Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HASMAIDAH

KELAS : B
NIM : 13.067.AF

1. KOMITE MEDIK DAN TERAPI

A. PENGERTIAN
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari
ketua staf medis fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di rumah sakit.
Komite medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur utama
(Depkes, 2004). Komite medik diberikan dua tugas utama yaitu menyusun standar
pelayanan medik dan memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal
(Anonim, 2010):

a. pembinaan, pengawasan dan penelitian mutu palayanan medis, hak-hak


klinis khusus kepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan
pelatihan (Diklat), serta penelitian dan pengembangan (Litbang)

b. pembinaan tenaga medis dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


etika profesi

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Berdasarkan Kepmenkes No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan


Farmasi di rumah sakit, panitia farmasi dan terapi adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokteryang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan panitia farmasi dan terapi adalah:

a. menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan


obat serta evaluasinya

b. melengkapi staf profesional di bidangkesehatan dengan pengetahuan


terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan .

B. FUNGSI

1. Peserta memahami pengorganisasian dan peran komite medik di rumah


sakit.
2. Peserta memahami langkah-langkah penyusunan clinical privilege.
3. Peserta mampu menentukan langkah-langkah dalam antisipasi sengketa
medis.
4. Peserta memahami dan mengetahui peran subkomite-subkomite dalam
komite medik.

Fungsi dan ruang lingkup panitia farmasi dan terapi adalah:

a. mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan


obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama

b. panitia farmasi dan terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau


menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis

c. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang


termasuk dalam kategori khusus

d. membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap


kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional

e. melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan


mengkaji medical recorddibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional

f. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat

g. menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf


medis dan perawat
C. TUJUAN

a. Perumusan Kebijakan – Prosedur : Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai


pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya
b. Edukasi : Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan. (merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)

 Memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat obatan.


 Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat obatan di RS dan
apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala.
 Menyusun Standart Terapi bersama sama dengan staf medik.
 Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik bersama sama
dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

D. STRUKTUR ORGANISASI

E. DASAR HUKUM
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011,
komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis. Melalui peran aktif komite medik, diharapkan staf medis
dapat mewujudkan tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan medis dan
keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR
755/MENKES/PER/IV/2011 TENTANGPENYELENGGARAAN KOMITE
MEDIK DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa profesionalisme staf medis perlu ditingkatkanuntuk menjamin mutu
pelayanan kesehatan danmelindungi keselamatan pasien;
b. bahwa komite medik memiliki peran strategis dalammengendalikan kompetensi
dan perilaku staf medis dirumah sakit serta dalam rangka pelaksanaan auditmedis;
C. bahwa ketentuan yang mengatur komite medik saat iniperlu disesuaikan dengan
semangat profesionalismesebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan dan perumahsakitan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlumenetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentangPenyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

2. FORMULARIUM RUMAH SAKIT


A. PENGERTIAN

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia


farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu. Formularium
adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi
sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang
merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di


rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat yang
termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama (drug of choice)
dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap
harus mengindahkan prinsip manajemen dan criteria mayor yaitu berdasarkan
pada : pola penyakit yang berkembang didaerah tersebut, efficacy, efektivitas,
keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber daya dan keuangan
rumah sakit (Anonim 2002)

B. TUJUAN

Tujuan utama dibuatnya formularium rumah sakit di Indonesia adalah menyediakan


bagi staf rumah sakit, yaitu:
1. Penyediaan suatu proses pengambilan keputusan yang mengarah ke
pemilihan obat yang diperlukan sesuai dengan produk obat yang telah disetujui oleh
KFT untuk digunakan di rumah sakit tersebut,
2. Pemberian penyediaan obat yang paling tinggi efektifitas dan biaya yang
minimal serta efek samping yang paling ringan,
3. Informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh KFT untuk digunakan
di rumah sakit tersebut,
4. Informasi terapi dasar tiap produk obat yang disetui oleh KFT untuk
digunakan di rumah sakit tersebut,
5. Informasi tentang kebijakan dan dan prosedur rumah sakit yang menguasai
penggunaan obat-obatan, dan
6. Informasi khusus tentang obat seperti peraturan tentang dosis obat dan
nomogram, singkatan yang disetujui untuk peresepan atau yang biasa digunakan di
rumah sakit (Seto, 2008).

Anda mungkin juga menyukai