Anda di halaman 1dari 8

 

RUMAH SAKIT

“ASY-SYIFA MEDIKA”
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman RT 02 RW 02 Daya Asri Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat Kode Pos. 34692
Telp. (0724) 351113 - HP. 085329398399

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ASY –SYIFA MEDIKA


NOMOR : 18/ DO-AM/ PKPO/ I / 2019

TENTANG

KEBIJAKAN ELEMEN KELENGKAPAN RESEP

DIREKTUR RU MAH SAKIT ASY –SYIFA MEDIKA

Menimbang : a Bahwa dalam pemberian pelayanan farmasi dibutuhkan suatu


proses pemberian peresepan obat yang tepat dan rasional.
b. Bahwa untuk menghindarai keragaman dan menjaga keselamatan
pasien maka rumah sakit menetapkan elemen penting kelengkapan
suatu resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan.
c. Bahwa untuk mendukung kegiatan tersebut perlu ditetapkan
dengan kebijakan Direktur Rumah sakit

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1963


tentang Farmasi.
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/
SK/X/ 2004 tentang Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS. ASY – SYIFA MEDIKA TENTANG


KEBIJAKAN ELEMEN KELENGKAPAN RESEP
KESATU : Peresepan obat yang diberikan kepada pasien harus diberikan secara
baik dan rasional.
KEDUA : Penulisan resep yang lengkap memuat 7 elemen yaitu :
1. Data identifikasi pasien yang akurat
2. Elemen pokok dari pemesanan/penulisan resep.
3. Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu
“prn”/bila perlu atau pesanan obat lain.
5. Jenis pesanan yang berdasarkan berat badan
6. Kecepatan pemberian
7. Instruksi khusus
KETIGA : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi
minimal 1 tahun sekali.
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan
dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Daya Asri


Pada Tanggal : 2 Januari 2019

DIREKTUR RS. ASY-SYIFA MEDIKA

dr. HERRY NOVRIZAL, M.M

TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit 
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
isampaikan kepada, Yth:
1.
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT 
NOMOR          : 18 /DO-AM/ PKPO/ I/ 2019
TANGGAL     : 2 JANUARI 2019

KEBIJAKAN ELEMEN KELENGKAPAN RESEP

A. ELEMEN KELENGKAPAN RESEP


1.    Identifikasi data pasien :
a.    Rawat inap : nama lengkap, TTL, Nomor rekam medis, diberi gelang identitas
pasien.
b.    Rawat jalan : Nama lengkap, Nomor rekam medis.

2.    Elemen penulisan resep


a.    Identifikasi dokter : Nama, SIP, alamat rumah dan praktik, NO. Telepon, Hari & jam
praktek.
b.    Inscriptio : Nama kota tempat praktek, tanggal penulisan resep.
c.    Invocatio : Tanda R/ sebagai tanda pembuka penulisan resep.
d.    Praescriptio / Ordinatio : Nama obat, jumlah & kekuatan obat, cara pembuatan,
bentuk sediaan obat yang dipilih dan jumlahnya.
e.    Signatura : aturan penggunaan obat (frekuensi, jumlah perkali pakai, waktu obat
diminum, dan informasi lain yang diperlukan)
f.     Identifikasi pasien : Nama pasien pada bagian “pro”, bila pendirita anak anak atau
lansia perlu dituliskan umurnya, sebaiknya cantumkan pula berat badan pasien dan
alamat pasien.
g.    Penutup : tanda penutup  dan tanda tangan dokter penulis resep.

3.    Bilamana nama generik atau nama dagang diperlukan


Nama generik dan nama dagang diperlukan bila terjadi pergantian obat atau subsitusi
obat dikarenakan obat yang ditulis di resep oleh dokter tidak tersedia di Instalasi
Farmasi.

4.    Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu “prn”/bila perlu atau
pesanan obat lain.
Untuk aturan pakai jika perlu atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam
sehari.

5.  Jenis pesanan yang berdasarkan berat badan


Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat bahwa
respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu
mempertimbangkan:
a. Kondisi   pasien   (seperti:   umur,   berat   badan,   fisiologi   dan   fungsi   organ  
tubuh)
b. Kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
c. Indeks terapi obat (lebar/sempit)
d. Variasi kinetik obat
e. Cara/ rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik (berat
badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak  dihitung  dengan 
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan dosis
anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari
rumus yang dipakai.

6. Kecepatan pemberian (jika berupa infuse)


Menghitung kecepatan aliran infus yang diberikan untuk mencegah ketidaktepatan yang
terjadi pada pemberian cairan infus
Tujuan perhitungan :
 Mencegah terjadinya ketidak inginan seperti kolaps pada kardiovaskular dan sirkulasi
pada pasien yang mengalami mengalami gejala dehidrasi dan syok
 Mencegah kelebihan cairan kepada pasien

7. Instruksi khusus
Instruksi khusus pada resep dapat berupa: rentang dosis, titrasi, tapering.

B. PENAGANAN ATAU PENGELOLAAN


Penanganan atau pengelolaan untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Bila resep tidak terbaca atau tidak jelas
a. Resep yang diterima oleh petugas apotek dilakukan identifikasi kelengkapan resep,
yaitu :
1) Tanggal resep, nama dokter, nomor resep, nama pasien, tanggal lahir pasien.
2) Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan jelas.
3) Resep obat dari golongan Narkotika dan Psikotropika harus dibubuhi dengan
tandatangan yang lengkap, alamat & nomor telepon yang dapat dihubungi dari
dokter yang menuliskan resep.
4) Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca dan tidak
disalahgunakan.
b. Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu bersama staf
apotek dan membaca riwayat pengobatan pasien.
c. Jika resep belumjelas maka apoteker mengkonfirmasikan ke perawat dan meminta
perawat yang menangani pasien tersebut agar melihat status pemberian obat
d. Jika resep belum jelas maka menghubungi dokter untuk memperoleh kejelasan
resep.
e. Apabila dokter tidak dapat dihubungi maka dapat menghubungi ke bagian pelayanan
medik untuk selanjutnya meneruskan informasi ke dokter/SMF/ dokter jaga apakah
resep tersebut obatnya harus diganti.
f. Apabila sudah mendapatkan kejelasan dari dokter, maka perawat secepatnya
mengkonfirmasikan resep ke instalasi farmasi untuk segera dilayani dan disiapkan
obatnya.

2. Prosedur khusus pemesanan obat LASA.


LASA (Look alike Sound Alike), obat yang memiliki kemasan mirip atau obat yang
memiliki nama terdengar mirip.
Contoh : Ceftazidime vs Cefepim, Calme Eye Drops vs Calme Ear Drop (kemasan
mirip), Proneuron vs Forneuron, Klorpromazin vs Klorpropamid.

PENANGANAN :
a.    Permintaan tertulis :
1) Tambahan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat-
obat yang “langganan” bermasalah.
2) Tulis secara jelas menggunakan huruf tegak kapital.
3) Hindari singkatan-singkatan yang membuat bingung.
4) Tambahkan bentuk sediaan juga di resep, misalnya metronidazol 500 mg;
sediaan tablet dan infusnya sama-sama 500 mg.
5) Sertakan kekuatan obat.
6) Sertakan petunjuk penggunaan.
7) Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan, supaya semakin jelas.
8) Pihak dokter yang meresepkan obat diharapkan menulis nama obat yang dapat
dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas resep yang
dicetak elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah tersedia.
9) Menggunakan tall-man lettering, penebalan, atau warna huruf berbeda pada
pelabelan nama obat, misalnya :
ChlorproMAZINE vs ChlorproPAMIDE
HydrALAzine vs HydrOXYzine
MeFINTER vs MeTIFER, dsb
b.    Permintaan Lisan.
1) Batasi permintan verbal, hanya untuk obat-obatan tertentu, misalnya hanya
dalam keadaan emergency.
2) Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui telepon,
kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi.
3) Diperlukan teknik mengulang permintaan, dibacakan lagi permintaannya, jadi
ada kroscek.

c. Bagi tenaga kesehatan


1) Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti, disesuaikan
dengan nama dagang, nama generik, indikasi, serta kekuatan sediannya.
2) Apoteker mengetahui dengan pasti persediaan obat-obatan yang termasuk
kategori SALAD.
3) LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain.
4) Tidak menyimpan obat-obat LASA secara alfabet, tetapi di tempat terpisah,
misalnya obat fast moving.
5) Cocokkan indikasi resep dengan kondisi pasien sebelum dispensing atau
administrating.
6) Membuat strategi pada obat yang penyebab errornya diketahui, misalnya pada
obat yang kekuatannya berbeda atau pada obat yang kemasannya mirip.
7) Laporan error yang aktual dan potensial (berpeluang terjadi error)
8) Diskusikan penyebab terjadinya error dan strategi  ke depannya.
9) Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil memberikan informasi, supaya
pasien mengetahui wujud obatnya dan untuk mereview indikasinya.
10) Di rumah sakit, panitia farmasi dan terapi (PFT) bisa membuat kebijakan untuk
obat-obat ini. Misal, aturan penulisan obat atau logo obat-obat LASA.

3.  Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan.


a. RS mengidentifikasi petugas yang kompeten yang diijinkan untuk menuliskan resep
atau memesan obat-obatan.
b. Dalam situasi emergensi, RS mengidentifikasi petugas tambahan yang diijinkan
untuk menuliskan resep/pesanan obat.
c. Obat yang diijinkan bila elemen resepnya lengkap :
1) Obat emergensi . Epinefrin, Lidocain, Sulfas Atropin, Ephedrin. Resep
emergensi (darurat) diberi tanda CITO ! atau cito (digarisbawahi atau diberi
tanda seru) pada bagian atas resep diparaf. Selain CITO, bisa juga menggunakan
URGENT (penting), STATIM (penting), atau PIM (Periculum In Mora =
berbahaya bila ditunda)
2) Obat automatic stop order (Narkotik, sedatif, hipnotik, antikoagulan). Obat-obat
ini harus jelas aturan pakainya, bila saat penggunaan tidak sesuai dengan aturan
pakai, apoteker dapat menghentikan obat.

4. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon


a. Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon hanya diperbolehkan pada situasi
Urgent
b. Pesanan obat secara verbal atau melalu telepon tidak diperbolehkan bila penulis
resep ada dan tersedia di rekam medis pasian,kecuali penulis resep sedang
melakukan pelayanan Emergency/sedang melakukan tindakan pelayanan.
c. Pesanan obat secara verbal/melalui telepon tidak berlaku untuk:
- obat kemoterapi
- obat narkotik
d. Yang berhak memberikan resep obat secara verbal/melalui telepon kepada
perawat/Bidan yg bersangkutan hanya Apoteker/Asisten Apoteker.

DIREKTUR RS. ASY-SYIFA MEDIKA

dr. HERRY NOVRIZAL, M.M

Prosedur Pelaksanaan
a. Mempersiapankan alat (kertas, pensil dan jam dengan jarum petunjuk detik)
b. Membaca instruksi dokter dan lakukan setiap "enam benar" untuk memastikan
cairan yang tepat
c. Mencari tahu kalibrasi set infus per milimeter dalam tetes (sesuai petunjuk pada
kemasan set infus)
 Tetesan mikro (microdrip) : 1 cc sama dengan 60 tetes, selang microdrip, yang
juga disebut juga selang pediatrik, umunya memberi 1 cc cairan dalam 60 tetes
dan digunakan untuk pemberian cairan dengan volume kecil atau dalam jumlah
yang sengat tepat 
 Tetesan makro (macrodrip) : 1 cc sama dengan 15 atau 20 tetes (lihat petunjuk
pada kemasan set infus)
d. Pilih salah satu rumus berikut :
 Milimeter per jam : ccc/jam = jumlah total cairan infusi (cc)/durasi pemberian
infusi (jam)

e. Pastikan tingkat ketepatan dan tingkat kecepatan cairan IV dengan cara menghitung
jumlah tetesan yang terdapat pada bilik tetes selama sekitar 1 menit menggunakan
jam dengan jarum penunjuk detik yang terdapat pada jam. Selanjutnya, atur klem
pada selang infus untuk menambahkan atau mengurangi kecepatan pada cairan infus.
Periksa kecepatan ini setiap jam
f. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan dan jenis cairan serta kecepatan
aliran cairan pada catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai