KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD DR EKO MAULANA ALI
NOMOR : 188.4/
107/RSUD.BLY/2019
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
KEFARMASIAN INSTALASI FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
gawat darurat, termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian. Guna
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yang
berorientasi pada keselamatan pasien, diperlukan suatu standart
yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian.
Standar pelayanan kefarmasian itu sendiri merupakan tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
1
Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus
menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkantermasuk tuntutan
hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat
berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan
tantangan bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya
sehingga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian secara
komprehensift dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun
farmasi klinik. Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara
memanfaatkan Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada
fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model
ini akan terjadi efesiensi tenaga dan waktu.
2
perundang-undangan tersebut dan perkembangan konsep Pelayanan
Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu Standar Pelayanan Kefarmasian
dengan Peraturan Menteri Kesehatan, sekaligus meninjau Kembali
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2016 tentang
Peruabahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014
tantang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
I. 2 Tujuan
1. Adapun tujuan pelayanan farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai
dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan aturan yang
berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode
3
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan Kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit
4
7) Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
professional
I. 3 Ruang Lingkup
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua)
kegiatan, yaitu
1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinik
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana, prasarana, dan peralatan. Apoteker dalam melaksanakn
kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus
mempertimbangkan factor risiko yang terjadi yang disebut
dengan manajemen risiko.
I. 4 Landasan Hukum
Landasan hukum pedoman Instalasi Farmasi RSUD DR Eko Maulana
Ali adalah :
a. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaga Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5072)
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063)
c. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Nomor)
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian
e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK/ II / 2008
tentang berlakunya Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 72 / Menkes / SK / X / 2016
tentang Standar Pelayanan Faramsi di Rumah Sakit
5
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 351 / Menkes / SK / III /
2003 tentang Komite K3 Sektor Kesehatan
h. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952)
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 / Menkes/ SK/ XII /
2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal
dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota
j. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
k. Permenkes No. 6 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
l. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1009 / Menkes / SK / X /
1995 tentang Pembentukan Komiter Nasional Farmasi dan Terapi
m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983 / Menkes /XI / 1992
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum
n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b / Menkes / PER / II /
1988 tentang rumah sakit
o. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 085 / Menkes / PER / I /
1989 tentang Kewajiban Menulis resep dan atau menggunakan
Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah
p. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920 / Menkes / PER / XII /
1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Kompetensi Apoteker :
1.1 Sebagai Pimpinan :
a) Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b) Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan
mengembangkan pelayanan farmasi
c) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
d) Mempunyai kemampuan untuk kerja sama dengan pihak lain
e) Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa
dan memecahkan masalah
7
a) Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
b) Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
c) Mampu mengelola manajemen praktis farmasi
d) Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
e) Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan
pengembangan
f) Dapat mengoperasionalkan computer
g) Mampu melaksanan penelitian dan pengembangan bidang
farmasi klinik.
2. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan factor-faktor
yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a) Kapasitas tempat tidur dan BOR
b) Jumlah resep atau formular per hari
8
c) Volume perbekalan farmasi
d) Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan
kefarmasian)
3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan :
a) Kualifikasi Pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan /
tugas fungsi
b) Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggung jawab
c) Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
9
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
10
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif,
efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuet sesuai ketentuan yang berlaku;
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan Rumah
Sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosisi sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila
sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah
tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
11
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau
permintaan Obat;
b. Melaksanakan penelusuran Riwayat penggunaan Obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik
berdasrkan Resep maupun Obat non Resep kepada
pasien/keluarga pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
f. Melaksankan visite mandiri maupun Bersama tenaga
Kesehatan lain;
g. Memberikan konseling pada pasien dan / atau keluarganya;
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi obat;
2) Pemantauan efek samping obat;
3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Melaksanak dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran Obat suntik;
2) Menyiapkan nutrisi parenteral;
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik;
4) Melaksanaka pengemasan ulang sediaan steril yang tidak
stabil.
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
tenaga Kesehatan lain; pasien/keluarga, masyarakat dan
institusi di luar Rumah Sakit;
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
12
Kepala Instalasi Farmasi
Staf AA Staf AA
13
c. Melakukan penyimpanan perbekalan farmasi yang telah diterima
pada gudang farmasi rumah sakit guna menjamin kualitas dan
keamanan perbekalan farmasi.
d. Melakukan pendistribusian perbekalan farmasi kepada depo
farmasi dan unit-unit lain yang membutuhkan perbekalan farmasi.
e. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian perbekalan farmasi
yang rusak dan kadaluarsa.
3. Ka Depo Farmasi
a. Melakukan koordinasi dan pengawasan pengkajian resep.
b. Melakukan koordinasi dengan staf farmasi yang ada di depo
farmasi terkait dengan kegiatan pelayanan resep.
c. Melakukan kerja sama dengan Kepala Instalasi Farmasi dan staf
farmasi lainnya terkait dengan kegiatan pelayan informasi obat
(PIO).
d. Menyimpan dan mendistribusikan perbekalan farmasi yang telah
diterima dari Gudang Farmasi.
e. Melaporkan perbekalan farmasi yang telah rusak dan kadaluarsa
yang ada pada depo farmasi kepada staf Gudang Farmasi, untuk
selanjutnya dilakukan proses pemusnahan dan pengembalian
(retur) dari perbekalan farmasi tersebut.
