Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PENETAPAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI

INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM ALMANSYUR MEDIKA

Disusun Oleh :
Rosalin Monica, S.Farm., Apt

KOTA BANJARBARU
2019
KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM ALMANSYUR MEDIKA

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT)


RUMAH SAKIT

DI RUMAH SAKIT UMUM ALMANSYUR MEDIKA

NOMOR :.../ .../RSUAMM/.../2019

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ALMANSYUR MEDIKA

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan di rumah sakit umum Almansyur Medika, adalah

dengan melakukan pemakaian obat secara rasional.


b. bahwa untuk mencapai penggunaan obat secara rasional
diperlukan suatu standar pengobatan yang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran dan farmasi.
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut perlu
disusun formularium rumah sakit dan akan dilaksanakan
oleh suatu komite rumah sakit.
d. bahwa sehubungan dengan butir a, b dan c tersebut perlu
dibentuk komite farmasi dan terapi rumah sakit umum
Almansyur Medika untuk selanjutnya perlu ditetapkan
dengan surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Almansyur Medika.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menkes RI No. 085/MenKes/Per/I/1989,
tentang Kewajiban menuliskan Resep dan/atau
menggunakan Obat Generik;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


47/Menkes/SK/II/1983 Tahun 1983 tentang Kebijakan Obat
Nasional;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


122A/Menkes/SK/II/1999 tanggal 15 februari 1999 tentang
Daftar Obat Esensial Nasional 1998;

5. Surat ketua komite Medik rumah sakit umum Almansyur


Medika Nomor ; Tanggal, perihal pengusulan anggota
komite farmasi dan terapi Rumah sakit umum Almansyur
Medika.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penggunaan Obat di Rumah sakit merupakan suatu proses yang memerlukan


penanganan yang diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai outcame klinik
yang optimal. Komite Farmasi dan Terapi (KFT) sebagai komite yang mempunyai
kewenangan dalam menentukan kebijakan pengunaan obat dan langsung
bertanggung jawab di bawah Direktur, memiliki peran sangat strategis dalam upaya
penggunaan obat yang rasional sesuai dengan panduan penatalaksanaan klinis
terkini. Pedoman penyusunan KFT disusun sebagai acuan dalam proses penentuan
kebijakan dan pelaksanaan nya bagi setiap kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan obat diseluruh bagian di Rumah Sakit Umum Almansyur Medika sesuai
pedoman akreditasi yang tertuang dalam bab Management dan Pelayanan
Kefarnasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.

II. Tujuan Pedoman

A. Tujuan Umum

Tersedianya pedoman penyusunan KFT di RSU Almansyur Medika dengan


standar management dan penggunaan obat.

B. Ruang lingkup pelayanan


Ruang lingkup pelayanan KFT yaitu pada level penentuan kebijakan dalam
penggunaan obat di rumah sakit dan turut berperan dalam sebagian dari
pengelolaan dan penggunaan obat dalam siklus pengelolaan obat (Drug
Management Cycle). Siklus pengelolaan obat secara menyeluruh dilakukan
instalasi farmasi.
KFT mempunyai peran dalam siklus pengeloaan obat sebagai berikut :
1. Seleksi
2. Peresepan
3. Pemberian obat pada pasien
4. Pemantauan

C. Batasan Operasional
1. Seleksi
Proses seleksi adalah tinjauan terhadap masalah kesehatan di Identifikasi
pemilihan terapi, bentuk, dosis menentukan kriteria pemilihan obat sampai
terbentuk standar obat di rumah sakit yaitu Formularium. Komite Farmasi
dan Terapi bertanggung jawab membuat, memelihara dan memperbarui
standar tersebut secara berkala.

2. Peresepan (Ordering) dan Telaah (Transcrabing)


Resep harus ditulis oleh profesi yang memiliki kewenangan klinis di Rumah
Sakit dan secara legal di perkenankan, yaitu dokter dan dokter gigi yang
memiliki Surat Izin Praktek (SIP) yang masih berlaku sesuai dengan
kewenangan klinis yang ditetapkan oleh Direktur RSU Almansyur Medika.
Kaidah peresepan di RSU Almansyur Medika ditetapkan lebih rinci untuk
memastikan legalitas resep dan kelengkapan nya demi menjamin keamanan
pengobatan. Semua resep harus melalui tahap review oleh Apoteker atau
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang sudah dilatih untuk memastikan
kelengkapan Administrasi, Kesesuaian farmasetik, dan Kesesuaian klinisnya.
Assesment dilakukan agar obat yang diresepkan sesuai dengan kondisi
pasien secara individual demi keamanan pengobatan.

3. Pemberian obat kepada pasien


Profesi yang mempunyai kewenangan klinis dari RSU Almansyur Medika
dapat menyerahkan obat kepada pasien. Pemberian obat di dasarkan atas
resep yang diberikan dokter menurut cara pemberian yang sesuai untuk
memastikan efektivitas penggunaan obat dan keselamatan pasien. Pemberin
obat di RSU Almansyur Medika dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarnasian (TTK) yang sudah dilatih.

4. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring terhadap penggunaan obat harus dilakukan oleh dokter, apoteker
dan perawat dalam tim kolaboratif untuk memastikan terapi sesuai outcome
kliniknya. Monitoring dilakukan melalui proses assessment terhadap
kemungkinan timbulnya masalah yang berkaitan dengan obat, termasuk efek
samping obat dan medication error. Dokter, apoteker dan perawat
memastikan dilaksanakan nya proses dokumentasi atas semua pelayanan
obat kepada pasien termasuk outcome terapinya.

D. Landasan Hukum
1. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang – undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang – undang nomor 5 tahun 2009 tentang Psikotropika.
5. Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan menteri kesehatan nomor 1691 tahun 2011 tentang keselamatan
pasien di Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Organisasi Komite Farmasi dan Terapi

DIREKTUR

KETUA KOMITE
FARMASI DAN

SEKERTARIS KFT

KELOMPOK STAF APOTEKER KEPERAWATAN


MEDIK

B. Uraian Kegiatan
1. Deskripsi Jabatan Ketua Komite Farmasi dan Terapi
a. Definisi : Ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah seorang dokter yang
mempunyai tugas pokok mengkoordinasi kegiatan KFT dan bertanggung
jawab kepada Direktur
b. Kedudukan dalam struktur : berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur.
c. Organisasi
Uraian Tugas :
- Mewujudkan pengobatan rasional melalui penetapan kebijakan
penggunaan obat
- Menyusun dan melaksanakan program kerja dan anggaran.
- Melaporkan kepada Direktur tentang pelaksanaan program kerja.

d. Tanggung Jawab
- Bertanggung jawab atas terselenggaranya pengobatan di RSU
Almansyur medika
- Bertanggung jawab atas penggunaan obat di RSU Almansyur Medika
e. Wewenang
- Pemimpin jalan nya organisasi Komite Farmasi dan Terapi
- Memberi masukkan atau rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit
f. Syarat Jabatan
- Pendidikan Formal : Dokter Spesialis
- Pendidikan non formal :-
- Surat Izin Kerja : SIP Dokter
- Pengalaman Kerja : Minimal 5 tahun

2. Deskripsi Jabatan Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi


a. Definisi: Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi adalah seorang
Apoteker yang mempunyai tugas pokok menjadi sekretaris eksklusif
dalam mendukung ketua untuk mengkoordinasi dan menyiapkan
rancangan program kegiatan KFT dan mengelola pertemuan dalam
upaya mewujudkan pengobatan rasional dan bertanggung jawab
kepada KFT.
b. Kedudukan dalam struktur : berada dibawah dan bertanggung jawab
kepadaKetua Komite Farmasi dan Terapi.
c. Organisasi
Uraian Tugas :
- Melaksanakan kegiatan sekretaris untuk mendukung ketua dalam
memipmpin organisasi Komite Farmasi dan Terapi.
- Menyusun dan melaksanakan program kerja dan anggaran bersama
ketua.
- Melaporkan kepaada Direktrur tentang pelaksanaan program kerja.
3. Ketenagaan
Tenaga kesehatan terdiri dari Tenaga medis, tenaga kefarmasian dan
tenaga keperawatan.

No. SDM Keterangan


1 Ketua Komite Farmasi dan Dokter spesialis anak
Terapi
2 Sekretaris KFT Apoteker kepala Instalasi RS
3 Dokter Spesialis Semua dokter yang mewakili
Spesialis
4 Apoteker Apoteker Instalasi farmasi
5 Perawat Kepala Bidang Perawat
BAB III
KOMITE FARMASI DAN TERAPI

