Anda di halaman 1dari 48

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA TAMBUN

NOMOR : 164/PER-DIR/RSKH/VII/2019
TENTANG

PANDUAN PERESEPAN OBAT


RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA TAMBUN

DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA TAMBUN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya memberikan suatu proses yang mendukung staf
medis dan perawat dalam pemberian obat-obatan dengan aman,
memperbaiki praktek dan memastikan pendekatan yang konsisten pada
pengelolaan insiden pemberian obat-obatan;
2. Bahwa agar pelayanan Unit Farmasi di Rumah Sakit Kartika Husada
Tambun dapat terlaksana dengan baik, maka perlu ditetapkan
Kebijakan Direktur sebagai landasan bagi Panduan Peresepan Obat di
Unit Farmasi Rumah Sakit Kartika Husada Tambun;
3. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan
Kebijakan Peresepan Obat di Rumah Sakit Kartika Husada Tambun
dengan peraturan Direktur Rumah Sakit Kartika Husada Tambun.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik lndonesia No. 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 72 tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA


HUSADA TAMBUN TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN
PERESEPAN OBAT RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA
TAMBUN.

Kesatu : Panduan Peresepan Obat di Rumah Sakit Kartika Husada Tambun


sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

Kedua : Panduan Peresepan Obat di Rumah Sakit Kartika Husada Tambun


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu harus dijadikan acuan
dalam menyelenggarakan pelayanan di Unit Farmasi Rumah Sakit
Kartika Husada Tambun;

Ketiga : Dengan dikeluarkannya Peraturan Direktur ini, maka apabila terdapat


peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Direktur ini, maka
peraturan-peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku;

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan atau kekeliruan


dalam Peraturan Direktur ini, maka akan diadakan Perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya;

Kelima : Peraturan Direktur ini ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Tambun
Pada tanggal : 22 Juli 2019
Rumah Sakit Kartika Husada Tambun

dr. Avian Ratna Furi, MARS


Direktur
Lampiran
Peraturan Direktur RS Kartika Husada Tambun Bekasi
Nomor : 164/PER-DIR/RSKH/Per/2017
Tanggal : 22 Juli 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian obat yang ditujukan untuk pengobatan suatu penyakit/kumpulan gejala
(sindrom) merupakan salah satu langkah dalam pengobatan terhadap pasien, dimana
langkah ini harus benar-benar mengutamakan penggunaan obat yang yang rasional.
Dalam konteks pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis,
tepat waktu pemberian dan juga tepat harga obatnya. Pilihan ini mencakup jenis obat
dan ketepatan kondisi pasien, dosis, waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat
dan lamanya pengobatan.

Tindakan/terapi dimulai setelah pemberian obat dan penggunaan obatnya oleh


pasien dan hasilnya harus dipantau serta diverifikasi apakah telah sesuai dengan tujuan
terapi. Dalam penggunaan obatnya, pasien harus diberikan penjelasan tentang obat yang
diminum, indikasi/tujuan obat, waktu minum obat, rute minum obat, efek samping obat,
hal apa saja yang harus dihindari selama minum obat dan lama obat tersebut diminum.
Apabila hasil menunjukkan perbaikan atau sesuai dengan tujuan terapi maka terapi bisa
diteruskan atau kalau tidak berhasil, dihentikan, terapi perlu dikaji ulang.

Kesalahan terapi (medication errors) sering terjadi di praktek umum maupun


rumah sakit. Kesalahan pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan yang
sulit dibaca merupakan faktor yang bisa meningkatkan kesalahan terapi. Setiap langkah
mulai pengumpulan data pasien (anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan
penunjang lainnya) berperan penting untuk pemilihan obat dan akhirnya penulisan
resep.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004


menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat
dicegah.Kesalahan pengobatan (medication error) dapat terjadi dalam tiap proses
pengobatan, baik dalam proses peresepan (prescribing), pembacaan resep
(transcribing), penyiapan hingga penyerahan obat (dispensing), maupun dalam proses
penggunaan obat (administering). Kesalahan dalam peresepan (prescribing) dan
penggunaan obat (administering) merupakan dua hal tersering penyebab kesalahan
pengobatan. Kesalahan peresepan secara umum dibagi menjadi kesalahan pengambilan
keputusan dan kesalahan penulisan resep.
1.2 Tujuan
Penulisan resep yang benar harus mengacu pada tatanan atau aturan yang baku
sesuai dengan kebijakan rumah sakit bertujuan untuk:

1. Meminimalkan kesalahan dalam pembacaan resep oleh apoteker/farmasi


2. Agar terdapat keseragaman pada penulisan resep oleh dokter, maka seluruh
dokter harus mengikuti standar penulisan resep yang benar yang berdasarkan
peraturan dari direktur rumah sakit.
BAB II
PRINSIP PENGGUNAAN OBAT SECARA RASIONAL

Pada dasarnya obat akan diresepkan apabila memang diperlukan, dan dalam setiap
kasus, pemberian obat harus dipertimbangkan berdasarkan manfaat dan resikonya secara
(cost-benefit rasio). Kebiasaan peresepan obat yang tidak rasional akan berdampak buruk
bagi pasien seperti kurangnya efektifitas obat, kurang aman, dan biaya pengobatan tinggi.

Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah yang sistematis
dengan motto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara dan jadwal pemberian serta tepat bentuk
sediaan obat dan untuk penderita yang tepat). Preskripsi yang baik haruslah ditulis dalam
blanko resep secara lege artis, ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi
peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku. Langkah- langkah pengobatan secara
rasional:

1. Langkah 1: Tetapkan masalah pasien sedapat mungkin diupayakan menegakkan


diagnosis secara akurat berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik yang seksama,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain yang tepat. Diagnosis yang
akurat serta identifikasi masalah yang jelas akan mempermudah rencana penanganan.
2. Langkah 2: Tentukan tujuan Terapi tujuan terapi disesuaikan untuk setiap masalah atau
diagnosis yang telah dibangun berdasarkan patofisiologi penyakit yang mendasarinya.
3. Langkah 3: Strategi emilihan Obat setiap pemilihan jenis penanganan ataupun
pemilihan obat obat harus sepengetahuan dan kesepakatan dengan pasien. Pilihan
penanganan dapat berupa penanganan non farmakologik maupun farmakologik.
Pertimbangan biaya pengobatan pun harus dibicarakan bersama-sama dengan pasien
ataupun keluarga pasien.
a. Penanganan Non Farmakologi perlu dihayati bahwa tidak semua pasien membutuhkan
penanganan berupa obat. Sering pasien hanya membutuhkan nasehat berupa
perubahan gaya hidup, diet tertentu sekedar fisioterapi atau psikoterapi. Semua
instruksi tersebut perlu dijelaskan secara rinci dan dengan dokumen tertulis.
b. Penanganan Farmakologik berdasarkan pemahaman patofisiologi penyakit serta
farmakodinamik obat dilakukan pemilihan jenis obat dePngan mempertimbangkan
efektivitas keamanan, kenyamanan, dan harga obat.
4. Langkah 4: Penulisan Resep Obat
Sebuah resep obat berisi perintah dari penulisnya kepada apoteker sebagai pihak
yang menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas, mudah dibaca,
dan memuat informasi nama dan alamat penulis resep, tanggal peresepan, nama dan
kekuatan obat, dengan singkatan dan satuan yang baku, bentuk sediaan dan jumlahnya,
cara pemakaian dan peringatan. Nama, umur, dan tanggal lahir pasien, serta alamat juga
dicantumkan, kemudian dibubuhi tanda tangan dokter.

5. Langkah 5: Penjelasan tentang Obat, Cara Pakai, Peringatan


Pasien memerlukan informasi, instruksi dan peringatan yang akan memberinya
pemahaman, sehingga ia mau menerima dan mematuhi pengobatan dan mempelajari
cara minum obat yang benar. Informasi yang jelas akan meningkatkan kepatuhan
pasien. Informasi yang diberikan antara lain:

1. Efek/indikasi obat: Efek utama obat yang menjadi dasar pilihan kita untuk
mengatasi permasalahan/diagnosis perlu dijelaskan kepada pasien, misalnya gejala
demam dan pusing akan berkurang atau hilang.
2. Efek samping: Demikian pula efek samping yang mungkin muncul akibat
menggunakan obat. Namun perlu bijaksana, agar pasien tidak justru menjadi takut
karenanya, yang penting pasien tahu dan bisa mengantisipasi bila efek samping itu
muncul, misalnya hipoglikemia akibat obat anti diabetes, mengantuk akibat anti-
histamin, dll.
3. Instruksi pemakaian: Pasien harus jelas tentang saat minum obat, cara minum obat,
misalnya obat diminum 3 kali (pagi, siang dan malam, sesudah/sebelum makan,
dengan cukup air, dst.), cara menyimpannya, apa yang harus dilakukan bila ada
masalah dst. Antibiotika misalnya harus diminum sampai habis sesuai dengan
jumlah yang diresepkan, sedangkan beberapa obat digunakan hanya bila
diperlukan saja. Ada obat yang diminum secara bertahap dengan dosis berangsur-
angsur naik dan setelah itu berangsur- angsur turun (kortikosteroid).
4. Peringatan: terkait dengan efek samping, misalnya tidak boleh mengemudi dan
menjalankan mesin karena efek kantuk obat.
5. Kunjungan berikutnya: jadwal kunjungan berikutnya ke dokter (untuk evaluasi dan
monitor terapi).
6. Sudah jelaskah semuanya: Pasien perlu ditanya apakah semua informasi yang
diberikan telah dimengerti dengan baik. Pasien bisa diminta untuk mengulang
segenap informasi yang telah disampaikan.
6. Langkah 6: Pemantauan Pengobatan
Pemantauan bertujuan untuk menilai hasil pengobatan dan sekaligus menilai
apakah diperlukan tambahan upaya lain. Pemantauan dapat dilakukan secara pasif
maupun aktif. Pemantauan pasif artinya dokter menjelaskan kepada pasien tentang apa
yang harus dilakukan bila pengobatan tidak manjur. Pemantauan aktif berarti pasien
diminta dating kembali pada waktu yang ditentukan untuk dinilai hasil pengobatan
terhadap penyakitnya pengobatan yang rasional diawali dengan penulisan resep oleh
dokter secara rasional, dengan langkah-langkah:

 Diagnosis yang tepat.


 Memilih obat yang terbaik dari pilihan yang tersedia.
 Memberi resep dengan dosis dan jangka waktu yang cukup.
 Berdasarkan pada pedoman pengobatan yang berlaku saat itu.
 Resep merupakan dokumen legal, sebagai sarana komunikatif profesional dari dokter
dan penyedia obat, untuk memberikan obat kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
medis yang telah ditentukan.
Dalam suatu resep harus terkandung unsur-unsur informasi mengenai pasien,
pengobatan yang diberikan dan siapa dokter yang menuliskan resep. Apabila seorang dokter
akan menuliskan resep, pertanyaan yang muncul adalah apakah resep akan ditulis dengan
nama generik atau dengan nama dagang. Penulisan resep melibatkan beberapa keputusan
yaitu: kapan dan berapa banyak yang harus diresepkan dan bagaimana meresepkan yang
meliputi masalah teknis, medis, kefarmasian dan ekonomi.

Penulisan resep yang rasional yang berarti penggunaan obat secara rasional.
Penggunaan obat secara rasional adalah pasien yang mendapatkan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan klinisnya, dosis yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, untuk
periode waktu yang cukup dan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Faktor yang
mempengaruhi dokter dalam menuliskan resep:

a. Masalah diagnosis, proses penegakkan diagnosis yang lebih ditentukan oleh kebiasaan dari
deduksi ilmiah menggiring dokter ke pengobatan yang irrasional. Bila
diagnosis belum dapat diterapkan, sering terjadi bahwa berbagai kemungkinan diagnosis
diferensial kemudian diobati dan disebut sebagai defensive therapy dan berarti penggunaan
obat secara polifarmasi untuk menutupi berbagai kemungkinan itu.

b. Pengaruh industri, pengaruh promosi sangat efektif, walaupun dilakukan dengan cara yang
tidak menyolok, misalnya dengan mengadakan seminar atau memberi kepustakaan yang
tentunya mendukung produknya sertatidak memperlihatkan segi- segi lainnya yang kurang
mendukung. Pendidikan berkelanjutan seperti ini lebih bersifat komersil.
c. Farmasi (Dispenser). Pemberian informasi mengenai obat khususnya kepada dokter
mempengaruhi penulisan resep, hal ini berkaitan dengan pendidikan. Informasi dapat
diberikan secara aktif melalui pelayanan informasi obat atau pasif misalnya melalui
bulletin atau newsletter. Peran farmasi juga terlihat mulai dari perencanaan, pengadaan
dan pendistribusian obat di rumah sakit.
d. Pasien/masyarakat. Salah satu dasar pengobatan rasional adalah penggunaan bukti ilmiah
yang sahih (valid) dan ini didapatkan lewat penelitian yang dirancang secara seksama.
Pembuktian efektifitas obat dilakukan lewat uji klinik (clinical trial). Standard tertinggi uji
klinik adalah uji klinik tersamar (Randomised clinical trials/RCTs). Dalam RCT obat bisa
dibandingkan dengan plasebo, atau “head-to-head” dengan obat “kompetitor”. Sedangkan
opini para ahli memiliki tingkatan bukti “terendah”. Uji laboratorium pada sel, organ dan
binatang sering disebut juga uji pre- klinik, sebagai saringan pertama calon obat dari segi
toksisitas, farmakokinetik, dan farmakodinamik (mekanisme kerja obat). Systematic
reviews atau meta-analisis adalah studi yang dilakukan terhadap kumpulan RCT dengan
tujuan utama mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang suatu obat atau
pengobatan terhadap berbagai kondisi.
BAB III
RESEP

3.1 Pengertian Umum Tentang Resep


1. Definisi Resep
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi
kepada apoteker untuk menyiapkan dan/atau membuat, meracik menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Permintaan obat dapat berupa resep ataupun kartu instruksi obat
(KIO).

2. Ukuran Lembaran Resep


o Lembaran resep umumnya berbentuk empat persegi panjang, ukuran ideal
lebar 10-12 cm dan panjang 15-20 cm.
o Lembaran KIO berbentuk empat persegi panjang, dengan lebar 215 mm dan
panjang 330 mm.
3. Jenis-Jenis Resep
a. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah
dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar
lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
b. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi
atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang
diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
c. Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami peracikan. Buku
referensi: Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia Index
Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan lain-lain.
d. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan.
4. Penulis Resep
Yang berhak menulis resep adalah dokter yang memiliki izin praktek di
RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi dan mempunyai kewenangan untuk menulis
resep, yaitu:
a. Dokter Spesialis
b. Dokter umum
c. Dokter gigi
d. Dokter internship
e. Dokter Purnawaktu
f. PPDS
g. Dokter tamu
Kerahasiaan dalam Penulisan Resep
Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan kefarmasian,
oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang tidak berhak.
Resep diperlukan untuk menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang
harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,
pharmaceutical care & nursing care, rahasia dokter dengan apoteker menyangkut
penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana penderita tidak ingin orang
lain mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya dijaga, kode etik dan tata cara
(kaidah) penulisan resep.

Resep asli harus disimpan di instalasi farmasi dan tidak boleh diperlihatkan
kecuali oleh yang berhak, yaitu:

1. Dokter yang menulis atau merawatnya.


2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
3. Paramedis yang merawat pasien.
4. Apoteker
5. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang
ditugaskan untuk memeriksa.
6. Petugas asuransi untuk kepentingan klaim pembayaran.

3.2 Tanda-tanda pada Resep

1. Tanda segera,yaitu: Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera,
tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah
blangko resep
yaitu:
- Cito! = segera
- Urgent = penting
- Statim = penting sekali
- PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda
- Urutan yang didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.
2. Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat
diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter
(Iteratie) dan berapa kali boleh diulang. Misal, iter 1 x, artinya resep dapat
dilayani 2 x. Bila iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+ 2 = 3 x. Hal ini tidak
berlaku untuk resep narkotika, harus resep baru.
3. Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter menghendaki agar
resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep (ps.
48 WG ayat (3); SK Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981). Resep yang tidak
boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik
dan obat keras yang telah ditetapkan oleh pemerintah/ Menkes Republik
Indonesia.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang nama obatnya jika
dokter sengaja memberi obat dosis maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik. Resep yang mengadung narkotik tidak boleh
ada iterasi yang artinya dapat diulang; tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang berarti
untuk dipakai sendiri; tidak boleh ada u.c. (usus cognitus) yang berarti
pemakaiannya diketahui. Resep dengan obat narkotik harus disimpan terpisah
dengan resep obat lainnya.
3.3 Persyaratan Penulisan Resep dan Kaidahnya
A. Syarat – syarat dalam penulisan resep mencakup:
1. Resep ditulis jelas dan lengkap di kop resep, tidak ada keraguan dalam
pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien.
2. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.
3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok
dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis
arabik.
4. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita butuh
satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II.
5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter bersangkutan,
menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut terjamin.
6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
7. Nama pasien, nama ibu kandung dan No.MR harus jelas.
8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter
bersangkutan, mencantumkan nomor S.I.P dokter penulis resep dan alamat
pasien serta resep tidak boleh diulangi tanpa resep dokter.
9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan
sendiri), karena menghindari material oriented.
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti pemberian
obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek, kerahasiaannya
dijaga.

B. Prinsip penulisan resep


Berikut ini prinsip penulisan resep:
1. Obat ditulis dengan nama paten/ dagang, generik, resmi atau kimia.
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantum di label
kemasan.
3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.
4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.
5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.
6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.

C. Karakteristik Menulis Resep


Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri berikut:

1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat
pelayanan medik dan informatif.
2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau
berikanlah.
3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat
kemudian ditulis dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan jelas.
a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis
dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk
sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah).
b. Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup dengan nama
dagang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya.
4. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah,
misal:
- Codein, tidak boleh menjadi Kodein.
- Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F.
5. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf.
6. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny.
Supiah, Ana (5 tahun).
7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume
sediaan sesudah bentuk sedíaan.
8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya tulis
dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte.

3.4 Permasalahan dalam Penulisan Resep


Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini
menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yang
dapat timbul berupa:

1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk


mengkomunikasikan info yang penting, seperti:
 Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.
 Menulis resep dengan tidak jelas/ tidak terbaca
 Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur yang
tidak terstandarisasi
 Menulis instruksi obat yang ambigu
 Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut
 Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih dari
satu rute.
 Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa
menspesifikasi durasi penginfusan.
 Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
2. Kesalahan dalam transkripsi
o Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat yang
digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.
o Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya ketika
menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.
o Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang didaftar obat
pasien.
o Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar obat
yang diresepkan untuk pasien rawat inap.

3.5 Kebijakan Umum dalam Penulisan Resep


1. Semua instruksi pengobatan pasien ditulis oleh dokter yang mempunyai SIP
pada lembar Resep (untuk pasien rawat jalan) dan Kartu Instruksi Obat (untuk
pasien rawat inap).
2. Riwayat alergi pasien harus ditulis pada lembar resep/KIO. Jika ada alergi
ditulis nama obatnya.
3. Resep/KIO ditulis oleh dokter berdasarkan yang ditulis dalam rekam medis.
4. Penulisan resep:
a. Resep hanya boleh ditulis oleh dokter yang mempunyai SIP
b. Format resep menggunakan formulir resep RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi untuk resep rawat jalan dan menggunakan Kartu Instruksi
Obat RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, untuk resep rawat inap
c. Nama obat:
- Nama obat tidak boleh disingkat
- Dimulai dengan huruf besar
- Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam
Farmakope Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: Acid
Salicilat; Acetosal
- Tidak ditulis dengan nama kimia (misal: kalium chloride dengan
KCl) atau singkatan lain dengan huruf capital (misal clorpromazin
dengan CPZ)
d. Untuk singkatan U; IU; QD; QOD; X,0;,0; MS, MSO4, dan MGSO4
tidak boleh digunakan dalam penulisan resep, harus ditulis nama
panjangnya.
e. Penulisan resep harus jelas dan berisi informasi: tanggal resep, nama
obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah obat, aturan pakai, dan rute
pemberian.
f. Penulisan identitas dokter harus lengkap, meliputi nama dokter, SIP
serta paraf dokter, jika resep berisi narkotik maka harus mencantumkan
alamat dokter yang menulis resep serta tanda tangan dokter.
g. Penulisan identitas pasien harus lengkap, meliputi: nama pasien, nomor
rekam medis, umur, dan tanggal lahir, berat badan pasien, ruang/poli
dan diagnosis atau tindakan.
5. Penulisan jumlah/ kadar obat yang ditulis dalam bentuk sistem metrik
mengikuti satuan berikut:
a) berat ˂ 1 gram = mg (miligram)
b) berat ˂ 1 mg = mcg (microgram)
c) volume ˂ 1 liter = ml (mililiter)
d) sediaan TPN/elektrolit = mEq (miliequivalent)
e) untuk dosis-dosis yang lebih kecil lagi dalam sediaan cair drop
o Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
f) untuk dosis-dosis yang lebih kecil lagi dalam sediaan cair atau drop
untuk takaran sediaan cairnya:
o sendok teh (cth.) = 5 ml
o sendok bubur = 10 ml
o sendok makan (C) = 15 ml
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan sendok makan rumah tangga
karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml untuk
sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain ( volume 5,
10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.

6. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.


Misal:
 Tab Novalgin no. XII
 Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)
 m.fl.a.pulv. dt.d.no. X
7. Arti prosentase (%)
 0,5% (b/b) → 0,5 gram dalam 100 gram sediaan
 0,5% (b/v) → 0,5 gram dalam 100 ml sediaan
 0,5% (v/v) → 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
8. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,…; 0,0….; 0,00…)
9. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta
harus ditulis, misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg
10. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:
– Sucralfat syrup yang volume 100 ml atau 200 ml
– Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube
11. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan tidak
hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis dan
spesialistis
 Misal: m.f.l.a.pulv. No. X
 Tab Antalgin mg 500 X
 Tab Novalgin mg 250 X
11. Penulisan dosis/aturan pemakaian (merupakan bagian signatura)
a. Harus ditulis dengan benar. Misal: S.t.d.d.pulv. I.p.c atau p.r.n.t.d.d.tab.I
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”
gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan
kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.
13. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda
tangan pada setiap R/.
14. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
15. Penulisan tanda Iter (Iterretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang) Resep yang memerlukan pengulangan dapat diberi tanda: Iter n X di
sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua
resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang. Resep yang tidak boleh
diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh
resep yang tidak boleh
diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang
diulang

16. Penulisan tanda Cito atau PIM. Apabila diperlukan agar resep segera dilayani
karena obat sangat diperlukanlagi penderita, maka resep dapat diberi tanda
Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan atas resep.
17. Standarisasi penggunaan obat yang digunakan di RSUD Dr Achmad Mochtar
Bukittinggi berdasarkan Formularium Nasional dan Formularium RSUD Dr
Achmad Mochtar Bukittinggi
BAB IV
ELEMEN KELENGKAPAN RESEP

4.1 Syarat Elemen Kelengkapan Resep


Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, apoteker dan pasien.
Agar resep dapat dilayani secara tepat maka resep tersebut harus lengkap dan jelas. Untuk
menghindari keragaman dalam penulisan resep perlu ada aturan yang baku agar dapat
dipedomani oleh semua dokter penulis resep yang mempunyai kewenangan untuk menuliskan
resep di Rumah Sakit. Resep yang lengkap harus memenuhi semua syarat elemen
kelengkapan resep meliputi:

a. Data identitas pasien yang akurat


Data identitas pasien yang akurat berperan penting dalam menjaga keselamatan pasien.
Untuk meminimalkan resiko kesalahan penulisan atau tidak jelas terbaca sebaiknya
identitas pasien menggunakan stiker identitas. Stiker identitas memuat data pasien yang
terdiri dari: Nama pasien, Nomor Rekam medik dan tanggal lahir pasien. Identitas ini
seragam di semua unit dan jenis pelayanan di Rumah sakit.

b. Bagian –bagian Resep


Resep yang lengkap harus memenuhi semua bagian-bagian kelengkapannya
meliputi:

1. Inscriptio: Sebagai identitas dokter penulis resep. Penulisan identitas dokter harus
lengkap, meliputi: Nama dokter, No. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal
penulisan resep, serta paraf/tanda tangan dokter, jika resep berisi
narkotika/psikotropika maka harus mencantumkan nomor surat ijin praktek (SIP)
dan alamat dokter yang menulis resep serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon.
Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Format inscriptio
suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.
2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya
ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di
apotek/rumah sakit. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula
resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
3. Prescriptio/ Ordonatio: merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan
jumlah obat yang diperlukan dan ditulis dengan jelas. Cara
penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang
digunakan.

Contoh:
m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X
m.f.l.a. sol
m.f.l.a. pulv. No XX da in caps
4. Signatura: yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah
makan)
5. Subscrioptio: yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (diperuntukkan): dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien. Penulisan
identitas pasien harus lengkap, meliputi: nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam
medis, dan umur, berat badan pasien,riwayat alergi obat, ruang/poli dan diagnosis
atau tindakan. untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien (untuk
pelaporan ke Dinkes Provinsi).

c. Penggunaan obat nama dagang atau nama generik


Obat yang beredar di pasaran umumnya berdasarkan atas nama dagang yang
dipakai oleh masing-masing produsennya. Karena tiap produsen jelas akan melakukan
promosi untuk masing-masing produknya, maka harga obat dengan nama dagang
umumnya lebih mahal. Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk
mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya.

Di Indonesia, kewajiban menggunakan obat generik berlaku di unit-unit pelayanan


kesehatan pemerintah. Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan
yang diinginkan, maka kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut yang
berlaku di Rumah sakit:

 Peresepan berdasarkan nama generik, bukan nama dagang.


 Diberlakukan Penggantian (substitusi) dengan obat generik dengan terlebih dahulu
melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep, baik via telpon maupun langsung
menemui dokter yang bersangkutan
 Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan pasien secara
berkesinambungan
 Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap penggunaan obat generik.
Mutu obat generik tidak perlu diragukan mengingat setiap obat generik juga
mendapat perlakuan yang sama dalam hal evaluasi terhadap pemenuhan kriteria
khasiat, keamanan dan mutu obat.

Dituliskan nama obat dengan merek dagang pada resep bila terjadi
penggantian obat/substitusi obat dikarenakan obat yang ditulis dokter tidak tersedia di
Instalasi Farmasi.

d. Penggunaan Indikasi “bila perlu” atau PRN(Pro renata)


Untuk aturan pakai jika perlu atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam
sehari. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemberian obat melebihi dosis sehari.

e. Jenis Instruksi yang berdasarkan Berat Badan


Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat bahwa
respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu
mempertimbangkan:

1) Kondisi pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
2) Kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
3) Indeks terapi obat (lebar/sempit)
4) Variasi kinetik obat
5) Cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik (berat
badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan dosis
anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari
rumus yang dipakai.

a. Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus
(n/n+12) x DM dewasa

n = umur dalam tahun


b. Rumus Dilling Untuk
umur diatas 8 tahun
(n/20) x DM dewasa
n = umur dalam tahun
c. Rumus Fried
(n/150) x
DM
n = umur bayi dalam bulan
d. Rumus Clark
Berat badan dalam kilogram/70 kg x DM dewasa

f. Penulisan resep obat berupa infus


Untuk obat-obat atau cairan yang berupa sediaan infus pada resep harus dicantumkan
kecepatan pemberiannya.

Misal: NaCl 0,9% 500 ml inf No III S. 20 tetes/menit.

g. Peresepan obat dengan instruksi khusus


Ada beberapa jenis obat yang diresepkan memerlukan instruksi khusus. Diantaranya
adalah obat:

1. Titrasi
Dalam terapi pengobatan pasien penggunaan infus sudah menjadi hal yang biasa
untuk dilakukan. Namun apabila si pasien membutuhkan pengobatan yang ekstra,
maka dibutuhkan jenis obat atau cairan obat yang lebih tinggi dosisnya dan terkadang
harus dilakukan secara berkelanjutan seperti penggunaan infus.

Titrasi adalah Pemberian obat yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus
sesuai respon yang dikehendaki dapat berubah dalam hitungan jam, menit atau detik.
Contoh obat yang biasanya diberikan dengan metoda titrasi:

a) Obat-obat inotropik misal: dopamin, dobutamin, norepinefrin, adrenalin,


nitrat.
b) Obat antikoagulan misal: heparin, streptokinase
c) Obat untuk koreksi elektrolit misal: KCl, MgSO4
d) Obat lainnya misal: Aminofilin, Diazepam, Morfin
Untuk obat-obat seperti yang tersebut diatas pada resep dituliskan dosis obat.

Misal: Dopamin 4000 microgram per cc.


2. Instruksi obat tapering
Banyak obat-obatan yang tidak dapat dihentikan secara tiba-tiba karena takut
merugikan dan terkadang berkonsekuensi tinggi. Bagaimanapun, sangat
berbahaya bila menghentikan obat tertentu tanpa melakukan diskusi dengan tenaga
kesehatan profesional. Selain itu merupakan kesempatan yang tepat untuk peningkatan
kesadaran masalah kesehatan agar bermanfaat untuk pasien.

Tapering off atau lebih sering disebut dose tapering off merupakan penurunan
dosis obat tertentu ketika obat hendak dihentikan penggunaannya. Tujuan
dilakukannya tapering off adalah agar tubuh kita tidak mengalami gangguan akibat
penghentian obat yang bersifat tiba-tiba. Tidak semua obat dilakukan dose tapering
off, hanya untuk obat-obat yang memiliki efek berlebihan pada tubuh yang akan
dilakukan tapering off. Manfaat dilakukan Tapering off pada obat tertentu adalah agar
tubuh tidak menyadari secara langsung bila dosis obat tersebut telah dikurangi dan
akhirnya dihentikan samasekali.

Bila obat dihentikan secara mendadak, tubuh akan mengalami gejala putus
obat. Beberapa contoh obat yang bisa mengalami tapering off adalah kortikosteroid,
beta-blocker, antiepilepsi, dan antidepressan.

a) Kortikosteroid
Obat ini memiliki efek anti-inflamasi. Efek penekanan sistem imun terjadi
dengan mekanisme penurunan aktivitas dan volume sistem limfatik, serta pada
dosis tinggi dapat menekan fungsi adrenal. Bila digunakan dalam dosis tinggi dan
jangka panjang, kortikosteroid dapat menyebabkan penekanan fungsi kelenjar
adrenal, penekanan sistem imun, sarcoma kaposi, miopati, efek pada mata, serta
gangguan psikiatrik. Contoh obat kortikosteroid antara lain prednison,
dexamethasone, methylprednisolon.

b) Beta- blocker Beta -blocker digunakan secara luas untuk mengobati berbagai
kondisi termasuk hipertensi. Meskipun demikian, kadang-kadang perlu untuk
menghentikan obat beta- blocker bila ada kemungkinan pasien tidak dapat
mentolerir efek samping dari obat. Sebelum dokter melakukan tapering off obat
beta-blocker, sangat penting untuk menentukan jenis formulasi yang cocok untuk
pasien, serta memperhatikan kemampuan pasien untuk menerima efek dari obat
tersebut, terutama pada orang tua. Contoh obat beta-blocker adalah bisoprolol,
propranolol, atenolol.
c) Antiepilepsi. Obat antiepilepsi adalah obat yang memerlukan perhatian untuk
tapering off, dan jika dilakukan secara tidak benar kemungkinan akan terjadi
kejang. Tidak jarang ditemukan pasien epilepsi yang mengonsumsi lebih dari satu
obat. Ketika kebutuhan untuk tapering off antiepilesi muncul,
dianjurkan untuk pasien epilesi agar dilakukan kontrol kejang yang lebih baik
pada obat epilepsi baru dan memperhatikan dosis efektif pertama selama
pengobatan dengan tapering off. Jika pasien telah bebas kejang dalam waktu lama
dan berkelanjutan, dokter dapat mempertimbangkan penarikan obat antiepilepsi.
Contoh obat antiepilesi adalah phenytoin.

d) Anti-depresan. Obat anti-depresan dapat menyebabkan masalah ketika obat ini


dihentikan semua secara tiba-tiba. Sindrom penghentian antidepresan dilaporkan
terJadi pada satu dari lima pasien yang menghentikan pengobatan secara tiba-tiba.
Gejala umum yang terjadi antara lain insomnia, ketidakseimbangan dan gangguan
sensorik. Penghentian obat antidepresen secara tiba-tiba dapat menyebabkan
reaksi drastis terhadap tubuh yang disebabkan oleh merosotnya plasma obat tiba-
tiba. Tapering off antidepressan harus bertahap, menurun untuk setiap periode,
empat sampai enam minggu jika memungkinkan.. Contoh obat antidepresan
antara lain alprazolam, lorazepam, diazepam.
Penulisan pada resep dapat obat tapering
Misal: hari ke 1 Prednison 10 mg No III S 3 dd 10 mg
hari ke 2 Prednison 10 mg No I S 2 dd 5 mg.

hari ke 3 Prednison 10 mg No I S 1 x sehari 2.5 mg


3. Instruksi Obat dengan rentang dosis
Dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien yang dapat
memberikan efek farmakologis (khasiat) yang diinginkan. Secara umum penggunaan
dosis dalam terapi dibagi menjadi: dosis lazim dan dosis maksimum/maksimal. Dosis
lazim adalah dosis yang digunakan sebagai pedoman umum pengobatan (yang
direkomendasikan dan sering digunakan) sifatnya tidak mengikat (biasanya diantara
dosis mimimum efek dan dosis maksimum), sedangkan dosis maksimum adalah dosis
yang terbesar yang masih boleh diberikan kepada pasien baik untuk pemakaian sekali
maupun sehari tanpa membahayakan (berefek toksik ataupun over dosis). Untuk terapi
sebaiknya menggunakan pedoman dosis lazim.

4.2 Ketentuan Tentang Penulisan Resep


Resep harus ditulis secara lengkap dan jelas, apoteker harus menanyakan kepada
dokter penulis resep jika resep tidak terbaca. Untuk obat yang peresepannya
diawasi atau obat yang cenderung disalahgunakan sebaiknya menuliskan kekuatan obat dan
jumlah totalnya dalam huruf untuk mencegah penyalahgunaan.

Beberapa ketentuan dalam penulisan resep:


1. Secara hukum, dokter yang menandatangani resep bertanggungjawab sepenuhnya
tentang resep yang ditulis untuk pasien.
2. Resep ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca oleh petugas farmasi.
3. Resep ditulis dengan tinta warna hitam sehingga tidak mudah dihapus.
4. Tanggal resep ditulis dengan jelas.
5. Untuk pasien anak, lansia dan kemoterapi maka harus mencantumkan umur dan berat
badan.
6. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep dihindari memakai angka desimal untuk
menghindari kemungkinan terjadi kesalahan, contoh: untuk obat yang diberikan dalam
jumlah kurang dari satu gram ditulis dalam milligram, misal 500 mg bukan 0,5 g.
7. Untuk obat yang dinyatakan dalam satuan unit jangan disingkat menjadi U.
8. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dalam satuan mililiter hindari
menuliskan cc atau cm3

4.3 Langkah-langkah untuk Menghindari Kesalahan dalam Pengobatan


1. Skrining Resep
Berdasarkan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Untuk menganalisa masalah terkait obat, Apoteker
harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

1. Persyaratan administrasi meliputi:


a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
b. Nama, nomor izin praktek, alamat dan paraf dokter.
c. Tanggal resep
d. Ruangan atau unit asal resep.
2. Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah obat.
c. Stabilitas.
d. Aturan dan cara penggunaan.
3. Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
d. Kontraindikasi
e. Interaksi obat.

4.4 Pengelolaan Resep yang tidak jelas dan tidak terbaca


Resep yang tidak jelas atau tidak terbaca dikelola oleh depo farmasi. Resep
diterima dan diverifikasi untuk mengidentifikasi masalah dalam peresepan. Apabila
teridentifikasi ada masalah peresepan, Apoteker/ asisten apoteker mengkonfirmasi
kepada dokter penulis resep baik secara langsung maupun melalui telepon.

Apabila dokter dapat dihubungi langsung maka resep yang tidak jelas diganti
dengan resep yang baru. Namun apabila dokter dihubungi via telepon, apoteker

/asisten apoteker menulis di buku catatan instruksi obat melalui telepon. Keesokan
harinya apoteker atau asisten apoteker meminta tanda tangan dokter atas instruksi lisan
tersebut.

4.5 Pengelolaan Resep/Instruksi Pengobatan Obat Norum/ LASA


Obat NORUM/LASA adalah obat yang memiliki kemasan yang terlihat mirip
atau obat yang memiliki nama yang terdengar mirip. Obat LASA tergolong ke dalam
obat-obatan yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) sehingga harus mendapat
perhatian khusus terutama pada saat dispensing obat. Perlu pengelolaan khusus terkait
persepan untuk menjamin kesesuaian instruksi pengobatan dengan obat yang diberikan.
Langkah yang dilakukan dalam proses peresepan obat LASA:

1) Dokter penulis resep mengenali daftar obat LASA yang ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit.

2) Dokter penulis resep membuat permintaan obat dengan memperhatikan


kelengkapan resep yang benar.
3) Dokter penulis resep memastikan obat yang ditulis di resep sesuai dengan
indikasi, dosis dan rute pemberiannya.
4) Apoteker /Asisten Apoteker menerima resep dan melakukan verifikasi
resep.
5) Apabila teridentifikasi masalah atau keraguan dalam resep lakukan
konfirmasi ke dokter penulis resep.
6) Hindari permintaan via telepon, kecuali dalam kondisi emergency, permintaaan
dapat dilakukan secara langsung oleh dokter melalui lisan atau melalui telepon
dengan cara mengeja nama obat/spelling dengan kode alfabet.
7) Apoteker /asisten Apoteker yang menerima instruksi melakukan tekhnik
TBAK, menulis permintaan, membaca kembali dan konfirmasi.

4.6 Pengelolaan Resep Khusus


Terdapat beberapa peresepan yang harus dikelola khusus antara lain:
a. Permintaan obat darurat
Merupakan permintaan obat dalam kondisi darurat/emergency dimana pasien
membutuhkan obat segera. Dalam pelayanan obatnya tidak memerlukan
permintaan obat berupa resep tapi dapat dipenuhi dengan membuka trolley
emergency. Data perbekalan farmasi yang terpakai dicatat oleh dokter atau
perawat pada form pemakaian trolley emergency.

b. Pengelolaan resep standing order


Apabila diperlukan obat segera dalam kondisi emergency tapi perbekalan
farmasi tersebut tidak terdapat dalam trolley emergency, dokter penulis resep
dapat meminta kebutuhan obat tersebut secara langsung ke depo farmasi dengan
instruksi lisan kepada Apoteker/Asisten Apoteker. Permintaan obat tersebut
dicatat di dalam buku permintaan obat tanpa resep dengan menuliskan nama obat,
jumlah obat dan nama dokter yang meminta. Apabila keadaan emergency sudah
teratasi maka dokter tersebut harus membuat permintaan obat berupa resep sesuai
dengan kaidah penulisan resep yang benar.

c. Pengelolaan resep berhenti otomatis (automatic stop order)


Automatic stop order adalah suatu sistem penghentian pemberian obat
secara otomatis agar tidak timbul efek yang tidak diinginkan atau berkembangnya
resistensi antibiotik. Ada beberapa jenis obat yang dibatasi jumlah pemberiannya
di dalam Formularium nasional antara lain:

1. Golongan Antibiotik seperti: Amoksisilin tablet 500 mg, maksimal diberikan 10


hari, Ampisilin serb.inj 1 g, maksimal diberikan 10 hari, Ampisilin Sulbaktam
serb. Inj 750 mg, maksimal 10 hari, Benzatin benzil penisilin inj 1.2 juta
unit/ml, maksimal 2 vial /bulan, Cefoperazon Sulbaktam serb. Inj 1 g,
maksimal diberikan 10 hari, Cefiksim tablet 200
mg, maksimal diberikan 10 hari, Cefiksim sirup maksimal diberikan 1 botol per
kasus dll.

2. Golongan analgetik seperti: ketorolac inj 30 mg/ml maksimal dapat diberikan


2 hari 2-3 ampul sehari, ketoprofen supp 100 mg, maksimal diberikan 3 hari 2
supp per hari.
3. Golongan obat untuk prosedur pre operatif seperti: midazolam inj 1 mg/ml
(i.v) dan inj 5 mg/ml (i.v) maksimal dapat diberikan 24 mg/hari.
4. Dan obat lainnya yang ada restriksinya dalam formularium nasional.
DAFTAR PUSTAKA

1. Simatupang A. Proses Keputusan Terapi dan Masalah dalam Pemakaian Obat.


Cermin Dunia Kedokteran 1992; 78: 57-60.

2. Velo GP; Minuz P. Medication errors: prescribing faults and prescription


errors. Br JClin Pharmacol 2009; 67 (6): 624-8.

3. Simatupang, A. Pedoman WHO tentang Penulisan Resep yang Baik sebagai Bagian
Penggunaan Obat yang Rasional WHO-Guide to Good Prescribing as Part of
Rational Drug Use 2012.

BAB I
DEFINISI

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, kepada Apoteker, dalam bentuk
paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku. Peresepan adalah penulisan terapi pasien dilembar resep dokter atau
pada rekam medis elektronik. Resep yang dapat dilayani oleh Unit Farmasi RSKH Tambun
adalah resep yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

A. SYARAT ADMINISTRASI
1. Nama dan Nomor Surat Ijin Praktek dokter penulis resep
2. Paraf /Tanda tangan dokter (resep narkotika)
3. Tanggal Resep
4. Nama Pasien
5. Nomor Rekam Medis pasien
6. Tanggal lahir pasien
7. Berat / tinggi badan pasien untuk kelompok pasien anak

B. SYARAT FARMASETIK
1. Nama obat : Merk/generik
2. Dosis / kekuatan obat
3. Bentuk Sediaan obat

RS. Kartika Husada – Tambun


Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.31 dari 48
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini hanya berlaku untuk staf medis yang memiliki kewenangan peresepan obat di
RS Kartika Husada Tambun.

Panduan penulisan resep dokter meliputi :


1. Kajian Administrasi, kajian Farmasetik resep
2. Telaah Resep dan Telaah Obat

Pihak yang berhak meresepkan obat:


1. Resep obat hanya boleh dibuat/diorder
oleh staf medis.
2. Instruksi secara verbal tidak dapat
digunakan kecuali dalam kondisi darurat (mengancam jiwa pasien).

RS. Kartika Husada – Tambun


Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.32 dari 48
BAB III
TATA LAKSANA

A. KAJIAN ADMINISTRASI

1. Nama dan Nomor SIP (untuk pasien rawat jalan) dokter dapat terbaca dengan jelas
2. Tanda tangan dokter (untuk kelengkapan resep narkotika)
3. Tanggal resep dapat terbaca dengan jelas
4. Resep harus dilengkapi dengan informasi yang dapat terbaca dengan jelas berupa
a. Umur pasien
b. Nomor Rekam Medis (RM) pasien dan Nomor Register pasien
c. Tanggal Lahir
d. Nama dokter penulis resep
e. Nama lengkap pasien (dengan stiker)
f. Berat badan pasien untuk kelompok pasien anak.

B. KAJIAN FARMASETIK

1. Nama obat
a) Nama obat (Merk) yang ditulis dalam resep harus lengkap dan terbaca dengan
jelas.
b) Untuk penulisan nama obat yang disingkat hanya untuk nama obat yang tercantum
pada Daftar Singkatan Yang Digunakan Di RSKH Tambun dan daftar singkatan
nama obat yang tidak boleh digunakan di RSKH Tambun
c) Bila bagian farmasi menemukan resep yang tidak lengkap dan tidak terbaca, maka
Bagian Farmasi harus melakukan konfirmasi/menanyakan ketidakjelasan kepada
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.33 dari 48
dokter penulis resep dengan metode TBAK (Tulis - Bacakan kembali -
Konfirmasi). Daftar pengejaan nama terlampir pada lampiran.
d) Menggunakan spasi antara nama, dosis, dan satuan obat
Contoh :

Nama, dosis, dan satuan obat Misinterpretasi Saran penulisan


Propanolol10 mg Propanolol 110 mg Propanolol 10 mg
Tegretol300 mg Tegretol 1300 mg Tegretol 300 mg

e) Resep ditulis sekali, hindari coretan, ataupun penebalan tulisan

2. Dosis obat dan kekuatan obat


a. Peresepan obat harus dilengkapi dengan dosis yang diinginkan, sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam interpretasi resep.
Misal : R/ Transamin tab (Transamin 250 mg atau Transamin 500 mg)
b. Hindari penulisan angka yang menimbulkan lebih dari 1 interpretasi sewaktu resep
dibaca
c. Jika dosis yang digunakan dalam bentuk desimal, gunakan tanda koma untuk
memisahkan angka
d. Satuan dosis / kekuatan obat

e. Untuk instruksi pengobatan yang berdasarkan berat badan seperti


untuk anak-anak, lansia, dan populasi khusus lainnya, berat badan pasien harus
dicantumkan di resep.

3. Bentuk Sediaan obat


Peresepan obat harus dilengkapi dengan bentuk sediaan yang diinginkan : tablet, sirup,
salep, krim, injeksi, suppositoria, spray, drop
Contoh :
Misinterpretasi Saran penulisan
R/ Stesolid 10 mg
(Stesolid inj 10 mg? Atau R/ Stesolid supp 10 mg
Stesolid supp 10 mg?)

4. Jumlah Obat
Jumlah obat yang diinginkan ditulis dengan cara yang berbeda dengan penulisan dosis,
yang dinyatakan dengan angka romawi.
I = 1, V=5, X=10, L=50, C=100
Contoh :
Misinterpretasi Saran penulisan
R/ Adalat tab 10 R/ Adalat tab 10 mg No X

a. Resep ITER
Umumnya diberikan oleh dokter kepada pasien penyakit kronis yang
mendapatkan obat rutin.
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.34 dari 48
Resep Iter tidak diperbolehkan untuk Obat Narkotika
b. Resep Narkotika
 Untuk memenuhi persyaratan kelengkapan resep narkotika, setiap resep
narkotika harus mencantumkan nama dokter penulis resep dan tanda
tangan dokter penulis resep.
 Resep narkotika tidak boleh diulang / ITER
 Daftar obat narkotika terlampir pada lampiran 2.
c. Resep Psikotropika
 Resep psikotropika hanya boleh diulang / ITER 1x (satu kali)
 Jumlah resep ITER yang dilayani oleh Bagian Farmasi RSKH Tambun,
yaitu resep dengan jumlah obat maksimal yang diberikan untuk 1 bulan
pemakaian dan resep iter tidak boleh diambil dalam periode bulan yang
sama.
Misal :
R/ Diazepam 2 mg No. XL
S 1 dd 1 tab
Maka obat yang diberikan oleh Bagian Farmasi RSKH Tambun, yaitu 30
tablet
.
5. Aturan Pakai
Aturan pakai yang ditulis dalam resep harus terbaca dengan jelas
Untuk permintaan resep obat dengan aturan pakai pro “PRN” (Pro Re Nata : jika
perlu) :
 Resep Rawat Inap
 Individual prescription dan total jumlah obat dalam resep
 Disimpan dalam tempat penyimpanan obat pasien Rawat Inap
 Untuk digunakan jika diperlukan oleh pasien melalui perawat ruangan.
Misal : R/ Rantin tab No.X
S 1dd1 (prn) jika mual
 Jika Resep pasien Rawat Jalan : diberikan instruksi (aturan pakai) pada etiket
obat untuk digunakan pasien bila diperlukan saja, dan pasien dijelaskan dengan
mekanisme “konseling obat”.
 Indikasi pro re nata (PRN) atau jika perlu diberlakukan untuk obat-obat yang
mempunyai efek simpatomatik seperti : analgetik (obat nyeri) obat anti mual-
muntah, obat penurun deman (antipiretik)
 Di dalam resep dilengkapi dengan rute pemberian obat (PO, Sublingual, Topikal,
digunakan pada mata, telinga, Rectal, Vaginal )
 Aturan pakai yang ditulis dengan singkatan latin, merupakan singkatan umum
yang termasuk dalam daftar singkatan RSKH Tambun. Bila bagian farmasi
menemukan resep yang tidak lengkap atau tidak terbaca, maka akan melakukan
konfirmasi/menanyakan kepada dokter penulis resep.
 Waktu pemberian obat sebelum makan dan sesudah makan dituliskan dalam resep
 Lain-lain
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.35 dari 48
Penggunaan signa IMM hanya boleh digunakan pada obat-obatan tertentu yang
tercantum pada lampiran

 Telaah Resep
Telaah resep yang dilakukan dengan menggunakan form :

No Uraian Keterangan Tindak


Ya Tdk Lanjut
1 Tulisan tidak jelas
2 Syarat Administrasi Kurang
3 Ketersediaan
4 Bentuk dan Dosis sediaan
5 Tepat Pemberian
6 Dosis minum dan Frekuensi
7 Duplikasi
8 Indikasi
9 Kontraindikasi
10 Alergi
11 Interaksi Obat

 Telaah Obat
Telaah obat dilakukan sebelum menyerahkan obat ke pasien dengan menggunakan 7
T:
 Tepat Pasien
 Tepat Dosis
 Tepat Waktu Pemberian
 Tepat Cara Pemberian
 Tepat Obat
 Tepat Indikasi
 Tepat Dokumentasi

RS. Kartika Husada – Tambun


Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.36 dari 48
BAB IV
DOKUMENTASI

 Daftar Singkatan Yang Digunakan Di Rumah Sakit Kartika Husada Tambun.


Singkatan
No Arti
Latin
1 % v/v ml zat terlarut/ 1 L pelarut
2 % w/v Gram zat terlarut/ 1 L pelarut
3 % w/w Gram zat terlarut/ 100 gr pelarut
4 5-FU 5-fluorourasil
5 6-MP 6-merkaptopurin
6 A.D Telinga kanan
7 a.n Malam sebelum tidur
8 A.S Telinga kiri
9 a.u.p Untuk dipakai sendiri
10 Aa Sama banyak
11 Ac Sebelum makan
12 Ad Sampai
13 ad lib Secukupnya
14 Add Tambahkan
15 Ads Telinga kanan kiri
16 ADS Antidiphteria Serum
17 Agit Dikocok
18 Alb Albumin
19 Am Pagi
20 Amp Ampul
21 applic. Penggunaan,pemakaian
22 b.d.d/b.i.d Dua kali sehari
23 Bicnat Natrium Bicarbonat
24 C Sendok makan (15 ml)
25 C Seratus
26 CaCO3 Calsium Carbonate
27 Cap Capsul
28 CITO ! Pasien dalam kondisi gawat dan penundaan
pemberian obat akan membahayakan jiwa pasien
29 Comp Campuran
30 Conc Pekat
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.37 dari 48
31 Cp Sendok bubur (8 ml)
32 Cr Krim
33 Cth Sendok teh (5 ml)
34 CTM Chlorpheniramine maleat
35 d.c Ketika makan
36 d.i.d Berikan separuhnya
37 D10% Dextrose 10%
38 D10N5 Dextrose 10% + 1/5 NS
39 D40% Dextrose 40%
40 D5% Dextrose 5%
41 D5N2 Dextrose 5% + 1/2 NS
42 D5N4 Dextrose 5% + 1/4 NS
43 Dext Kanan
44 dil Encer
45 Dtd Da tales doses (berikan sebanyak dosis tersebut)
46 ED Eye drops
47 EO Eye ointment
48 epith. Obat kompres
49 extend. Oleskan
50 f.l.a Buat menurut cara semestinya
51 Fls Botol
52 Flc Flacon
53 G Gram
54 gtt Tetes
55 gtt auric Obat tetes telinga
56 gtt nasal Obat tetes hidung
57 gtt opth Obat tetes mata
58 gtt orales Obat tetes oral
59 Gutta. Tetes demi tetes
60 h.m Pagi hari
61 h.s Sebelum tidur
62 h.v Sore hari
63 H2O2 Hidrogen Peroksida
64 HCT Hidroklorotiazid
65 I Satu
66 i.m Intramuscular
67 IMM In manus medicine, Serahkan ke tangan paramedis
68 Inf Infuse
69 INH Isoniazid
70 Inj Injeksi
71 ISDN Isosorbid Dinitrat
72 Iter Harap diulang
73 Iv Intravena
74 k/p Kalau perlu
75 KCl kalium Clorida
76 Kg Kilogram
77 L Lima puluh
78 L Liter
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.38 dari 48
79 Lot Obat cair untuk obat luar
80 M Mille, seribu
81 m Pagi
82 m.et.v Pagi dan sore
83 m.f Campurlah dan buatlah
84 mg Milligram
85 Mixt. Campuran
86 ml Mililiter
87 MMR Mumps, meales, Rubela
88 MTX Methotrexate
89 Na Cl Natrium Clorida
90 NDS Hidung kanan kiri
91 ne iter Jangan diulang
92 nedet Tidak diberikan
93 noct Malam hari
94 NS Normal saline
95 o.d/o.s Mata kanan / mata kiri
96 o.m Tiap pagi
97 o.n Tiap malam
98 OBH Obat Batuk Hitam
99 oint Salep
100 Oph/opht Mata
101 p.c Sesudah makan
102 P.I.M (Periculum in Mora) Berbahaya bila ditunda
103 p.m Sore hari
104 p.o Per oral
105 p.r.n Kalau perlu
106 PCT Paracetamol
107 Pot. Potio
108 PTU Propiltiourasil
109 Pulv. Serbuk tunggal
110 q.d.d (qid) Empat kali sehari
111 q.s Secukupnya
112 R Ambilah
113 RD Ringer Dextrose
114 RL Ringer lactat
115 S Tandailah
116 s.d.d Sekali sehari
117 s.s Selang sehari
118 s.u.e Signa usus externum, tandai obat luar
119 SA Sulfas Atropin
120 sns Bila perlu
121 Sol Larutan
122 statim Amat segera
123 Supp Suppositoria
124 syr. Sirup
125 t.d.d Tiga kali sehari
126 Tab Tablet
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.39 dari 48
127 tinct Tinctura
128 u.c Aturan pakai diketahui
129 u.e Obat luar
130 u.i Pemakaian untuk di dalam
131 u.p Usus propium, untuk dipakai sendiri
132 u.v Pemakaian untuk hewan
133 Ungt Salep
134 Ungt. Ophth. Salep mata
135 V Quinque, lima
136 VCR Vincristin
137 Vespere Sore/malam
138 VIT Vitamin
139 WFI Water For Injection
140 X Sepuluh

 Daftar Obat Golongan Narkotika di Rumah sakit Kartika Husada Tambun


No Nama Obat Kekuatan (mg) Sediaan
1 Codein 10 mg Tablet
2 Codipront 10 mg Kapsul dan sirup
3 Codipront Cum 10 mg Kapsul dan sirup
Expect
4 Morphin Sulphate 10 mg ; 15 mg Tablet
5 Morphin 10 mg Injeksi
6 Pethidin 50 mg Injeksi
(Clopedin®)
7 Fentanyl 50 mcg Injeksi

 Daftar Obat Golongan Psikotropika


NO NAMA GENERIK NAMA MERK Sediaan
1 Alprazolam Alganax 0,25 mg Tablet
Alganax 0,5 mg Tablet
Zypraz 0,25 mg Tablet
Zypraz 0,5 mg Tablet
2 Alverine citrate 30 mg, Spasmium tab Tablet
chlordiazepoxide HCl 5 mg
3 Chlordiazepoxide 5 mg, Braxidin tab Tablet
clidinium Br 2.5 mg
4 Clobazam Frisium 10 mg Tablet
5 Clonazepam Riklona 2 mg Tablet
6 Diazepam Diazepam 2 mg Tablet
Stesolid inj 10 mg Ampul
Stesolid rectal 5 mg Rectal tube
Stesolid rectal 10 mg Rectal tube
Valisanbe 5 mg Tablet
Valisanbe 2 mg Tablet
7 Ephedrin HCl Ephedrin 50 mg/ml Ampul
8 Estazolam Esilgan Tablet
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.40 dari 48
9 Methampyrone 500 mg, Danalgin tab Tablet
diazepam 2 mg
10 Midazolam Miloz 15 mg/3 ml Ampul
Miloz 5 mg/5 ml Ampul
11 Phenobarbital Na Sibital Injeksi Ampul
Phenobarbital 30 mg Tablet

 Daftar nama obat yang boleh menggunakan signa IMM.


No Generik Merek dagang
1 Aminophylin Aminophylin
2 Amiodarone Cordaron
3 Cairan infus 10% dextran 40 in rl
Aminofluid 500 ml infus 1's
Aminofusin hepar 500 ml
Aminofusin l 600
Aminofusin paed 250 ml
Aminosteril infant 6% - 100 ml
Aminovel 600 - 500 ml
Asering - 5 infus 500 ml
Asering infus 500 ml
Dextr 10 % + 0,18% nacl - 500
ml
Dextr 40% in water 25 ml
Dextr 5% + 0,9 % nacl - 500 ml
Dextrose 10 % - 500 ml(wd)
Dextrose 5% 100 ml (otsuka)
Widahes sol 500 ml
Gelafusal infusion 500 ml
Gelofusine infus 500 ml
Ka-en 1b solution - 500 ml
Ka-en 3a solution 500 ml
Ka-en 3b solution - 500 ml
Ka-en mg3 solution - 500 ml
KCl
Manitol 20% (jp) 250 ml
Martos 10 -500 ml
Meylon 25 ml
Mgso4 40% inj 25 ml
Potassium chlorida 7,48%- 25ml
Ringer fundin 500 ml
Ringer lactate 1000 ml
Sod.chlorida 0,9% - (wd) 1000
Sod.chlorida 0,9% - 1000 ml
Sod.chlorida 0,9% - 25 ml
Sod.chlorida 0,9% - 500 ml(wd)
Sod.chlorida 3% - 500 ml
Triofusin 1600 infus
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.41 dari 48
Triofusin 500 infus
Triofusin e-1000 infus
Triofusin-1000 infus
Tutofusin ops infus 5's

4 Dobutamin Dobutamin
Dobuject
5 Dopamin Dopamin guilini
6 Esomeprazole Nexium
7 Furosemid Lasix
8 Human insulin recombination Humulin
dna origin Humalog
9 Isosorbid dinitrate Cedocard
10 Isoxsuprine Duvadilan
11 Midazolam Anesfar
12 Miniaminium glycyrrhize, Minophagen
amino acetic acid, l-cysteine
13 Morfin Morfin
14 Nicardipine Perdipine
15 Nimodipine Nimotop
16 Nitroglyceryl Glyceryl trinitrate
17 Norepinephrine Vascon
18 Octreotide Sandostatin
19 Propofol Recofol
Fresofol
20 Sintetic oxytocin Syntocinon
21 Sulfas Atropin Sulfas Atropin
21 Terbutaline sulphate Bricasma

 Pengejaan nama secara International Spelling Alphabet


Karakter Kode kalimat secara
Pembacaan
huruf internasional
A Alfa / America Alfa
B Bravo Bravo
C Charlie Carli
D Delta Delta
E Echo Eko
F Foxtrot / Flower Fokstrot / Flawer
G Golf Golf
H Hotel Hotel
I India India
J Juliet Juliet
K Kilo Kilo
L Lima Lima
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.42 dari 48
M Mike Mike
N November November
O Oscar Oskar
P Papa Papa
Q Quebec / Queen Kehbek / Kuin
R Romeo Romeo
S Sierra Siera
T Tango Tango
U Uniform Yuniform
V Victor Viktor
W Whiskey Wiski
X X-ray Ex-rey
Y Yankee Yang ki
Z Zulu / Zebra Zulu / Zebra

 Daftar obat high alert


No Nama Nama Dagang Sediaan Kekuatan Kelas
Generik Obat Dosis Terapi
1 EPHEDRIN EPHEDRIN INJEKSI 50 MG Agonis
HCL HCL Adreneric
2 NOREPINEP VASCON , INJEKSI 1MG /ML,
HRINE RAIVAS 8MG / ML
3 PETHIDIN PETHIDIN KF INJEKSI 50 MG /ML Analgesik
4 FENTANYL FENTANYL INJEKSI 50 MCG / narkotika
ML
5 MORPHIN MORPHIN INJEKSI 10 MG /
ML
6 BUPIVACAIN BUNASCAN, INJEKSI 0,5% Anestetika
E HCL DECAIN, umum
MARCAIN
7 ISOFLURAN ISOFLURAN , INJEKSI 250 ML
225 CC TERRELL
8 PROPOFOL RECOFOL, INJEKSI 10MG/ML
FRESOFOL
9 SEVOFLURA SOJOURN, INJEKSI 250 ML
N SEVODEX
11 MIDAZOLA MILOZ, INJEKSI 5MG / ML,
M ANESFAR 15 MG /
ML
12 LIDOCAIN XYLOCAIN INJEKSI 2 MG
EPIDURAL
13 METOPROLO FARPRESOR INJEKSI 1MG /ML, Antagonis
L 8MG / ML adrenergik
14 AMIODARO CORDARON INJEKSI 150MG Anti
NE HCL , TIARYT Aritmia

RS. Kartika Husada – Tambun


Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.43 dari 48
15 LIDOCAIN LIDOCAIN INJEKSI 2%
HCL
16 FONDAPARI ARIXTRA INJEKSI 2,5 mg Anti
NUX NA koagulan
17 HEPARIN NA INVICLOT INJEKSI 5000IU /
ML
18 ENOXAPARI LOVENOX INJEKSI 40MG /0,4
N NA ML, 60 MG
/ 0,6 ML
19 STREPTOKIN STREPTASE INJEKSI 1,5 JUTA Anti
ASE IU Trombolitik
20 DEXTROSE DEXTROSE INJEKSI 40% Elektrolit
21 KALIUM KCL INJEKSI 7,46% konsentrat
CHLORIDA
22 MAGNESII MGSO4 20% INJEKSI 20% , 40%
SULFAS
23 NATRII MEYLON INJEKSI 8,40%
BICARBONA
S
24 NACL NACL 3% INJEKSI 3%
25 ADRENALIN ADRENALIN INJEKSI
Agonis 0,10%
Adreneric
26 ATRACURIU NOTRIXUM , INJEKSI 10 MG / 5 Relaksan
M BESYLATE ROCULAX ML otot
44 HYDROXYU HYDREA, TABLET 500MG
REA HYDROXYU
REA
45 MITOMYCIN MITOMYCIN INJEKSI 5 MG, 10
MG, 20 MG

 Daftar singkatan, simbol dan penulisan dosis yang tidak boleh digunakan
a. Penulisan dosis yang tidak boleh digunakan.
Penulisan yang tidak Maksud Misinterpreta
Saran penulisan
diperbolehkan Penulisan si
Tidak boleh menulis
Angka "0" dibelakang koma
1,0 mg 10 mg angka "0" setelah
(Contoh : 1,0 mg)
koma
Tidak boleh
Angka "0" didepan koma pada
.5 mg menghilangkan
penulisan desimal (Contoh : ,5 0,5 mg
,5 mg angka "0" didepan
mg)
koma (0,5 mg)
Tempatkan spasi
Penulisan dosis dan obat
Tegretol Tegretol 1300 antar nama obat,
langsung digabung tanpa spasi
300 mg mg dosis dan satuan
(Contoh : Tegrerol300mg)
dosis
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.44 dari 48
Penulisan jumlah dosis dan Tempatkan spasi
satuan dosis digabung (Contoh 1 L 1l antar jumlah dosis
: 1l) dan satuan dosis
Tanda titik
sering
disalahartika Tidak menggunakan
Penulisan satuan dosis dengan
n sebagai titik setelah
tanda titik dibelakangnya mL
angka 1 jika penulisan satuan
(Contoh : mL.)
cara dosis
penulisan
buruk
Menggunakan koma
yang tepat pada
jumlah dosis 1,000
Penulisan dosis yang besar unit atau lebih
tanpa penempatan tanda koma 100,000 Dapat juga
1,000,000
yang benar (Contoh : 100000 Unit menggunakan
U) kalimat, Contoh :
100 ribu unit atau 1
Juta unit, sehingga
lebih mudah dibaca

b. Daftar singkatan yang tidak boleh digunakan


Penulisan yang
Maksud Saran
tidak Misinterpretasi
Penulisan penulisan
diperbolehkan
µg Mikrogram mg mcg
IU International Unit IV (intravenous) atau 10 units
Cc Centimeter kubik 00 atau Unit mL
U atau u U (Units) "0" atau "4" unit

c. Penulisan singkatan nama obat yang tidak boleh digunakan


Penulisan yang
Maksud
tidak Misinterpretasi Seharusnya
Penulisan
diperbolehkan
Chlorpromazin
CPZ Chlorpromazine Cepezet
e
Dobu Dobutamin Dobuject Dobutamin
Dopa Dopamin Dopamet Dopamin
Singkatan tidak umum
MO Morphin Inj Morphin Inj
digunakan
Morphin Sulfat Singkatan tidak umum
MST Morphin Tablet
Tablet digunakan
PZA Pyrazinamide Pezeta Pyrazinamide
RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.45 dari 48
Contoh resep lengkap

RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA TAMBUN


Jalan Raya Mangun Jaya Kp. Rukem
Telp. 440 0781, 440 0778, 440 0779, Fax. 440 0782
E-mail : rskh@cbn.net.id
TAMBUN SELATAN 14140
Tanggal Penulisan
Resep
NO. RM: Tanggal : 10 Januari 2015
Ruangan/Klinik : ……….
Riwayat Alergi Obat :
Tidak

Ya Tanda R/ pada setiap sediaan


Untuk nama obat tunggal ditulis
sesuai nama dalam
R/ Ceftriaxone 1 gram injeksi No. VI
formularium, dilengkapi
2dd1 dengan bentuk sediaan obat
(contoh: injeksi, tablet, kapsul,
R/ Clopidogrel 75 mg tab No.III salep), serta kekuatannya
(contoh: 500 mg, 1 gram)
2dd1 Jumlah sediaan
Bila obat berupa racikan
dituliskan nama setiap
R/ Paracetamol 500 mg tab No.VI
jenis/bahan obat dan jumlah
ibuprofen 200 mg tab No. X bahan obat (untuk bahan padat
Amitriptilin 25 mg tab No. 1 :mikrogram, miligram, gram)
dan untuk cairan: tetes,
Stesoliid 2 mg tab No.1 mililiter, liter.
m.f.caps d.t.d No.x Pencampuran beberapa obat jadi
dalam satu sediaan tidak
2dd1 dianjurkan, kecuali sediaan
dalam bentuk campuran tsb
telah terbukti aman dan efektif
Aturan pakai (frekuensi, dosis,
rute pemberian). Untuk aturan
Nama Pasien : Tn. I pakai jika
Nama perlupasien
lengkap atau prn atau
RS. Kartika Husada – Tambun “proV :re
Umur pasien Verifikasi
nata”, diisi oleh
harus dituliskan
Umur : 09 Juni 2000
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada petugas
dosis
Tanggal entry
maksimal dalam
Implementasi:
Berat badan pasien (untuk sehari
Berat Badan
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 : 68 Kg Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 A
Juli: Ambil
2019
Hal.46 dari 48
pasien anak)
Nama Dokter : dr. E NamaKDokter
: Kemas
A
V P
K P : Penyerahan
PROSES KONSULTASI, PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Orang-orang penting yang terlibat di dalam mengembangkan dokumen ini (para


penulis utama):

Nama Jabatan Tanda Tangan

Nur Rahmi, M.Si., Apt Kepala Bidang Farmasi

Diedarkan kepada mereka yang namanya tercantum di bawah ini untuk


konsultasi/komentar:

Nama Jabatan Tanda Tangan

Drg. Dilla Noer Tasyani, MPH Manager Penunjang Medis

Dr. Rianti Kama Ratih Manager Pelayanan Medis

Diberikan kepada kelompok/komite untuk konsultasi & ratifikasi/pengesahan:

Komite Ketua Paraf Tanggal

Ya Tidak Keterangan

Direktur – Sekretariat √ Dokumen Asli


RS. Kartika Husada – Tambun
Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.47 dari 48
DAFTAR DISTRIBUTION
Manager √ Salinan
Komite Medik √ Salinan
Tim Farmasi dan Terapi √ Salinan
Kepala Bidang √ Salinan
Kepala Instalasi/Unit √ Salinan
“Kendali Dokumen” √ Soft copy dalam ‘pdf format
untuk masuk secara online
dalam “Documentum”

RS. Kartika Husada – Tambun


Kode Kendali Dokumen Tanggal Revisi: Tidak Ada Tanggal Implementasi:
164/PER-DIR/RSKH/VII/2019 Ditinjau Kembali Pada: Juni 2021 29 Juli 2019
Hal.48 dari 48

Anda mungkin juga menyukai