Anda di halaman 1dari 6

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

Mata Kuliah : PKPO

Dosen Pembimbing:
Dr. Dyna Safitri Rakhelmi Rangkuti, M.KM

Disusun Oleh:

1. Nika Purnamawati Hulu (2202041010)


2. Ayu Ananda (2202041016)
3. Claudita Zalukhu (2202041018)
4. Dian Dahlia (2202041019)
5. Meycel Famolala Harefa (2202041031)
6. Putri Ayu (2202041035)
7. Viona Marifah (2202041039)
8. Yulan Magfirah (2202041041)
9. Septi Andriyani (2202041044)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
TAHUN 2023/2024
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HELVETIAN
NOMOR 1 TAHUN 2023
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
RUMAH SAKIT UMUM HELVETIA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HELVETIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelayanan


kefarmasian, maka perlu dibentukk kebijakan pelayanan
farmasi:
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dalam surat keputusan
direktur rumah sakit umum Helvetia
Mengingat : a. Undang- Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit;
c. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika;
d. Undang – Undangg Nomor 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian rumah sakit;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang
keselamatan pasien;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang
penggunaan gas medik dan fakum pada fasilitas pelayanan
Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
HELVETIA KEBIJAKAN PELAYAN FARMASI
Pasal 1
Kebijakan pelayanan Farmasi merupakan acuan bagi pejabat dilingkungan
Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
Pasal 2
Kebijakan pelayanan Farmasi dilingkungan Rumah Sakit Umum Helvetia
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Helvetia.
Pasal 3
Dengan diberlakukannya peraturan ini, maka SK Direktur Rumah Sakit Umum
Helvetia Nomor 1 Tahun 2023 tentang kebijakan pelayana farmasi dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Helvetia berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan/ kekurangan didalamnya akan
diadakan pembetulan sebagimana mestinya.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam kebijakan ini dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suattu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter/ dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuia peraturan yang berlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan Kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
7. Alah Kesehatan adalah intrumen, apparatus, mesin, dan atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan Kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis habis pakai adalah alat Kesehatan yang ditunjukan untuk
penggnaan sekali pakai(single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang- undangan.
9. Intalasi farmasi adalah unit pelaksanaan fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayan kefarmasian di rumah sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analisis Farmasi.

BAB II
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 1
PENGORGANISASIAN

1. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi,


alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.
2. Pengelolaan sediaan farmasi alat Kesehatan dan bahan medis habis pakai
meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, penerimaan penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi.
3. Instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/
perbekalan informasi yang beredar dirumah sakit.
4. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system
pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien,
penyediaaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
tdiak terjangkau bagi semua lapisan Masyarakat.
5. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan system satu pintu.
6. Instalasi dipimpim oleh apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang
telah meiliki surat tanda registrasi aopteker dan surat izin praktek apoteker.
7. Kepala instalasi bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan suvervisi
terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta gas medis yang ada dirumah sakit.
8. Rumah Sakit Umum Helvetia tidak melayani pasien kemoterapi.

Pasal 2
SELEKSI OBAT
1. Dalam pemilihan obat baru diperlukan :
a. Data dan informasi mengenai mutu serta implikasi keselamatan pasien
dari penggunaan obat tersebut, jadi tidak hanya mendasar pada harga.
b. Rekomendasi dari staf klinis rumah sakit atau pemerintah atau organisasi
profesi nasional maupun internasional atau sumber lain yang akurat.
2. Dalam pemilihan obat baru diperlukan :
a. Data dan informasi mengenai mutu serta implikasi keselamatan pasien
dari penggunaan obat tersebut, jadi tidak hanya mendasar pada harga.
b. Rekomendasi dari staf klinis rumah sakit atau pemerintah atau organisasi
profesi nasional maupun internasional atau sumber lain yang akurat.
3. Apabila rumah sakit akan menggunakan obat baru yang masih taraf uji coba
(trial) maka harus dilakukan:
a. Kajian iplikasi terhadap mutu dan keselamatan pasien dari pelaksanaan
uji coba (trial)
b. Pelaksanaan uji coba (trial) dapat dilakukan bila persetujuan sudah keluar
c. Dalam pelaksanaan uji coba (trial) membutuhkan persetujuan khusus
pasien.
4. Formularium dievaluasi minimal satu kali dalam satu tahun berdasarkan
informasi tentang keamanan dan efektifitasnya. Proses telaah formularium
dilakukan oleh komite farmasi dan terapi.
5. Prosedur persetujuan dan pengadaan obat – obat yang diperlukan dalam
pelayanan tetapi tidak tersedia dalam stok telah sitetapkan oleh rumah sakit

Pasal 3

PENYIMPANAN
1. Penyimpanan perbekalaan farmasi bersdasarkan stabilitas obat bentuk
sediaan dan alfabetis.
2. Penyusunan perbekalan farmasi menurut alfabetis untuk memudahkan
pengambilan dengan system FIFO (first in first out ) dan atau FEFO (first
expired first out ).
3. Instalasi farmasi tidak melakukan penyimpanan sediaan radioaktif.
4. Penyimpanan obat high alert di instalasi farmasi harus terpisah dengan obat
lain, di area khusus yang tidak di lihat dari luar, diberi garis warna merah di
sekelilingnya .
5. Obat high alert harus di beri label sampai pada kemasan primer obat berupa
stiker segi delapan berwarna merah dengan tulisan high alert double check
untuk obat dengan kemasan flash atau infus atau stiker Panjang warna
merah dengan tulisan high alert untuk obat dengan kemasan file dan ampul.
6. Setiap kotak atau tempat penyimpanan obat dengan nama rupa mirip
(NORUM) atau look alike sound alike (LASA) harus diberi nama dengan
tulisan tallman letter dan label berupa stiker segi delapan berwarna hijau
dengan tulisan Lasa Double check.
7. Pada saat pengambilan obat harus melakukan double check antara dua
petugas farmasi yang berbeda untuk memastikan bahwa obat yang di ambil
sesuai dengan yang di resepkan oleh dokter dan di buktikan dengan stemple
double check di resep yang terdapat instruksi obat high alert di dalamnya .
8. Untuk perbekalan farmasi yang tergolong bahan berbahaya dan beracun di
simpan pada lemari terpisah dari sediaan farmasi lainnya dan di beri
pelabelan sesuain dengan sifatnya .
9. Obat yang di bawa pasien dari luar setelah melalui proses rekonsiliasi obat
dan terapinnya berlanjut, di serahkan kepada instalasi farmasi rumah sakit
untuk selanjutnya di lakukan proses odd. Obat-obat tersebut di simpan di
lamari obat pasien yang berada di ruang nursestation dimana pasien tersebut
di rawat.

Anda mungkin juga menyukai