Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

TATA KELOLA BAHAN BERBAHAYA, NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRAHA MEDIKA
SURABAYA
TAHUN 2018

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


“GRAHA MEDIKA”
Perum Graha Sampurna Indah Blok E 3,6,8,10,12,16,18,22
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945,kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan
nasional perlu dipelihara dan ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat kesehatan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di bidang pengobatan dan
pelayanan kesehatan,antara lain dengan mengusahakan ketersediaan Narkotika dan Psikotropika
jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta melakukan pencegahan dan
pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika.
Narkotika dan Psikotropika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain
dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.Mengimpor , mengekspor,
memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan/atas menggunakan Narkotika dan
Psikotropika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama serta bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak pidana karena sangat merugikan dan
merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara
serta ketahanan nasional Indonesia.

B. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
2. Memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Narkotika dan Psikotropika yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) dan tidak terjadi bahaya
penyalahgunaan.
C. Manfaat
Pelayanan resep narkotika dan Psikotropika berdasarkan resep dokter dan ada pengendalian,
pengawasan dan pelaporan penggunaan dari petugas kefarmasian .

D. Batasan Operasioal
1. Pedagang besar farmasi tertentu hnaya dapat menyalurkan Narkotika kepada :
a. Pedagang besar farmasi tertentu
b. Apotek
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu
d. Rumah sakit
e. Lembaga ilmu pengetahuan
2. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat menyalurkan
Narkotika dan Psikotropika kepada:
a. Rumah sakit pemerintah
b. Pusat kesehatan masyarakat
c. Balai pengobatan pemerintah tertentu
3. Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh :
a. Apotek
b. Rumah sakit
c. Pusat kesehatan masyarakat
d. Balai pengobatan
e. Dokter
4. Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan Narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
5. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksankan untuk :
a. Menjalankan praktek dokter dengan memberikan Narkotika melalui suntikan.
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Narkotika
melalui suntikan
c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
35 tahun 2009 tentang Narkotika
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988 )
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Penyelenggaraan pelayanan narkotika di rumah sakit minimal harus dilaksanakan oleh
1 (satu) Apoteker sebagai penanggungjawab, yang dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping
dan Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker dihitung
berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan,


pelayanan, pelaporan dan pemusnahan narkotika dan psikotropika.
1. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan Narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab .Pemesanan dilakukan ke PT.Kimia
Farma (satu satunya PBF Narkotika yang legal di Indonesia) dengan membawa surat
pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar surat pesanan asli dan dua
lembar salinan surat pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang
bersangkutan sedangkan satu lembar salinan surat pesanan sebagai arsip. Satu surat
pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotika.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh Apoteker penanggung jawab atau
dilakukan sepengetahuan Apoteker penanggung jawab. Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sbelumnya dilakukan pencocokan dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jrnis dan jumlah
narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan Narkotik
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan pada lemari khusus yang terbuat
dari bahan yang kokoh dan kuat yang ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci ynag
berbeda , terdiri dari 2 pintu satu untuk pemakaian sehari hari seperti kodein dan satu
lagi yang berisi pethidin, morfin dan garamnya. Lemari tersebut terletak di tempat yang
tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh petugas farmasi dan
penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Instalasi Farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salina resep
rumah sakit itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian.
Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi nomer resep
merah guna memudahkan perekapan.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan, dilakukan melalui online
SIPNAP( Sisitem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Petugas farmasi setiap
bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu
setelah data diinput lalu dilaporkan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
Laporan meliputi pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan meliputi nomor urut,
nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan.password dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.
f. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan Narkotika dilakuakn sebagai berikut :
1. Apoteker penanggung jawab membuat dan menandatangi surat permohonan
pemusnahan narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau
tidak memenuhi syarat.
2. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Apoteker penanggung
jawab dikirimkan ke Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan, dan akan
menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker
penanggungjawab Asisten Apoteker, petugas BPOM dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksankan dibuat Berita acara
pemusnahan yang berisi :
a. hari,tanggal,bulan,tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan
b. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c. Cara pemusnahan
d. Petugas yang melakukan pemusnahan
e. Nama dan tandatangan Apoteker Penanggung jawab
Berita cara tersebut dibuat dengan tembusan :
1. Kepala Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
2. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta
3. Arsip
2. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara khusus mulai
dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengeloaan psikotropika meliputi :
a. Pemesanan Psikotropik
Pemesanan psikotropika dari PBF dengan surat pemesanan rangkap 4 diperbolehkan
lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, dan boleh memesan ke berbagai PBF.
b. Penerimaan Psikotropika
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh Apoteker penanggung jawab
atau dilakukan dengan sepengetahuan Apoteker penanggung jawab.Apoteker akan
menandatangani faktur tersebut setelah sebeliumnya dilakukan pencocokan dengan
surat pesanan, pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan
jumlah psikotropika yang dipesan.
Dalam Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika diperlukan beberapa sarana antara lain :
1. Ruang Penerimaan Resep
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
3. Ruang penyerahan obat.
4. Ruang konseling
5. Ruang penyimpanan obat
6. Ruang arsip
Perlengkapan lain yang diperlukan :
1. Almari obat/rak obat
2. Kartu stok obat
3. Meja dan kursi
4. Blender/mortar
5. Sealing

3. Pengendalian Mutu Pelayanan Narkotik dan Psikotropik


Pengendalian mutu Pelayanan Narkotika dan Psikotropika merupakan kegiatan pengendalian
pelayanan agar tidak terjadi penyalahgunaan obat.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan dana,
dan Standar Prosedur Operasional.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan yaitu peningkatan komunikasi efektif , peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan tingkat
pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu Pelayanaan terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan
kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu sesuai standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
 monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara
capaian dengan rencana kerja); dan
 memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
 melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan
bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan
hasil pemantauan.
Contoh:
1.Monitoring pelayanan resep : resep Narkotika dan Psikotropika diberi tanda
khusus,kelengkapan resep harus lengkap
2.Monitoring penggunaan Obat
3.Monitoring kinerja tenaga kefarmasian.Untuk menilai hasil atau capaian
pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan
waktu, cara, dan teknik pengambilan
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Bukti pemesanan obat narkotik dan psikotropik


2. Bukti penyerahan obat narkotik dan psikotropik
BAB V
PENUTUP

Pedoman Pelayanan obat Narkotika dan Psikotropika di Rumah Sakit Ibu dan Anak Graha
Medika ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Untuk
keberhasilan pelaksanaan standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ini diperlukan komitmen dan
kerja sama semua pihak yang terkait, sehingga hal tersebut akan menjadikan pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Graha Medika dapat optimal dan dapat memberikan kepuasan kepada
pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai