Anda di halaman 1dari 11

POKJA PELAYANAN KEFARMASIAN DAN

PENGGUNAAN OBAT

PKPO 4.
Kebijakan Penulisan Resep memuat 9
elemen

RSUD MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG
2019

1
PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG
RUMAH SAKIT UMUM MASSENREMPULU
JL. Jenderal Sudirman Keppe Telp. (0420) 22128 Fax (0420) 21770 Enrekang
Website enrekangkab.go.id E-mail rsudmaspul@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG

NOMOR : 012/KBJ/RSUM/VI/18

TENTANG
KEBIJAKAN PENULISAN RESEP MEMUAT 9 ELEMEN DI
RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MASSENREMPULU
KABUPATEN ENREKANG

DIREKTUR ,

Menimbang : a. Bahwa resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi
atau dokter hewan kepada Apoteker untuk membuat dan
memberikan obat kepada pasien.
b. Bahwa rumah sakit perlu memperhatikan tentang tata cara
peresepan dan pembatasan penulisan resep sesuai dengan
kebijakan rumah sakit.
c. Bahwa untuk mekanisme penulisan resep dan batasan
penulisan resep diatas maka rumah sakit perlu menerbitkan
kebijakan batasan penulisan resep.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063)

2
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631 tahun 2015
tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis di Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DENGAN 9 ELEMN YANG
DIATUR OLEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MASSENREMPULU
PERTAMA : Penulisan resep harus lengkap yang mengcakup 9 elemen
KEDUA : Elemen pemesanan / penulisan resep yang lengkap :
1. Data identifikasi pasien yang akurat
2. Elemen dari pemesanan/penulisan resep.
3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu
“prn”/bila perlu atau pesanan obat lain.
5. Prosedur khusus pemesanan obat LASA
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak
lengkap, tidak terbaca, atau tidak jelas.
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada
pesanan dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam
pemesanan yang emergensi, dalam daftar tunggu (standing)
automatic stop
8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon : write
back, read back, reconfirmation.
9. Jenis pesanan yang berdasarkan BB (pasien anak)
KETIGA : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi
minimal 1 tahun sekali.

3
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka
akan dilakukakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Enrekang
PadaTanggal : 1 Juni 2018
Direktur,

dr. H. Muh. Yusuf, KS.

TEMBUSAN Yth :
1. Kabid Pelayanan
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip

4
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Massenrempulu Enrekang
Nomor : 012/KBJ/RSUM/VI/18
Tanggal : 1 Juni 2018
Tentang : Kebijakan Penulisan Resep Yang Memuat 9 elemen di RSUD
Massenrempulu Enrekang

Kebijakan :
Elemen pemesanan / penulisan resep yang lengkap :
1. Data identifikasi pasien yang akurat
2. Elemen dari pemesanan/penulisan resep.
3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu “prn”/bila perlu
atau pesanan obat lain.
5. Prosedur khusus pemesanan obat LASA
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca, atau tidak jelas.
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan setiap
elemen yang dibutuhkan dalam pemesanan yang emergensi, dalam daftar
tunggu (standing) automatic stop
8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon : write back, read back,
reconfirmation.
9. Jenis pesanan yang berdasarkan BB (pasien anak)
Penjelasan :
1. Identifikasi data pasien :
a. Rawat inap : nama lengkap, TTL, Nomor rekam medis, diberi gelang
identitas pasien.
b. Rawat jalan : Nama lengkap, Nomor rekam medis.
2. Elemen penulisan resep
a. Identifikasi dokter : Nama, SIP, alamat rumah dan praktik, NO. Telepon,
Hari & jam praktek.
b. Inscriptio : Nama kota tempat praktek, tanggal penulisan resep.
c. Invocatio : Tanda R/ sebagai tanda pembuka penulisan resep.

5
d. Praescriptio / Ordinatio : Nama obat, jumlah & kekuatan obat, cara
pembuatan, bentuk sediaan obat yang dipilih dan jumlahnya.
e. Signatura : aturan penggunaan obat (frekuensi, jumlah perkali pakai,
waktu obat diminum, dan informasi lain yang diperlukan)
f. Identifikasi pasien : Nama pasien pada bagian “pro”, bila pendirita anak
anak atau lansia perlu dituliskan umurnya, sebaiknya cantumkan pula
berat badan pasien dan alamat pasien.
g. Penutup : tanda penutup dan tanda tangan dokter penulis resep.

3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan


Nama generik dan nama dagang diperlukan bila terjadi pergantian obat atau
subsitusi obat dikarenakan obat yang ditulis di resep oleh dokter tidak tersedia di
Instalasi Farmasi.

4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu “prn”/bila


perlu atau pesanan obat lain.
Untuk aturan pakai jika perlu atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis
maksimal dalam sehari.

5. Prosedur khusus pemesanan obat LASA.


LASA (Look alike Sound Alike), obat yang memiliki kemasan mirip atau obat yang
memiliki nama terdengar mirip. Contoh : Ceftazidime vs Cefepim, Calme Eye Drops
vs Calme Ear Drop (kemasan mirip), Proneuron vs Forneuron, Klorpromazin vs
Klorpropamid.
PENANGANAN :
a. Permintaan tertulis :
1. Tambahan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk
obat-obat yang “langganan” bermasalah.
2. Tulis secara jelas menggunakan huruf tegak kapital.
3. Hindari singkatan-singkatan yang membuat bingung.
4. Tambahkan bentuk sediaan juga di resep, misalnya metronidazol 500 mg;
sediaan tablet dan infusnya sama-sama 500 mg.
5. Sertakan kekuatan obat.
6. Sertakan petunjuk penggunaan.
6
7. Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan, supaya semakin jelas.
8. Pihak dokter yang meresepkan obat diharapkan menulis nama obat yang
dapat dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas
resep yang dicetak elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah
tersedia.
9. Menggunakan tall-man lettering, penebalan, atau warna huruf berbeda pada
pelabelan nama obat, misalnya :
 ChlorproMAZINE vs ChlorproPAMIDE
 HydrALAzine vs HydrOXYzine
 MeFINTER vs MeTIFER, dsb
b. Permintaan Lisan.
1. Batasi permintan verbal, hanya untuk obat-obatan tertentu, misalnya hanya
dalam keadaan emergency.
2. Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui
telepon, kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi.
3. Diperlukan teknik mengulang permintaan, dibacakan lagi permintaannya,
jadi ada kroscek.

Bagi tenaga kesehatan


1. Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti,
disesuaikan dengan nama dagang, nama generik, indikasi, serta
kekuatan sediannya.
2. Apoteker mengetahui dengan pasti persediaan obat-obatan yang
termasuk kategori SALAD.
3. LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain.
4. Tidak menyimpan obat-obat LASA secara alfabet, tetapi di tempat
terpisah, misalnya obat fast moving.
5. Cocokkan indikasi resep dengan kondisi pasien sebelum dispensing
atau administrating.
6. Membuat strategi pada obat yang penyebab errornya diketahui,
misalnya pada obat yang kekuatannya berbeda atau pada obat yang
kemasannya mirip.
7. Laporan error yang aktual dan potensial (berpeluang terjadi error)

7
8. Diskusikan penyebab terjadinya error dan strategi ke depannya.
9. Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil memberikan informasi,
supaya pasien mengetahui wujud obatnya dan untuk mereview
indikasinya.
10. Di rumah sakit, panitia farmasi dan terapi (PFT) bisa membuat
kebijakan untuk obat-obat ini. Misal, aturan penulisan obat atau logo
obat-obat LASA.

6. SOP bila resep tidak terbaca atau tidak jelas


1. Resep yang diterima oleh petugas apotek dilakukan identifikasi kelengkapan
resep, yaitu :
 Tanggal resep, nama dokter, nomor resep, nama pasien, tanggal lahir
pasien.
 Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan jelas.
 Resep obat dari golongan Narkotika dan Psikotropika harus dibubuhi
dengan tandatangan yang lengkap, alamat & nomor telepon yang dapat
dihubungi dari dokter yang menuliskan resep.
 Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca dan
tidak disalahgunakan.
2. Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu bersama staf
apotek dan membaca riwayat pengobatan pasien.
3. Jika resep belumjelas maka apoteker mengkonfirmasikan ke perawat dan
meminta perawat yang menangani pasien tersebut agar melihat status
pemberian obat.
4. Jika resep belum jelas maka menghubungi dokter untuk memperoleh kejelasan
resep.
5. Apabila dokter tidak dapat dihubungi maka dapat menghubungi ke bagian
pelayanan medik untuk selanjutnya meneruskan informasi ke dokter/SMF/ dokter
jaga apakah resep tersebut obatnya harus diganti.
6. Apabila sudah mendapatkan kejelasan dari dokter, maka perawat secepatnya
mengkonfirmasikan resep ke instalasi farmasi untuk segera dilayani dan
disiapkan obatnya.

8
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan.
a. RS mengidentifikasi petugas yang kompeten yang diijinkan untuk menuliskan
resep atau memesan obat-obatan.
b. Dalam situasi emergensi, RS mengidentifikasi petugas tambahan yang
diijinkan untuk menuliskan resep/pesanan obat.
c. Obat yang diijinkan bila elemen resepnya lengkap :
 Obat emergensi . Epinefrin, Lidocain, Sulfas Atropin, Ephedrin. Resep
emergensi (darurat) diberi tanda CITO ! atau cito (digarisbawahi atau
diberi tanda seru) pada bagian atas resep diparaf. Selain CITO, bisa juga
menggunakan URGENT (penting), STATIM (penting), atau PIM
(Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda)
 Obat automatic stop order (Narkotik, sedatif, hipnotik, antikoagulan). Obat-
obat ini harus jelas aturan pakainya, bila saat penggunaan tidak sesuai
dengan aturan pakai, apoteker dapat menghentikan obat.

8. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon


a. Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon hanya diperbolehkan pada
situasi Urgent
b. Pesanan obat secara verbal atau melalu telepon tidak diperbolehkan bila
penulis resep ada dan tersedia di rekam medis pasian,kecuali penulis resep
sedang melakukan pelayanan Emergency/sedang melakukan tindakan
pelayanan.
c. Pesanan obat secara verbal/melalui telepon tida berlaku untuk:
 obat kemoterapi
 obat narkotik
d. Yang berhak memberikan resep obat secara verbal/melalui telepon kepada
perawat/Bidan yg bersangkutan hanya Apoteker/Asisten Apoteker.

9. Jenis pesanan yang berdasarkan berat badan


Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat
bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu
mempertimbangkan:

9
 Kondisi pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi dan fungsi
organ tubuh)
 Kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
 Indeks terapi obat (lebar/sempit)
 Variasi kinetik obat
 Cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik
(berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan
dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari
rumus yang dipakai.

Direktur,

dr. H. Muh. Yusuf, KS.

10
11

Anda mungkin juga menyukai