosedur penyiapan sediaan farmasi.
h. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu di bawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit.
i. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.
k. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.

Uraian Tugas
1. Membantu Pimpinan Unit membuat dokumen perencanaan.
2. Mengarsipkan dokumen.
3. Mengumpulkan data vendor.
4. Memonitor order pengadaan.
5. Mengevaluasi kualitas fisik barang.
6. Mencatat dalam buku penerimaan.
7. Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang.
8. Mengecek barang yang datang ke gudang.
9. Melakukan penempatan barang sesuai protap.
10. Membuat dokumentasi sesuai protap.
11. Verifikasi barang yang harus segera didistribusikan.
12. Mencatat persediaan barang yang fast moving.
13. Menerima permintaan barang dari unit yang ada di rumah sakit.
14. Mendistribusikan barang ke unit pemesan sesuai protap.
15. Menghitung dosis/ jumlah obat dalam resep yang akan diberikan.
16. Menghitung harga obat dalam resep yang akan diberikan.
17. Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir.
18. Membantu pelaksanaan dispensing obat yaitu : menyiapkan obat, meracik,
mengemas, memberikan etiket dan memeriksa/ verifikasi kesesuaian obat dengan
resep.
19. Melakukan penyerahan obat.
20. Verifikasi dokumen permintaan barang.
21. Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan.
22. Pelaksanaan distribusi.
23. Melakukan pencatatan rekam farmasi, pencatatan semua data dan penyimpanan
dokumen.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juni 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ............................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / DIR / SK / xx / 2014

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,
Menimbang :a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan
pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan profesional
lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Agustus xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lainnya dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat :1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Deli Nomor 572 /
SK / DIR / I / 2014 tertangga l27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan
Struktur Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Nopember 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / DIR / SK / xx / 2014
Tertanggal : Nopember 2014

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari PPIC.
b. Melaksanakan kegiatan penerimaan bahan baku, bahan pengemas maupun produk jadi.
c. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP / Cara
Distribusi yang baik (FIFO & FEFO).
d. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen permintaan bahan
atau pesanan produk jadi.
e. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan
pemusnahannya.
f. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian.
g. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap.
h. Ikut memantau dan melaksanakan prosedur pembuangan limbah.

Uraian Tugas
1. Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta.
2. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order.
3. Dokumentasi penerimaan barang.
4. Menyimpan barang di gudang.
5. Memeriksa kesesuaian kondisi gudang tehadap standar yang berlaku.
6. Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan.
7. Melaksanakan prosedur penyimpanan produk jadi.
8. Melakukan penimbangan bahan baku untuk produksi.
9. Mengeluarkan produk jadi atas pesanan.
10. Melaksanakan prosedur monitoring barang expired.
11. Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolete.
12. Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian.
13. Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian.
14. Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas.

15. Melaksanakan prosedur perawatan instrumen.


16. Melaksanakan prosedur pembuangan limbah.
17. Melaksanakan prosedur pemantauan pembuangan limbah.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Nopember 2014
Direktur Rumah Sakit X,
dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ...................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2015

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan lain purna
waktu di Rumah Sakit X sejak xx Januari xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN LAIN RUMAH
SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal April 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2015
Tertanggal : xx April xx

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
d. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
gudang rumah sakit sesuai protap.
f. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
g. Melakukan prosedur penyiapan sediaan farmasi.
h. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu di bawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit.
i. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.
k. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.

Uraian Tugas
1. Membantu Pimpinan Unit membuat dokumen perencanaan.
2. Mengarsipkan dokumen.
3. Mengumpulkan data vendor.
4. Memonitor order pengadaan.
5. Mengevaluasi kualitas fisik barang.
6. Mencatat dalam buku penerimaan.
7. Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang.
8. Mengecek barang yang datang ke gudang.
9. Melakukan penempatan barang sesuai protap.
10. Membuat dokumentasi sesuai protap.
11. Verifikasi barang yang harus segera didistribusikan.
12. Mencatat persediaan barang yang fast moving.
13. Menerima permintaan barang dari unit yang ada di rumah sakit .
14. Mendistribusikan barang ke unit pemesan sesuai protap.
15. Menghitung dosis/ jumlah obat dalam resep yang akan diberikan.
16. Menghitung harga obat dalam resep yang akan diberikan.
17. Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir.
18. Membantu pelaksanaan dispensing obat yaitu : menyiapkan obat, meracik,
mengemas, memberikan etiket dan memeriksa/ verifikasi kesesuaian obat dengan
resep.
19. Melakukan penyerahan obat
20. Verifikasi dokumen permintaan barang
21. Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan.
22. Pelaksanaan distribusi.
23. Melakukan pencatatan rekam farmasi, pencatatan semua data dan penyimpanan
dokumen.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal xx April 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ............................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / DIR / SK / xx / 2014

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,
Menimbang :a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan
pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan lain purna
waktu di Rumah Sakit X sejak xx Juli xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat :1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Deli Nomor 572 / SK /
DIR / I / 2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan
Struktur Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / DIR / SK/ xx / 2014
Tertanggal : Desember 2014

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

A. Tugas Pokok
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
d. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
gudang rumah sakit sesuai protap.
f. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
g. Melakukan prosedur penyiapan sediaan farmasi.
h. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu di bawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit.
i. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.
k. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.

Uraian Tugas
1. Membantu Pimpinan Unit membuat dokumen perencanaan.
2. Mengarsipkan dokumen.
3. Mengumpulkan data vendor.
4. Memonitor order pengadaan.
5. Mengevaluasi kualitas fisik barang.
6. Mencatat dalam buku penerimaan.
7. Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang.
8. Mengecek barang yang datang ke gudang.
9. Melakukan penempatan barang sesuai protap.
10. Membuat dokumentasi sesuai protap.
11. Verifikasi barang yang harus segera didistribusikan.
12. Mencatat persediaan barang yang fast moving.
13. Menerima permintaan barang dari unit yang ada di rumah sakit.
14. Mendistribusikan barang ke unit pemesan sesuai protap.
15. Menghitung dosis/ jumlah obat dalam resep yang akan diberikan.
16. Menghitung harga obat dalam resep yang akan diberikan.
17. Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir.
18. Membantu pelaksanaan dispensing obat yaitu : menyiapkan obat, meracik,
mengemas, memberikan etiket dan memeriksa/ verifikasi kesesuaian obat dengan
resep.
19. Melakukan penyerahan obat.
20. Verifikasi dokumen permintaan barang.
21. Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan
22. Pelaksanaan distribusi.
23. Melakukan pencatatan rekam farmasi, pencatatan semua data dan penyimpanan
dokumen.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2014
Direktur Rumah Sakit X,
dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. .................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan profesional
lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Desember xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2013 tertanggal 27 Januari 2013 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Desember 2013

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari PPIC.
b. Melaksanakan kegiatan penerimaan bahan baku, bahan pengemas maupun produk
jadi.
c. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP / Cara
Distribusi yang baik (FIFO & FEFO).
d. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen permintaan
bahan atau pesanan produk jadi.
e. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan
pemusnahannya.
f. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian.
g. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap.
h. Ikut memantau dan melaksanakan prosedur pembuangan limbah

Uraian Tugas
1. Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta.
2. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order.
3. Dokumentasi penerimaan barang.
4. Menyimpan barang di ruang karantina.
5. Memeriksa kesesuaian kondisi gudang tehadap standar yang berlaku.
6. Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan.
7. Melaksanakan prosedur penyimpanan produk jadi.
8. Melakukan penimbangan bahan baku untuk produksi.
9. Mengeluarkan produk jadi atas pesanan.
10. Melaksanakan prosedur monitoring barang expired.
11. Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolet.
12. Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian.
13. Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian.
14. Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas.
15. Melaksanakan prosedur perawatan instrumen.
16. Melaksanakan prosedur pembuangan limbah
17. Melaksanakan prosedur pemantauan pembuangan limbah

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,
dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ......................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan
pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan lain purna
waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Mei xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Desember 2013

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
d. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
gudang rumah sakit sesuai protap.
f. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
g. Melakukan prosedur penyiapan sediaan farmasi.
h. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu di bawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit.
i. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.
k. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.

Uraian Tugas
1. Membantu Pimpinan Unit membuat dokumen perencanaan.
2. Mengarsipkan dokumen.
3. Mengumpulkan data vendor.
4. Memonitor order pengadaan.
5. Mengevaluasi kualitas fisik barang.
6. Mencatat dalam buku penerimaan.
7. Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang.
8. Mengecek barang yang datang ke gudang.
9. Melakukan penempatan barang sesuai protap.
10. Membuat dokumentasi sesuai protap.
11. Verifikasi barang yang harus segera didistribusikan.
12. Mencatat persediaan barang yang fast moving.
13. Menerima permintaan barang dari unit yang ada di rumah sakit.
14. Mendistribusikan barang ke unit pemesan sesuai protap.
15. Menghitung dosis/ jumlah obat dalam resep yang akan diberikan.
16. Menghitung harga obat dalam resep yang akan diberikan.
17. Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir.
18. Membantu pelaksanaan dispensing obat yaitu : menyiapkan obat, meracik,
mengemas, memberikan etiket dan memeriksa/ verifikasi kesesuaian obat dengan
resep.
19. Melakukan penyerahan obat.
20. Verifikasi dokumen permintaan barang.
21. Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan
22. Pelaksanaan distribusi.
23. Melakukan pencatatan rekam farmasi, pencatatan semua data dan penyimpanan
dokumen.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ........................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan lain purna
waktu di Rumah Sakit X sejak xx April xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Desember 2013

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
protap.
d. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap.
e. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari
gudang rumah sakit sesuai protap.
f. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat.
g. Melakukan prosedur penyiapan sediaan farmasi.
h. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dose/ resep individu di bawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit.
i. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
j. Melaksanakan prosedur dispensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.
k. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing
dibawah supervisi Apoteker / Pimpinan Unit.

Uraian Tugas
1. Membantu Pimpinan Unit membuat dokumen perencanaan.
2. Mengarsipkan dokumen.
3. Mengumpulkan data vendor.
4. Memonitor order pengadaan.
5. Mengevaluasi kualitas fisik barang.
6. Mencatat dalam buku penerimaan.
7. Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang.
8. Mengecek barang yang datang ke gudang.
9. Melakukan penempatan barang sesuai protap.
10. Membuat dokumentasi sesuai protap.
11. Verifikasi barang yang harus segera didistribusikan.
12. Mencatat persediaan barang yang fast moving.
13. Menerima permintaan barang dari unit yang ada di rumah sakit.
14. Mendistribusikan barang ke unit pemesan sesuai protap.
15. Menghitung dosis/ jumlah obat dalam resep yang akan diberikan.
16. Menghitung harga obat dalam resep yang akan diberikan.
17. Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir.
18. Membantu pelaksanaan dispensing obat yaitu : menyiapkan obat, meracik,
mengemas, memberikan etiket dan memeriksa/ verifikasi kesesuaian obat dengan
resep.
19. Melakukan penyerahan obat.
20. Verifikasi dokumen permintaan barang.
21. Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan
22. Pelaksanaan distribusi.
23. Melakukan pencatatan rekam farmasi, pencatatan semua data dan penyimpanan
dokumen.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
RUMAH SAKIT X
Jl. ..........................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2015

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan profesional
lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Nopember xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Februari 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2015
Tertanggal : Februari 2015

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari PPIC.
b. Melaksanakan kegiatan penerimaan bahan baku, bahan pengemas maupun produk
jadi.
c. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP / Cara
Distribusi yang baik (FIFO & FEFO).
d. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen permintaan
bahan atau pesanan produk jadi.
e. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan
pemusnahannya.
f. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian.
g. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap.
h. Ikut memantau dan melaksanakan prosedur pembuangan limbah

Uraian Tugas
1. Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta.
2. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order.
3. Dokumentasi penerimaan barang.
4. Menyimpan barang di ruang karantina.
5. Memeriksa kesesuaian kondisi gudang tehadap standar yang berlaku.
6. Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan.
7. Melaksanakan prosedur penyimpanan produk jadi.
8. Mengeluarkan produk jadi atas pesanan.
9. Melaksanakan prosedur monitoring barang expired.
10. Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolet.
11. Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian.
12. Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian.
13. Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas.
14. Melaksanakan prosedur perawatan instrumen.
15. Melaksanakan prosedur pembuangan limbah.
16. Melaksanakan prosedur pemantauan pembuangan limbah

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Februari 2015
Direktur Rumah Sakit X,
dr.
RUMAH SAKIT X
Jl. .......................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2014

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga kesehatan profesional
lain purna waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Oktober xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat asisten apoteker Rumah Sakit X yang akan menjalankan
profesi sebagai tenaga kesehatan profesional lain dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL
LAIN RUMAH SAKIT X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga kesehatan profesional lain (asisten
apoteker) Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian tugas asisten apoteker Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2014
Tertanggal : Desember 2014

PENGANGKATAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL LAIN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
a. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari PPIC.
b. Melaksanakan kegiatan penerimaan bahan baku, bahan pengemas maupun produk
jadi.
c. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP / Cara
Distribusi yang baik (FIFO & FEFO).
d. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen permintaan
bahan atau pesanan produk jadi.
e. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan
pemusnahannya.
f. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian.
g. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap.
h. Ikut memantau dan melaksanakan prosedur pembuangan limbah

Uraian Tugas
1. Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta.
2. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order.
3. Dokumentasi penerimaan barang.
4. Menyimpan barang di ruang karantina.
5. Memeriksa kesesuaian kondisi gudang tehadap standar yang berlaku.
6. Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan.
7. Melaksanakan prosedur penyimpanan produk jadi.
8. Melakukan penimbangan bahan baku untuk produksi.
9. Mengeluarkan produk jadi atas pesanan.
10. Melaksanakan prosedur monitoring barang expired.
11. Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolet.
12. Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian.

13. Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian.


14. Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas.
15. Melaksanakan prosedur perawatan instrumen.
16. Melaksanakan prosedur pembuangan limbah.
17. Melaksanakan prosedur pemantauan pembuangan limbah.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. .............................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan
pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga Non kesehatan purna
waktu di Rumah Sakit X sejak xx Maret xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat tenaga non kesehatan di rumah sakit dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 di hadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN RUMAH SAKIT
X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga non kesehatan purna waktu (kasir) di
Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian Tugas (kasir) di Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Desember 2013

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
Membantu penyelenggaraan penyediaan dan pendistribusian obat-obatan.

Uraian Tugas
1. Menerima laporan daftar obat-obatan yang akan dipesan sesuai kebutuhan.
2. Melakukan pencatatan terhadap obat-obatan yang akan dipesan di Kartu Pesanan.
3. Melakukan pencatatan transaksi penjualan obat-obatan yang bersifat piutang.
4. Menyerahkan laporan transaksi penjualan obat-obatan yang bersifat piutang kepada
staf administrasi yang akan melakukan penagihan.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. .....................................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga Non kesehatan purna
waktu di unit farmasi Rumah Sakit X sejak tanggal xx September
xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat tenaga non kesehatan (Unit Farmasi) di Rumah Sakit X
dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 di hadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN RUMAH SAKIT
X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga non kesehatan purna waktu (loper) di
Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian Tugas (loper) di Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Desember 2013

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
Membantu penyelenggaraan pendistribusian dan penyediaan obat.

Uraian Tugas :
1. Melakukan penerimaan obat-obatan, peralatan dan bahan habis pakai yang dipesan
sesuai faktur pembelian.
2. Melakukan penyimpanan obat-obatan, peralatan dan bahan habis pakai ke Gudang
Farmasi.
3. Membantu melakukan pencatatan pesanan obat-obatan, peralatan dan bahan habis
pakai yang disimpan di Gudang Farmasi.
4. Melakukan pengutipan resep obat pasien rawat inap.
5. Melakukan distribusi obat sesuai resep dokter ke setiap ruang rawat inap.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. .......................................
MEDAN - INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X
NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2014

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga Non Kesehatan purna
waktu di unit farmasi Rumah Sakit X sejak tanggal xx Maret xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat tenaga non kesehatan dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 di hadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN RUMAH SAKIT
X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga non kesehatan purna waktu
(Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian Tugas (Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti
terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juni 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2014
Tertanggal : Juni 2014
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN
RUMAH SAKIT X

Tugas Pokok
Mengumpulkan, mengolah dan menghitung keuangan di Unit Farmasi.

Uraian Tugas :
1. Melakukan penghitungan penjualan obat-obatan dan bahan habis pakai untuk
pasien rawat jalan.
2. Menginput tagihan obat yang harus dibayar oleh pasien rawat jalan.
3. Mengeluarkan kuitansi sebagai bukti pembayaran pasien rawat jalan.
4. Memberikan laporan kepada staf administrasi yang melakukan pencatatan dan
rekapitulasi penjualan obat per hari.
5. Menerima uang hasil penjualan obat pasien rawat jalan per hari.
6. Menyerahkan setoran hasil penjualan obat pasien rawat jalan per hari kepada
bendahara.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juni 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ..............................................................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2014
TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga Non kesehatan purna
waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx Januari xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat tenaga non kesehatan di rumah sakit dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2014 tertanggal 27 Januari 2014 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN RUMAH SAKIT
X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga non kesehatan purna waktu
(Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian Tugas (Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti
terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal April 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2014
Tertanggal : April 2014

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
Tugas Pokok
Membantu proses penyelenggaraan pengadaan obat dapat terlaksana, memastikan
persediaan obat di Gudang maupun di Unit Farmasi.

Uraian Tugas :
1. Melakukan input setiap faktur dari pembelian obat.
2. Membuat laporan faktur pembelian untuk dilakukan pembayaran.
3. Menginput retur obat dari konsumen.
4. Melakukan penyesuaian harga jual obat kepada konsumen apabila ada perubahan
harga.
5. Membantu melakukan pemantauan tanggal kadaluarsa obat-obatan.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal April 2014
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ...............................
MEDAN - INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2013

TENTANG

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan mutu dan jangkauan


pelayanan rumah sakit seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat,
rumah sakit perlu mengangkat sumber daya manusia di lingkungan
kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya;
b. bahwa pengelolaan administrasi dan manajemen untuk penerbitan
surat pengangkatan ketenagaan (tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kesehatan profesional lain, tenaga non kesehatan) dilaksanakan
dalam rangka pengukuhan jabatan;
c. bahwa xx mulai diterima bekerja sebagai tenaga Non kesehatan purna
waktu di Rumah Sakit X sejak tanggal xx April xxxx;
d. bahwa berdasarkan butir a, b, dan c maka dipandang perlu untuk
mengangkat tenaga non kesehatan di rumah sakit dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tertanggal


13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tertanggal
25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit X Nomor 572 / SK / DIR / I /
2012 tertanggal 27 Januari 2012 tentang Pemberlakuan Struktur
Organisasi Rumah Sakit X;
7. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Cinta Damai Nomor 1 / V / 2012
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit X;
8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Direktur Utama PT.
Cinta Damai Nomor 57 tertanggal 25 Maret 2013 dihadapan Notaris
Cipto Soenaryo, S.H berkedudukan di Medan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG
PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN RUMAH SAKIT
X.
Kedua : Mengangkat xx sebagai tenaga non kesehatan purna waktu
(Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X.
Ketiga : Uraian Tugas (Administrasi) di Unit Farmasi Rumah Sakit X seperti
terlampir.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juli 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X


Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2013
Tertanggal : Juli 2013

PENGANGKATAN TENAGA NON KESEHATAN


RUMAH SAKIT X
Tugas Pokok
Mengumpulkan, mengolah dan menghitung rekening obat pasien rawat inap (opname) di
Unit Farmasi.

Uraian Tugas :
1. Menginput data penjualan obat pasien rawat inap (opname) setiap hari.
2. Merekapitulasi penjualan obat pasien rawat inap setiap hari.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Juli 2013
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

RUMAH SAKIT X
Jl. ..................................
MEDAN - INDONESIA
_______________________________________________________________

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X


NOMOR : xx / SK / DIR / xx / 2015

TENTANG

PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT X


DIREKTUR RUMAH SAKIT X,

Menimbang : a. bahwa rumah sakit memerlukan suatu unit kerja yang memberikan
rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan
penggunaan obat di rumah sakit;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a perlu membentuk Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit X
dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tertanggal
28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tertanggal 22 Mei 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1045 /
Menkes / PER / XI / 2006 tertanggal 28 Nopember 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 755 /
MENKES / PER / IV / 2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik
di Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58tahun
2014 tertanggal 18 Agustus 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129 / MENKES / SK / II / 2008
tertanggal 06 Februari 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT X TENTANG PANITIA
FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT X.
Kedua : Uraian tugas, tanggung jawab, dan kewenangan Panitia Farmasi dan Terapi
Rumah Sakit X terlampir dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2015
Direktur Rumah Sakit X ,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2015
Tanggal : Desember 2015

PANITIA FARMASI DAN TERAPI


RUMAH SAKIT X

Panitia Farmasi dan Terapi


1. Ketua : dr. spesialis
2. Sekretaris : Apt
3. Anggota : -
-
-
-
-
-
-
-

Panitia Farmasi dan Terapi mempunyai tugas :


1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
2. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah
Sakit;
3. Mengembangkan standar terapi;
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
6. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.

Panitia Farmasi dan Terapi mempunyai tanggung jawab :


Mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali.

Panitia Farmasi dan Terapi mempunyai wewenang :


1. Mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan
masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi, memiliki pengetahuan khusus,
keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi Panitia Farmasi dan
Terapi.
2. Membina hubungan kerja dengan Panitia lain dan Komite lain di dalam rumah sakit yang
berhubungan/ berkaitan dengan penggunaan obat.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit X
Nomor : xx / SK / DIR / xx / 2015
Tanggal : Desember 2015

URAIAN TUGAS PANITIA FARMASI DAN TERAPI

1. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi


a. Uraian Tugas
Memimpin rapat Panitia Farmasi dan Terapi
Memimpin kerja sama Panitia Farmasi dan Terapi dengan berbagai panitia/komite lain di
Rumah Sakit
Menetapkan sistim Formularium di Rumah Sakit
Mengusulkan pergantian anggota Panitia Farmasi dan Terapi
Melaksanakan penelitian obat secara klinis (bila ada)

b. Wewenang
Mengusulkan formularium RumahSakit kepada Direktur Rumah Sakit
Menetapkan prosedur/spo/evaluasi obat yang tertera dan belum ada di Formularium
Rumah Sakit

c. Tanggung Jawab
Terbentuknya Formularium Rumah Sakit
Tersusunnya standart terapi obat di Rumah Sakit
Bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit

2. Sekretaris
a. Uraian Tugas
Menyusun angenda rapat Panitia Farmasi dan Terapi
Mengedarkan undangan rapat Panitia Farmasi dan Terapi
Membuat notulen hasil rapat

b. Wewenang
Menyusun agenda rapat Panitia Farmasi dan Terapi
Mengkompilasi notulen hasil rapat Panitia Farmasi dan Terap

c. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab dalam penyusunan dan notulen hasil rapat kepada ketua Panitia
Farmasi dan Terapi

3. Anggota
a. Uraian Tugas
Mengikuti rapat-rapat Panitia Farmasi dan Terapi sesuai undangan
Membuat ulasan obat baru dan penarikan obat lama dalam sistem Formularium Rumah
Sakit
Melaksanakan kegiatan penelitian obat secara klinis (bila ada)
Membuat evaluasi obat secara klinis

b. Wewenang
Mengusulkan obat baru untuk dimasukkan dalam formularium Rumah Sakit
Penarikan obat lama dari daftar Formularium Rumah Sakit
Ikut serta dalam penelitian dan evaluasi obat di Rumah Sakit (bila ada)

c. Tanggung jawab
Anggota Panitia Farmasi dan Terapi bertanggung jawab kepada ketua Panitia Farmasi dan
Terapi dan Direktur Rumah sakit.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal Desember 2015
Direktur Rumah Sakit X,

dr.

B. Standar Ketenagaan
a. Sumber Daya Manusia Unit Farmasi Rumah Sakit
Personel Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit X adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah
sakit dengan persyaratan :
Terdaftar di Departeman Kesehatan
Mempunyai izin kerja
Mempunyai SK pengangkatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang dimaksud dengan :
1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Persyaratan Apoteker di rumah sakit adalah :
Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan (DepKes).
Telah mengucapkan Sumpah / Janji sebagai Apoteker.
Memiliki SIPA
Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya
sebagai Apoteker.
Tidak bekerja disuatu Perusahaan Farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola
Apotek (APA) di Apotek lain.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana farmasi, Ahli madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, Apoteker dibantu oleh Asisten
Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional


yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka
menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.

b. Distribusi Ketenagaan
Unit Farmasi Rumah Sakit X di dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian dibagi
menjadi 3 (tiga) shift pelayanan dalam waktu 24 jam. Distribusi tenaga farmasi ditempatkan
pada unit farmasi saja yang melayani pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Bangunan dan Perlengkapan

Bangunan Unit Farmasi Rumah Sakit X memiliki bangunan terdiri dari :


1. Ruang Pelayanan dan Peracikan
Berlantai keramik, dinding tembok, dan asbes. Perlengkapan dalam ruang pelayanan dan
peracikan :
Rak Obat
Lemari Penyimpanan Obat
Meja Kerja
Mortir dan Stamper Berbagai Ukuran
Wastafel
Alat Tulis Kantor

2. Gudang Perbekalan Farmasi

Berlantai keramik, dinding tembok, dan asbes. Perlengkapan dalam gudang perbekalan
farmasi :
Rak obat
Lemari pendingin
Lemari Penyimpanan Obat
Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropik
Kartu persediaan obat (kartu gantung)

3. Ruang pelayanan pemberian informasi obat

Tidak ada ruang khusus untuk apoteker sementara ini bersatu dengan Unit Farmasi
Memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan pasien
Ruang pelayanan pemberian informasi obat diperuntukan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap

4. Ruang Arsip

Ruangan untuk menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Kelengkapan ruang Arsip
Kartu Arsip
Lemari Arsip
Map Arsip

B. Kelengkapan Bangunan

Sumber Air Bersih PDAM


Penerangan dari PLN
Pendingin Ruangan ( AC)
C. Perlengkapan Administrasi

Blangko Kartu Stok


Blangko Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropik
Kemasan obat berupa plastik, pot obat, botol, kertas perkamen, kapsul kosong
berbagai ukuran.
Etiket obat putih dan biru berbagai ukuran
Stiker obat High Alert dan Obat LASA

D. Sarana Informasi

Buku Farmakope Indonesia Edisi Terbaru


IIMS dan ISO edisi terbaru
Formularium RS edisi terbaru
Buku tentang peraturan perundang-undangan pelayanan kefarmasian
BAB IV
PELAYANAN UNIT FARMASI

A. Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Unit Farmasi Rumah Sakit X

Visi :
Menuju pelayanan kefarmasian yang mengutamakan mutu, keamanan, dan keselamatan pasien.

Misi :
Mengusahakan pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien (patient oriented).
Senantiasa meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui bimbingan internal
dan eksternal.
Senantiasa menerapkan prinsip rasa tanggung jawab moral yang tinggi dalam
melaksanakan tugas di bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai serta di bidang pelayanan farmasi klinik.

Falsafah :
Farmasi Rumah Sakit X sebagai sarana penunjang kegiatan RSU.Deli dalam hal pelayanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik yang
lengkap, cepat, tepat dan efisien sebagai perwujudan rasa tanggung jawab profesi terhadap
sesama manusia.

Nilai :
Pastikan tepat dalam :
Tepat orangnya
Tepat obatnya
Tepat dosisnya
Tepat rutenya
Tepat jamnya

Tujuan :
Meningkatkan mutu pelayanan farmasi RS X dengan menyediakan obat dengan dosis yang tepat
dan alat kesehatan yang bermutu untuk menunjang kesembuhan pasien dengan harga obat-obat
yang terjangkau.
B. Fungsi Pelayanan Farmasi
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yang berorientasi
kepada keselamatan pasien.
2. Untuk menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

C. Tata Laksana Pelayanan

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit X meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu :


1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
a. Pemilihan;
b. Perencanaan kebutuhan;
c. Pengadaan;
d. Penerimaan;
e. Penyimpanan;
f. Pendistribusian;
g. Pemusnahan dan penarikan;
h. Pengendalian; dan
i. Administrasi.
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinik.
a. Pengkajian dan pelayanan Resep;
b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. Konseling;
f. Visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
3. Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi :
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b. Pelaksanan, yaitu:
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja);
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi,yaitu:
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan;
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

D. Sistem Pelayanan Kefarmasian Unit Farmasi Rumah Sakit X

Sistem Pelayanan Kefarmasian Unit Farmasi Rumah Sakit X adalah sistem, pelayanan satu
pintu artinya seluruh perbekalan farmasi yang digunakan di rumah sakit baik untuk pasien rawat
jalan dan pasien rawat inap berasal dari Unit Farmasi Rumah Sakit. Waktu Pelayanan 3 (tiga)
shift dalam waktu 24 jam.

E. Cakupan Pelayanan

Unit Farmasi Rumah Sakit X memberikan pelayanan kepada :


1. Pasien Rawat Jalan : Kriteria Umum
2. Pasien Gawat Darurat : Pasien Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap Kriteria Umum
3. Pasien Rawat Inap : Kriteria Umum
BAB V
PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari


pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.

Tujuan
Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;


b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
ditetapkan;
c. Pola penyakit;
d. Efektifitas dan keamanan;
e. Pengobatan berbasis bukti ;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium


Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.

Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan
penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin
dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.

Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan


pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah
Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik;
b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi;
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), jika diperlukan
dapat meminta masukan dari pakar;
d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Panitia Farmasidan Terapi (PFT),
dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik;
e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. Menetapkan daftar obat yang masuk kedalam Formularium Rumah Sakit;
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring.

Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

a. Mengutamakan penggunaan obat generik;


b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-riskratio) yang paling menguntungkan penderita;
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-costratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines)
yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap Formularium Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan obat dalam
Formulir Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaan, efektivitas, risiko, dan
biaya.

2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia;


b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
d. Data pemakaian periode yang lalu;
e. Waktu tunggu pemesanan; dan
f. Rencana pengembangan.

3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian
antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh
bagian lain di luar Unit Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;


b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
c. SediaanFarmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor
Izin Edar; dan
d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat yang secara
normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat gudang obat tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui:

a. Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku untuk Rumah Sakit Swasta diserahkan kepada kebijakan Direktur Rumah Sakit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

- Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang
meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat;
- Persyaratan pemasok;
- Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
- Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

b. Produksi Sediaan Farmasi


Unit Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:

- Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;


- Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
- Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
- Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;
- Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
- Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter
paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas
hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.

c. Sumbangan/Dropping/Hibah
Unit Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi
yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di
Rumah Sakit. Unit Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah
Sakit untuk mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien
Rumah Sakit.

4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik.

5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Unit Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa
dan peringatan khusus;
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan
klinis yang penting;
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien
harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.

Unit Farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara benar dan diinspeksi
secara periodik.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan
terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out
(FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk
kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:

a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
Area penyimpanan perbekalan kesehatan tidak boleh dimasuki oleh personel selain petugas
farmasi, atau di bawah pengawasan petugas farmasi. Tujuan penyimpanan obat adalah sebagai
berikut:

Memelihara mutu obat.


Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Menjaga kelangsungan persediaan.
Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan obat berdasarkan teknik FIFO (First In First Out) dimana obat yang datang
pertama dikeluarkan lebih dulu atau FEFO (First Expire First Out) dimana obat yang
dekat expire/kadaluarsa dikeluarkan lebih dahulu.
Penyusunan berdasarkan alfabetis.
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya.
Mudah tidaknya meledak/terbakar.
Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Cara Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat berdasarkan teknik FEFO (First Expire First Out) dimana obat yang
dekat expire/kadaluarsa dikeluarkan lebih dahulu atau FIFO (First In First Out) dimana
obat yang datang pertama dikeluarkan lebih dahulu.
Penyusunan berdasarkan alfabetis.
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
Mudah tidaknya meledak/terbakar.
Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Obat yang memiliki sifat fisika-kimia atau atas rekomendasi pabrikan harus disimpan
khusus pada suhu tertentu, maka penyimpan harus mengikuti rekomendasi atau petunjuk
yang ada.
Ketentuan tempat penyimpanan obat adalah sebagai berikut :
- Suhu kamar terkendali : 15C - 30C
- Suhu dingin : tidak lebih dari 8C
- Lemari pendingin : 2C - 8C
- Lemari pembeku : - 20C - - 10C
- Sejuk : 8C - 15C Suhu hangat: 30C - 40C

Peralatan penyimpanan obat :


1. Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan
2. Lantai dilengkapi dengan palet

Cara Penyimpanan Obat Secara Khusus


1. Sediaan obat vagina ovula dan suppositoria
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena
dalam suhu kamar akan mencair.
2. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat
menyebabkan ledakan.

Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi khusus diantaranya :
1. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
2. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
3. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan limbah sitotoksik dan
obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan
pengunjung
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk memudahkan
pengawasan, yaitu :
1. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari dengan
ketentuan tertentu.
2. Obat-obat seperti vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
3. Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari
yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan elektronik.
Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
Standar penyimpanan obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Persyaratan gudang
1. Luas minimal 3 x 4 m2
2. Ruang kering tidak lembab
3. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
4. Cahaya cukup
5. Lantai dari tegel atau semen
6. Dinding dibuat licin
7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
8. Ada gudang penyimpanan obat
9. Ada pintu dilengkapi kunci
10. Ada lemari khusus untuk narkotika

2) Pengaturan penyimpanan obat


1. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis
2. Menerapkan sistem FEFO dan FIFO
3. Menggunakan lemari, rak dan pallet
4. Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
5. Menggunakan lemari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan penyimpanan
pada suhu tertentu
6. Dilengkapi kartu stock obat

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:


1. Pengaturan Gudang Obat
Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah dapat menjaga
agar obat:
a. Tidak rusak secara fisik dan kimia. Oleh karena itu, harus diperhatikan ruangnya tetap
kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas, cahaya yang cukup, gudang
harus ditata berdasarkan sistem arus lurus, arus U, agar memudahkan dalam bergerak,
dan penempatan rak yang tepat serta penggunaan palet akan dapat meningkatkan
sirkukasi udara dan gerakan stok obat.
b. Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk gudang dan
pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang terkunci, serta ada lemari laci khusus untuk
narkotika yang selalu terkunci.

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan


pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.
1) Kondisi penyimpanan khusus.
a. Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
b. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol harus disimpan dalam ruangan khusus,
sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.

2) Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,
kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau.

2. Penyusunan Stok Obat.


Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan obat
yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu. Untuk memudahkan pengendalian stok maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama diterima harus
pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya juga
diproduksi lebih awal dan akan kadaluarsa lebih awal pula.
2. Susun obat yang berjumlah besar di atas palet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan
teratur.
3. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang berjumlah
sedikit tetapi mahal harganya.
4. Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi
bakteri pada tempat yang sesuai.
5. Susun obat dalam rak, pisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar.
6. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
7. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan sebagai
tempat penyimpanan.
8. Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar,
sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obat-obatan dalam kaleng atau
botol.
9. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box masing-
masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama obat-obatan lainnya. Pada
bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam dus tersebut.
10. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan rotasi stok
agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa
obat.

3. Pencatatan Stok Obat


Kartu stok berfungsi:
1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,
rusak atau kadaluwarsa).
2. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis obat.
3. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
4. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan pengadaan-
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya.

Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :


1. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan.
2. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.
3. Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/kadaluwarsa )
langsung dicatat di dalam kartu stok.
4. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Adapun Informasi yang didapat yaitu:
1. Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
2. Jumlah obat yang diterima.
3. Jumlah obat yang keluar.
4. Jumlah obat yang hilang/rusak/daluwarsa.
5. Jangka waktu kekosongan obat.

Adapun manfaat informasi yang didapat :


1. Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat.
2. Perencanaan pengadaan dan penggunaan pengendalian persediaan.

Obat disusun menurut ketentuan-ketentuan berikut :


1. Obat dalam jumlah besar ( bulk ) disimpan diatas palet atau ganjal kayu secara rapi,
teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat, bulat,
segi empat dan lain-lain).
2. Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga
memudahkan pengeluaran dan perhitungan.
3. Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi ( rak, lemari dan lain-lain ).
4. Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat khusus.
Contoh: Eter, Film dan lain-lain.
Catatan: Pada akhir bulan sedapat mungkin kartu stok ditutup, sekaligus untuk
memeriksa kesesuaian antara catatan dengan keadaan fisik. Untuk melakukan hal ini
maka pada setiap akhir bulan beri tanda atau garis dengan warna yang berbeda dengan
yang biasa digunakan, misalnya warna merah.

4. Pengamatan mutu obat.


Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah mutu obat secara
ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam buku-buku standard seperti farmakope. Secara
teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi, keseragaman, dan
ketersediaan hayatinya.
a) Berubah menjadi toksik (toxic degradation).
Beberapa obat, karena proses penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya
karena terlalu panas atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang lain dapat berubah
menjadi toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang telah expired (kadaluarsa)
atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh lagi dipergunakan.

b) Kehilangan potensi (loss of potency).


Obat dapat kehilangan potensinya sebagai obat aktif antara lain apabila ketersediaan
hayatinya buruk, telah melewati masa kadaluwarsa, proses pencampuran yang tidak sempurna
saat digunakan, atau proses penyimpanan yang keliru (misalnya terkena sinar matahari secara
langsung). Setiap obat sebenarnya telah memiliki batas keamanan (margin of safety) yang dapat
dipertanggung jawabkan
Adapun Tanda-tanda perubahan mutu obat sesuai standar yang di tetapkan yaitu :
1) Tablet.
Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa.
Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau
terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab.
Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.
2) Kapsul.
Perubahan warna isi kapsul.
Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya.
3) Tablet salut.
Pecah-pecah, terjadi perubahan warna dan lengket satu dengan yang lainnya.
Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik.
4) Cairan.
Menjadi keruh atau timbul endapan.
Konsistensi berubah.
Warna atau rasa berubah.
Botol-botol plastik rusak atau bocor.
5) Salep.
Warna berubah.
Konsistensi berubah.
Pot atau tube rusak atau bocor.
Bau berubah,
6) Injeksi.
Kebocoran wadah (vial, ampul).
Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi.
Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan.
Warna larutan berubah.

Persyaratan Penyimpanan Narkotika


Harus terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat darikaca).
Harus mempunyai kunci yang kuat, kunci lemari harus dikuasai oleh penanggung jawab
atau pegawai yang dikuasakan.
Dibagi menjadi dua bagian dengan masing-masing kunci yang berlainan.
Apabila lemari memiliki ukuran kurang dari 40 cm x 80 cm x 100 cm, maka dibuat pada
tembok / lantai / lemari khusus.
Tidak boleh menyimpan atau meletakkan barang-barang selain narkotika, kecuali
ditentukan lain oleh Menteri Kesehatan.

5. Persentase stok mati


Stok mati = stok obat yang tidak digunakan selama 3 bulan atau selama 3 bulan tidak
terdapat transaksi. Penyebabnya :
Tidak diresepkannya obat oleh dokter karena dokter memilih obat lain.
Perubahan pola penyakit.
Dokter tidak taat terhadap formularium.
Kurang tepatnya perencanaan pengadaan obat.

Kerugian yang ditimbulkan akibat stok mati: perputaran uang yang tidak lancar, kerusakan obat
akibat terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan obat kadaluarsa. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kerugian: mengembalikan beberapa item obat kepada PBF.

6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,
dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan system distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)


- Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Unit Farmasi.
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di
ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas
jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floorstock kepada petugas
farmasi dari penanggungjawab ruangan.
- Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat
pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
b. Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Unit Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis


Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien
rawat inap.

d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasia + b atau b + c ataua + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat
inap mengingat dengan system ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan system floor stock atau
resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:

- Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan


- Metode sentralisasi atau desentralisasi.

7. Pengawasan Penggunaan dan Pengamanan Sediaan Farmasi


1. Panitia Farmasi dan Terapi dan Kepala Unit Farmasi bertanggung jawab terhadap semua
sediaan farmasi / perbekalan farmasi yang berada di Rumah Sakit X
2. Panitia Farmasi dan Terapi melakukan pengawasan penggunaan obat dan pengamanan
obat
3. Evaluasi sediaan farmasi dibuat secara berkala.
4. Metode evaluasi sediaan farmasi
a. Audit ( pengawasan )
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar.
b. Review ( penilaian )
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.

8. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;


b. Telah kadaluarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan
ilmu pengetahuan; dan
d. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan obat terdiri dari:

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan
terhadap kegiatan penarikan.

Obat kadaluarsa adalah obat jadi yang berasal dari produksi pabrik obat yang telah habis
masa berlaku (batas waktu pemakaiannya) atau dikenal dengan sudah ED (expired date).
Pencantuman tanda kadaluarsa bisa dicetak dengan tulisan susah untuk dihapus. Obat
kadaluarsa kadang-kadang kalau dilihat dari luar secara organoleptik tampak masih kondisi
baik kemasannya maupun obatnya sendiri. Namun bila diperiksa secara laboratoris
kemungkinan besar sudah di bawah persyaratan kadar Farmakope, dan hasil peruraian obat
(degradan) akan bertambah. Karena kadar zat aktif sangat menurun maka kemungkinan
untuk sembuhnya penyakit menjadi lebih lama lagi.
Prosedur tentang Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
Mengidentifikasikan obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan terpisah dari penyimpanan obat
lainnya.
Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa.
Melaporkan dan mengirimkan.
Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

Cara pembuangan obat kadaluarsa


Obat kadaluarsa dibuang dengan cara ditanam ditempat yang aman. Bahan obat tersebut
akan mengalami degradasi bila sudah tercampur dengan tanah. Untuk alat kesehatan yang
berbahaya dan tajam seperti jarum, wadah ampul, botol dan obat kanker sebaiknya pakai
incinerator.
9. Pemusnahan Resep
Dilakukan selama 3 tahun sekali, setelah dimusnahkan dibuat berita acara pemusnahan.
Dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan serta Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280/Menkes/V/1981
tentang Tata Cara Pemusnahan :
Resep Narkotika dihitung lembarannya.

Resep lainya ditimbang.

Resep dihancurkan dengan mesin penghancur, dikubur, atau dibakar.

10. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenisdan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan. Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Unit Farmasi
harus bersama dengan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah untuk:

a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;


b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian
pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);


b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-
turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

11. Formularium Rumah Sakit


Seleksi obat merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengendalikan
pembiayaan obat terhadap pengadaan dan stok obat. Tujuan seleksi obat bertujuan agar dapat
menerapkan secara tepat asas substitusi generik dan asas pertukaran terapi untuk menjamin terapi
obat bermutu tinggi, untuk pemilihan dan aplikasi terapi yang tepat, memastikan kualitas obat,
mengendalikan pembiayaan obat, bersaing baik dari segi kualitas, penyimpanan, distribusi, dan
prosedur pembuatan dengan harga yang rendah untuk meningkatkan keuntungan, meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan obat yang cost effective. Seleksi obat dalam formularium meliputi
pemilihan distributor, penyeleksian distributor, penambahan atau penghapusan obat baru setelah
disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu rumah sakit
yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi, mengevaluasi, menilai, dan memilih dari
berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam
perawatan penderita. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan
pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu
tersedia dalam dua nama tersebut. Hasil utama dari pelaksanaan sistem formularium adalah
Formularium Rumah Sakit. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas
waktu yang ditentukan.
Tujuan utama dari formularium adalah menyediakan informasi bagi staf rumah sakit,
yaitu :
a. Informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi
digunakan di rumah sakit;
b. Informasi terapi dasar tiap produk yang disetujui;
c. Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang menguasai penggunaan
obat, dan
d. Informasi khusus tentang obat seperti pedoman menetapkan dosis dan nomogram,
singkatan yang disetujui untuk penulisan resep/order dan kandungan natrium dari
berbagai obat formularium.

Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem di mana prosesnya tetap berjalan terus,
dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak
Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk
obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.

Proses penyusunan formularium ada beberapa tahap, yaitu:


1. Mendata semua obat yang ada dalam stok rumah sakit,
2. Mengedarkan daftar stok obat yang tersedia dan formulir pengajuan obat untuk masuk
dalam formularium,
3. Rapatanggota Panitia Farmasi dan Terapi untuk mendiskusikan pembuatan
formularium,
4. Mengundang dokter SMF untuk membahas kriteria seleksi obat dan usulan obat yang
akan dimasukkan ke dalam Formularium RS,
5. Menyusun Formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil-hasil rapat dengan dokter
spesialis.

Susunan Formularium harus terdiri atas 3 bagian pokok:


a. Bagian pertama: informasi tentang kebijakan dan prosedur Rumah Sakit tentang obat
b. Bagian kedua: monografi obat yang diterima masuk formularium
c. Bagian ketiga: informasi khusus

Komposisi Formularium : Halaman judul, Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi,
Daftar Isi, Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, Produk obat yang
diterima untuk digunakan, dan Lampiran.

Kriteria pemilihan obat masuk Formularium Rumah Sakit :


1. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;
2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana
dan fasilitas kesehatan;
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita;
6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung;
7. Bila terdapat lebih dari 1 pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada : obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah,
sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan, stabilitasnya lebih baik,
mudah diperoleh dan telah dikenal;
8. Obat jadi kombinasi tetap : hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi
tetap, harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-
masing komponen, perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan
perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi
tersebut, kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio),
antibiotik kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi
dan efek merugikan lainnya.

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara
para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Unit Farmasi Rumah
Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi adalah :


a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya;
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang
berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.

Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali untuk melakukan evaluasi
terhadap formularium.

Susunan Kepanitiaan Panitia Farmasi dan Terapi :


a. Terdiri Dokter Spesialis dan atau Dokter Umum, Apoteker dan Perawat;
b. Ketua dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan. Sekretarisnya adalah Apoteker
dari Unit Farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
Peran atau tugas apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi adalah : Menjadi salah seorang
anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris), menetapkan jadwal pertemuan, mengajukan acara yang
akan dibahas dalam pertemuan, menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk pembahasan dalam pertemuan, mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan
melaporkan pada pimpinan rumah sakit, menyebar luaskan keputusan yang sudah disetujui oleh
pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait, melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah
disepakati dalam pertemuan, menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain, membuat
formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi dan Terapi,
melaksanakan pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat, dan
melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak
terkait.

12. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Unit Farmasi dalam periode
waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).

Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Pencatatan dilakukan untuk:

1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;


2) Dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) Dasar audit Rumah Sakit; dan
4) Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

1) Komunikasiantara level manajemen;


2) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Unit Farmasi;
3) Laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan
Apabila Unit Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang
berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa,
rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
BAB VI
PANDUAN PENULISAN RESEP

A. Panduan Penulisan Resep

Penulisan resep yang lengkap adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab
dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan memenuhi
kelengkapan administrasi, farmasetik dan klinis.

Tujuan :
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit
2. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi
penggunaan obat
3. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam
pelayanan farmasi
4. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat
sesuai Formularium Rumah Sakit

B. Pelayanan Resep

Pelayanan resep merupakan proses dari bagian kegiatan yang harus dikerjakan dimulai
dari menerima resep dari dokter hingga penyerahan obat kepada pasien. Tujuan dari pelayanan
resep adalah agar pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan resep dokter serta bagaimana
cara memakainya. Semua resep yang telah dilayani oleh rumah sakit harus diarsipkan dan
disimpan minimal 3 (tiga) tahun.

Teknik/Kaidah Penulisan Resep


Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter dalam proses peresepan
obat bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah
yang sistematis. Preskripsi yang baik haruslah ditulis dalam blanko resep.
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan
kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai dengan peratuan perundangan yang berlaku. Resep yang benar adalah ditulis
secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yang
berlaku.

Unsur-unsur resep:

1. Identitas Dokter
Nama, nomor surat ijin praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep

3. Superscriptio (Recipe)
Ditulis dengan simbol R/ (recipe = harap diambil). Biasanya sudah dicetak
dalam blanko. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep,
diperlukan penulisan R/ lagi.
4. Inscriptio
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang
diperlukan dan ditulis dengan jelas.
5. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara penulisan
(dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
Contoh:
m.f. pulv. d.t.d.no. X
m.f. sol
m.f. pulv. No XX da in caps
6. Signatura
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat diminum obat, dll.

Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c (tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah makan).

6. Identitas pasien
Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (nama, nomor RM, tanggal lahir / umur,
nama dokter). Nama pasien dicantumkan dalam pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat
badan pasien supaya kontrol dosis oleh apotek dapat akurat.

C. Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
Nama, nomor RM, tanggal lahir / umur, berat badan pasien, dan nama dokter
Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter bila resep psikotropika dan narkotika
Tanggal resep
Riwayat alergi obat, tidak/ya, nama obat .............
Ruangan/klinik
Persyaratan farmasi meliputi :
Bentuk dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas dan ketersediaan
Aturan, cara dan teknik penggunaan

Persyaratan klinis meliputi :


Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Duplikasi pengobatan
Alergi, interaksi dan efek samping obat
Kontraindikasi
Efek aditif

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonfirmasikan kepada dokter


Prosedur tentang Peracikan
1. Memberikan tempat dan peralatan kerja.
2. Mengambil obat atau bahan dari wadahnya menggunakan alat yang sesuai misalnya
sendok / spatula, nama dan jumlah obat sesuai yang diminta, memeriksa mutu secara
organoleptis dan tanggal kadaluarsa obat.
3. Untuk sediaan:
- Sirup kering: Membersihkan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur
air matang sesuai dengan takarannya (tanda batas) pada saat akan diserahkan kepada
pasien.
- Sediaan Obat Racikan, langkah-langkah sebagai berikut:
Menghitung kesesuaian dosis.
Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan.
Menyiapkan dan mengambil obat sesuai kebutuhan.
Tidak mencampur antibiotika dengan obat lain dalam satu sediaan.
Menghindari penggunaan alat yang sama untuk mengerjakan sediaan yang
mengandung beta laktam dan nonbeta laktam.
Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan
obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
Membagi obat dengan rata.
Mengemas racikan obat sesuai dengan permintaan dokter.
Puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
4. Menuliskan nama pasien, Tanggal, Nama, No RM, Tgl. Lahir, Tgl. Exp, Aturan pakai,
dan sebelum / sesudah makan pada etiket yang sesuai dengan permintaan dalam Resep
dengan jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk obat dalam, Etiket biru untuk obat luar
dan bertuliskan kocok dahulu untuk sediaan emulsi dan suspensi.
5. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
D. Alur Pelayanan Resep

RESEP MASUK UNIT FARMASI

SKRINING RESEP

NAMA,NOMOR RM,TANGGAL LAHIR / UMUR,BERAT BADAN PASIEN, DAN NAMA DOKTER


NAMA, NOMOR IJIN, ALAMAT DAN PARAF DOKTER BILA RESEP PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA
TANGGAL RESEP
HUBUNGI DOKTER
RIWAYAT ALERGI OBAT, TIDAK/YA, NAMA OBAT .............
PENULIS RESEP,
RUANGAN/KLINIK
PERAWAT RUANG
NAMA, JML, SIGNA OBAT
RAWAT INAP DAN
RUANG RAWAT JALAN

E. Dispensing

Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, menyiapkan/meracik


obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai
disertai sistem dokumentasi.
Tujuan
Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.
Menurunkan total biaya obat

Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril


Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan :
Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infuse
Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai
Mengemas menjadi sediaan siap pakai
Faktor yang perlu diperhatikan :
Ruangan khusus
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
HEPA Filter
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang
ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga menghindari terjadinya
kecelakaan.
Kegiatan :
Melakukan perhitungan dosis secara akurat
Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai
Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan
Mengemas dalam kemasan tertentu
Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Faktor yang perlu diperhatikan :
Cara pemberian obat kanker
Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai
Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
Hepa Filter
Pakaian khusus
Sumber Daya Manusia yang terlatih

F. Evaluasi Stok Obat (Stok Opname)

Kegiatan ini adalah perhitungan perbekalan kesehatan yang dilakukan secara periodik.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengecek kesesuaian jumlah obat dengan data yang ada pada kartu
stock juga untuk pengawasan perputaran obat.

G. Pelayanan Peresepan Narkotik

Berdasarkan Dirjen POM Depkes RI No.011/EE/SE/X/1998 tentang pelayanan Salinan


Resep Narkotika yang dimaksud dengan :
1. Pelayanan Salinan Resep Dokter yang mengandung Narkotika adalah menyerahkan
Narkotika atas dasar salinan resep dari suatu Apotek yang menyimpan resep asli baik
sebagian maupun seluruhnya.
2. Larangan tentang Penyerahan Narkotika menurut UU No.99 Tahun 1976 tentang Narkotika
3. Depo farmasi dilarang mengulangi penyerahan Narkotika atas dasar resep yang sama dari
seorang Dokter.
4. Depo farmasi dilarang menyerahkan Narkotika atas dasar Salinan Resep yang sama dari
seorang Dokter.
5. Salinan Resep Dokter yang mengandung Narkotika yang belum diserahkan hanya boleh
dilayani oleh Apoteker yang menyimpan Resep Asli.
6. Larangan tentang Penyerahan Narkotika menurut Surat Edaran Dirjen POM Depkes RI
No.336/E/SE/77 tanggal 4 Mei 1977.
- Apotek dilarang melayani copy resep yang mengandung Narkotika.
- Resep Narkotika yg baru dilayani sebagian atau belum dilayani semuanya, apotek
boleh membuat copy resep, tetapi yang boleh melayani copy resep tersebut hanya
apotek yg menyimpan resep aslinya.
- Copy resep narkotika ITER tidak boleh dilayani sama sekali.
7. Depo farmasi yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan diatas dapat diberikan
peringatan keras dengan ancaman akan dikenakan sanksi penghentian kegiatan sementara
apabila masih melakukan pelanggaran.

H. Pelayanan Verifikasi Obat

Dalam pelayanan obat perlu memberi perhatian khusus pada proses penggunaan obat.
Perhatian khusus itu berupa :

1) Review / tinjauan sebelum penyiapan obat


2) Verifikasi sebelum pemberian obat (telaah resep)

Kedua hal itu sangat penting untuk menjamin obat sampai ke pasien dengan benar.Untuk
mempermudah penerapannya, sebaiknya menggunakan alat bantu berupa check list (aspek
telaah) pada resep. Check list (telaah resep) itu harus selalu digunakan setiap melakukan
penyiapan dan pemberian obat. Sebagai catatan, prosedur ini tidak berlaku pada:

1) Kondisi darurat,
2) Dokter pemesan hadir pada saat pemesanan, pemberian, dan pemantauan pasien; atau

Contoh check list (telaah resep) dapat dilihat di bawah ini:


RUMAH SAKIT X
.............................................
MEDAN - INDONESIA

No. RM :
FORMULIR TELAAH RESEP Nama : ....
Tgl. Lahir / Umur :
( Lk/Pr )

No TELAAH RESEP YA TDK KETERANGAN/TINDAK LANJUT


1. KEJELASAN TULISAN RESEP
2. TEPAT OBAT
3. TEPAT DOSIS
4. TEPAT RUTE
5. TEPAT WAKTU
6. DUPLIKASI
7. ALERGI
8. INTERAKSI OBAT
9. BERAT BADAN (PASIEN ANAK)
10. KONTRA INDIKASI LAINNYA

NAMA DAN TANDA TANGAN PENELAAH

(NAMA APOTEKER)
I. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi.
Tujuan :
Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang.
Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali,
yang baru saja ditemukan.
Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya
Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping
Obat.
Kegiatan :
Menganalisa laporan Efek Samping Obat
Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
Efek Samping Obat
Mengisi formulir Efek Samping Obat

Faktor yang perlu diperhatikan :


Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang rawat
Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat

J. Pelayanan Informasi Obat

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya
dan pasien.
Tujuan :
Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit.
Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan obat, terutama bagi Panitia Farmasi dan Terapi.
Meningkatkan profesionalisme apoteker.
Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan :
Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif.
Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau
tatap muka.
Menyediakan informasi bagi Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya.
Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
Sumber informasi obat
Tempat
Tenaga
Perlengkapan

Prosedur tetap Pelayanan informasi obat


a. Dalam pelayanan resep
Memberi informasi kepada pasien saat menyerahkan obat, terdiri dari :
Waktu penggunaan obat, misalnya beberapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah
di waktu pagi, siang, sore atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
Tentang lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh
karena itu, pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat mata, salep mata,
obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim atau salep
serta rektal atau vagina.
Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat, mengantuk,
kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan sebagainya.
Hal-hal yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau makanan
tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui.
b. Menerima dan menjawab pertanyaan
Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberi informasi yang dibutuhkan.
Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.
K. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien
rawat inap.
Tujuan :
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama
penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan
penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
Bagaimana cara pemakaian
Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan
tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan :
Kriteria pasien :
Pasien rujukan dokter
Pasien dengan penyakit kronis
Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi
Pasien geriatrik dan pasien pediatrik.
Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas
Sarana dan Prasarana :
Ruangan khusus
Kartu pasien/catatan konseling

L. Ronde/Visite

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga
kesehatan lainnya
Tujuan :
Pemilihan obat
Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik
Menilai kemajuan pasien
Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam mengisi Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT)
Kegiatan :
Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien.
Untuk pasien baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan
obat yang benar.
Melakukan pengkajian dalam formulir CPPT sebagai dokumen asuhan kefarmasian.
Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
Pengetahuan cara berkomunikasi
Memahami teknik edukasi
Mencatat perkembangan pasien

M. Pengkajian Penggunaan Obat

Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan


untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien.
Tujuan :
Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter tertentu.
Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan
yang lain.
Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :


Indikator peresepan
Indikator pelayanan
Indikator fasilitas

N. Interaksi Obat

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan
dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat yang digunakan di
Unit Farmasi Rumah Sakit X adalah Multi-Drug Interaction Checker-Medscape Reference.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi
obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya
efek samping dari obat- obat tertentu. Resiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi,
bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur
dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi
juga terjadi pada berbagai kondisi kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal atau tekanan darah
tinggi. Dalam hal ini terminologi interaksi obat dikhususkan pada interaksi obat dengan obat.
Dalam interaksi obat-obat, obat yang mempengaruhi disebut presipitan, sedangkan obat
yang dipengaruhi disebut objek. Contoh presipitan adalah aspirin, fenilbutazon dan sulfa. Object
drug biasanya bersifat mempunyai kurva dose-response yang curam (narrow therapeutic
margin), dosis toksik letaknya dekat dosis terapi (indeks terapi sempit). Contoh: digoksin,
gentamisin, warfarin, dilantin, obat sitotoksik, kontraseptif oral, dan obat-obat sistem saraf pusat.
Berdasarkan jenis atau bentuknya interaksi obat diklasifikasikan atas:

1. Interaksi secara kimia atau farmasetis

2. Interaksi secara farmakokinetik

3. Interaksi secara fisiologi

4. Interaksi secara farmakodinamik

Interaksi secara kimia / farmasetis terjadi apabila secara fisik atau kimia suatu obat
inkompatibel dengan obat lainnya. Pencampuran obat yang inkompatibel akan
mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi ini sering terjadi pada cairan infus yang
mencampurkan berbagai macam obat .

Interaksi secara farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi,


distribusi, biotransformasi / metabolisme, atau ekskresi obat lain.

Secara fisiologi interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada
lokasi yang terpisah dari tempat aksinya.

Sedangkan interaksi secara farmakodinamik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi


aktivitas obat lain pada atau dekat sisi reseptornya.

Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang
menguntungkan, misalnya :

1) Penicillin dengan probenesid: probenesid menghambat sekresi penicillin di tubuli


ginjal sehingga meningkatkan kadar penicillin dalam plasma dan dengan demikian
meningkatkan efektifitas dalam terapi gonore;

2) Kombinasi obat anti hipertensi: meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek


samping;

3) Kombinasi obat anti kanker: juga meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek
samping;

4) Kombinasi obat anti tuberculosis: memperlambat timbulnya resistansi kuman


terhadap obat; dan

5) Antagonisme efek toksik obat oleh antidotnya masing-masing.


Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan
atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit, misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitotastik.
Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang biasa digunakan atau yang sering
diberikan bersama tentu lebih penting daripada obat yang dipakai sekali-kali.

O. Faktor-Faktor Penunjang Interaksi Obat

Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena :

1. Dokumentasinya masih sangat kurang

2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter akan
mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah
satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas seringkali diduga akibat
bertambahnya keparahan penyakit; selain itu, terlalu banyak obat yang saling
berinteraksi sehingga sulit untuk diingat

3. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi


tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya
perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu (terutama gagal
ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor- faktor lain (dosis besar, obat ditelan
bersama-sama, pemberian kronik).

4. Usia

Fisiologi tubuh, metabolisme dan eliminasi pada bayi, anak dan orang dewasa
berbeda.

5. Bobot Badan

Perbandingan dosis obat bobot badan menentukan konsentrasi obat yang mencapai
sasaran.

6. Kehamilan

Pengosongan lambung, metabolisme , ekskresi/filtrasi glomerolus .

7. Obat Dalam Asi

Ampisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin, streptomisin


sulfat, tetrasiklin, dll.

8. Variasi Diurenal
Hormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari , malam hari
9. Toleransi
MK : Induksi enzim
10. Suhu Tubuh
Distribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim
11. Kondisi Patologik
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
12. Genetik
Defisiensi enzim
13. Waktu Pemberian
Sesudah makan/ sebelum makan

P. Mekanisme dasar Interaksi Obat

Pada kenyataanya banyak obat yang berinteraksi obat terjadi tidak hanya dengan satu
mekanisme tetapi melibatkan dua atau lebih mekanisme. Akan tetapi secara umum mekanisme
interaksi obat dalam tubuh dapat dijelaskan atas dua mekanisme utama, yaitu interaksi
farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik. Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi
aksi obat lainnya (B) dengan mekanisme berikut:
1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di cairan jaringan
(interaksi farmakodinamik).

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang
farmakologi obat-obat yang berinteraksi

Interaksi farmakodinamik meliputi aditif, potensiasi, sinergisme dan antagonisme.


Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek pada
jaringan atau reseptor.

2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi farmakokinetik).


a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B sempit
(misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan kehilangan efikasi dan
atau peningkatan sedikit saja efek akan menyebabkan toksisitas).
b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon curam
(sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan
efek secara substansial).
c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang sedikit besar
konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir tidak
menyebabkan peningkatan masalah klinis karena batas keamanannya lebar.
d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas terapi yang
sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat
antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah antineoplastik dan obat-
obat imunosupresan.

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,


metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat
yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya. Interaksi farmakokinetik ditandai
dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paruh, dan
sebagainya.
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah pemberian bersamaan
dengan obat-obat lain. Ada beberapa mekanisme dimana obat dapat berinteraksi, tetapi
kebanyakan dapat dikategorikan secara farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme,
eksresi), farmakodinamik, atau toksisitas kombinasi.

Pengetahuan tentang mekanisme dimana timbulnya interaksi obat yang diberikan sering
bermanfaat secara klinik, karena mekanisme dapat mempengaruhi baik waktu pemberian obat
maupun metode interaksi. Beberapa interaksi obat yang penting timbul akibat dua mekanisme
atau lebih.

Akibat interaksi obat dapat terjadi keadaan :

a) Sumasi (adiktif).
b) Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat,
sedangkan trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua
obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai obat
anti bakteri.
c) Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker) mengurangi efektifitas obat-
obat bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan agonis beta reseptor.
d) Potensiasi, contoh :

Banyak diuretika yang menurunkan kadar kalium plasma, dan yang akan memperkuat
efek glikosid jantung yang mempermudah timbulnya toksisitas glikosid.

Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah noradrenalin di ujung syaraf


adrenergik dan karena itu memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan tiramin yang
bekerja dengan cara melepaskan noradrenalin.

Q. Interaksi Obat Bermakna Klinis

1. Obat Yang Rentang Terapinya Sempit


Contoh: antiepilepsi, digoksin, lithium, siklosporin, warfarin
2. Obat Yang Memerlukan Pengaturan Dosis Teliti
Contoh: antihipertensi
3. Penginduksi Enzim
Contoh: asap rokok, barbiturat, fenitoin, griseofulvin, karbamazepin, rifampisin.
4. Penghambat Enzim
Contoh: amiodaron, diltiazem, eritromisin, ketokonazol, metronidazol, simetidin,
siprofloksasin, verapamil

R. Hal Yang Perlu Diperhatikan Interaksi Obat

1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik.


2. Interaksi tidak selamanya merugikan.
3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan.
4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati
penyakit yang sama.
5. Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.

S. Guna Interaksi Obat

1. Meningkatkan Kerja Obat


Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein
2. Mengurangi Efek Samping
Contoh : anestetika dan adrenalin
3. Memperluas Spektrum
Contoh : kombinasi antiinfeksi
4. Memperpanjang Kerja Obat
Probenesid dan penisilin.

T. Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat

Pasien lanjut usia


Pasien yang mengkonsumsi lebih dari satu macam obat
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
Pasien dengan penyakit akut
Pasien dengan penyakit yang tidak stabil (kadang kambuh)
Pasien dengan karakteristik genetik tertentu
Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter

U. Peran Apoteker Dan Asisten Apoteker Dalam Mencegah Interaksi Obat

Satu prinsip yang harus menjadi perhatian utama saat memberikan informasi kepada pasien
mengenai penggunaan obat adalah pastikan pasien untuk mengikuti petunjuk yang diberikan agar
dapat memperoleh manfaat yang maksimum dengan resiko minimum dari obat yang diminum.
Adapun informasi yang perlu disampaikan kepada pasien mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum mengkonsumsi obat, terkait dengan kemungkinan adanya interaksi dengan
makanan atau minuman adalah :
Pasien harus mentaati petunjuk yang terdapat pada label atau etiket yang melengkapi.
Kapan obat seharusnya dikonsumsi, apakah sebelum atau sesudah makan, atau
bersamaan dengan makanan. Atau pada saat perut kosong.
Boleh tidaknya obat dikonsumsi bersamaan dengan susu, kopi, teh, atau minuman lain
seperti minuman ringan atau alcohol
Efek yang mungkin terjadi jika suatu obat dikonsumsi dengan makanan, misalnya bisa
menurunkan atau meningkatkan absorbsi obat, atau bisa mengiritasi lambung jika
diberikan sebelum makan.

V. Pemasangan LABEL dan TANDA PADA BAHAN BERBAHAYA

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah
atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial.
Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui
sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari
barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.

Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam
perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan
yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang
yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Tanda bahaya dari bahan kimia

Keterangan :

E = Dapat Meledak T = Beracun

F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif

F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi

O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan

T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan

W. Penanganan Obat Emergensi


Emergensi adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi
gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Pengelolaan pasien yang
terluka parah memerlukaan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat untuk menghindari
kematian. Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk
mengatasi situasi gawat darurat atau untuk resusitasi/life support. Pengetahuan mengenai obat-
obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang mengancam nyawa.

Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya
dengan menggunakan obat-obatan

Perhatian

Pemberian obat-obatan adalah orang yang kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga
terlatih di bidang gawat darurat)

Mengingat banyaknya jenis-jenis kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang


disebutkan di bawah ini untuk mengatasi kegawatdaruratan secara umum sedangkan dalam
menghadapi pasien, harus melihat kasus per kasus.

Jenis-jenis obat :

Epinephrin

Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok
anfilaktik, hipotensi.

Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1
: 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt dititrasi sampai
menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 g/mnt

Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan meningkatkan aliran


darah ke otak dan jantung

Sulfas Atropin

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim


konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan
iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.

Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg
BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.

dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena
diencerkan menjadi 10 cc

Kortikosteroid (Dexamethasone)

Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri

Diazepam

Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus

Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan

Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

Dosis pada anak-anak

Epinephrin Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01
mg/KgBB iv (1:1000)

Atropin Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan
dosis 2 kali maksimal 1mg

Diazepam Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus

Kriteria Penyimpanan Obat Emergensi


Tempat menyimpan : TROLI OBAT EMERGENSI
Akses terdekat dan selalu siap pakai
Terjaga isinya/aman, disegel dan diberi siker trolley emergency dan Isi sesuai standar di
masing-masing unit dan tidak boleh dicampur obat lain
Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai harus melaporkan untuk
segera diganti dan di cek secara berkala apakah ada yg rusak/kadaluwarsa

X. Penanganan Obat Yang Dibawa Pasien Dari Rumah Kerumah Sakit

Obat-obat yang bisa dibawa dari rumah kerumah sakit adalah obat-obatan yang bisa
didapat dari pemeriksaan pada praktek dokter ataupun Puskesmas. Obat-obat biasa dibawa
pasien pada saat berobat jalan atau dirawat dirumah sakit. Petugas melakukan wawancara
kepada pasien/keluarga pasien tentang riwayat pengobatan sebelum masuk rumah sakit dan
meminta sampel obat yang dibawa pasien. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter tentang
pertimbangan penggunaan obat yang dibawa tersebut. Apakah obat tetap dipakai atau obat
dihentikan. Selanjutnya di Rumah Sakit obat yang dibawa dari luar dilaksanakan prosedur
rekonsiliasi obat.

BAB VII
HIGH ALERT MEDICATIONS

Pengertian obat High alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko
tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih
pekat).
c. Obat-Obat sitostatika.

1. DAFTAR OBAT OBAT LASA

Tablet

N
O TABLET
1 Akilen 200 mg Akilen 400 mg
2 Amaryl 1 mg Amaryl 2 mg Amaryl 3 mg
3 Approvel 150 mg Approvel 300 mg
4 Arcoxia 60 mg Arcoxia 90 mg Arcoxia 120 mg
5 Baquinor 250 mg Baquinor 500 mg
6 Bicrolid 250 mg Bicrolid 500 mg
7 Biothicol 250 mg Biothicol 500 mg
8 Concor 2,5 mg Concor 5 mg Concor 1,25 mg
N
O TABLET
9 Coapprovel 150 mg Coapprovel 300 mg
10 Cedocard 5 mg Cedocard 10 mg
11 Cefspan 100 mg Cefspan 200 mg
12 Ciproxin 500 mg Ciproxin XR 500 mg
13 Cataflam 25 mg Cataflam 50 mg
14 Canderin 8 mg Canderin 16 mg
15 Eflagen 25 mg Eflagen 50 mg
16 Flamar 25 mg Flamar 50 mg
17 Fluimucil sach 100 mg Fluimucil sach 200 mg
18 Fucohelix 50 mg Fucohelix 100 mg
19 Frego 5 mg Frego 10 mg
20 Glucobay 50 mg Glucobay 100 mg
21 Gratizin 5 mg Gratizin 10 mg
22 Glucophage 850 mg Glucophage 500 mg
23 Lipitor 10 mg Lipitor 20 mg Lipitor 40 mg
24 Lovenox 0,4 gr Lovenox 0,6 gr
25 Nexium 20 mg Nexium 40 mg
26 Norvask 5 mg Norvask 10 mg
27 Neurotam 1200 mg Neurotam 800 mg
28 Opisar 150 mg Opisar 300 mg
29 Letonal 25 mg Letonal 100 mg
30 Primperan 5 mg Primperan 10 mg
31 Pletaal 50 mg Pletaal 100 mg
32 Rimcure Ped Rimactazid Ped
33 Sibelium 5 mg Sibelium 10 mg
34 Voltaren 50 mg Voltaren 25 mg
35 Pantozol 20 mg Pantozol 40 mg

Generik Tablet

N
O GENERIK TABLET
1 Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
2 Allupurinol 100 Allupurinol 300
3 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
4 Cefixime 100 mg Cefixime 200 mg
6 Meloxicam 7,5 mg Meloxicam 15 mg
7 Piracetam 800 mg Piracetam 1200 mg
8 Simvastatin 20 mg Simvastatin 10 mg
9 Rifampicin 450 mg Rifampicin 600 mg
10 Piroxicam 10 mg Piroxicam 20 mg
11 Methylprednisolon 4 mg Methylprednisolon 8 mg

Salep

N
O SALEP
1 Cinolon N Cinolon Cream
2 Garamycin Cream Garamycin OINT

Tablet Psikotropika

N TABLET PSIKOTROPIKA
O
1 Ativan 1 mg Ativan 2 mg
2 Esilgan 1 mg Esilgan 2 mg
3 Valisanbe 2 mg Valisanbe 5 mg
4 Xanax 0,5 mg Xanax 1 mg
5 Zypraz 0,25 mg Zypraz 0,5 mg Zypraz 1 mg

Narkotika

NO NARKOTIKA
1 Codipront Syrup Codipront Cum Expectorant
2 Codein 10 mg Codein 20 mg

Suppositoria

NO SUPPOSITORIA
1 Dumin 250 mg Rectal Dumin 125 mg Rectal
2 Dulcolax 5 mg Supp Dulcolax 10 mg Supp
3 Flagyl 0,5 gr Supp Flagyl 1 gr Supp
4 Stesolid Rectal 5 mg Stesolid Rectal 10 mg

Injeksi

NO INJEKSI
1 Fosmicin 1 gr Fosmicin 2 gr
2 Merosan 1 gr Merosan 0,5 gr
3 Meropenem 1 gr Meropenem 0,5 gr Infus
4 Pulmicort 0,5 gr Pulmicort 1 gr
5 NTaxegram 1 gr INFUS 0,5 gr
Taxegram
6 OLovenox 0,4 gr Lovenox 0,6 gr
7 1Fluxum
Plasbumin
0,4 gr Albumin
Fluxum 0,6 gr
2 Cravit 500 Infus Cravit 750 Infus
3 KA-EN3A KA-EN3B

Syrup

N SYRUP
O
1 Sanadryl DMP Syr Sanadryl EXP Syr
2 Amoxsan Syr 125 gr Amoxsan Syr 250 gr
3 Abbotic 125 mg Syr Abbotic 250 mg Syr
4 Bufect Syr Bufect Forte Syr
5 Cefat Syr Cefat Forte Syr
6 Claneksi Syr Claneksi Forte Syr
7 Cefadroxil 125 mg Syr Cefadroxil 250 mg Syr
8 Actifed Expectoran Syr Actifed Plus Suppresant Syr Actifed Syr
9 Longcef 125 mg Syr Longcef 250 mg Syr
10 Mucopect 15 mg Syr Mucopect 30 mg Syr
11 Mycostatin 12 ml drop Mycostatin 30 ml drop

Obat Luar

N NASAL
O
1 Illiadin 0,05 % Spray Illiadin 0,025 Tetes Hidung

2. DAFTAR OBAT LOOK A LIKE DAN SOUND A LIKE

2.1. OBAT LOOK A LIKE

Tablet

N
O TABLET
1 Epexol Alloris
2 KSR Doloneurobion
3 Incidal OD Nimotop Tab
4 Asvex Inolin
5 Lansoprazole Omeprazole

Injeksi

NO INJEKSI
1 Beclov 250 Cortidex Rativol inj
2 Beclov Acran
3 Cefotaxime Ceftriaxone
4 Farbivent Renadinac
5 NTG Crome
6 Novalgin Lasix
7 Vascon Inj Tioxad Inj
8 Plasminex Trovensis
9 Ventolin Flixotide
10 Miacalcic Inj Sandostatin Inj

Infus

N
O INFUS
1 Ciprofloxacin Inf Imipenem Cilastatin
2 Levocin Inf Trichodazol Inf
2.2. OBAT SOUND A LIKE

Injeksi

NO INJEKSI
1 CEFrom ECron
2 MeroFEN MeroPENEM MeroNEM
3 Narfoz8 mg Narfoz 4 mg

Tablet

No TABLET
1 Lasix TAB Analsik TAB
2 Harnal 0,2 mg Harnal Ocas 0,4 mg
3 Calsivas 5 mg Calsivas 10 mg
4 Crestor 10 mg Crestor 20 mg
5 Merimac 450 mg Merimac 600 mg
6 Meptin Mini 0,025 mg Meptin 0,05 mg
7 Merislon 6 mg Merislon 12 mg
8 Neurobion 5000 Neurobion
9 Neurosanbe 5000 Neurosanbe Neurosanbe Plus
10 Polysilane Tab Polysilane Capsule
11 Vipalbumin Capsule Vipalbumin Sachet
12 Gliaride 2 mg Gliaride 3 mg
13 Telfast OD Telfast HD Telfast Plus
14 Zinnat 500 mg Zinnat 250 mg Zigat 400 mg
15 Moxam 7,5 mg Moxam 15 mg
16 Prosogan 30 mg Prosogan 15 mg
17 Salbutamol 2 mg Salbutamol 4 mg
18 Zyloric 100 mg Zyloric 300 mg
19 Zythrax Zypraz
20 NEuRoaID Capsule NoRoID SoothingCr
21 PHAROlit ORAlit

Syrup

No SYRUP
1 IntRIzin SYR IntERzinc TAB
2 SANmol Syr PAmol Syr

Salep

No SALEP
1 MIconazolE KETOconazol
2 XyllocainGEL XyllocainINJEKSI

Obat Luar

N NASAL
O
1 Breathy Tetes Hidung Breathy Nasal Spray
2 Seretide diskus 50 Inhaler Seretide diskus 500Inhaler

3. OBAT HIGH ALERTS MEDICATIONS (OBAT-OBATAN DENGAN PENGAWASAN)

I. GOLONGAN AGONIS ADRENERGIK IV


1. Epineprin/Adrenalin
2. Efedrin
3. Vascon
II. DOPAMIN DAN DOBUTAMIN
1. Dopac
2. Dobuject
III. KALSIUM INTRAVENA
Calcii Gluconas
IV. INFUS CONTINUE HEPARIN, WARFARIN
1. Fluxum 0,4 Inj
2. Fluxum 0,6 Inj
3. Lovenox 0,4 Inj
4. Lovenox 0,6 Inj
5. Simarc 2 mg Tab
6. Inviclot Inj
7. Arixtra
8. Guardix Sol
V. INSULIN IV
1. Actrapid 100 IU
2. Novorapid Flexpen 100 U/ml
3. Apidra Solostar 100 IU/ml
4. Lantus Solostar 100 IU/ml
5. Novomix 30 Flexpen 100 U/ml
6. Levemir Flexpen 100 IU/ml

VI. KONSENTRAT ELEKTROLIT : INJEKSI NaCl > 0,9% DAN


INJEKSI KALIUM (KLORIDA, ASETAT DAN FOSTAT) 0,4 Eq/ml
1. KCl 7,46 %
2. NaCl 3%

VII. INFUS NARKOSE / OPIAT


Termasuk Infus Narkose Epidural
IX. INFUS MAGNESIUM SULFAT
MGSO4
X. AGEN BLOG NEUROMUSCULAR
1. Morfin Inj
Ecron Inj
2. Fentanyl Inj
XI. OBAT-OBAT INOTROPIK IV
3. Marcain Inj
Fargoxin Inj
4. Pethidin Inj
XII. AGEN ANESTESI
1. Recopol Inj
2. Ketalar Inj

XIII. ANTIARITMIA
1. Lidocain Inj
2. Pehacain Inj
3. Cordarone Inj
4. Xyllocain Inj
5. Naropin Inj
VIII. AGEN SEDASI IV
XIV.1.ANTI
Propofol
TROMBOLITIK
a. 2.Anti
Recopol 10 mg Inj
Koagulan : Simarc 2 Tab
3. Sedacum Inj Inviclot Inj
4. Lodomer Fluxum 0,4
5. Bunascan Fluxum 0,6
6. Ketalar Lovenox 0,4
7. Xyllocain Inj Lovenox 0,6
8. Pehacain Inj Guardix Sol
9. Naropin Inj

b. Intibitor Faktor Xa : Arixtra Inj


c. Direct Thrombin Intibitor : Pradaxa 150 Tab
d. Trombolitik : Clopidogrel Tab
XIX. Sterile Water For Injection,
Plavixand
75 irrigation
mg (excluding pour bottles)
in containers of 1000 mlCPG
or more
75 Tab
Pladogrel Tab
XX. OKSITOSIN IV
Syntocinon HIPERTONIK
XV. DEXTROSA Inj 20 %
Dextrose 40 %

XVI. OBAT-OBATAN EPIDURAL


1. Bunascan Heavy
2. Marcain 0,5

XVII. HYPOGLYCEMICS ORAL


1. Amaryl 1, 2, dan 3 mg
2. Amaryl M 2/500
3. Diamicron MR 60 mg
4. Diaformin XR 500
5. Forbetes 850 mg
6. Glibenclamide 5 mg
7. Glucophage 500 mg
8. Glucophage 850 mg
9. Glucophage XR 500 mg
10. Glucovance 500/2,5
11. Galvusmet 50/500
12. Glucobay 50 mg
13. Glucobay 100 mg
14. Galvusmet 50/500
15. Kombiglyze XR
16. Metformin 500 mg
17. Gliaride 2 mg
18. Gliariade 3 mg
19. Trajenta 5 mg
XVIII. PARENTERAL NUTRITION PREPARATION
XXI. ANTI KONVULSAN
1. Opipentin 300
2. Aprion 150
3. Kutoin Caps
4. Depakote ER
5. Depakene Syr
6. Lethira Tab
7. Kutoin Inj
8. Lyrica 75
9. Sibital 50 mg
10. Provelyn 75
11. Tegretol 200
12. Riklona 2 mg
13. Levoben Tab

DAFTAR ELEKTROLIT KONSENTRAT TINGGI


(Yang Tidak Boleh Disimpan di Unit Rawat Inap kecuali UGD, ICU, VK, dan OK)
1. KCL 7,46 %
2. Natrium Bikarbonat 8,4% (Meylon)
3. Magnesium Sulfat 20%
4. NaCL 3%
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadi kesalahan pada obat high alert :
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap high alert medications

A. Prosedur

Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,


mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan high alert medications
1. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications
b. Instruksi ini harus mencakup minimal:
1) Nama pasien dan nomor rekam medis
2) Tanggal dan waktu instruksi dibuat
3) Nama obat (generik), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
4) Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high
alert medications secara tertulis.
d. Instruksi kemoterapi harus ditulis pada Formulir Instruksi Kemoterapi dan
ditandatangani oleh spesialis onkologi, informasi ini termasuk riwayat alergi pasien,
tinggi badan, berat badan, dan luas permukaan tubuh pasien. Hal ini memungkinkan
ahli farmasi dan perawat untuk melakukan pengecekan ganda terhadap penghitungan
dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.

2. Persiapan dan Penyimpanan


a. High alert medications disimpan di lemari khusus yang memiliki kunci.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan
obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medications harus disimpan di area
perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan label Peringatan:
high alert medications pada tutup luar tempat penyimpanan.
c. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications,
berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar pengasuh/perawat pasien menjadi
waspada dan berhati-hati dengan high alert medications. Setiap kotak/tempat yang
berisi high alert medications harus diberi label.
d. Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan huruf/tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.

3. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check) terhadap semua
high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.
b. Pengecekan Ganda Terhadap High Alert Medications

1) Tujuan:
Identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau pengecekan ganda oleh petugas
kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan:
a. pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan high alert medications tertentu /
spesifik dan di saat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
b. Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan
pemberian medikasi pasien.
c. Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk
menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain: perawat,
ahli farmasi, dan dokter.
d. Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi, atau
perawat lainnya. (petugas tidak boleh sama dengan pengecek pertama)
e. Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verifikasi oleh orang kedua
dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut:
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infuse:
- Saat terapi inisial
- Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
- Saat pemberian bolus
- Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
- Setiap terjadi perubahan dosis obat
f. Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter

3) Prosedur:
Untuk dosis inisial atau inisiasi infuse baru
1. Petugas kesehatan mempersiapkan obat dan hal-hal di bawah ini untuk menjalani
pengecekan ganda oleh petugas kedua:
a. Obat-obatan pasien dengan label yang masih intak
b. Rekam medis pasien, catatan pemberian medikasi pasien, atau resep / instruksi
tertulis dokter
c. Obat yang hendak diberikan lengkap dengan labelnya
2. Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
a. Obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
b. Perawat pasien harus memverifikasi bahwa obat yang hendak diberikan telah sesuai
dengan instruksi dokter.
c. Membaca label dengan suara lantang kepada perawat untuk memverifikasi kelima
persyaratan ini:
Obat tepat.
Dosis atau kecepatannya tepat, termasuk pengecekan ganda mengenai
penghitungan dan verifikasi pompa infuse.
Rute pemberian tepat.
Frekuensi interval tepat.
Diberikan kepada pasien yang tepat.
3. Pada beberapa kasus, harus tersedia juga kemasan/ vial obat untuk memastikan bahwa
obat yang disiapkan adalah obat yang benar, misalnya: dosis insulin
4. Ketika petugas kedua telah selesai melakukan pengecekan ganda dan kedua petugas
puas bahwa obat telah sesuai, lakukanlah pencatatan pada rekam medis/catatan
pemberian medikasi pasien.
5. Petugas kedua harus menulis dicek oleh: dan diisi dengan nama pengecek.
6. Pengecekan ganda akan dilakukan sebelum obat diberikan kepada pasien
7. Pastikan infuse obat berada pada jalur/selang yang benar dan lakukan pengecekan
selang infuse mulai dari larutan/cairan infuse, pompa, hingga tempat insersi selang.
8. Pastikan pompa infuse terprogram dengan kecepatan pemberian yang tepat, termasuk
ketepatan data berat badan pasien.

Untuk pengecekan saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien:


Petugas kedua akan memastikan hal-hal berikut ini:
a. Obat yang diberikan harus memenuhi kelima persyaratan.
b. Perawat berikutnya akan membaca label dengan lantang kepada perawat sebelumnya
untuk memverifikasi kelima persyaratan (seperti yang telah disebutkan di atas).
c. Saat pengecekan telah selesai dan kedua perawat yakin bahwa obat telah sesuai,
lakukanlah pencatatan pada bagian pengecekan oleh perawat di rekam medis pasien.
d. Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien, memberitahukan
kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuannya (pasien dapat
juga berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan).
e. Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinue harus
diberikan melalui pompa infus IV. Pengecualian dapat diberikan pada pasien di Ruang
Rawat Intensif Neonatus (Neonates Intensive Care Unit NICU), atau pada pasien
risiko tinggi mengalami kelebihan cairan (volume over-load) . Setiap selang infuse
harus diberi label dengan nama obat yang diberikan di ujung distal selang dan pada
pintu masuk pompa (untuk mempermudah verifikasi dan meminimalkan kesalahan).
f. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda dapat
menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif terhadap pasien,
perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi
klinis pasien benar-benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksanakan segera
sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan sebelum
memberikannya kepada pasien.
g. Obat yang tidak digunakan dikembalikan kepada farmasi/apotek, dan dilakukan
peninjauan ulang oleh ahli farmasi atau apoteker apakah terjadi kesalahan obat yang
belum diberikan.
h. Dosis ekstra yang digunakan ditinjau ulang oleh apoteker untuk mengetahui indikasi
penggunaan dosis ekstra.

B. Pemberian High Alert Medications Pada Pediatrik dan Neonatus

1. High alert medications pada neonatus dan pediatric serupa dengan obat-obatan pada
dewasa, dan obat-obatan di bawah ini:
a. Regicide (semua jalur pemberian)
b. Chloral hydrate (semua jalur pemberian)
c. Insulin (semua jalur pemberian)
d. Digoksin (oral dan IV)
e. Infuse dopamine, dobutamin, epinefrin, norepinefrin

2. Pemberianchloral hydrate untuk sedasi:


a. Kesalahan yang sering terjadi:
1. Dosis tertukar karena terdapat 2 sediaan: 250 mg/5ml dan 500 mg/5ml.
2. Instruksi sering dalam bentuk satuan volume (ml), dan bukan dalam dosis mg.
3. Pasien agitasi sering mendapat dosis multipel sebelum dosis yang pertama
mencapai efek puncaknya sehingga mengakibatkan terjadinya over dosis.
b. Tidak boleh untuk penggunaan di rumah
c. Monitor semua anak yang diberikan chloral hydrate untuk sedasi pre-operatif
sebelum dan setelah prosedur dilakukan. buatlah rencana resusitasi dan
pastikan tersedianya peralatan resusitasi.
3. Prosedur pemberian obat:
a. Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas
(perawat, dokter, ahli farmasi)
b. Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara kontinyu
infuse intravena untuk semua pasien pediatric yang dirawat, PICU, dan NICU.
Berikan label konsentrasi . untuk spuit atau botol infuse dengan konsentrasi
modifikasi.
c. Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan
obat.
d. Simpan dan instruksikan hanya 1 (satu) konsentrasi.
e. Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan
satuan milliliter
f. Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas /jika perlu.
Jika diperlukan pemberian obat secara pro re nata (jika perlu), tentukan dosis
maksimal yang masih diperbolehkan (misalnya: dosis maksimal 500 mg per hari).

BAB VIII
PENANGANAN BAHAN SITOSTATIKA

A. Definisi Sitostatika

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara fraksional (fraksi
tertentu mati), sehingga 90% berhasil dan 10% tidak berhasil.

Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel
kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah sitostatika
biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik,
dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong obat berisiko tinggi karena mempunyai efek
toksik yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan
karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat sitostatika
membutuhkan penangganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan penderita, perawat,
profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit.

B. Tujuan Penanganan Sitostatika

Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganan yang tepat dan
aman di rumah sakit.

a. Penanganan Sitostatika

Penanganan Sitostatika harus memperhatikan :

1. Tehnik aseptik

2. Pemberian dalam Biological Safety Cabinet (BSC)

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap.

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :

1. Tehnik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) seperti baju pelindung lengan panjang,
apron, topi, masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, pelindung wajah,sepatu
boots,dll).

3. Pelatihan Petugas

4. Penandaan, pengemasan, transportasi

5. Penanganan limbah
b. Prosedur Tetap Penanganan Sitostatika

Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari :


1. Persiapan
a. Bahan : obat sitostatika, pelarut

b. Alat : spuit, jarum, alas / kasa penyerap cairan obat sitostatika, Alat
Pelindung Diri (APD), Peralatan Spill Kit Chemotherapy.

2. Protap ruang aseptik.

3. Protap pengerjaan dalam ampul.

4. Protap penanganan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan sitostatika.

5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah.

6. Protap penanganan limbah sitostatika.

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk penanganan sitostatika meliputi :

Ruang

1. Persyaratan ruang aseptik

a. Ruang tidak ada sudut atau siku

b. Dinding terbuat dari epoksi

c. Partikel udara sangat dibatasi: Kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter.

d. Aliran udara diketahui dan terkontrol

e. Tekanan ruangan diatur

f. Suhu dan kelembaban udara terkontrol (Suhu: 18-22oC dan Kelembaban : 35-
50%)

g. Ada Hepa Filter.

2. Ruang Transisi

Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di ruangan ini
petugas menggunakan perlengkapan steril.

3. Ruang Cuci Tangan

Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah


melakukan penanganan obat sitostatika.

Alat
1. Pass Box

Jendela antara ruangan administrasi dan ruang aseptik yang berfungsi untuk
keluar masuknya obat kedalam ruang aseptik.

2. Laminar Air Flow (LAF)

Laminar Air Flow (LAF) yang digunakan untuk pencampuran sitostatika adalah
tipe: Biological Safety Cabinet (BSC). Validasi hepa filter dilakukan setiap 6 bulan
dengan jalan kalibrasi. Hepa filter diganti setiap 4 tahun sekali. Aliran udara yang
masuk kedalam LAF harus konstan.

3. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)

Kelengkapan APD (Alat Pelindung Diri) terdiri dari :

a. Baju Pelindung : terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat dan harus

menutupi seluruh anggota bagan kecuali muka.

b. Topi : harus menutupi kepala sampai leher

c. Masker : harus mempunyai kaca plastik

d. Sarung tangan :digunakan rangkap dua dan terbuat dari bahanlatex

e. Sepatu : terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam

4. Biological Safety Cabinet (BSC)

Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk


melindungi petugas, materi/bahan yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip
kerja dari alat ini adalah: tekanan udara didalam lebih negatif dari tekanan udara diluar
sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak
vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena
petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan.

d. Tujuan Pemberian Obat Sitostatika dalam Pengobatan Kemoterapi

Tujuan pemberian kemoterapi dengan menggunakan obat-obat sitostatika adalah :


meringankan gejala, mengontrol pertumbuhan sel-sel kanker.

e. Cara Pemberian

Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :

1. PO : Per Oral

2. SC : Sub Cutan
3. IM : Intra Muscular

4. IV : Intra Vena

5. IT : Intra Thecal

6. IP : Intra Peritoneal

f. Teknik Penanganan Sediaan Sitostatika

1. Penyiapan

Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran


obat suntik.

a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 7


benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute pemakaian, benar
waktu pemberian, benar dokumentasi dan benar informasi).

b. Memeriksa kondisi sediaan sitostatika yang diterima (nama obat, jumlah obat,
nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.

c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas / tidak
lengkap.

d. Menghitung kesesuaian dosis.

e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

f. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan, dosis,cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,
dan tanggal kadaluarsa campuran obat sitostatika.

g. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis,
ruang perawatan, dan jumlah paket campuran obat sitostatika.

h. Melengkapai dokumen pencampuran.

i. Memasukan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan


pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

2. Pencampuran

a. Proses pencampuran sediaan sitostatika

1) Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai Prosedur Tetap.

2) Mencuci tangan sesuai Prosedur Tetap.

3) Menghidupkan Biological Safety Cabinet (BSC) 5 menit sebelum


digunakan.
4) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai Prosedur Tetap.

5) Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

6) Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.

7) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.

8) Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.

9) Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC.

10) Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aspetis.

11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika.

12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.

13) Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan


khusus yang berisi kantong plastik berwarna ungu dan berlogo khusus
sitostatika.

14) Memasukkan infus dan spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.

15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
melalui pass box.

16) Menanggalkan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai prosedur tetap.

3. Cara Pemberian

Cara pemberian sediaan sitostatika sama dengan cara pemberian obat suntik
kecuali intramuskular.

C. Penanganan tumpahan dan kecelakaan kerja

a. Penanganan tumpahan

Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau
meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang
terdiri dari :

a. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruanagn steril, dengan cara :

1) Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.

2) Beri tanda peringatan di sekitar area.

3) Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).


4) Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti
pinset dan tempatkan dalam kantong buangan.

5) Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.

6) Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.

7) Cuci seluruh area dengan larutan detergent

8) Bilas dengan aquadest.

9) Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh tumpahan tersebut terserap


dan terangkat.

10) Tanggalkan sarung tangan luar dan penutup kaki luar dalam kantong pertama.

11) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.

12) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan
dalam kantong kedua

13) Ikat kantong secara aman dan masukkan dalam tempat penampungan khusus
untuk dimusnahkan dengan incenerator.

14) Cuci tangan sesuai prosedur tetap.

b. Membersihkan tumpahan di dalam BSC

1) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk
tumpahan serbuk.

2) Tanggalkan sarung tangan dan buang ke dalam kantong, lalu pakai 2 pasang
sarung tangan baru

3) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.

4) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan
aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.

5) Ulangi pencucian sebanyak 3x

6) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.

7) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.

8) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan
akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.

9) Cuci Tangan sesuai Prosedur Tetap.


D. Penanganan Kecelakaan Kerja

1. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh :

a. Kontak dengan kulit.

Tanggalkan sarung tangan.

Bilas kulit dengan air hangat.

Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.

Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
Chorin 5% dan bilas dengan air hangat.

Jika kulit sobek pakai H2O2 3%.

Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.

Tanggalkan seluruh pakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Laporkan ke Supervisor.

Lengkapi format kecelakaan kerja .

b. Kontak dengan mata

Minta pertolongan.

Tanggalkan sarung tangan.

Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit.

Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl
0,9%.

Aliri mata dengan larutan pencuci mata.

Tanggalkan seluruh Alat Pelindung Diri (APD).

Catat jenis obat yang tumpah.

Laporkan ke supervisor.

Lengkapi format kecelakaan kerja.

c. Tertusuk Jarum

Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat
yang mungkin terinjeksi.

Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.

Jika perlu gunakan spuit dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam
jaringan yang tertusuk.
Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.

Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat

Tanggalkan semua Alat Pelindung Diri (APD).

Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.

Laporkan ke Supervisor.

Lengkapai format kecelakaan kerja.

Segera konsultasikan ke dokter.

g. Pengelolaan Limbah Sitostatika

Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitostatika (seperti bekas
ampul, vial, spuit, needle, dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak
menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan sekitar rumah sakit.

Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup.

Untuk benda benda tajam seperti : spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam
wadah yang tidak tembus benda tajam. Sedangkan untuk limbah lain tempatkan
dalam kantong berwarna ungu dan berlogo sitostatika.

3. Beri label peringatan pada bagian luar wadah.

4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan trolli tertutup.

5. Musnahkan limbah dengan incenerator pada suhu 1000oC.

6. Cuci tangan sesuai Prosedur Tetap.

h. Protap Desinfeksi dan Dekontaminasi

1. Persiapan Bahan dan Alat

a. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari :

1) Alkohol swab

2) Alkohol 70% dalam botol spray

3) Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan pelarut


dengan menyemprot alkohol 70%.

b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari :

1) Mensterilkan alas untuk sitostatika


2) Mensterilkan bahan untuk sealling (parafin)

3) Mensterilkan sarung tangan, masker, baju pelindung lengan panjang, topi /


pentup kepala, dan sarung kaki.

4) Spuit Injeksi Ukuran 2 x volume obat yang dibutuhkan

5) Jarum

6) Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik untuk disposal


dengan menyemprot alkohol 70%.

BAB IX
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian dan Tujuan

1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk minimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

2. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

B. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names)
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated) dan obat High Alert lainnya
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk Pencegahan Infeksi
Nosokominal.
C. Pengawasan dan Pelaporan
1. Petugas farmasi melaksanakan supervisi ke ruang perawatan untuk melakukan visite,
monitor tentang pengelolaan di ruang perawatan, gas medik.
2. Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring terhadap efek samping obat.
3. Pemantauan efek terapi dan efek yang tidak diharapkan dari obat dilakukan pada
setiap pasien.
4. Pemantauan efek samping obat diprioritaskan pada obat yang baru masuk
Formularium Rumah Sakit.
5. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat dilaksanakan oleh
dokter/perawat/apoteker secara kolaborasi.
6. Kesalahan obat adalah kesalahan yang terjadi pada tahap penulisan resep, penyiapan,
peracikan, atau pemberian obat baik yang menimbulkan efek merugikan ataupun tidak.
7. Setiap kesalahan obat yang terjadi, wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan/terlibat langsung dengan kejadian tersebut dan atasan langsungnya, dalam
waktu maksimal 2 x 24 jam setelah ditemukan dengan menggunakan formulir laporan
insiden ke Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
8. Tipe kesalahan yang dilaporkan :
a. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) terjadi insiden yang belum terpapar ke pasien, yang
tidak menyebabkan cidera pada pasien.
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) suatu kejadian yang mengakibatkan cidera pada
pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera.
d. Kondisi Potensial Cedera (KPC)kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
e. Kejadian sentinelsuatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
9. Kajian penggunaan Obat (Drug Utilization Review) merupakan pengkajian sistemik
terhadap seluruh aspek penggunaan obat yang bertujuan untuk menjamin penggunaan
obat yang aman dan cost effective serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan pola penggunaan obat baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil pengkajian dijadikan dasar dalam
mengidentifikasi kekurangan dan menyusun strategi untuk perbaikan.
10. Obat-obatan yang diprioritaskan untuk ditinjau meliputi obat yang diduga banyak
digunakan secara tidak rasional, obat mahal, dan obat sedang dievaluasi untuk
penggunaan dalam Formularium Rumah Sakit.
11. Kajian penggunaan obat harus bertujuan dengan penemuan strategi/intervensi yang
bertujuan untuk memecahkan masalah obat, dapat dilakukan dengan edukasi (seminar,
diskusi kelompok, pelayanan informasi obat) tata laksana (audit, umpan balik) dan
pembatasan (penghentian obat, pembagian lini penggunaan obat).
BAB X
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang dan Tujuan


1. Latar Belakang

Kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekitar agar dapat diperoleh produktivitas kerja yang
optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. Pada dasar hukum yang sama pada
ayat 2 juga diterangkan bahwa Usaha Kesehatan Kerja (UKK) merupakan penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dan pelayanan kesehatan kerja mencakup
upaya meningkatkan kesehatan seperti pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan penyakit. Kesehatan kerja mempunyai syarat fisik dan psikis sesuai dengan jenis
pekerjaannya, persyaratan baku, peralatan, proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan
kerja.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai Rumah Sakit X
b. Tujuan Khusus
1. Setiap pegawai yang diterima bekerja pada Rumah Sakit Xmemiliki
kondisi fisik yang sehat dan sesuai untuk pekerjaan yang akan dilakukan
2. Mempertahankan derajat kesehatan pegawai selama berada dalam
pekerjaannya dan mencegah terhadap kemungkinan adanya penyakit akibat kerja
3. Menilai adanya pengaruh kesehatan akibat pekerjaan tertentu
terhadap pegawai yang memiliki resiko tinggi
B. Tata Laksana
1. Kegiatan Pokok
Memberikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai melalui pemakaian alat
pelindung diri dan pemeriksaan kesehatan pegawai Rumah Sakit X
2. Rincian Kegiatan
a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada unit kerja tertentu
b. Pemeriksaan kesehatan pegawai pra-pekerjaan (sebelum kerja)
c. Pemeriksaan kesehatan berkala untuk seluruh pegawai
d. Pemeriksaan kesehatan khusus untuk pegawai pada unit kerja yang memiliki resiko
tinggi, seperti Laboratorium dan Radiologi.

BAB XI
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di Rumah Sakit,


tidaklah berarti semua permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di rumah sakit menjadi
mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya di lapangan, pedoman ini di Rumah Sakit sudah
barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga
farmasi di rumah sakit, kebijakan manajeman rumah sakit serta pihak-pihak terkait yang
umumnya masih dengan paradigma lama yang melihat pelayanan farmasi di rumah sakit
hanya mengurusi masalah pengadaan dan distribusi obat saja. Untuk keberhasilan pelaksanaan
Pedoman Manajemen dan Penggunaan Obat di rumah sakit perlu komitmen dan kerjasama yang
lebih baik antara Unit Farmasi dengan semua unit yang terkait dengan pelayanan pasien sehingga
pelayanan rumah sakit pada umumnya akan semakin optimal, dan khususnya pelayanan
kefarmasian di rumah sakit akan dirasakan oleh pasien/masyarakat.

Diketahui oleh, Medan, Desember 2015


Direktur Rumah Sakit X, Kepala Unit Farmasi

dr. Apt

Anda mungkin juga menyukai