4. Admin Farmasi
a. Melakukan pencatatan dan pelaporan perencanaan kebutuhan
perbekalan farmasi.
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan pengadaan perbekalan
farmasi.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan pendistribusian perbekalan
farmasi.
d. Melakukan pencatatan dan pengendalian perbekalan farmasi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan pemusnahan dan
pengembalian perbekalan farmasi yang telah rusak dan
kadaluarsa.
14
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan di dalam lingkup
Instalasi Farmasi.
III. 1.2 Bagan Alur Pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD DR. Eko
Maulana Ali
Pasien
IV.
Penyerahan Resep
Penyiapan Obat
15
III.2 Komite Farmasi dan Terapi
Dalam pengorganisasian RSUD DR Eko Maulana Ali dibentuk
Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang merupakan unit kerja dalam
memberikan rekomendasi kepada pimpinan Ruah Saki mengenai kebijakan
penggunaan obat di Ruah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili semua spesialisasi yang ada di Ruamah Sakit, Apoteke Instalasi
Farmasi, serta tenaga Kesehatan lainnya apabila diperlukan.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi RSUD DR Eko Maulana Ali apat
diketuai oleh seorang dokter, sekretarisnya adalah dokter. Komite/Tim
Farmasi dan Terapi mengadakan rapat secara teratur, seidkitnya 2 (dua)
bulan sekali dan untuk Rumah Sakit Besar rapat diadakan sekali dalam
satu bulan. Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat mengundang
pakar pengelolaan Komite/Tim farmasi dan Terapi, memiliki pengetahuan
khusus, keahlian data pendapat tertentu yang bermanfaat bagi Komite/Tim
Farmasi dan Terapi.
16
BAB IV
SARANA DAN PERALATAN
17
Penyimpanan oba jdi dilakukan berdasarkan pada kondisi yang
sesuai guna menjaga kestabilan obat akan mempengaruhi
mutu dan kualitas dari obat. Adapun beberapa suhu
penyimpanan obat yang sering digunakan di RSUD DR Eko
Maulana Ali adaah sebagai berikut:
Suhu penyimpanan perbekalan farmasi meliputi:
a. Suhu ruang terkontrol (200C-250C)
b. Suhu refrigerator(20C-80C)
c. Suhu freezer (-200C)-(-100C). freezer yang digunakan
untuk menyimpan obat beupa freezer yang terpisah
dari refrigerator,bukan kombinasi refrigerator-freezer.
b. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
(1) Obat termolabil, bahan laboratorium, reagensia dan sediaan
farmasi yang mudah terbakar:
a. Mengikuti standar dalam MSDS masing-masing bahan
b. Terpisah dari obat dan alat kesehatan lainnya.
c. Tempat penyimpanan tersendiri dan selalu terkunci
(2) Obat/bahan obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika yang dilengkapi kunci ganda dan kunci hanya
dikendalikan oleh apoteker penanggung jawab obat dan
Tenaga keafirmasina yang telah dikuasakan.lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika agar tidak
dapat dipindahkan.
18
3. Dibagi menjadi 2, masing masing dengan kucni yang
berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan narkotika, petidin dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran
kurang dari 40x80x100cm maka lemari tersebut harus
dibuat tembok atau lantai.
Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi,
terdiri dari:
1) Ruang tunggu pasien;
2) Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis Pakai yang
rusak;
3) Tempat penyimpanan Obat di ruang perawatan
4) Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.
2. Peralatan
Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk
perlengkapan dan penyiapan baik sediaan steril, non steril, maupun
cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin
sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan
kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan yang
tersedia di instalasi Farmasi RSUD DR Eko Maulana Ali.
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan
Informasi obat;
d. Lemari penyimpanan Khusus narkotika;
e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Obat termolabil;
f. Penerangan, Sarana air, Ventilasi dan Sistem pembuangan
limbah yang baik:
19
Macam-macam Peralatan
a. Peralatan kantor;
1) Mebeulair (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan
lain-lain);
2) Computer/mesin TIK;
3) Alat tulis kantor;
b. Peralatan Penyimpanan
1) Peralatan penyimpanan kondisi umum
a) Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban
dan Cahaya yang berlebihan;
b) Lantai yang dilengkapi dengan palet
2) Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus
a) Lemari pendingin dan AC untuk Obat Termolabil;
b) Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi
secara berkala;
c) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan Obat
psikotropika;
d) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitoktoksik dan Obat berbahaya harus
dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan petugas,
pasien dan pengunjung.
20
IV.1 Denah Bangunan
1. Depo Farmasi
A B
D E
Keterangan :
A : Meja Apoteker
B : Meja Tenaga Administrasi dan arsip
C : Meja Racik
D : Lemari Sirup
E : Lemari Tablet
2. Gudang Farmasi
A C
B D
Keterangan :
A : Gudang Cairan
B : Gudang bahan medis Habis pakai
C : Gudang barang kadaluarsa
21
Gudang Sediaan Tablet, Sirup dan Obat Luar
BAB V
JENIS PELAYANAN KEFARMASIAN
22
dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di RSUD DR Eko Maulana
Ali merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di RSUD DR Eko Maulana Ali yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi. Dengan kebijakan pengelolaan system satu pintu,
Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan
Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat
dalam hal :
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit;
dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan
kesejahteraan pegawai.
23
yang perlu diwaspadai ( high-alert medication). High-alert medication
adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadi kesalahan / kesalahan serius ( sentinel event) dan Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya :
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound Alike /
LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq / ml
atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat
dari 0,9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).
3. Obat-obat sistostatika.
V. 1.1 Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan :
a. Formularium dan standar pengobatan / pedoman diagnose dan
terapi;
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
d. Efektifitas dan keamanan;
e. Pengobatan berbasis bukti;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
24
Formularium RSUD DR Eko Maulana Ali harus tersedia untuk semua
penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.
Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit Harus secara rutin
dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan
Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir
dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
25
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien;
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
26
e. Waktu tunggu pemesanan; dan
f. Rencana pengembangan.
V. 1.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan
kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian
lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga Kefarmasian.
Hal-hal yangp erlu diperhatikan dalam pengadaan Sedian
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain :
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
c. Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali
untuk Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
27
Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau
pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
28
jenis Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada
Pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak
sumbangan/dropping/hibah Sedian Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi
kepentingan pasien Rumah Sakit.
V.1.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik.
V. 1.5 Penyimpana
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sedian Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan
Obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama,
tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan
peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan
kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit
perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi
label high alert yang jelas dan disimpan pada area yang
29
dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan
yang kurang hati-hati.
d. Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan
dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Tabung baja Gas Medik dicat dengan warna yang berbeda dan
diber label sesuai dengan jenis gas yaitu:
1) Oksigen medis berwarna putih
2) Dinitrogen oksida berwarna biru tua
3) Karbon dioksida berwarna abu-abu
4) Nitrogen berwarna hitam
5) Argon berwarna hijau
6) Helium berwarna coklat
30
3) Kandungan purity
4) Volume (isi Tabung)
5) Tekanan gas
6) Tanggal pengisian
7) Nomor Tabung
8) Masa Uji tabung
31
ditetapkan prosedur penyimpanan obat yang dibawa oleh pasien sebagai
berikut:
1. Pasien yang mendapat rekomendasi rawat inap oleh DPJP yang
membadawa obat sendiri harus menyerahkan obat yang dibawa
kepada DPJP untuk mendapatkan persetujuan penggunaan.
2. DPJP memberikna rekomendasi penggunaan obat yang dibawa oleh
pasien :
a. Jika setuju : DPJP membuat memo persetujuan untuk penggunaan
obat tersebut serta membuat surat untuk verifikasi identitas obat
kepada instalasai Farmasi RSUD DR Eko Maulana Ali.
b. Jika tidak setuju : DPJP membuat memo untuk penyimpanan obat
tersebut kepada instalasi Farmasi selama pasien dirawat.
3. Perawat kemudian menyerahkan memo beserta obat kepada instalasi
Farmasi.
4. Instalasi Farmasi selanjutnya menyimpan obat, ditempat terpisah dati
obat obatan lain dan sesuai dengan kondisi penyimpanan yang tepat
untuk obat tersebut.
V.1.6 Pendistribusian
Distirbusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
32
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutus, stabilitas, jenis, jumlah
dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan system distriusi
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
33
V.1.7 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
diaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan surat perintah penarikan oleh BPOM (mandatory Recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laoprna kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, alat Kesehatan, dan
bahan Medis Habis Pakai bila :
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
Kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
34
c. Mengirimkan perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan ke UPTD
Gudang Farmasi Dinkes Kab/Kota
35
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi dan Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD);
d. Kontraindikasi; dan
e. Interaksi Obat.
36
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication eror).
INSTALASI FARMASI
RSUD DR EKO MAULANA ALI
OBAT DALAM/LUAR
Nama Pasien :
Usia :
Alamat :
Nama obat :
Dosis :
Waktu pemberian :
37
Tanggal disiapkan :
Tanggal kadaluarsa :
38
a. Membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan
informasi penggunaan Obat;
b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan
oleh tenaga Kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan
jika diperlukan;
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat;
f. Melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat
yang digunakan;
h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
i. Melakukan penilaian terhadap Teknik penggunaan Obat;
j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat
bantu kepatuhan minum Obat (concordance aids);
k. Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan :
a. Penelusuran Riwayat penggunaan Obat kepada
pasien/keluarganya; dan
b. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat
pasien.
39
c. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang
tersisa)
40
yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas Kesehatan membandingkan data Obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara
data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada
Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh
dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak sengaja
(unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedan pada
saat menuliskan Resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang
dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah :
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau
tidak disengaja;
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti;
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsiliasi Obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang
diberikan.
41
dokter, Apoteker, perawat, profesi Kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar Rumah Sakit.
42