Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM KERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ALIMUDDIN UMAR

KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2022


TIM PENYUSUN

Ketua : BUDIONO, S.Farm.,Apt

Anggota :

- Ice Ratna Juita, S.Farm.,Apt


- Endang Wisrowowati,S.si.,Ap t
- Muhlisin, S.Farm., Apt
- Fella Salinda Putri, S.Farm.,Apt
- Febia Wulandari, S.Farm.,Apt
PROGRAM KERJA INSTALASI FARMASI TAHUN 2022

A. PENDAHULUAN

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk
diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktik kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan perkembangan
konsep Pelayanan Kefarmasian.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun


2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi
klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk
menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara
terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker
harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para Apoteker Indonesia dapat
berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri. Perkembangan di atas
dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi Apoteker untuk
maju meningkatkan kopentensinya sehingga dapat memberikan pelayanan
Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun
farmasi klinik. Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan
Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian,
sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu.
Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi
pelayanan farmasi klinik secara intensif.

B. LATAR BELAKANG
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara
lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. Sistem satu pintu adalah
satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah
Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan
selain oleh Instalasi Farmasi.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang optimal sesuai Visi dan Misi Rumah
Sakit Umum Daerah Alimuddin Umar.
2. Tujuan Khusus :
a. Terselenggaranya pelayanan kefarmasian sesuai Standar Permenkes Nomor 72
Tahun 2016
b. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kefarmasian di RSUD Alimuddin
Umar
c. Sebagai pedoman kerja bagi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam
mendukung pelayanan kesehatan.
d. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi dan mengurangi medication error.
e. Pelayanan farmasi yang efektif, efisien dan terjangkau.
f. Meningkatkan dan mengutamakan pasien safety.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

1. KEGIATAN POKOK.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan,yaitu :

a. Pelayanan managerial
Berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai, Reagen Kimia dan Radiologi

b. Pelayanan farmasi klinik.


Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia sarana dan prasarana.

2. RINCIAN KEGIATAN
A. PeIayanan ManajeriaI.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai berdasarkan Formularium Nasional, Formularium RS,
standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi, pola penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
2. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah
dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Untuk
menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi melalui jalur
resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
5. Penyimpanan
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang– kurangnya memuat nama Obat,nomor batch
dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi Obats erta disusun secara alfabetis.
d. Pengeluaran Obat memakai system FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out)
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan /
menyerahkan sediaan farmasi.
7. Pemusnahan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Penusnahan dibuktikan dengan berita acara penusnahan
nenggunakan fornuIir 1 sebagainana terIanpir.
c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang–
kurangnya petugas lain di Instalai Farmasi dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep
menggunakan fornuIir 2 sebagainana terIanpir dan selanjutnya dibuat Berita
Acara Pemusnahan dan didokumentasikan.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. .Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatandan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari :
a. Pelaporan internal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
b. Pelaporan eksternal
Merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan Narkotika dan
Psikotropika dan pelaporan lainnya.

B. PeIayanan Farmasi KIinik


Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Pelayananfarmasi klinik meliputi :
1. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
a. Kajian administratif meliputi:
 Nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, jenis kelamin dan berat
badan;
 Nama dokter,nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat dan paraf;
 Tanggal penulisan Resep, ruang / bagian dan alergi.

b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


 Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
 Dosis dan jumlah obat Stabilitas Aturan dan cara penggunaan.

c. Pertimbangan klinis meliputi:


 Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
 Duplikasi dan/atau polifarmasi;
 Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain) Kontraindikasi dan Interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari
hasil pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.

2. Dispensing Sedian SteriI


Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dengan teknik aseptic untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberiaan obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan :
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. Melindungi petugas petugas dari paparan zat berbahaya ; dan
d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberiaan obat. Kegiatan dispensing sediaan
seteril meliputi:

1. Pencampuran Obat Suntik


Melakukan pencampuran Obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas dan stabilitas Obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.

2. PeIayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberiaan informasi , rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada Dokter, Apoteker,
Perawat , Profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit.
PIO bertujuan untuk :
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
 Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat / sedian Farmasi, Alat Kesehatan , dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;
 Menunjang penggunaan Obat yang rasional
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit meliputi:
 Menjawab pertanyaan
 Menerbitkan IeafIet, poster
 Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit
 Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya
 Melakukan penelitian.

3. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker rmenggunakan threeprine questions. Apabila
tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode HeaIth BeIief
ModeI. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi
konseling:

a. Pasien kondisi khusus (gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS,
epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tapering down/off).
d. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin,
teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit
yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Tahap Kegiatan Konseling :


a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prine
Questions, yaitu :
 Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda ?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda ?
 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut.
 Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat.
 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
Obat.
 Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien
sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling.
4. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu
diperhatikan:
a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
5. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,memantau terapi obat dan
Reaksi Obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan
informasi obat kepada dokter,pasien serta professional kesehatan lainnya. Sebelum
melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan
informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medic atau sumber
lain.
6. RekonsiIiasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi , kesalahan dosis
atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukanya rekonsiliasi obat adalah:
a) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
b) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter; dan
c) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.

E. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PIan
a. Mencatatan pengkajian resep obat yang meliputi :
b. Mencatat dan mendokumentasikan data waktu tunggu pelayanan resep.
c. Mencatat, mengidentifikasi, melaporkan dan mendokumentasi penulisan resep
tidak
d. sesuai dengan formularium rumah sakit.
e. Mencatat, mengidentifikasi, melaporkan dan mendokumentasi kepatuhan
pemberian label high alert.
f. Mencatat, mengidentifikasi, melaporkan dan mendokumentasi kesalahan
dispensing obat.
g. Mencatat, mengidentifikasi, melaporkan dan mendokumentasikan kekosongan
obat esensial.
h. Mencatat, mengidentifikasi, melaporkan dan mendokumentasikan Efek Samping
Obat.
i. Melakukan evaluasi dan pencatatan terhadap kegiatan manajerial :

2. Do
Mengolah data dan mengevaluasi pengkajian resep, data waktu tunggu
pelayanan resep, penulisan resep tidak sesuai dengan formularium rumah sakit,
kepatuhan pemberian label high alert, kesalahan dispensing obat dan
pencatatan kegiatan manajerial farmasi.

3. Check
Melaksanakan pemantauan hasil pengkajian resep, data waktu tunggu pelayanan
resep, penulisan resep tidak sesuai dengan formularium rumah sakit, kepatuhan
pemberian label high alert, kesalahan dispensing obat, kekosongan obat esensial dan
Efek Samping Obat dan kegiatan manajerial farmasi
4. Action
Hasil evaluasi data pertriwulan dilaporkan ke Pimpinan Rumah Sakit dan
Ketua PMKP

E.1. PeIayanan Farmasi KIinik


1. Mengevaluasi dan memonitoring pengkajian resep meliputi :
a. Restriksi
b. Resep (nama obat, signa) tidak terbaca
c. Tidak ada tanggal
d. Nama obat disingkat
e. Jumlah tidak ada
f. Tidak ada bentuk sediaan
g. Data pasien tidak lengkap
h. Identitas dokter
i. Tepat obat, dosis, rute, waktu
j. Duplikasi
k. Alergi
l. Interaksi Obat
m. Kontra Indikasi
2. Mengevaluasi dan memonitoring waktu tunggu pelayanan pasien.
3. Mengevaluasi dan memonitoring penulisan resep tidak sesuai dengan formularium rumah
sakit.
4. Mengevaluasi dan memonitoring kepatuhan pemberian label high alert.
5. Mengevaluasi dan memonitoring kesalahan dispensing obat.
6. Mengevaluasi dan memonitoring Efek Samping Obat
E.2. Kegiatan ManajeriaI
1. Persentase kecocokan antara fisik obat dan kartu stok
2. Sistem penataan obat di gudang
3. Persentase dan nilai obat yang rusak dan atau kadaluarsa
4. Persentase stok mati
5. Tingkat ketersediaan obat
6. Penyimpanan
7. Stok control
8. Kondisi penyimpanan

F. SASARAN PROGRAM

a. Tercapainya sistematika penulisan resep yang standar.


b. Tercapainya waktu tunggu pelayanan resep yang standar.
c. Tercapainya kepatuhan dokter dalam penulisan resep sesuai dengan Formularium
Nasional dan Formularium Rumah Sakit.
d. Tercapainya pemberian label obat high alert secara optimal.
e. Tidak adanya kesalahan dispensing obat.
f. Tidak adanya kekosongan obat esesial
g. Tercapainya kepuasan pelanggan
h. Terlaksananya kegiatan manjerial farmasi dengan baik dan disiplin.
G. JADWALPELAKSANAAN KEGIATAN

JADWAL KEGIATAN PROGRAM KERJA TAHUN 2022

No Kegiatan Tahun 2022


jan feb mar apr mei Jun jul agt sep okt nov Des
1 Pengkajian resep ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
2 Waktu tunggu pel resep ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
3 Penulisan resep sesuai ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
formularium
4 Pelabelan obat high alert ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
5 Kesalahan disp obat ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
6 Kekosongan obat ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
esensial
7 MESO ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
8 Kegiatan managerial ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ ᵞ
farmasi
DESKRIPSI PROGRAM KERJA INSTALASI FARMASI TAHUN 2022
NO PROGRAM TUJUAN PELAKSANA SASARAN WAKTU BIAYA
PELAKSANAAN
1 PENGELOLAAN SEDIAAN Memenuhi Seluru unit terkait Semua staf unit Setiap Hari
FARMASI, ALKES DAN kebutuhan pasien di Rumah Sakit farmasi
BMHP terkait sediaan dan pasien
- Pemilihan farmas, Alkes dan
- Perencanaan BMHP
- Pengadaan
- Penerimaan
- Penyimpanan
- Pendistribusian
- Pemusnahan dan
Penarikan
- Pengendalian
- Administrasi
2 PELAKSANAAN FARMASI Memenuhi Seluru unit terkait Semua staf unit Setiap Hari
KLINIK kebutuhan terkait di Rumah Sakit farmasi
- Pengkajian resep penggunaan obat dan pasien
- Dispensing yang rasional
- PIO
- Visite
- PTO
- MESO
- Rekonsiliasi
3 PENINGKATAN Meningkatkan Seluru unit terkait Semua staf unit Dilakukan survey
PELAYANAN FARMASI mutu pelayanan di Rumah Sakit farmasi kepuasan terhadap
farmasi sesuai dan pasien pasien setiap
dengan SOP bulan
4 BRIEFING BULANAN Mengobserfasi Semua staf unit Semua staf unit Setiap hari jumat
mutu pelayanan farmasi farmasi minggu ke 4
yang di capai setiap bulan
5 STOK OPNAME FARMASI Mengetahui Unit Farmasi Seluruh unit 3 Bulan Sekali
kesesuaian stok terkait di rumah
fisik dengan sakit
sistem
komputerisasi
mengecek tanggal
kadar luarsa obat
dan ALKES
6 PENDIDIKAN DAN Pengembangan Semua Staf Unit Koordinasi KONDISIONAL
PELATIHAN STAF UNIT SDM yang Farmasi dengan bagian
FARMASI berkualitas managemen RS
- Kegiatan Eksternal
 Sosialisasi SOP
 Sosialisasi
Pedoman Farmasi
 Sosialisasi
Kebijakan Farmasi
- Kegiatan Internal
 Pelatihan
Pencampuran Obat
Suntik Sediaan
Seteril
 Seminar
7 EVALUASI Mengevaluasi Unit Farmasi Semua Staf Unit Setiap 6 bulan
PELAKSANAAN kembali program Farmasi
RENCANA KERJA kerja yang telah
direncanakan
melihat
pencapaian
program dasar
untuk membuat
program kerja
priode berikutnya
8 PENYIMPANAN Menyiapkan Unit Farmasi Semua Staf Unit Setiap Bulan
DOKUMEN AKREDITASI dokumen Farmasi
PKPO SESUAI DENGAN akreditasi
INSTRUMEN SNARS 1
H. PEMBIAYAAN/ANGGARAN
Untuk pelaksanaan Program Kerja Instalasi Farmasi ini di bebankan kepada belanja
BLUD RSUD Alimuddin Umar.

I. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi kegiatan dilakukan sebagai berikut :
a. Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi :
1. Evaluasi Prospektif
Program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan.
Contoh: pembuatan standar prosedur operasional, pelaporan kejadian nyaris
cedera (KNC).
2. Evaluasi Retrospektif
Program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh : survei konsumen, menghitung waktu tunggu pelayanan.
b. Metode Evaluasi
1. Audit (pengawasan) : Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah
sesuai standar
2. Review (penilaian) terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan
sumber daya, penulisan resep.
c. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi dilaporkan secara rutin, perbulan persemester dan per tahun.

J. PENCATATAN, PELAPORAN dan EVALUASI KEGIATAN

1. PENCATATAN
Pencatatan dilakukan pada setiap proses Pengelolaan Kefarmasian meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), distribusi dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
2. PELAPORAN
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Rumah Sakit, meliputi barang dan
laporan lainnya. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan
serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

a. Tujuan
 Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
 Tersedianya informasi yang akurat
 Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
 Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan
 Agaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekala n k esehatan dapat dikelola
secara efisien dan efektif
b. Proses pendataan dan peIaporan dapat diIakukan secara:
 Tulis tangan
 Menggunakan computer dan SIMRS.

1. EVALUASI KEGIATAN
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh tehadap semua kgiatan yang dilakukan secara
periodik, Semester dan Tahunan
K. PENUTUP
Demikian Program Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Alimuddin Umar
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2022 disusun untuk dipergunakan sebagai A c u a n dalam
pelaksanaan tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai