PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
2
C. Ruang Lingkup
b. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang
meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan
farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.
c. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan
serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
d. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat
keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien
oleh Apoteker.
D. Batasan Operasional
a. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
c. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
3
e. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.
f. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
g. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
E. Landasan Hukum
4
k. Permenkes No.6 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
l. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1009 / Menkes / SK / X
/ 1995 tentang Pembentukan Komiter Nasional Farmasi dan Terapi
m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983 / Menkes / SK / XI
/ 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b / Menkes /
PER/II/1988 tentang rumah sakit
o. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 085 / Menkes /
Menkes / PER / I / 1989 tentang Kewajiban Menulis resep dan atau
menggunakan Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah.
p. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 / Menkes / Per /
XII / 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik
5
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1 Kompetensi Apoteker:
1.1 Sebagai Pimpinan :
■ Mempunyai kemampuan untuk memimpin
■ Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan
pelayanan farmasi
■ Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
■ Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain
■ Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan
memecahkan masalah
7
■ Dapat mengoperasionalkan komputer
■ Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi
klinik.
Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan secara
jelas fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggung jawab, hubungan koordinasi,
fungsional, dan uraian tugas serta persyaratan/kualifikasi sumber daya manusia
untuk dapat menduduki posisi.
B. Distribusi Ketenagaan
1 Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian di RS Bhayangkara Tk.III Anton Soedjarwo
Pontianak dibutuhkan tenaga :
■ Apoteker
■ Sarjana Farmasi
■ Asisten Apoteker (TTK, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga :
2 Beban Kerja
3 Pendidikan
8
■ Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
C. Pengaturan Jaga
Jenis Pelayanan
9
BAB III
STÁNDAR FASILITAS
B. Denah Ruangan
1. Denah Unit Pelayanan Farmasi
A F E
G J
B
D H I
Keterangan :
A : Tempat Penerimaan resep ,Skrining Resep,No antrian, Penyerahan obat
B : Tempat Entri Resep
C : Rak Obat Emergency ( Rak A,B,C)
D: Penulisan etiket, Rak Perbekalan farmasi Tablet, sirup, injeksi,alkes,sediaan
nutrisi
E : Meja peracikan puyer,salep dan kapsul
F : Wastafel, Termometer Ruangan
G : Rak infus farmasi rawat inap
H: Lemari Narkotika
I: Lemari Psikotropika
J : Rak perbekalan farmasi benang jahit, spinal needle, bisturi
10
1. Denah Gudang Farmasi
A F
B C
E
Keterangan :
A : Rak perbekalan farmasi alkes
B : Lemari es perbekalan farmasi
C : Perbekalan farmasi sirup,salep
D: Perbekalan farmasi tablet, injeksi
E : Perbekalan farmasi infus
B. Standar Fasilitas
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan
dan perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan
11
memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan dispensing
baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau dalam.
1 Pembagian Ruangan
1.1 Ruang Kantor
■ Ruang pimpinan
■ Ruang staf
■ Ruang kerja/administrasi
■ Obat jadi
12
1.4. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien
■ Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan
■ Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara
dan menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan
sesuai hukum., aturan, persyaratan, dan tehnik manajemen yang baik
C. Peralatan
13
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantor
■ Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan Iain-lain)
■ Komputer/mesin tik
■ Alat tulis kantor
■ Telpon dan Faximile
* Disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit
2 Peralatan Penyimpanan
3 Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
4 Peralatan Konsultasi
■ Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet, dan brosur dan lain-lain
■ Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk
menyimpan medical record
■ Komputer
■ Telpon
■ Lemari arsip
14
■ Kartu arsip
15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Seleksi
10. Pemantauan ( Selection )
( Monitoring )
2. Pengadaan
( Procurement )
9. Pemberian
( Administration )
3. Penyimpanan
( Storage )
8. Penyaluran
( Dispensing )
4. Peresepan
( Prescribe )
7. Persiapan
( Preparing )
6. Pendistribusian
( Storage )
5. Pencatatan
( Transcribe )
16
Tujuan
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
1. Pemilihan ( Selection )
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi
dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna
transaksi pembelian.
2. Perencanaan
Pola pemilihan perbekalan farmasi menganul pola konsumsi, pola konsumsi yang
dianut adalah jumlah pemakaian perbekalan farmasi pemakaian perbekalan
farmasi selama kurun waktu 3 bulankemudian dicari rata-ratanya setiap bulan
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi
dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna
transaksi pembelian.
3 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu kegiatan pemesanan obat-obatan dan alkes yang
dibutuhkan Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Tk.III Anton Soedjarwo Pontianak
kepada Pedagang Besar Farmasi ( PBF ). Sistem pengadaan perbekalan farmasi
dengan jumlah cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin dan ada saat
diperlukan. Sistem pengadaan di RS Bhayangkara Tk.III Anton Soedjarwo
Pontianak menganut pola konsumsi perbekalan farmasi 3 bulan dan menganut
berdasarkan diagnosa rekam medik tahun sebelumnya dengan jumlah penyakit
yang terbanyak anak-anak maupun orang dewasa dan menghitung jumlah obat
yang dibutuhkan berdasarkan pola konsumsi, perlu diperhatikan hal-hal seperti
pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi,
perhitungan, perkiraan, kebutuhan obat dengan alokasi dana. Pelaksananya yaitu
kepala logistik mengumpulkan kartu stok perbekalan farmasi yang habis dan
mengecek stok perbekalan farmasi minimal melalui SIM. Pelaksana pengadaan
mengentri Surat Pesanan ( SP ) kepada PBF dengan SIM RSt dan diberi nomor
serta kode SP. Untuk surat pesanan BPJS kodenya cap BPJS. Adapun dalam
penyerahan SP tidak semuanya diberikan langsung kepada salesnya ada juga yang
dikirim menggunakan SMS. Bagian pengadaan melakukan order / pengadaan 1
minggu 2 kali, yaitu pada hari selasa dan kamis. PBF yang ditunjuk dalam
pengadaan ini adalah distributor resmi dari pabrik produsennya.
18
4 Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi adalah kegiatan untuk menerima perbekalan
farmasi yang telah dipesan sesuai dengan surat pesanan. Penerimaan perbekalan
farmasi di RS Bhayangkara Tk.III Anton Soedjarwo Pontianak terdapat dua cara:
barang dikirim melalui distributor dan paket.
5 Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan:
■ Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi di RS Bhayangkara Tk.III
Anton Soedjarwo Pontianak dibagi menjadi 2 jenis yaitu perbekalan farmasi
BPJS dan Reguler. Untuk perbekalan farmasi BPJS menggunakan kartu stok
berwarna merah dan untuk perbekalan farmasi reguler menggunakan kartu
stok berwarna biru. Masing-masing jenis dibagi lagi menjadi beberapa
klasifikasi yaitu : Tablet, Infus, Injeksi, Alkes dan Obat Luar.
■ Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
Penyimpanan obat harus diperhatikan suhu ruangan :
a. Penyimpanan perbekalan farmasi dalam kulkas 2 - 8º C
b. Penyimpanan perbekalan farmasi dalam fritzer -2º C
c. Penyimpanan perbekalan farmasi dalam suhu ruangan 25 – 30 º C
■ Mudah tidaknya meledak/terbakar
■ Tahan/tidaknya terhadap cahaya
6 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
19
untuk menunjang pelayanan medis. Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Tk.III Anton
Soedjarwo Pontianak dalam melakukan distribusi menggunakan metode FEFO ( First
Expired First Out ) dimana perbekalan farmasi yang keluar dari gudang ke unit
pelayanan farmasi berdasarkan obat yang kadaluarsanya paling dekat yang keluar
pertama kali.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan :
■ Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
■ Metode sentralisasi atau desentralisasi
■ Sistem resep individu dan dispensing dosis unit.
20
penggantian oleh instalasi farmasi
B. Pelayanan Kefarmasian
Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin
penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
21
oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku
apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan
efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait
dalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional
Kegiatan :
1 Pengkajian Resep
22
2 Dispensing
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan :
■ Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang.
■ Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal
sekali, yang baru saja ditemukan.
Kegiatan :
23
Tujuannya :
5 Konseling
Tujuan :
24
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan
tenaga
kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara
menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-
tanda
toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
■ Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
■ Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode open-ended question
■ Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
■ Bagaimana cara pemakaian
■ Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
■ Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
■ Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat,
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
6 Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan
tenaga kesehatan lainnya Tujuan :
■ Pemilihan obat
■ Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik
25
■ Menilai kemajuan pasien.
■ Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan :
■ Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan
dari kunjungan tersebut kepada pasien.
■ Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
■ Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar.
■ Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk
pemberian obat.
■ Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan
dan penyelesaian masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh
setiap
28
epidemologi, dan farmako ekonomi disamping ilmu-ilmu lain
yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan
profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit.
- Halaman judul
- Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi
- Daftar Isi
29
- Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
- Produk obat yang diterima untuk digunakan
- Lampiran
3.2.3 Panitia Lain yang Terkait dengan Tugas Farmasi Rumah Sakit
Apoteker juga berperan dalam Panitia yang menyangkut dengan
pengobatan antara lain :
- Panitia Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
- Tim PKRS, dan lain-lain.
31
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
32
c. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi,
kewaspadaan terhadap pemakaian obat high alert.
d. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko yang
berorientasi kepada pasien.
B. Tujuan
33
c. Pengembangan mekanisme melalui akreditasi dan instrumen lain, untuk
mengenali karakteristik penyedia pelayanan kesehatan yang unggul
dalam keselamatan pasien secara internasional
d. Mendorong penelitian tentang keselamatan pasien
Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan
disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
- Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
- Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
35
- Kejadan Sentinel
- Adverse Drug Event
- Adverse Drug Reaction
- Medication Error
• Efek obat yang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis pada
terhadap terapi obat dan penggunaan antbiotik
tidak diharapkan
mengganggu atau menimbulkan golongan penisilin.
cedera pada penggunaan obat Mengantuk pada
36
(Adverse drug effect) dosis lazim Sama dengan ROTD penggunaan CTM
tapi dilihat dari sudut pandang
obat ROTD dilihat dari sudut
pandang pasien.
37
rumah sakit mengalami adverse drug event yang berdampak meningkatnya Length
Of Stay (LOS) 4.6 hari dan meningkatkan biaya kesehatan $ 4.7000 dari setiap
pasien yang masuk rumah sakit. Temuan ini merubah tujuan pelayanan farmasi
rumah sakit tersebut : a fail-safe system that is free of errors.
Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada (UGM)
antara 2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien
Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang,
frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat.
Lingkup perpindahan/perjalanan obat (meliputi obat, alat kesehatan, obat
untuk diagnostik, gas medis, anastesi) : obat dibawa pasien di komunitas, di
rumah sakit, pindah antar ruang, antar rumah sakit, rujukan, pulang, apotek,
praktek dokter.
Multidisiplin problem : dipetakan dalam proses penggunaan obat : pasien /care
giver, dokter, apoteker, perawat, tenaga asisten apoteker, mahasiswa, teknik,
administrasi, pabrik obat. Kejadian medication error dimungkinkan tidak mudah
untuk dikenali, diperlukan kompetensi dan pengalaman, kerjasama-tahap proses.
Tujuan utama farmakoterapi adalah mencapai kepastian keluaran klinik
sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien dan meminimalkan risiko baik yang
tampak maupun yang potensial meliputi obat (bebas maupun dengan resep), alat
kesehatan pendukung proses pengobatan (drug administration devices).
Timbulnya kejadian yang tidak sesuai dengan tujuan ( incidence/hazard) dikatakan
sebagai drug misadventuring, terdiri dari medication errors dan adverse drug
reaction.
Ada beberapa pengelompokan medication error sesuai dengan dampak dan
proses (tabel 2 dan 3). Konsistensi pengelompokan ini penting sebagai dasar
analisa dan intervensi yang tepat.
38
Tabel 2 . Indeks medication errors untuk kategorisasi errors (berdasarkan dampak)
Errors Kateg Hasil
No error A ori Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan
Error, no B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien
Harm C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan
pasien tetapi tidak membahayakan pasien
Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang keliru yang
tidak sesuai dengan yang tertera di resep
39
Omission error Gagal dalam memberikan dosis sesuai permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan klinik yang
mengisyaratkan untuk tidak diberikan obat yang
bersangkutan
Etra Dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang berbeda
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau perintah diberikan secara
lisan atau diresepkan oleh dokter yang tidak berkompeten
41
Dalam aplikasi praktek pelayanan kefarmasian untuk keselamatan pasien terutama
medication error adalah : menurunkan risiko dan promosi penggunaan obat yang aman.
Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya menurunkan medication
error yang jika dipaparkan menurut urutan dampak efektifitas terbesar adalah :
1. Mendorong fungsi dan pembatasan ( forcing function& constraints) : suatu
upaya mendesain sistem yang mendorong seseorang melakukan hal yang baik,
contoh : sediaan potasium klorida siap pakai dalam konsentrasi 10% Nacl
0.9%, karena sediaan di pasar dalam konsentrasi 20% (>10%) yang
mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis pada tempat injeksi)
2. Otomasi dan komputer (Computerized Prescribing Order Entry) : membuat
statis /robotisasi pekerjaan berulang yang sudah pasti dengan dukungan
teknologi, contoh : komputerisasi proses penulisan resep oleh dokter diikuti
dengan ”/tanda peringatan” jika di luar standar (ada penanda otomatis ketika
digoxin ditulis 0.5g)
3. Standard dan protokol, standarisasi prosedur : menetapkan standar
berdasarkan bukti ilmiah dan standarisasi prosedur (menetapkan standar
pelaporan insiden dengan prosedur baku). Kontribusi apoteker dalam Panitia
Farmasi dan Terapi serta pemenuhan sertifikasi/akreditasi pelayanan
memegang peranan penting.
4. Sistem daftar tilik dan cek ulang : alat kontrol berupa daftar tilik dan penetapan
cek ulang setiap langkah kritis dalam pelayanan. Untuk mendukung efektifitas
sistem ini diperlukan pemetaan analisis titik kritis dalam sistem.
5. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung keamanan proses manajemen
obat pasien. contoh : semua resep rawat inap harus melalui supervisi apoteker
6. Pendidikan dan Informasi : penyediaan informasi setiap saat tentang obat,
pengobatan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang prosedur untuk
meningkatkan kompetensi dan mendukung kesulitan pengambilan keputusan
saat memerlukan informasi
7. Lebih hati-hati dan waspada : membangun lingkungan kondusif untuk
mencegah kesalahan, contoh : baca sekali lagi nama pasien sebelum
menyerahkan.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
42
Farmasi rumah sakit merupakan unit pelaksana fungsional yang bertanggung
jawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian secara menyeluruh di rumah
sakit dengan ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian
klinik dan produksi perbekalan farmasi.
A. Tujuan
2. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi,pasien, dan
pengunjung
3. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan
berbahaya, kebakaran dan pencemaran lingkungan.
4. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku, dan hasil produksi
5. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.
B. Fungsi
1. Kebakaran
A. Upaya pencegahan kebakaran
2. Dilarang merokok dan membuang puntung rokok berapi
3. Dilarang membiarkan orang lain main api
4. Dilarang menyalakan lampu pelita maupun lilin
5. Dilarang memasak baik dengan coockplat listrik maupun kompor gas
6. Dilarang lengah menyimpan bahan mudah terbakar : elpiji,bensin,aceton
dll
7. Dilarang membakar sampah atau sisa-sisa bahan pengemas lainnya.
8. Dilarang membiarkan orang y6ang tidak berkepentingan berada di
tempat peka terhadap bahaya kebakaran.
B. Penanggulangan bila terjadi kebakaran
1. Jangan panik
2. Jangan berteriak ”kebakaran”
3. Matika listrik, amankan semua gas
4. Selamatkan dahulu jiwa manusia
5. Dapatkan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), buka segel dan padamkan
api.
6. Jauhkan barang-barang mudah terbakar dari api
7. Tutup pintu gudang tahan api
43
8. Kosongkan koridor dan jalan penghubung dan atur agar jalan – jalan
menuju pintu bebas hambatan.
9. Bukalah pintu darurat
10. Bila mungkin selamatkan dokumen penting
11. Siapkan evakuasi obat bius,injeksi,obat-obat resusitasi dan cairan
intravena
12. Catat nama staf yang bertugas
13. Hubungi posko
14. Siapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan darurat.
C. Mencegah meluasnya kebakaran
1. Semua pekerja menyiapkan alat pemadam kebakaran dan peralatan
lainnya sesuai kebutuhan
2. Lakukan tindakan dengan menggunakan alat pemadam kebakaran bila
dianggap api merembet bangunan di unit kerjanya.
3. Sekali lagi cek kesiapan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan – bahan berbahaya
A. Upaya pencegahan kecelakaan oleh bahan berbahaya adalah dengan cara
a. Memasang LABEL
b. Memasang TANDA BAHAYA dengan menggunakan
LAMBANG/Peringatan.
c. Melaksanakan KEBERSIHAN
d. Melaksanakan PROSEDUR TETAP
e. Ventilasi umum dan setempat harus baik
f. Kontak dengan bahan korosif harus
ditiadakan/dicegah/ditekan sekecil mungkin
g. Menggunakan alat proteksi diri lab, jas, pakaian kerja,
pelindung kaki, tangan dan lengan serta masker
h. Seluruh tenaga kerja harus memperoleh penjelasan yang
cukup.
i. Untuk pertolongan pertama, air untuk mandi, cuci dan air
untuk membersihkan mata perlu disediakan.
j. Penggunaan larutan penetral sebaiknya tidak dilakukan
44
B. Penanggulangan kecelakaan oleh bahan berbahaya.
a. Melaksanakan upaya preventif yaitu mengurangi volume atau bahan
berbahaya yang dikeluarkan ke lingkungan atau ” minimasi bahan
berbahaya”
b. Mengurangi volume, konsentrasi toksisitas dan tingkat bahaya dari
bahan berbahaya melalui proses kimia, fisika atau hayati dengan
cara menetralkan dengan bahan penetral. Mengencerkan volume
dengan air atau udara atau zat netral lain, membiarkan bahan
berbahaya dalam tempat tertentu agar tereduksi secara alami oleh
sinar matahari maupun zat organik yang ada
c. Melaksanakan pembersihan bahan berbahaya yang menyebabkan
kontaminasi ruangan dengan mengamankan petugas kebersihan
terlebih dahulu.
d. Melaporkan terjadinya kontaminasi kepada Kepala Instalasi Farmasi.
C. Pertolongan pertama pada kecelakaan
a. Singkirkan racun dan sentuhan dengan korban
b. Jika korban pingsan atau hampir pingsan, baringkan korban dengan
posisi telungkup, kepala dimiringkan, dan mulut ditarik ke depan.
c. Jika korban menunjukan tanda-tanda kesukaran nafas, lakukan
pertolongan pertama dengan nafas buatan.
d. Jangan diberi alkohol, kecuali atas saran dokter, alkohol dapat
meningkatkan penyerapan beberapa racun.
3. Pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan –bahan berbahaya
a. Prosedur perencanaan
Sesuai Standard Operating Prosedure ( SOP ) Perencanaan di
Instalasi Farmasi
b. Prosedur pengadaan bahan berbahaya
1. Barang harus bersumber dari distributor utama / resmi
2. Mempunyai sertifikat analisa dari pabrik
3. Melampirkan MSDS ( Material Safety Data Sheet )
c. Prosedur penerimaan bahan berbahaya.
1. Memeriksa wadah dan pengemas
2. Memperhatikan label berupa simbol, gambar, dan atau
tulisan berupa kalimat peringatan berbahaya
d. Prosedur penyimpanan bahan berbahaya
45
Menyimpan bahan berbahaya sesuai dengan keterangan dan
pengemas.
- Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian, dan bahan
lainnya.
- Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu
dengan yang lain.
- Bahan yang mudah menguap harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat.
- Bahan yang mudah menyerap uap air harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat yang berisi zat penyerap lembab.
- Bahan yang mudah menyerap CO2 harus disimpan dalam
pertolongan kapur tohor.
- Bahan yang harus terlindung dari cahaya harus tersimpan
dalam wadah yang buram atau kaca.
- Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan ditempat
sejuk dan mendapat pertukaran udara yang baik.
- Bahan yang mudah terbakar harus disimpan tempat terpisah
dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah
dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi
dengan pemadam api.
- Bahan beracun harus disimpan tempat yang sejuk, mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari secara
langsung dan jauh dari sumber panas.
- Bahan korosif harus tersimpan ditempat yang dilengkapi dengan
sumber air untuk mandi dan mencuci
- Bahan yang mudah meledak dijauhkan dari bangunan yang
menyimpan oli, gemuk, api yang menyala.
C. Pengendalian K3 IFRS
Penyakit akibat kerja dirumah sakit umumnya berkaitan dengan faktor biologi
( kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien ), faktor kimia ( antiseptik
pada kulit, gas anestesi), faktor ergonomik ( cara duduk yang salah, cara
mengangkat pasien yang salah ) faktor fisik dalam dosis kecil dan terus menerus
( panas pada kulit, radiasi pada sistem reproduksi / pemproduksi darah ), faktor
psikososial ( ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal
penyakit jiwa )
46
A. Bahaya Biologi
Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis kewaspadaan yaitu :
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara baik
yang berupa bintik percikan diudara atau partikel kecil yang berisi agen
infeksi pada pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius
dengan penularan melalui percikan halus diudara. Penyakit yang dapat
ditularkan melalui udara antara lain :
- Campak
- Varisella
- Tuberkulosis
2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan
Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah terjadi penularan penyakit dari
pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan
penularan percikan partikel besar dari orang yang terinfeksi mengenai
lapisan mukosa hidung,mulut dan konjungtiva mata orang yang rentan.
Percikan dapat terjadi pada waktu orang berbicara,batuk,bersin ataupun
pada waktu pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi atau bronkhoskopi.
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui droplet diantaranya :
a. Haemophyllus Influensa invasive type B, termasuk meningitis,
pneumonia dan sepsis
- Diptheria ( faringeal )
- Mycoplasma pneumonia
- Pertusis
- Pneumonia plague
- Streptococcal pharingitis, fever pada bayi dan anak, pneumonia,
atau scarlet
b. Staphylococcus Pneumonia invasive multidrug resisten, termasuk
meningitis pneumonia, sinusitis, dan otitis media
c. Bakteri infeksi saluran nafas lain dengan tranmisi droplet:
Diptheria ( faringeal )
Mycoplasma pneumonia
Pertusis, Pneumonia plague
Streptococcal pharingitis, fever pada bayi dan anak,
pneumonia, atau scarlet
47
d. Infeksi virus serius dengan tranmisi percikan, termasuk
Adenovirus
Influenza
Mumps
Parvovirus B 19 , Rubella
3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
Digunakan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien yang diketahui
atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak langsung dengan
benda di lingkungan pasien.
B. Bahaya Fisika
Faktor fisika merupakan salah satu beban tambahan bagi pekerja di rumah sakit
yang apabila tidak dilakukan upaya – upaya penanggulangan dan menyebabkan
penyakit akibat kerja. Faktor fisika terdiri dari :
1. Bising
Nilai ambang batas intensitas bising adalah 85 dB, Mengatur Jam kerja
85 8
90 4
95 2
100 1
105 1/2
110 ¼
48
Di Instaloasi Farmasi Rumah Sakit pemanfaatan aliran listrik digunakan untuk
penerangan dan penggerak peralatan. Namun jika penggunaannya tanpa
didukung pengetahuan listrik yang memadai dapat menimbulkan kecelakaan
terhadap listrik. Ada dua tingkatan listrik yang berbahaya yaitu makroshok
dan mikroshok
Pengendalian :
- Enginering : Pemasangan ground, pengukuran jaringan listrik,
pemasangan pengaman, pemasangan tanda-tanda bahaya.
- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
- Administrasi : penempatan petugas sesuai ketrampilan, waktu kerja digilir
- Intervensi medan elektromagnetik terhadap alat-alat elektronik
- Memakai sepatu isolasi.
3. Panas
Secara umum panas dirasakan bila suhu udara diatas sushu nyaman, suhu
nyaman di indonesia antara 26ºC - 28ºC dengan relatif humidity antara 60-
70%.
Pengendalian
Terhadap lingkungan
- Isolasi dari peralatan yang menimbulkan panas
- Menyempurnakan sistem ventilasi
- Terhadap kelembapan dengan menutup kebocoran uap
air,menyempurnakan ventilasi,mengurangi kelembaban dengan alat
dehumidifier, pakaian dengan sisterm ventilasi.
- Pemasangan AC
- Menyediakan tempat istirahat yang memenuhi syarat.
Terhadap pekerja
- Menyediakan air minum dekat tempat kerja yang cukup
- Kondisi dimana lingkungan kerja mempunyai tingkat radiasi rendah,
disarankan menutup seluruh permukaan kulit dan berwarna putih.
- Pengaturan waktu kerja dan istirahat dengan suhu ruangan
4. Getaran
Getaran adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan
osilasi.
Pengendalian
- Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi dan pemeliharaan mesin yang baik
49
- Kepada pekerja dianjurkan menggunakan sarung tangan untuk
menghangatkan tangan terutama dalam suhu tinggi untuk perlindungan
terhadap gangguan vaskuler.
5. Radiasi
Sebagaimana diketahui bahwa radiasi disamping bermanfaat juga dapat
menimbulkan bahaya bagi umat manusia.
Radiasi dibagi menjadi :
a. Radiasi pengion
Radiasi yang mempunyai kemampuan untuk melepas elektron dari
orbitnya pada suatu atom membentuk suatu ion, termasuk :
- Sinar X
- Sinar Gamma
- Sinar Kosmis
Efek radiasi terhadap kesehatan adalah sindrom sistem syaraf pusat,
gangguan gastroinstestinasl, gangguan sistem hemopeoetik,
leukomogenesis, karsiogenesis, kerusakan genetik.Efek kesehatan ini
tergantung dosis dan waktu pemajanan mulai dari gejala akut ringan
sampai kematian.
Pengendalian
- Enginering : Peralatan ditaruh di tempat isolasi, Operator harus
dilindungi dari paparan.
- Administrasi: penggantian operator X-Ray bila film badge telah
mencapai NAB
- Alat pelindung diri: Apron
b. Radiasi non pengion
Radiasi yang tanpa ada pelepasan elektron elektron tergantung panjang
gelombang.
Pengendalian
Menggunakan alat pelindung mata: sungglass, filter untuk mikroskop
elektron, dan pelindung mata untuk sinar laser.
6. Cahaya
C. Bahaya Kimia
Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para
penderita maupun para pekerjanya
1. Gas Nitrogen Oksida
- Bahaya Kebakaran
50
Pencegahan jauhkan dari minyak,oli,gemuk,api dan zat-zat lain yang
mudah terbakar.
Tindakan : jika terjadi kebakaran gunakan pemadam api, semprotkan air
pada silinder N2O yanga ada disekitarnya supaya dingin.
- Bahaya ledakan
Pencegahan : jauhkan sumber api, pasang safety,jangan didekatkan
panas yang tinggi.
- Pemaparan Inhalasi
Pencegahan : hindari hirup N2O dalam jumlah besar, pindahkan jika ada
tabung yang bocor.
Tindakan: pindahkan penderita di tempat yang segar dan istirahatkan
- Pemaparan kulit
Pertolongan pertama siram dengan air hangat ( 30 – 40 derajat C ) pada
bagian kulit yang terbakar.
- Pemaparan mata
Pencegahan : pakai perlindungan mata saat menangani N2O, pertolongan
pertama bilas mata dengan air bersih selama 15 menit.
2. Gas O2
- Bahaya kebakaran
Pencegahan jauhkan dari minyak,oli,gemuk,api dan zat-zat lain yang
mudah terbakar.
Tindakan : jika terjadi kebakaran gunakan pemadam api, semprotkan air
pada silinder O2 yanga ada disekitarnya supaya dingin.
- Bahaya ledakan
Pencegahan : jauhkan sumber api, pasang safety,jangan didekatkan
panas yang tinggi.
- Pemaparan Inhalasi
Pencegahan : hindari hirup N2O dalam jumlah besar, pindahkan jika ada
tabung yang bocor.
Tindakan: pindahkan penderita di tempat yang segar dan istirahatkan
- Pemaparan kulit
Pertolongan pertama siram dengan air hangat ( 30 – 40 derajat C ) pada
bagian kulit yang terbakar.
- Pemaparan mata
Pencegahan : pakai perlindungan mata saat menangani O2, pertolongan
pertama bilas mata dengan air bersih selama 15 menit.
51
D. Bahaya Ergonomi
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi yang berada di
rumah sakit. Seperti halnya instalasi-instalasi yang lainnya di rumah sakit, tentu
saja ada resiko dari pajanan bahaya di lingkungan di tempat kerja dimana
seharusnya ada kewaspadaan dari masing-masing pihak yang terlibat di instalasi
tersebut. Kewaspadaan ini bisa berupa pengaturan atau lingkungan tempat kerja
di Instalsi Farmasi di rumah sakit.
Permasalahan ergonomik
1. Rutinitas dari pekerjaan, misal : pekerjaan
penyimpanan masalah ergonomik biasanya postur yang kaku, berarti
menekuk menekuk atau memutar bagian tubuh, beban statis berarti bertahan
lama pada satu postur sehingga menyebabkan kontraksi otot.Resiko
ergonomik lainnya antara lain tekanan, artinya tubuh tertekan pada suatu
permukaan atau tepian saat bekerja.
2. Permasalahan ergonomik yang umum terjadi di
rumah sakit, seperti dalam hal mengangkut beban atau peralatan
kefarmasian yang tidak ergonomik. Bahaya potensial ergonomik yang timbul
adalah cidera punggung dan leher, gangguan otot rangka seperti pengapuran
dan peradangan.
3. Permasalah ergonomik lainnya adalah yang
berhubungan dengan lingkungan kerja yaitu penataan ruangan dan
pencahayaan dan warna.
4. Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah
masalah manajemen waktu dan hubungan antar manusia di lingkungan
pekerjaannya.
E. Bahaya Psikososial / Stres
Pekerja yang di rumah sakit seperti pekerja di tempat yang lain, dipengaruhi oleh
faktor-faktor psikososial yang dapat mempengaruhi kesehatan, baik pengaruh
positif maupun negatif.
Penyebab stre di tempat kerja.
1. bentuk tugas
2. Beban dan kecepatan kerja
3. Jam kerja
4. Kontrol dan partisipasi
5. Pengembangan karir,status dan pembayaran
6. Peran di organisasi
52
7. Hubungan antar individu
8. Kultur organisasi
9. lingkungan kerja dll
Akibat dari stres
1. masalah psikologis
a. Lebih mudah tersinggung atau sedih
b. Makan berlebihan
c. Tidak dapat konsentrasi atau santai
d. Sulit berfikir logis dan sulit mengambil keputusan
e. Sulit menikmati pekerjaan dan tidak patuh
f. Merasa lelah, tertekan dan terganggu
g. Sulit/gangguan tidur
h. Histeri dan gangguan psikiatri
i. Bunuh diri
2. masalah fisik
a. Gangguan saluran cerna
b. Gangguan neuro – musculoskeletal seperti sakit punggung /
pinggang, sakit kepala
c. Kanker
3. Pengaruh stres pada organisasi rumah sakit
a. Sering tidak masuk
b. Komitmen bekerja menurun
c. Produktifitas menurun
d. Peningkatan terjadinya kecelakaan kerja
e. Peningkatan ketidakpuasan pelanggan
f. Merusak citra
F. Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja dan Kesehatan Kerja
Prosedur pemeriksaan tenaga kerja
1. Semua preusan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No.1
tahun 1970 harus melakukan pemeriksaan bagi tenaga verja dan wajib
membuat perencanaan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
berkala dan khusus.
2. Pengurus/pengusaha dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja dan pedoman tersebut harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari direktorat/pejabat Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
53
3. Pedoman pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tersebut dikembangkan
sesuai dengan kemampuan perusahaan dan kemajuan ilmu kedokteran dalam
bidang keselamat5an kerja.
G. Kewaspadaan Universal
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan hádala
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan, dijabarkan kedalam 5 ( lima ) kegiatan pokok :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Prosedur cuci tangan
- basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
- Taruh sabun dibagian telapak tangan yang telah basah.
- Gerakan cuci tangan terdiri dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan
tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua
tangan dengan jari saling mengait,gosok ibu jari tangan dengan
menggegam dan memutar, gosok pergelangan tangan
- Proses berlangsung selama 10-15 detik
- Bilas kembali dengan air sampai bersih.
- Keringkan tangan dengan handuk atau yertas yang bersih atau tisu atau
handuk katun sekali pakai.
- Matizan kran dengan yertas atau tisu.
- Pada cuci tangan asaeptik/bedah diikuti larangan menyentuh permukaan
yang tidak steril.
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi lain.
Digunakan untuk melindungi kulita dan selaput lendir petugas dari resiko
pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,sekret,eksreta,kulit yang tidak
utuh dan selaput lendir pasien.
Macam-macam alat pelindung :
1. Sarung tangan
Prosedur pemakaian sarung tangan
a. cuci tangan
b. Siapkan area yang cukup luas,bersih dan kering untuk membuka
paket sarung tangan.
c. Buka pembungkus sarung tangan, letakan sarung tangan dengan
bagian telapak tangan menghadap atas.
54
d. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi
sebelah dalam lipatannya.
e. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke
lantai, masukan sarung tangan supaya tetap tidak menyentuh
permukaan.
f. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari
tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan.
g. Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukkan jari-
jari tangan yang Belem memakai sarung tangan kemudian
luruskan lipatan, dan atur posisi sarung tangan.
Pelepasan sarung tangan
a. Masukkan sarung tangan yang maíz dipakai ke dalam larutan
klorin, gosokkan untuk mengangkat bercak darah atau cairan
tubuh lanilla.
b. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik kearah
ujung jari-jari tangan sehingga bagian dalam sarung tangan
pertama menjadi sisi luar.
c. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagaian
maíz berada di tangan sebelum melenas sarung tangan yang
kedua.
d. Biarkan sarung tangan yang pertama sampai sekitar jari-jari, lalu
pegang sarung tangan yang kedua pada lipatannya lalu tarik
kearah ujung jari ingá bagian dalam sarung tangan menjadi sisi
luar.
e. Cuci tangan estela sarung tangan dilepas
2. Pelindung wajah/master/kaca mata
Pelindung wajah untuk :
a. Melindungi selaput lendir hidung,mulut dan mata selama melakukan
tindakan atau perwatan pasien.
b. Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada saat tertentu
c. Masker digunakan bila berada dalam jarak 1 meter dari pasien
3. Penutup kepala
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit
petugas terhadap alat-alat/daerah steril dan juga sebaliknya.
4. Gaun pelindung
55
Untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah atau ciran tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
5. Sepatu pelindung
Melindungi kaki petugas kaki petugas dari tumpahan / percikan darah
atau cairan tubuh lainnya dan bahan berbahaya lainnya dan mencegah
dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Tujuannya untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 ( empat ) tahap
kegiatan:
a. Dekontaminasi
Menghilangkan organisme pathogen dan kotoran dari suatu benda
sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai
langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
- Kenakan sarung tangan rumah tangga, celemek kedap air atau
pelindung wajah kalau perlu.
- Rendam alat kesehatan segera setelah dipakai dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
- Segera bilas dengan air hingga bersih dan lanjutkan dengan
pembersihan.
- Apabila alat kesehatan tidak langsung dicuci, rendam dalam ember
atau wadah plastik berisi air bersih setelah dikontaminasi.
- Buka sarung tangan, masukan dalam wadah sementara menunggu
dekontaminasi dan proses selanjutnya.
- Cuci tangan
Prosedur dekontaminasi tumpahan darah / cairan tubuh:
- Pakai sarung tangan rumah tangga.
- Serap darah/cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas/koran
bekas/tisu.
- Buang kertas penyerap bersama sampah medis dalam kantong yang
kedap cairan.
- Tuangi atau semprot area bekas tumpahan darah dengan natrium
hipoklorit 0,5% biarkan selama 10 menit kemudian bersihkan.
- Bilas dengan lap basah yang bersih hingga klorin terangkat.
56
- Buka sarung tangan, masukkan dalam wadah sementara menunggu
dekontaminasi sarung tangan dan proses selanjutnya.
- Cuci tangan.
Prosedur dekontaminasi meja kerja
Prosedur sama dengan dekontaminasi tumpahan darah.
b. Pencucian
Tujuan
- Menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dan
permukaan benda dengan sabun atau detergen, air, dan sikat.
- Menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi
penyebab infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan
benda.
c. Sterilisasi atau DTT
Desinfeksi dan sterilisasi
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagaian atau
semua mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri
Macam dan cara desinfeksi :
a. Desinfektan kimiawi : alkohol, klorin dan ikatan
klorin,formaldehid,glutardehid,hydrogen peroksida,yodifora,
asam parasetat,fenol,ikatan ammonium kuartener.
b. Cara desinfeksi lainnya: radiasi sinar ultraviolet,
pasteurisasi,mesin pencuci.
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT ) yaitu dilakukan apabila
sterilisator tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan.
Prosedur DTT dengan merebus
a. Isi panci dan alat pemanas dengan air
b. Buka penutup Alat keshatan dan lepaskan komponenya
c. Masukkan alat dan peralatan alinnya hingga terendam seluruhnya
d. Tutup panci, panaskan perlahan-lahan sampai mendidih
e. Ketika air mulai mendidih, mulai catat waktu, tunggu selama 20
menit
f. Kecilkan api dan pertahankan air mendidih secara halus selama
20 menit, kemudian keluarkan alat kesehatan dengan penjepit
yang kering dan sudah di DTT.
g. Taruh peralatan di nampan atau wadah yang sudah di DTT
57
h. Gunakan peralatan dengan segera atau disimpan dalam wadah
yang telah di DTT dalam keadaan kering dan tertutup apling lama
1 minggu.
Prosedur DTT dengan bahan kimia
a. Jika menggunakan glutara dehyde
Siapkan glutaraldehid sesuai dengan intruksi dari pabrik, atau
gunakan larutan yang sudah disiapkan sebelumnya sepanjang
masih tampak jernih dan belum melewati masa kadaluarsa.
b. Jika menggunakan larutan klorin
c. Pisahkan peralatan yang terdiri dari beberapa bagian, buka tutup,
rendam alat kesehatan sedemikian rupa, sehingga seluruhnya
berada dibawah permukaan larutan.
d. Tutup wadah dan biarkan alat kesehatan terendam selama 20
menit
e. Keluarkan alat kesehatan dengan penjepit yang telah di DTT dan
kering.
f. Bilas dengan air yang telah didihkan, untuk menghilangkan sisa-
sisa larutan kimia pada peralatan, bahan residu ini bersifat toksik
terhadap kulita dan jaringan.
g. Gunakan peralatan segera atau disimpan dalam wadah yang telah
di DTT dalam keadaan kering dan tertutup paling lama 1 minggu.
DTT sarung tangan dengan uap
a. Isi dandang paling bawah dengan air, tempatkan angsang /
kukusan diatasnya.
b. Lipat sarung tangan berpasangan, bagian pangkal di balik untuk
menyatukan. Isi 5-15 pasang sarung tangan pada satu nampan,
jika diatur dalam dalam dua lapisan atau lebih, tumpuk secara
silang untuk memungkinkan aliran uap mengenahi semua
permukaan.
c. Letakan nampan berisi sarung tangan diatas angsang.
d. Tutup dandang dan panaskan sampai mendidih ditandai dengan
keluarnya uap dari tutup, kecilkan api, jaga agar uap masih tetap
keluar.
e. Pertahankan sampai 20 menit, gunakan timer untuk mencatat.
f. Lepaskan nampan yang berisi sarung tangan, goyangkan untuk
membuang kelebihan air.
58
g. Gunakan segera atau biarkan kering di udara selama 4-6 jam.
Sterilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme
dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri
Macam-macam sterilisasi
- fisik, seperti pemanasan atau radiasi,filtrasi
- Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam dan
menguapi dengan gas kimia.
d. Penyimpanan
4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
59
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Tujuan
1 Tujuan Umum
2 Tujuan Khusus
B Evaluasi
1 Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh
Asisten Apoteker
c. Retrospektif: program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2 Metoda Evaluasi
2.3 Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
2.4 Observasi
C Pengendalian Mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan
farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan
mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan,
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3 RS).yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit.
62
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
■ Sesuai dengan tujuan
■ Informasinya mudah didapat
■ Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interpretasi
■ Rasional
63
BAB IX
PENUTUP
64