tentang
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Kediri
10. Pemilik Rumah Sakit, Kepala Rumah Sakit dan semua staf Rumah Sakit serta
pihak-pihak terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
mendukung penerapan Kebijakan dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI.
11. Pendelegasian
a. Apoteker mendelegasikan pekerjaan kefarmasian kepada tenaga tehnis
farmasi karena keterbatasan tenaga apoteker dan apabila berhalangan
b. Dengan keterbatasan tenaga apoteker dan belum tersedianya ruangan aseptis
apoteker mendelegasikan kepada perawat dalam hal :
- Penyerahan obat dan alat kesehatan kepada pasien di rawat inap dan IGD .
- Melakukan pencampuran obat injeksi di rawat inap dan IGD
Kebijakan Khusus
1. Kebijakan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi:
a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan;
d. penerimaan;
e. penyimpanan;
f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengawasan dan pengendalian; dan
i. administrasi.
A. Pemilihan
1. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang digunakan di RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI harus dilakukan secara cermat
dengan mempertimbangkan asas Cost effectiveness.
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan
keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan,
ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah.
Proses pemilihan obat mengikuti peraturan yang berlaku.
3. Penyediaan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dibatasi untuk mengefisienkan pengelolaannya dan menjaga
kualitas pelayanan.
4. Daftar obat yang telah disetujui dan ditetapkan oleh pimpinan RUMAH SAKIT TK.
IV KEDIRI untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan di RUMAH SAKIT TK. IV
KEDIRI tertuang dalam buku Formularium RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI.
6. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, dan
disetiap lokasi pelayanan pasien di Rumah Sakit.
7. Formularium Rumah Sakit disusun dan diperbaharui setiap 1 (satu) tahun sekali
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat.
8. Formularium Rumah Sakit harus dievaluasi secara rutin dan dilakukan revisi
sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
10.Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus
dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk
sediaan dan kekuatan, dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus,
kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di
dalam formularium, perbandingan harga dan biaya pengobatan dengan obat atau
cara pengobatan terdahulu. kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE) dan/
atau rekomendasi tingkat I Evidence-Based Medicine (EBM).
11.Panitia…….
11.Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru yang
ditambahkan dalam formularium
12. Suatu obat harus dihapuskan dari formularium jika obat tersebut sudah tidak
beredar lagi di pasaran, tidak ada lagi yang meresepkan, atau sudah ada obat lain
yang lebih cost-effective
15. Apabila Obat Formularium yang diperlukan tidak tersedia, maka Instalasi Farmasi
akan menyampaikan pemberitahuan kepada penulis resep dan menyarankan
obat pengganti.
B. Perencanaan Kebutuhan
3.Perencanaan……
3. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain metode konsumsi, epidemiologi, komninasi metode konsumsi dan
epidemiologi.
C. Pengadaan
1. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan melalui pembelian dan sumbangan/hibah.
2. Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan berdasarkan perencanaan yang diajukan oleh pengguna.
3. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia untuk seluruh kebutuhan RUMAH
SAKIT TK. IV KEDIRI dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung.
5. Pengadaan obat yang tidak tercantum dalam formularium serta alat kesehatan dan
bahan habis pakai / reagensia yang tidak tercantum dalam daftar alat kesehatan
dan reagensia hanya dapat dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari PFT dan
disetujui oleh Pimpinan Rumah Sakit.
6. Pengadaan obat, alat kesehatan, dan reagensia di luar jam kerja dilakukan
mengikuti prosedur yang ada.
7.Penanganan…..
7. Penanganan persediaan obat bila terjadi ketidak ketersediaan stok obat di rumah
sakit maka pemenuhan persediaan dilakukan dengan MOU dengan pemasok obat
D. Penerimaan
2. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan oleh petugas logistik yang ditunjuk oleh Pimpinan Rumah Sakit.
3. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan pada order pembelian rumah sakit dengan kondisi fisik yang
diterima.
4. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima, Semua dokumen
terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
E. Penyimpanan.
1. Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan
perbekalan farmasi lainnya.
2. Area penyimpanan perbekalan farmasi hanya boleh dimasuki oleh petugas yang
diberi wewenang.
3.Penyimpanan……
3. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan
sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamananya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat
pelayanan.
6. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis.
7. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada
isinya.
9. Obat narkotika dan psikotropik disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu selalu
terkunci.
10. Obat narkotika dan psikotropik di rawat inap dan IGD disimpan di lemari /troli emergency
yang selalu terkunci dan jumlah stoknya terbatas. Unit yang menyimpan obat narkotik dan
psikotropik terlampir dalam lampiran obat high alert di ruangan.
11. Bahan baku dan zat untuk peracikan harus diberi label yang mencantumkan:
kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
14. Elektrolit pekat yang termasuk dalam daftar Obat High Alert, tidak boleh disimpan
di ruang perawatan. Kecuali HCU, IGD, OK, VK.
15. Elektrolit pekat harus dilakukan pengenceran /pelarutan yang sempurna ( dengan
cara dikocok ) sebelum digunakan
16. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (NORUM/LASA) disimpan tidak
berdekatan dan diberi stiker warna hijau bertuliskan LASA pada rak/wadah
penyimpanannya.Untuk obat –obat yang perlu diwaspadai diberi stiker warna
merah bertulisan HIGH ALERT DOUBLE CHECK.
17. Tiap unit ruangan ,polikinik harus memiliki daftar obat High Alert ,obat LASA dan
obat elektrolit pekat yang ada di RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI.
18. Penyimpanan obat High Alert dilakukan di Instalasi Farmasi .Unit lain yang
menyimpan obat High alert dalam jumlah yang terbatas adalah unit IGD, HCU,
OK, VK ,Ruang perawatan ( Melati, Mawar, Rosella, Puspa-Wijaya Kusuma ),
radiologi . Daftar obat High alert yang ada di unit perawatan terlampir.
19.Produk nutrisi disimpan secara terpisah dalam kelompok nutrisi sesuai dengan
aturan penyimpanan yang ditetapkan produsen.
20. Sediaan farmasi yang dibawa masuk oleh pasien harus diidentifikasi dan dicatat
dalam Formulir Rekonsiliasi Obat. Obat dikelola oleh farmasi dalam wadah
terpisah dan diberi label yang jelas.
21. Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan
sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan
keamananya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat
pelayanan.
25. Obat-obat yang dikeluarkan dari wadah asli disimpan di wadah baru yang sesuai
dan disertai label baru.
26. Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika,
Total Parenteral Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas BSC
(Biological Safety Cabinet).
27. Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan bahan radioaktif.
28. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus
dikembalikan ke gudang farmasi sesuai prosedur yang ada.
29. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, kadaluwarsa dan dicabut ijin edarnya harus disimpan
terpisah di gudang farmasi sambil menunggu pemusnahan.
30. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan tempat
penyimpanannya harus diperiksa secara berkala.
31. Ada prosedur yang ditetapkan untuk pengadaan obat bila gudang obat tutup.
F. Pendistribusian
1. Sistem distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI dilakukan dengan sistem
Resep Perorangan untuk pasien rawat jalan, Sistem Unit Dose Dispensing
(UDD) untuk pasien rawat inap dan sistem persediaan di ruangan untuk ruang
perawat.
2. Rumah sakit menyediakan sistem manual dan komputerisasi untuk proses
pengelolaan mutasi stok dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.
3. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM), Produk ditarik oleh BPOM atau pabrikan asal.
5. Pemusnahan resep dilakukan untuk resep yang sudah disimpan selama minimal
3 (tiga) tahun dan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.
I. Administrasi .
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus di adminstrasikan secara tertib dan bersikenambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu dengan melaksanakan
Pencatatan dan pelaporan
1. Peresepan
a. Dokter yang boleh menulis resep di RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI
adalah semua dokter yang telah mendapatkan Surat Penugasan
(Clinical Appointment) dari RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI yang memuat
kewenangan klinis (Clinical Privileges) yang boleh dilakukan di RUMAH
SAKIT TK. IV KEDIRI.
c. Resep resmi harus ditulis oleh dokter peminta, bila pesanan obat per
telepon, resep dituliskan oleh dokter jaga IGD sesuai dengan advis per
telepon oleh dokter spesialis.
d. Resep harus ditulis pada lembar kertas resep yang memiliki logo atau kop
resmi
e. Resep harus ditulis lengkap dengan tulisan tangan yang jelas dan mudah
dibaca, menggunakan istilah dan singkatan yang lazim sehingga tidak
disalahartikan.
f. Tanda tangan dan paraf dokter dalam penulisan resep sesuai dengan
spesimen tanda tangan dan paraf.
i. Pasien diberi penjelasan tentang efek tidak diharapkan yang mungkin terjadi
akibat penggunaan obat.
j. Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus agar sah harus
dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf).
k. Saat dokter spesialis tidak ada, dokter umum boleh menuliskan resep terapi
obat lanjutan bagi pasien atas perintah dokter spesialis , dengan jumlah
obat tidak lebih dari terapi satu minggu atau sampai dengan jadwal praktek
dokter spesialis berikutnya.
o. Alat kesehatan yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
Daftar Alat Kesehatan RUMAH SAKIT TK. IV KEDIRI.
p. Jenis-jenis resep yang dapat dilayani: resep reguler, resep cito, resep
pengganti obat emergensi, Instalasi Farmasi berhak menentukan pelayanan
resep yang perlu di dahulukan dan perlu pembatasan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan.
r. Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak jelas, maka
perawat / apoteker / tenaga tehnis farmasi yang menerima resep/instruksi
pengobatan tersebut harus menghubungi dokter penulis resep sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
t. Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum dalam
rekam medik.
2. Penyiapan
a. Sistem distribusi dan penyiapan obat untuk pasien rawat inap
diberlakukan sistem dosis unit dan untuk pasien rawat jalan diberlakukan
sistem resep individual. Sistem dosis unit adalah penyiapan obat yang
dikemas untuk satu kali pemakaian. Sistem resep individual adalah
penyiapan obat yang dikemas sesuai permintaan jumlah yang tercantum di
resep.
c. Waktu penyiapan obat ( response time ) adalah waktu mulai dari setelah
resep selesai diverifikasi sampai obat siap untuk diserahkan kepada perawat
(untuk pasien rawat inap) atau kepada pasien/keluarga pasien ( untuk pasien
rawat jalan).
d. Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan ( sistem resep individual )
adalah kurang dari 30 ( tiga puluh menit ) dan waktu penyiapan obat racikan
adalah kurang dari 60 menit ( untuk maksimal 30 bungkus ).Untuk waktu
penyiapan obat untuk pasien kronis di BPJS adalah kurang dari 30 (tiga
puluh menit).
e. Waktu penyiapan obat cito ( segera ) adalah kurang dari 15 (lima belas)
menit dan ditunggu oleh petugas ruangan.
f. Waktu penyiapan obat pasien rawat inap (sistem dosis unit) adalah paling
lambat 1 (satu) jam sebelum waktu pemberian obat.
g. Pelayanan Resep dimulai dari : penerimaan, pengkajian Resep, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi
j. Bila pada kegiatan pengkajian Resep ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep
k. Apoteker / Tenaga tehnis farmasi diberi akses ke data klinis pasien yang
diperlukan untuk melakukan telaah resep.
n. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai
aturan dan standar praktik kefarmasian.
o. Area penyiapan obat tidak boleh dimasuki oleh petugas lain selain
petugas farmasi.
d. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat ditempelkan pada botol
infus atau syringe pump. Apabila obat yang diberikan lebih dari satu, maka
label nama obat ditempelkan pada setiap syringe pump dan di setiap ujung
jalur selang.
e. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/
dokter mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi:
nama obat, waktu dan frekuensi pemberian, dosis, rute pemberian dan
identitas pasien.
f. Mutu obat yang akan diberikan kepada pasien harus dipastikan mutunya baik
dengan diperiksa secara visual.
h. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat
kedua ( double check ) sebelum diberikan kepada pasien.
i. Setiap perawat yang memberikan obat High alert atau bukan pada pasien
rawat inap harus menanda tangani dan mencantumkan nama terang pada
lembar pemberian obat.
K. Rekonsiliasi Obat
2. Rekonsiliasi obat dilakukan terhadap semua Pasien Rawat inap di RUMAH SAKIT
TK. IV KEDIRI.
3. Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi
M. Konseling
2. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan
dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya.
N. Visite
d. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi Terapi adalah yang
berat, fatal, meninggalkan gejala sisa sesuai Standar Prosedur Operasional
Pemantauan Efek Samping Obat.
1. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif, dengan
prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
Rumah Sakit melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
Q. Mutu
Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan
pasien bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Ditetapkan di : Kediri
pada tanggal : 01 Januari 2017
Kepala Rumah Sakit Tk.IV Kediri