A. Tatalaksana Pelayanan
1. Seleksi
Komite farmasi dan terapi (KFT) di RSU Almansyur Medika ditetapkan
dengan SK Direktur RSU Almansyur Medika. Obat yang digunakan
untuk pengobatan pasien di RSU Almansyur Medika melalui proses
seleksi untuk memastikan aspek kualitas, keamanan, kemanfaatan dan
biaya obat (keterjangkauan). Hasil seleksi berupa Formularium harus
disesuaikan dengan perubahan. Seleksi obat memperhatikan evident
based dan mutu dinyatakan data evident, sertifikat Curent Good
Manufacturing (C-CGMO), sertifikat CPOB, evaluasi distributor dan
sertifikat lain, duplikasi zat aktif obat dan keterjangkauan harga obat.
2. Peresepan (Ordering) dan Telaah (Transcrabing)
Pelayanan obat berdasarkan resep yang sah sesuai dengan jenis kekuatan
jumlah dan bentuk sediaan sesuai yang tertulis, resep rawat jalan yang
diterima adalah resep internal RSU Almansyur Medika (Poliklinik, IGD,
Rawat Inap) dan resep rumah sakit lain/umum yang karena memngingat
kepentingan / keselamatan pasien harus diberikan, atas persetujuan kepala
instalasi farmasi.
3. Pemberian Obat kepada pasien
Penyerahan obat harus disertai informasi yang jelas, lengkap, tanpa
melanggae etik farmasi maupun kedokteran, mengarah pada terwujudnya
pada kepatuhan pasien. Hanya Apoteker dan TTK yang telah memiliki
SIPA dan SIKTTK yang bias menjalankan praktek kefarmasian di RSU
Almansyur Medika
4. Pemantauan (Monitoring)
Apoteker bertanggung jawab memperhatikan diagnosa dan kebutuhan
khusus pasien pada saat melakukan penilaian respon pasien setelah
mendapatkan pengobatan. Apoteker secara proaktif melakukan
assessment terhadap masalah pengobatan yang dihadapi pasien dan
penilaian lainnya dalam hal :
- Ketepatan terapi dari regimen pegobatan pasien
- Duplikasi terapi dan kesalahan dari regimen pengobatan pasien
- Ketepatan dosis pengobatan, meliputi : rute, metode, dan frekuensi
pemberian
- Tingkat ketaatan pasien terhadap regimen obat yang diresepkan
- Interaksi obat – obat, ; obat – makanan; obat – penyakit
- Efek samping obat dan efek merugikan lain akibat penggunaan obat
- Interaksi alergi.
BAB IV
TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi Terapi dengen gugus tugas sebagai
berikut :
1. Seleksi Obat yang masuk formularium dilakukan secara kolaboratif serta
dokter – dokter yang terwakili oleh ketua KSM ( Kelompok Staf Medis),
apoteker merupakan representatif dan management Instalasi.
2. Instalasi Farmasi sebagai satu – satunya bagian di rumah sakit yang memiliki
kewenangan sesuai perundang – undangan dalam mengelola perbkalan
kesehatan sesuai dengan kenijakan satu pintu yang ditetapkan Undang –
Undang yaitu dikelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien dan
berbagai gugus tugas pelayanan ( Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan,
IGD)
BAB V
DOKUMENTASI DAN PELAPORAN

Dokumentasi dilakukan untuk hal – hal terkait dengan aspek yang tersebut dibawah
ini :
1. Reseume riwayat pengobatan pasien pada admisi, termasuk riwayat alergi
dan manifestasinya
2. Konsultasi oleh tenaga kesehatan lain baik secara lisan maupun tertulis
berkaitan dengan pemilihan obat dan management terapinya`
3. Permintaan obat dari dokter secara lisan langsung ke Apoteker \
4. Klarifikasi permintaan obat oleh Apoteker kepada Dokter
5. Adjustment / penyesuaian yang dilakukan meliputi pengubahan dosis,
frekuensi, bentuk sediaan dan rute pemberiaan obat`
6. Aktual dan Potensial Drug Related Problem (DRP)
7. Temuan yang diperoleh dari Monitoring Obat.
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

Setiap kegiatan yang dilakukan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) dilakukan
monitoring tiap bulan dan dilakukan pendokumentasian dalam bentuk data
pencatatan berupa laporan bulanan atau laporan tahunan.Penulisan obat diluar
formularium, kejadian efek samping obat, penggunaan obat emergency dilakukan
monitoring, pencatatan, pelaporan setiap bulan kepada Direktur RSU Almansyur
Medika.
BAB VII
PENUTUP

Pedoman Kerja Komite Farmasi dan Terapi (KFT) ini disusun agar menjadi acuan
untuk kegiatan KFT dalam semua proses penggunaan obat diseluruh bagian rumah
sakit sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Standar
Managemen Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat (PKPO). Pelaksanaan dari
setiap hal yang diatur dalam pedoman ini dilakukan dalam koordinasi dengan
bagian lain, antara lain Instalasi Farmasi, Komite Medis, Instalasi rawat jalan,
Instalasi rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, Bidang Keperawatan, Bidang Rekam
Medis.

Anda mungkin juga menyukai