NOMOR : 000/SKep-Dir/RS-PH/SK/II/2018
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN DASAR TEKNIK ASEPTIS
DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA :Keputusan Direktur Rumah Sakit Permata Hati
tentang Pemberlakuan Pedoman Dasar Teknik Aseptis
Di Rumah Sakit Permata Hati
Ditetapkan di : Duri
Pada tanggal : 28 Februari 2018
Direktur RS Permata Hati
dr.EFRIANTI,M.Kes
KATA PENGANTAR
Rumah sakit sebagai salah satu tempat layanan kesehatan kepada masyarakat
diharapkan dapat berupaya secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas pelayanan
di segala bidang. Instalasi Farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan rumah sakit secara utuh, sehingga pelayanan kefarmasian sangat dituntut untuk
selalu berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya.
Sehingga disusunlah Pedoman Dasar Teknik Aseptis Rumah Sakit Permata Hati
berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Demikian segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
sehingga penyusunan buku pedoman ini akan mengalami perbaikan secara terus –
menerus.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan pedoman..................................................................................................... 1
1.3 Ruang lingkup......................................................................................................... 1
1. 4 Landasan Hukum .................................................................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP........................................................................................... 3
2.1 Sumber Daya Manusia............................................................................................ 3
2.2 Ruangan Dan Peralatan ......................................................................................... 3
2.3 Penyimpanan ......................................................................................................... 4
2.4 Teknik Aseptis........................................................................................................ 5
2.5 Pencampuran Obat.................................................................................................. 8
2.5.1 Formulasi Obat Suntik...................................................................................... 8
2.5.2 Preparasi Dari Larutan Yang Memerlukan Pelarut Tambahan......................... 9
2.5.3 Preparasi Tersedia Tanpa Pelarut Tambahan ..................................................... 9
2.5. 4 Preparasi Tersedia............................................................................................. 9
BAB III DOKUMENTASI.............................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 15
LAMPIRAN.................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
7. Pedoman Dasar dispensing sediaan steril, Direktorat Bina Farmasi Kmunitas dan
Klinik Departemen Kesehatan RI, 2009.
BAB II
PERSYARATAN UMUM
4
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan pengelolaan
komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis
Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan pencampuran
sediaan steril
Apoteker yang melakukan pencampuran steril sebaiknya selalu meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
2.3 Penyiapan
5
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 7
BENAR ( benar pasien, obat,dosis, rute, waktu pemberian, informasi dan
dokumenasi)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor
batch, tanggal kadaluarsa)
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada perawat atau dokter jika ada yang tidak
jelas/ tidak lengkap
4) Menghitung kesesuaian dosis
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,
dan tanggal kadaluarsa campuran (contoh label obat, gambar 1...)
6
h. Bersihkan area kerja dengan mencuci dengan detergen dan bilas dengan
aquadest, ulangi 3 kali, terakhir bilas dengan alkohol
i. Buang seluruh kassa ke dalam kantong tertutup, buang pada tempat sampah
medis
j. Lepaskan pakaian pelindung
7
a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk bagian
atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion
b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70%, biarkan mengering
c) Lilitkan kassa sekitar ampul
d) Pegang ampul dengan posisi 450 , patahkan bagian atas ampul dengan arah
menjauhi petugas.Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik
e) Berdirikan ampul
f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan
2. Pegang ampul dengan posisi 450 , masukkan spuit ke dalam ampul, tarik seluruh
larutan dari ampul, tutup needle
3. Pegang ampul dengan posisi 450 ,sesuaikan volume larutan dalam spuit sesuai yang
diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang berlebih kembali ke
ampul
4. Tutup kembali needle
5. Untuk permintaan Infus Intra vena, suntikkan larutan obat ke dalam btol infus
dengan posisi 450 perlahan-lahan melalui dindinh agar tidak berbuih dan tercampur
sempurna
6. Untuk permintaan Intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan
7. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup
B. Teknik memindahkan sediaan obat dari vial
1. Membuka vial larutan obat
a) Buka penutup vial
b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70%, biarkan mengering
c) Berdirikan vial
d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan
tertutup
2. Pegang vial dengan posisi 450 masukkan spuit ke dalam vial
3. Masukkan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan lahan memutar
untuk melarutkan obat
4. Ganti needle dengan needle yang baru
5. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong sesuai
volume yang diinginkan
6. Pegang vial dengan posisi 450 tarik larutan ke dalam spuit tersebut
7. Untuk permintaan infus intra vena, suntikkan larutan obat ke dalam botol infus
dengan posisi 450 perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur
sempurna
8. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai untuk
penyuntikan
8
9. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum ke atas, angkat
jarum dan buang ke kantong buangan tertutup
10.Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan “luer lock cap”
11. Seka cap dan spuit dengan alkohol
12.Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam kantong
buangan tertutup
13.Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi obat hasil
pencampuran
14.Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat yang
harus terlindung dari cahaya
15.Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman
9
2.5.2 Preparasi dari larutan yang memerlukan pelarut tambahan sebelum digunakan
Contoh : Ranitidine, amiodaron
10
harus dihitung lagi, sehingga udara perlu ditambahkan kedalam vial sebanding dengan
jumlah obat yang di keluarkan.
2.7 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus penyimpanan:
a. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertas karbon/kantong
plastik warna hitam atau aluminium foil.
b. Suhu penyimpanan 2-8°C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan freezer)
c. Obat injeksi yang telah disiapkan atau dilarutkan/ dicampur namun belum
diberikan, harus diberi label yang berisi :
Identitas pasien (nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis dalam
bentuk barcode).
Nama obat
11
Kekuatan obat
Tanggal dan jam penyiapan / pencampuran
Tanggal Kadaluarsa obat pasca pelarutan
d. Obat infus yang telah dilarutkan atau dicampur dengan obat injeksi harus
diberi label yang berisi :
Identitas pasien (nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis dalam
bentuk barcode) di tempel diflabot atau botol infus.
Nama obat injeksi dalam infus.
Kekuatan obatnya
Tanggal dan jam penyiapan / pencampuran
e. Obat injeksi di kamar operasi pelabelannya ditempel di spuit disposible, isinya
meliputi :
Nama obat
Kekuatan obat
Tanggal segel obat dibuka pertama
2.8 Distribusi
Sediaan steril yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan
stabilitasnya dengan persyaratan :
a. Wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
b. Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu,
ditempatkan dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya
2.9 Penanganan Limbah
Limbah sediaan steril harus dimasukkan dalam safety box.
12
BAB III
DOKUMENTASI
13
BAB IV
PENUTUP
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara aseptis oleh tenaga yang
terlatih, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti kontaminasi terhadap
produk, paparan sediaan terhadap petugas serta lingkungan.
Pedoman Dasar Teknik Aseptis merupakan panduan bagi apoteker dalam
melakukan pencampuran sediaan steril, dan bukan merupakan suatu standar yang
mutlak, oleh karena itu pelaksanaannya dapat menyesuaikan dengan kondisi dan situasi di
Rumah Sakit Permata Hati.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aseptic Dispensing, Dr. Mohd. Baidi Bahari. Associate Professor of Clinical Pharmacy.
School of Pharmaceutical Sciences. University sains Malaysia.
ASHP, Study Guide, Safe Handling of Cytotoxic and Hazardous Drugs, 1990.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.,
“Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril”. 2009. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.,
“Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit”, 2010, Jakarta.
15
LAMPIRAN
16
17
18
19
20
21
22
23
24