Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN FARMASI

KOMITE FARMASI DAN TERAPI

 
Disusun Oleh :

Adinda Nur Octavia 10027122045

Khairunnisa Dwi Rachmawati 10027122046

Dita Dani Oktaviani 10027122047

Hildan Akhrija Jakriyana 10027122048


Pendahuluan
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua Staf Medis
Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah Sakit. Komite Medis berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur.
Panitia Farmasi dan Terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai
garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
PFT memberi rekomendasi atau membantu memformulasi program yang didesain untuk
memenuhi kebutuhan staf profesional (dokter, perawat, apoteker, dan praktisi pelayanan kesehatan
lainnya) untuk melengkapi pengetahuan tentang obat dan penggunaan obat . Susunan anggota PFT dapat
beragam di berbagai rumah sakit dan biasanya bergantung pada kebijakan, lingkup fungsi PFT, dan
besarnya tugas dan fungsi suatu rumah sakit.
KOMITE FARMASI DAN TERAPI

A. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit


Sesuai dengan SK menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar pelayanan Rumah Sakit
bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan
kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

TUGAS POKOK FUNGSI

• Melangsungkan pelayanan farmasi • Pengelolaan Perbakalan Farmasi


yang optimal • Pelayanan Kefarmasian dalam
• Menyelenggarakan kegiatan pelayanan Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
farmasi professional berdasarkan
prosedur kedarmasian dan etik profesi
• Melaksanakan Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE)
B. Administrasi dan Pengelolaan

Menurut keputusan Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004


tentang standar pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Pelayanan
farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan
organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan
filosofi pelayanan kefarmasian.

Keanggotaan di PFT terdiri atas 8 hingga 15 orang, dan semua


anggota mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum
yang besar (tipe A dan B) harus memiliki organisasi PFT yang
terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai suara sebagai
pengarah dan pengambil keputusan. Dibawah ini contoh struktur
organisasi suatu panitia farmasi terapi.
C. Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara pra staf
medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-
spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga
kesehatan lainnya. Merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951.

Tujuan dari panitia Farmasi dan Terapi diantaranya :

(1) Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta


evaluasinya.

(2) Melengkapi staf professional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang
berubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
D. Organisasi dan Kegiatan
Susunan kepanitiaan Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah sakit dapat
bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Dokter, Apoteker, dan Perawat.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit
tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah ahli Farmakologi. Sekretarisnya
adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan
untuk Rumah Sakit besar, rapatnya diadakan sebulan sekali.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) diatur oleh sekretaris,
termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam Rumah Sakit yang sasarannya berhubungan dengan
penggunaan obat.
E. Fungsi dan Ruang Lingkup
• Berfungsi sebagai kapasitas evaluasi, edukasi, dan penasehat bagi staf medik dan pimpinan rumah sakit semua hal
yang berkaitan dengan obat.
• Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya.
• Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat
yang diusulkan oleh anggota staf medis.
• Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus
• Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-
peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara local maupun nasional
• Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan
dengan standar diagnose dan terapi.
• Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat
• Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.
• Mengkaji penggunaan obat di rumah sakit dan meningkatkan standar optimal untuk terapi obat di rumah sakit.
• Membuat rekomendasi tentang obat yang disediakan dalam daerah perawatan penderitakebijakan baru yang perlu
disediakan.
• Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu berkaitan dengan drug managemen cycling.
• Memprakarsai atau memimpin program dan studi evaluasi penggunaan obat dan lain sebagainya.
F. Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi
a. Memberi rekomendasi pada Pimpinan Rumah Sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit,
pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
c. Melaksanakan Pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas pengkajian tersebut
G. Kebijakan PFT
Panitia harus menetapkan kebijakan untuk pengendalian obat rumah sakit. Kebijakan tersebut harus dikaji secara
berkalauntuk memastikan kemutakhirannya. Beberapa kebijakan tersebut antara lain ;Pengusulan obat baru
1. Pengusulan obat baru harus menggunakan Formulir Permohonan untuk Evaluasi Status Formularium.
Formulir ini dapat diperoleh dari IFRS. Formulir yang telah diisi dapat diajukan oleh setiap anggota staf
medik.
2. Kategori Obat Obat yang telah dievaluasi dan disetujui oleh PFT akan ditempatkan pada salah satu kategori
seperti :
• Obat formularium
• Obat yang disetujui dengan syarat periode percobaan.
• Obat formularium yang dikhususkan
• Obat investigasi
• Obat yang tidak memenuhi kategori
• Blanko resep.
• Kewenangan dispensing\
H. Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan
peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan
dalam panitia ini.

I. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi


 Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris)
 Menetapkan jadwal pertemuan
 Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
 Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan dalam
pertemuan
 Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan rumah sakit
 Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait
 Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan
 Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan
pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain
 Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi dan Terapi
 Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan
J. Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di
rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generic yang sama untuk disalurkan kepada dokter
sesuai produk asli yang diminta serta bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas dan sumber obat dari sediaan
kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
• Kriteria Pemilihan Obat untuk Masuk Formularium • Tahapan Penyusunan Formularium Rumah Sakit
Rumah Sakit a. Meminta usulan obat dari masing-masing Kelompok Staf
a. Obat yang dikelola di rumah sakit merupakan obat Medik (KSM) dengan berdasarkan pada Panduan Praktik
yang memiliki Nomor Izin Edar (NIE); Klinis (PPK) dan clinical pathway.
b. Mengutamakan penggunaan obat generik; b. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM
c. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik.
yang paling menguntungkan penderita; c. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
d. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan d. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim
oleh pasien; Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan
e. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) dari pakar.
yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak e. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim
langsung; dan Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing Staf
f. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah Medik Fungsional (SMF) untuk mendapatkan umpan balik.
dan aman (evidence based medicines) yang paling f. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang untuk mendapatkan obat yang rasional dan cost effective.
terjangkau.
Revisi Formularium Rumah Sakit
• Permohonan harus diajukan secara resmi melalui KSM kepada
Komite/Tim Farmasi dan Terapi menggunakan Formulir 1
(untuk pengajuan obat masuk dalam formularium) atau Formulir
2 (untuk pengajuan penghapusan obat dalam formularium).
Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan dalam Formularium Rumah Sakit
yang diajukan setidaknya memuat informasi :
• Mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang diajukan;
• Alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik daripada yang sudah ada di dalam
formularium; dan
• Bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung perlunya obat di masukkan ke dalam
formularium.
Kriteria penghapusan obat dari formularium :
• Obat tidak beredar lagi dipasaran.
• Obat tidak ada yang menggunakan lagi.
• Sudah ada obat baru yang lebih cost effective.
• Obat yang setelah dievaluasi memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
• Berdasarkan hasil pembahasan oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
• Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik dan/atau efek samping yang lebih
ringan.
• Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi
• Penggunaan Obat di luar Formularium Rumah Sakit
Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Formularium Rumah Sakit, untuk kasus tertentu maka
dapat digunakan obat lain secara terbatas sesuai kebijakan rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit hanya dimungkinkan setelah mendapat
rekomendasi dari ketua Komite/Tim Farmasi dan Terapi dengan persetujuan direktur/kepala rumah
sakit.
b. Pengajuan permohonan penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit dilakukan dengan mengisi
formulir permintaan obat khusus non formularium.
c. Pemberian obat diluar Formularium Rumah Sakit diberikan dalam jumlah terbatas, sesuai kebutuhan.
REFERENSI
● MenKes RI. 2004. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit No.
1197/Menkes/SK/X/2004. Menteri Kehatan Republik Indonesia. Jakarta

● Menkes RI. 1999. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit No.


13333/Menkes/SK/XII/1999. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai