Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

PENYUSUNAN FORMULARIUM
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAHA MEDIKA SURABAYA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


“GRAHA MEDIKA”
Perum Graha Sampurna Indah Blok E 3,6,8,10,12,16,18,22
SURABAYA
2017
PANDUAN PENYUSUNAN FORMULARIUM
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAHA MEDIKA SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Saat ini, biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit
semakin mahal. Salah satu penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan obat yang
tidak rasional. Dalam konteks pengobatan, rasional berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat
dosis, tepat waktu pemberian dan juga tepat harga obatnya. Pilihan ini mencakup jenis obat dan
ketepatan kondisi pasien, dosis, waktu pemberian, rute pemberian, kombinasi obat, dan lamanya
pengobatan. Pada kenyataannya, pasien seringkali menerima obat yang kurang sesuai dengan
keadaan pasien itu sendiri sehingga pengobatan menjadi tidak efektif dan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk penyembuhannya. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit maka
semakin besar pulalah biaya yang harus dikeluarkan. Banyak juga kasus pasien yang mendapat
pengobatan yang tidak perlu atau penderita mendapat obat nama dagang yang sangat mahal
padahal ada obat generik yang mempunyai komposisi dan khasiat yang sama dengan nama obat
dagang tersebut. Ketidak-rasionalan dalam pengobatan dapat disebabkan antara lain karena
kesalahan pemilihan obat.

Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkan suatu program penggunaan


obat yang rasional di rumah sakit, guna memastikan bahwa penderita menerima perawatan yang
terbaik. Rumah sakit harus mempunyai sistem formularium yang meliputi kegiatan evaluasi,
penilaian dan pemilihan obat.

B. Tujuan
1. Umum
Sebagai pedoman dalam menyusun formularium di RS
2. Khusus
a. Pedoman pemilihan obat di rumah sakit
b. Memperbaiki pengelolaan obat di rumah sakit
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat
d. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
e. Meningkatkan komunikasi antar profesi kesehatan
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah pimpinan rumah sakit, staf medik, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS), dan KFT ( Komite Farmasi dan Terapi ).

D. Batasan Operasional
1. Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus direvisi memuat sediaan
obat dan informasi penting lainnya yang merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf
medik rumah sakit.
2. Daftar obat adalah daftar produk yang telah disetujui digunakan di rumah sakit di mana daftar
obat ini adalah daftar sederhana tanpa informasi tentang tiap produk obat hanya terdiri atas
nama generik, kekuatan dan bentuk sediaan.
3. Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu rumah sakit
yang bekerja melalui KFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan
bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan pasien dimana keberadaannya sangat
bermanfaat bagi rumah sakit karena rumah sakit hanya menyediakan jenis dan jumlah obat
sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan staf medik terhadap obat dapat terakomodasi, karena
perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat di rumah sakit mengacu pada formularium
tersebut.

BAB II
TINJAUAN UMUM

A. RUANG LINGKUP
1. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat di rumah sakit dan
melakukan revisi formularium secara berkala
2. Bersama-sama staf medis menyusun standar terapi dan protokol penggunaan obat
3. Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik bersama-sama dengan
instalasi farmasi
4. Menyusun dan melaksanakan program evaluasi penggunaan obat dan menyebarluaskan hasil
evaluasi kepada seluruh staf medis dan pimpinan rumah sakit
5. Memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit dalam pemilihan penggunaan obat
6. Memberikan rekomendasi tentang kebijakan dan prosedur pengelolaan obat di rumah sakit
7. Mengkoordinasikan pelaporan dan pemantauan efek samping obat
8. Menyusun program edukasi yang berkaitan dengan penggunaan obat untuk tenaga
professional kesehatan di rumah sakit
9. Mensosialisasikan semua kebijakan yang melibatkan KFT kepada professional kesehatan di
rumah sakit

B. Komite Farmasi dan Terapi


1. Tujuan KFT
Tujuan utama dari Komite Farmasi dan Terapi adalah:
a. Memberi nasehat
Komite tersebut memberikan usulan penggunaan atau membantu di dalam merumuskan
kebijakan, metode untuk evaluasi, pemilihan dan pemakaian obat-obatan di rumah sakit.
b. Di bidang pendidikan
Komite tersebut memberikan usulan atau membantu di dalam merumuskan program yang
dibuat guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan professional (dokter, perawat,
apoteker dan tenaga kesehatan lainnya) akan pengetahuan yang terbaru dan lengkap
berkenaan dengan obat-obatan dan penggunaannya.

2. Fungsi Komite Farmasi dan Terapi


Fungsi utama dari KFT adalah sebagai penasehat dan di bidang pendidikan.
a. Sebagai penasehat, KFT memberikan rekomendasi kepada pimpinan RS mengenai
rumusan kebijakan dan prosedur untuk evaluasi, pemilihan dan penggunaan obat di rumah
sakit
b. Di bidang pendidikan, KFT merumuskan program yang berkaitan dengan edukasi tentang
obat dan penggunaannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit.

3. Struktur Organisasi

Penasehat : 1. Dr Diah Retno

2. Dr. Indi SpOG

Ketua : Dr.

Wakil Ketua :
Sekretaris : Tri Riza

Bendahara : Wahyu Utami Kusumawardani S.Si., Apt

Seksi Kepesertaan dan Seleksi :

Anggota :

Seksi Angket dan Sosialisasi :

Anggota :

Seksi Penyusunan Formularium :

Anggota :

4. Tata Kerja
a. KFT melakukan rapat rutin, agenda rapat harus disiapkan jauh hari sebelumnya agar
memungkinkan anggota untuk mempelajari masalah- masalah yang akan dibahas dalam
rapat.
b. Anggota yang berhalangan hadir dapat menunjuk wakilnya
c. Notulen rapat harus selalu didokumentasikan dengan baik oleh Sekretaris KFT
d. Usulan – usulan KFT harus disampaikan kepada pimpinan rumah sakit dan Komite Medik

C. Format dan Penampilan Formularium


Format formularium sangat penting karena dapat menentukan kepraktisan penggunaan sehari-hari
dan efisiensi biaya penerbitan. Formularium dengan ukuran buku saku mudah dibawa oleh
professional kesehatan dan hal itu dapat meningkatkan penggunaan obat formularium.

Formularium rumah sakit mempunyai komposisi sebagai berikut :


1. Sampul luar dengan judul formularium obat, nama rumah sakit, tahun berlaku, dan nomor edisi
2. Daftar isi
3. Sambutan
4. Kata Pengantar
5. SK KFT, SK Pemberlakuan Formularium
6. Petunjuk penggunaan formularium
7. Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
8. Monografi obat
9. Informasi khusus
10. Lampiran (formulir, indeks kelas terapi obat, indeks nama obat)

D. Manfaat formularium
Formularium yang dikelola dengan baik mempunyai manfaat untuk rumah sakit. Adapun manfaat
dimaksud mencakup antara lain :
1. Meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit
2. Merupakan bahan edukasi bagi professional kesehatan tentang terapi obat yang rasional
3. Memberikan rasio manfaat-biaya yang tertinggi, bukan hanya sekedar mencari harga obat
yang termurah
4. Memudahkan professional kesehatan dalam memilih obat yang akan digunakan untuk
perawatan pasien
5. Memuat sejumlah pilihan terapi obat yang jenisnya dibatasi sehingga professional kesehatan
dapat mengetahui dan mengingat obat yang mereka gunakan secara rutin
6. IFRS dapat melakukan pengelolaan obat secara efektif dan efisien. Penghematan terjadi
karena IFRS tidak melakukan pembelian obat yang tidak perlu. Oleh karena itu, rumah sakit
mampu membeli dalam kuantitas yang lebih besar dengan jenis obat yang lebih sedikit.
Apabila ada dua jenis obat yang indikasi terapinya sama, maka dipilih obat yang paling cost
effective.

Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam menjalankan peran tersebut antara lain:
1. Merekapitulasi usulan obat yang akan dibahas dalam rapat penyusunan formularium
2. Mengkaji informasi dari pustaka ilmiah yang terkait dengan obat yang diusulkan
3. Menyajikan data ketersediaan dan harga obat
4. Melakukan evaluasi terhadap usulan yang masuk
5. Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam formularium
6. Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan formularium
7. Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium
8. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi formularium secara
berkesinambungan
9. Melakukan pengkajian penggunaan obat
BAB III
SISTEM FORMULARIUM

A. Evaluasi penggunaan obat


Bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost effective serta meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi penggunaan obat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka
Kegiatannya meliputi :
a. Mengumpulkan naskah ilmiah berkaitan dengan aspek keamanan, efektivitas dan biaya
dari jurnal ilmiah yang terpercaya.
b. Melakukan telaah ilmiah terhadap naskah yang didapat
2. Pengkajian dengan mengambil data sendiri, yaitu suatu proses terus menerus, sah secara
organisasi, terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara tepat, aman
dan bermanfaat.

B. Penilaian
Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan
informasi tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas dan
farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik, perhatian khusus, kelebihan obat baru
ini dibandingkan dengan obat lama yang sudah tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau
kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan harga dan biaya pengobatan
dengan obat atau cara pengobatan terdahulu. Kecuali yang memiliki data bioekuivalensi (BE) dan/
atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (EBM).
Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat yang memperlihatkan tingkatan bukti
ilmiah yang tertinggi untuk indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang sama
indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan keamanan yang sama tinggi, maka
pertimbangan selanjutnya adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya
pengobatan yang paling murah.

C. Pemilihan Obat
Tahap pemilihan obat merupakan tahap yang paling sulit dalam proses penyusunan formularium
karena keputusan yang diambil memerlukan pertimbangan dari berbagai faktor :
1. Faktor Institusional (Kelembagaan)
Obat yang tercantum dalam formularium adalah obat yang sesuai dengan pola penyakit,
populasi penderita dan kebijakan lain rumah sakit.
2. Faktor Obat
Obat yang tercantum dalam formularium harus mempertimbangkan efektivitas, keamanan,
profil farmakokinetik dan farmakodinamik, ketersediaan obat dan fasilitas untuk penyimpanan
atau pembuatan, kualitas produk obat, reaksi obat yang merugikan serta kemudahan dalam
penggunaan. Produk obat yang dimaksud harus sudah memiliki izin edar dari Departemen
Kesehatan.

Sebelum memilih obat diperlukan adanya suatu kriteria yang digunakan oleh Tim Revisi DOEN
seperti :
1. Memiliki rasio manfaat resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita
2. Mutu terjamin termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
3. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
4. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan
fasilitas kesehatan
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita
6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak langsung
7. Jika terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan
pada :
a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
c. Obat yang stabilitasnya lebih baik
d. Mudah diperoleh
e. Obat yang telah dikenal
8. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
a. Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada
masing-masing komponen
c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat
untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut
d. Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya ( benefit-cost ratio)
e. Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
resisten dan efek merugikan lainnya
3. Faktor biaya
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, KFT harus mempertimbangkan biaya terapi obat secara
keseluruhan. Hal ini termasuk biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya pemberian obat
dan biaya monitoring selama penggunaan obat. Obat terpilih adalah obat dengan biaya terapi
keseluruhan yang peling rendah.

D. Penggunaan Obat Non Formularium


Secara umum, hanya obat formularium yang disetujui untuk digunakan secara rutin dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Prinsip yang mendasari adanya proses untuk menyetujuui
pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat memerlukan
terapi obat yang tidak tercantum di formularium, sebagai contoh :
1. Kasus tertentu yang jarang terjadi, misalnya kelainan hormon pada anak, penyakit kulit langka
2. Perkembangan terapi yang sangat memerlukan adanya obat baru yang belum terakomodir
dalam formularium
3. Obat-obat yang sangat mahal dan penggunaannya dikendalikan secara ketat, misalnya: obat
sitostatika baru, antibiotik yang dicadangkan ( reserved antibiotics)

Mekanisme proses pengajuan obat non formularium :


1. Dokter pengusul mengisi formulir dan disetujui oleh kepala SMF
2. Formulir diajukan ke KFT
3. Penilaian oleh KFT terhadap usulan yang disampaikan
4. Usulan yang disetujui disampaikan ke IFRS untuk diadakan
5. Usulan yang tidak disetujui dikembalikan ke SMF

Penilaian terhadap usulan obat non formularium cukup dilakukan oleh pelaksana harian KFT
(ketua, sekretaris dan salah satu anggota) agar tidak menghambat proses penyediaan obat non
formularium.

E. Kriteria penghapusan obat


1. Obat-obat yang jarang digunakan ( slow moving) akan dievaluasi
2. Obat-obat yang tidak digunakan ( death stock) setelah waktu 3(tiga) bulan maka akan
diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3(tiga)
bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari buku
formularium
3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh pemerintah/BPOM atau dari pabrikan
BAB IV
PENYUSUNAN FORMULARIUM

A. Proses Penyusunan Formularium


Proses penyusunan formularium di rumah sakit dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan di
bawah ini :
1. Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing SMF berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT, jika diperlukan dapat meminta masukan dari
pakar
4. Rancangan hasil pembahasan KFT dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium
7. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8. Lakukan edukasi mengenai formularium kepada staf dan lakukan monitoring. KFT
bertanggung jawab dalam penyusunan/revisi formularium yang dibantu secara aktif oleh
IFRS

B. Isi Formularium
Formularium berisi tiga bagian utama yaitu :
1. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
2. Daftar obat
Bagian ini merupakan inti dari formularium yang berisi informasi dari setiap obat disertai satu
atau lebih indeks untuk memudahkan penggunaan formularium. Nama obat disusun dengan
cara :
a. Pembagian kelas terapi merujuk kepada DOEN yang berlaku
b. Nama obat perkelas terapi dituliskan dalam nama generic berdasarkan abjad
3. Informasi khusus
Informasi khusus tergantung pada kebutuhan masing-masing rumah sakit.
Contoh :
a. Tabel ekivalensi dosis dari obat yang sama golongan farmakologinya
b. Cara perhitungan dosis untuk anak
c. Daftar racun yang dapat didialisis
d. Cara perhitungan penyesuaian dosis
e. Interaksi obat
f. Daftar obat dengan indeks terapi sempit

C. Pemberlakuan dan distribusi formularium


Kepatuhan penggunaan formularium memerlukan dukungan dari pimpinan rumah sakit berupa
surat keputusan tentang pemberlakuan formularium. Sosialisasi harus dilakukan kepada seluruh
profesional kesehatan dengan cara: pertemuani, pengecekan di lapangan, surat edaran, dan
penyerahan buku formularium ke masing-masing SMF.

D. Distribusi formularium
Formularium didistribusikan kepada:
1. Unit pelayanan untuk penderita rawat inap, rawat jalan, rawat darurat
2. Instalasi farmasi dan seluruh satelit/depo farmasi
3. Pimpinan rumah sakit
4. Pusat pelayanan informasi obat
5. Bagian/SMF
6. Anggota staf medik dan apoteker
7. Perpustakaan Rumah Sakit
8. Bagian pengadaan
9. Bagian lain yang dianggap perlu

E. Evaluasi kepatuhan penggunaan formularium


Evaluasi dapat dilakukan secara menyeluruh atau sebagian tergantung pada sumber daya yang
tersedia.
Indikator untuk menilai kepatuhan penggunaan formularium terdiri dari:
1. Kepatuhan penulisan resep sesuai formularium
Rumus perhitungan dan contoh :
Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium x 100%
Jumlah seluruh item obat dalam formularium

Catatan: Diperlukan analisa penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya dilakukan upaya untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan penulisan resep melalui sosialisasi formularium maupun
supervise di masing-masing bagian.

2. Kepatuhan pengadaan sesuai formularium


Rumus perhitungan dan contoh :
Jumlah item produk obat yang diadakan sesuai formularium x 100%
Jumlah seluruh item produk obat yang ada dalam formularium

Catatan: Diperlukan analisis penyebab ketidakpatuhan dan selanjutnya dilakukan upaya untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan pengadaan. Arahan dari direksi sangat penting karena
pengadaan merupakan kunci keberhasilan penulisan resep.

Penyebab ketidakpatuhan penulisan resep obat formularium maupun pengadaan antara lain :

1. Sistem formularium tidak berjalan dengan baik di rumah sakit


2. Tidak adanya surat keputusan pimpinan rumah sakit untuk menggunakan formularium,
sehingga staf medik tidak merasa berkewajiban menggunakan formularium
3. Tidak adanya sosialisasi formularium oleh KFT kepada staf medik, sehingga staf medik tidak
mengenal formularium
4. Tidak adanya supervisi secara regular guna mengingatkan staf medik untuk menggunakan
obat yang ada dalam formularium
5. KFT tidak berfungsi dengan baik
6. Formularium tidak pernah direvisi sesuai dengan kebutuhan penderita dan staf medik
7. Apoteker di IFRS tidak berperan sebagaimana seharusnya
8. Tidak adanya mekanisme penghargaan dan hukuman ( rewards and punishment)
9. Adanya konflik kepentingan dari pihak yang terlibat dalam pengadaan

BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi Penyusunan formularium adalah :
1. Bukti laporan efek obat yang tidak diharapkan
2. Bukti laporan efek samping
3. Bukti laporan medication eror
4. Aspek persediaan obat
5. Aspek penggunaan obat
6. Bukti pelaksanaan tentang kajian formularium tahunan

Landasan Hukum
1. Undang- undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 436/MENKES/SK/VI/93 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Pelayanan Medik di Rumah sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1227/MENKES/SK/XI/2001 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian dan Alat/Obat Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
7. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 14868/2010 tentang
Pemberian Izin Operasional Tetap RSU Zahirah

BAB V
PENUTUP

Buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dalam
menyusun formularium yang baik.

Formularium yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi merupakan pedoman pemilihan
dan penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien dan akan mendorong penggunaan obat
yang rasional di rumah sakit. Adanya formularium di rumah sakit diharapkan dapat menyederhanakan
penyediaan obat, membatasi penggunaan obat yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi biaya
pengobatan.

Diharapkan dengan tersusunnya formularium di rumah sakit, akan memberikan sumbangan


terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Graha Medika.

Plt. Direktur,

Rumah Sakit Ibu dan Anak Graha Medika

Dr. Diah Retno Kusumawati, M. Ked. Trop

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................i

Daftar Isi ....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................................2

BAB II KOMUNIKASI EFEKTIF

A. Pengertian...........................................................................................................................3
B. Proses Komunikasi..............................................................................................................3
C. Unsur Komunikasi................................................................................................................3
D. Pemberian atau Komunikator...............................................................................................4
E. Sifat Komunikasi...................................................................................................................5
F. Syarat komunikasi yang efektif.............................................................................................5

BAB III TATA LAKSANA

A. Proses Komunikasi..............................................................................................................6
B. Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan
kondisi kesehatannya...........................................................................................................7
C. Komunikasi serah terima pasien antar perawat dan/staf medis...........................................9
D. Komunikasi efektif dengan Dokter lewat media elektrolit (telepon) menggunakan metode
SBAR...................................................................................................................................10

BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................................................12

BAB V PENUTUP........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14

Anda mungkin juga menyukai