INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT TIPE C NOONGAN
TAHUN 2022
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA
DINAS KESEHATAN DAERAH
UNIT PELAKSANA TEKNIS Daerah
RUMAH SAKIT tipe C NOONGAN
JALAN RAYA NOONGAN Telp. (0431) 3174379, 3174381, email rsudnoongan@yahoo.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT TIPE C NOONGAN
NOMOR:
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan : Noongan
Pada tanggal : 30 Maret 2022
DIREKTUR
A. Latar Belakang
Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari
pengeluaran rumah sakit. Di banyak Negara berkembang, belanja obat di rumah sakit
dapat menyerap sekitar 40% dari biaya keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan
farmasi yang demikian besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini
diperlukan mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian dari Rumah Sakit yang
bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
2kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di
Rumah Sakit, sedangkan Panitia Farmasi dan Terapi adalah bagian yang
bertanggungjawab dalam penetapan formularium. Agar pengolahan perbekalan farmasi
dan penyusunan formularium di Rumah Sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku,
maka perlu adanya tenaga yang professional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan
tenaga professional tesebut, diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah
tersedianya Pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di
IFRS.
B. PENGERTIAN
1. Instalasi Farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit, tempat
menyelenggarakan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditunjuk untuk
keperluan rumah sakit .
2. Pekerjaan kefarmasian Adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
3. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
4. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
2menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya
farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi.
5. Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin implant yang tidak
mengandung obat yang dig8unakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan
kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
6. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat
keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh
Apoteker.
7. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
B. Distribusi Ketenagaan
Pada saat ini Instalasi Farmasi Rumah Sakit TIPE C Noongan memiliki tenaga
sebanyak 15 orang dengan distribusi setiap harinya :
Senin - Sabtu
Dinas Pagi (08.00 - 14.00)
- Administrasi : 1 orang (Ka IFRS)
- Apotek : 3-4 orang
- Gudang : 1 orang
- 2Entri M/K obat : 1 orang
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana dan
peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang
berlaku.Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan antara
fasilitas untuk penyelenggaraan managemen, pelayanan langsung kepada pasien, peracikan,
produksi dan laboratorium mutu yang dilengkapi penanganan limbah.
Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan kalibrasi alat dan
peneraan secara berkala oleh Balai Penguji Kesehatan dan/atau Institusi yang berwenang.
Peralatan harus dilakukan pemeliharaan, didokumentasi, serta dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
Alokasi ruang Instalasi Farmasi harus memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasian yang berlaku :
1. Lokasi harus menyatu dengan system pelayanan rumah sakit
2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian
Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik
dari pencuri maupun hewan pengerat.Fasilitas peralatan memenuhi persayaratan yang
ditetapkan terutama untuk perlengkapan dispensing, baik untuk sediaan steril, non steril
maupun cairan untuk obat luar dan obat dalam.
A. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat menunjang
fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja yang aman untuk
petugas, dan memudahkan system komunikasi Rumah Sakit
B. Peralatan
Fasiltas peralatan harus memenuhi syarat, terutama untuk perlengkapan peracikan dan
penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam.
Macam-macam peralatan :
1. Peralatan Kantor : (meja, kursi, lemari buku/rak, filling cabinet dan lain-lain);
komputer; alat tulis kantor; telepon
2. Peralatan system komputerisasi
3. Peralatan penyimpanan :
Peralatan penyimpanan kondisi umum seperti lemari/rak yang rapi dan terlindungi
dari debu; kelembaban dan cahaya berlebihan; lantai dilengkapi dengan palet
Peralatan penyimpanan kondisi khusus seperti lemari pendingin, lemari khusus
untuk obat jenis narkotika, psikotropika dan prekusor, dan obat hight alert di
simpan tersendiri menjamin mutu dan keamanan obat.
Peralatan pendistribusian/pelayanan rawat jalan; pelayanan rawat inap; kebutuhan
ruang perawatan/unit lain.
Peralatan konsultasi buku kepustakaan bahan leaflet, brosur dan lain-lain; meja dan
kursi untuk apoteker dan dua orang pelanggan; lemari untuk menyimpan profil
pengobatan pasien; computer, telepon, lemari arsip dan kartu arsip
Peralatan ruang informasi obat; kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan
Pelayanan Informasi Obat; peralatan meja, kursi, rak buku, lemari arsip dan kartu
arsip.
Peralatan ruang arsip; kartu arsip dan lemari/rak arsip
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. Perencanaan Pengadaan
Perencanaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit TIPE C Noongan menggunakan
metode 2konsumsi dimana Perbekalan Farmasi akan disediakan jika dibutuhkan dengan
memperhatikan stok minimum dan maksimum
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui melalui cara pembelian atau produksi
a. Pembelian
Pembelian dilakukan ke distributor/Pedagang Besar Farmasi (PBF) resmi dengan
Surat Pesanan yang diperiksa dan disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi.Pembelian
rutin dilakukan setiap hari kerja berdasarkan permintaan tiap unit dan sisa stok si
gudang. Pengadaan obat Narkotika dan Psikotropika melalui PBF Kimia Farma dan
PBF Resmi lain yang mengadakan Narkotika dan Psikotropika. Apabila terjadi
keterlambatan pengiriman obat dari distributor atau kandungan obat belum ada
yang sama dan tidak tersedia di Instalasi Farmasi dan diperlukan oleh pasien maka
dilakukan pembelian tunai ke Apotek/Rumah Sakit lain..
b. Produksi
Produksi di Rumah Sakit TIPE C Noongan merupakan kegiatan membuat, merubah
bentuk atau pengemasan kembali sediaan non steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria Perbekalan Farmasi yang diproduksi :
Sediaan Farmasi dengan formula khusus
2Sediaan Farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga yang lebih murah
Sediaan yang harus dibuat baru
4. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dilaksankan secara teliti guna menjamin kualitas dan
kuantitasnya. Expire date minimal 2 (dua) tahun kecuali dengan pertimbangan khusus
dimana perbekalan akan habis sebelum masa expire date-nya. Obat dan Perbekalan
Farmasi harus diterima oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki ijin.Semua Obat
dan Perbekalan Farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan.Selain itu harus diperiksa juga
kondisi dan tanggal kadaluarsa produk.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum
didistribusikan. penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Tujuan penyimpanan :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Komponen yang harus diperhatikan antara lain :
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat, diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus;
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan, kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting;
3. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang
dibatasi ketat (restricted area) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati; dan
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh
pasien disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan
diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu :
1. Bahan yang mudah terbakar disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya
2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasrkan kelas terapi, bentuk sediaan dan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun scara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO), disertai system informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan mirip, Look
Alike Sound Alike (LASA), tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
label/penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk
kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar
dari penyalahgunaan dan pencurian.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.Pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi, harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah
Sakit.
Tujuan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai adalah untuk :
a. Penggunaan obat sesuai Formularium Rumah Sakit
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efesien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah :
1) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan / slow moving;
2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut / death stock;
3) Stok opname yang dilakukan secara periodic dan berkala.
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari :
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulan,
semester atau pertahun).
Jenis-jenis pelaporan dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
b. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai
karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara
membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat ( medication error) seperti; obat tidak diberikan, duplikasi,
kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat ( medication error) rentan
terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain; antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan
primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah :
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
4. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.Konseling untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap disemua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisiatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya.Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien
dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan resiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien (patien safety).
MESO bertujuan :
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja
ditemukan;
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki; dan
e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO :
a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ESO);
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Tim Farmasi dan
Terapi;
e. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
A. Pengertian
Keselamatan pasien secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu upaya untuk
mencegah bahaya yang terjadi pada pasien.Dalam kaitannya dengan farmasi, maka bahaya
yang dimaksud adalah bahaya yang terkait penggunaan obat atau alat kesehatan. Dalam
proses pelayanan kefarmasian, bahaya yang banyak terjadi adalah kejadian obat yang
merugikan (adverse drugs events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi
obat yang merugikan (adverse drug reaction). Terkait dalam upaya mengatasi hal ini maka
pendekatan system perlu dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan resiko dan
mempromosikan upaya keselamatan obat termasuk alat kesehatan yang menyertai.Dalam
aplikasi praktek pelayanan kefarmasian untuk keselamatan pasien terutama medication
error adalah menurunkan resiko dan promosi penggunaan obat yang aman.
Ada beberapa pengelompokan medication error berdasarkan dampak dan proses.
Pengelompokan tersebut yaitu :
Indeks medication errors untuk kategori errors (berdasarkan dampak)
Errors Kategori Hasil
Improper dose/quantity Dosis, kekuatan atau jumlah obat yang tidak sesuai
dengan yang dimaksud dalam resep
Titik kritis dalam proses manajemen obat yang perlu diperhatikan dalam upaya keamanan
yaitu : sistem seleksi (selection), sistem penyimpanan sampai distribusi ( storage dan
distribution), sistem permintaan obat, interpretasi dan verifikasi ( ordering dan transcribing),
sistem penyiapan, labelisasi/etiket, peracikan, dokumentasi, penyerahan ke pasien disertai
kecukupan informasi (preparing anddispensing), tehnik penggunaan obat pasien
(administration) dan pemantauan efektifitas penggunaan (monitoring)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan kefarmasian
dalam melaksanakan program keselamatan pasien rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
Terlaksananya program keselamatan pasien di instalasi farmasi
Terlaksananya pencatatan kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat di
rumah sakit
C. Tata Laksana
Tata laksana pengelolaan keamanan pasien di Instalasi Farmasi :
a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, item obat dan obat sejenis yang diadakan
dikendalikan jumlahnya
Penggunaan obat/alat kesehatan di rumah sakit sesuai formularium
b. Pengadaan
Perbekalan farmasi dipesan dari distributor resmi
c. Penyimpanan
Obat disimpan sesuai persyaratan penyimpanan
Sistem penyimpanan secara FEFO dan FIFO
Obat yang tergolong LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan secara terpisah (daftar
obat LASA terlampir)
Pemberian penanda obat-obat khusus yaitu untuk obat mendekati kadaluarsa
Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) disimpan ditempat khusus.
(daftar obat dengan peringatan khusus terlampir)
d. Skrining resep
Meliputi :
Identitas pasien pada resep sesuai dengan identitas pendaftaran
Tanggal penulisan resep
Nama obat, kekeuatan, jumlah obat, aturan pakai tertulis jelas
Nama dokter
Apabila ditemui tulisan yang tidak jelas, resep yang tidak terbaca, identitas pasien
tidak sesuai, dosis atau aturan pakai obat tidak lazim wajib langsung ditanyakan
pada dokter penulis resp
e. Dispensing dan Penyerahan
Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SPO
Penempelan etiket/label harus tepat. Etiket harus dibaca pada saat menempelkan
pada kemasan, pasa saat menyerahkan obat pada pasien
Penyiapan obat dan penyerahan obat dilakukan oleh orang yang berbeda
Pemeriksaan pada saat penyerahan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan
etiket, aturan pakai, pemeriksaan keseuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep
terhadap isi etiket
Identifikasi pasien dilakukan sebelum pemberian obat, menggunakan tiga identitas
yaitu nama pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis
f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Pada saat penyerahan obat pasien diberi penjelasan mengenai hal-hal penting terkait
obatnya, yaitu :
Aturan pakai obat
Cara pakai obat
Cara penyimpanan obat
Peringatan berkaitan dengan pengobatan
g. Monitoring dan evaluasi
Setiap ada kejadian efek samping obat didokumentasikan
Proses monitoring efek samping obat dilakukan secara kolaboratif antara perawat,
dokter dan apoteker
h. Pelaporan dan pencatatan insiden
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian
Sentinel wajib dilaporkan kepada apoteker
Pelaporan dilakukan dengan mengisi Formulir Laporan Insiden
Pelaporan wajib dilakukan pada akhir shift atau maksimal 2x24 jam dan diserahkan
kepada Kepala Instalasi
Kepala Instalasi memeriksa laporan dan melaukan grading resiko dan penyerahan
laporan pada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Instalasi Farmasi Rumah Sakit TIPE C Noongan adalah suatu divisi yang
bertanggungjawab terhadap pengelolaan Perbekalan Farmasi yang meliputi obat, alkes,
reagensia dan merupakan tempat yang berpotensi menimbulkan resiko terhadap kesehatan
dan keselamatan pegawai Instalasi Farmasi.
Ancaman bahaya di Instalasi Farmasi terdiri atas :
1) Ancaman bahaya biologi
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti virus, bakteri, parasite, riketsia dan jamur. Contoh
ancaman biologi di Instalasi Farmasi : infeksi nosocomial, AIDS, tuberculosis, hepatitis
B, dll.
2) Ancaman bahaya kimia
Adanya bahan-bahan kimia di Instalasi Farmasi dapat menimbulkan bahaya bagi
karyawan Instalasi Farmasi.Kecelakaan akibat bahan-bahan kimia dapat menyebabkan
keracunan kronik.
Bahan-bahan kimia yang mempunyai resiko mengakibatkan gangguan kesehatan di
Instalasi Farmasi yaitu alcohol, hydrogen peroksida, debu
3) Ancaman bahan fisika dan ergonomi
Bahaya fisika dan ergonomi juga merupakan ancaman yang perlu dilakukan upaya
penanggulangannya agar tidak menyebabkan penyakit akibat kerja.
Faktor fisika di Instalasi Farmasi yaitu bising, panas, cahaya dan listrik.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaannya.Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia, contohnya menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban yang sesuai dengan tubuh manusia.
Contoh faktor ergonomi di Instalasi Farmasi yaitu suhu AC, kesesuaian lampu dengan
ruangan, tata letak alat-alat sealur dengan pekerjaan, dll.
4) Ancaman bahaya psikososial
Pekerjaan yang dilakukan di Instalasi Farmasi dapat menjadi sumber kebahagiaan atau
malah kesengsaraan bagi karyawannya sehingga menimbulkan stress.
Faktor yang dapat menimbulkan kesengsaraan di Instalasi Farmasi contohnya beban
kerja yang tinggi karena lembur terlalu banyak, bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilan karyawan tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, pertentangan dengan
rekan kerja yang berlarut-larut, dll.
B. Tujuan
1) Tujuan umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit TIPE
C Noongan agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal
2) Tujuan khusus
Memberikan perlindungan kepada karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit TIPE C
Noongan, pasien dan pengunjung
Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya, kebakaran dan
pencemaran lingkungan
Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan hasil produksi
Menciptakan cara bekerja yang baik dan benar
3) Sediaan Sitostatika
Sediaan sitostatika ditangani dan dicampur pada ruangan khusus
Penanganan sediaan sitostatika menggunakan APD dan sesuai SPO masing-masing
4) Bahaya Biologi
Melakukan pekerjaan sesuai SPO
Cuci tangan sebelum bekerja
Menggunakan masker dan sarung tangan saat meracik obat
5) Bahaya Fisika dan Ergonomi
Tersedia AC
Tersedia meja dan kursi kerja yang memadai
Tersedia air minum di ruangan kerja
Tersedia lampu dengan penerangan yang memadai
6) Bahaya psikososial dan stress
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Pengendalian mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil.
Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian yang berkesinambungan.
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang dapat dilakukan
terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu.Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
Pengendalian mutu di Instalasi Farmasi merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan
dan audit terhadap perbekalan farmasi, untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan,
kadaluarsa, rusak atau ditarik dari peredaran, serta pemantauan waktu tunggu obat di
Instalasi Farmasi. Dalam Pelayanan Kefarmasian, pengendalian mutu juga berarti
tercapainya kualitas pelayanan kefarmasian sesuai standar yang telah ditetapkan rumah
sakit.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.
1) Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar yang telah ditetapkan dan
tercapainya kepuasan pelanggan
2) Tujuan Khusus
Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan
pasien
Meningkatkan efesiensi pelayanan
Meningkatkan kepuasan pasien dan pengunjung
Menurunkan keluhan pasien atau unit kerja terkait
C. Tata laksana
Laporan tercapainya sasaran mutu dilaporkan kepada tim Pengendalian Mutu Rumah Sakit.
Pengendalian mutu di farmasi diwujudkan dalam sasaran mutu yang hendak dicapai yang
mencakup 4 hal, yaitu :
1) Penetapan waktu tunggu pelayanan Obat Jadi < 30 menit
Standar yang ditetapkan yaitu 90%.Data diperoleh dari catatan waktu mulai dari ditulis
oleh petugas dan catatan waktu selesai yang ditulis oleh petugas.Hasil pencapaian
dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi setiap 3 bulan.
2) Penetapan waktu tunggu pelayanan Obat Racikan < 60 menit
Standar yang ditetapkan yaitu 90%.Data diperoleh dari catatan waktu mulai dari ditulis
oleh petugas dan catatan aktu selesai yang ditulis oleh petugas.Hasil pencapaian
dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi setiap 3 bulan.
3) Tidak ada kejadian kesalahan pemberian obat
Standar yang ditetapkan yaitu 100%. Data diperoleh dari laporan KTD yang ada pada
timPatien Safety, dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi oleh apoteker bersama Tim
Patien Safety.
4) Penulisan resep sesuai formularium
Standar yang ditetapkan yaitu 100%.Data diperoleh dari catatan pembelian obat keluar
yang dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi setiap 3 bulan.
BAB VIII
PENUTUP
Ditetapkan : Noongan
Pada tanggal : 30 Maret 2022
DIREKTUR