Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN PENULISAN RESEP

RUMAHSAKIT UMUM DAERAH WALED

Jl. Prabukiansantang No.4 Kabupaten Cirebon


Telp. 0231-661126 Fax. 0231- 664091 Cirebon
e-mail : brsud.waled@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED
NOMOR : 

TENTANG
PEMBERLAKUKAN PEDOMAN PENULISAN RESEP DI RUMAH SAKIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED

Menimbang :
a. Bahwa Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi atau
Dokter hewan kepada Apoteker untuk membuat dan memberikan
obat kepada pasien.
b. Bahwa Rumah Sakit perlu memperhatikan tentang tata cara
peresepan, pemesanan dan pencatatan resep, karena peresepan
obat yang tidak terbaca atau pemesanan yang mengacaukan
keselamatan pasien bisa menunda pengobatan.
c. Bahwa Rumah Sakit perlu mengatur tindakan untuk mengurangi
tidak terbacanya resep.
d. Bahwa untuk mekanisme  tersebut diatas maka rumah sakit perlu
menerbitkan Panduan tentang Penulisan Resep.
                                                              
  Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2016 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin kerja tenaga
kefarmasian.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED


TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENULISAN RESEP DI
RUMAH SAKIT

KESATU : Pedoman Penulisan Resep sebagaimana terlampir dalam keputusan


ini.

KEDUA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan


dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Waled
Pada Tanggal : 24 Januari 2022

DIREKTUR RSUD WALED


KABUPATEN CIREBON

dr.M.LUTHFI,Sp.PD-KHOM.,FINASIM.,MMRS
Pembina Tk.I
NIP. 19710215 200212 1002

 
LAMPIRAN : Keputusan Direktur RSUD Waled Kabupaten Cirebon
NOMOR :
TANGGAL : 24 Januari 2022
TENTANG : Pemberlakuan Pedoman Penulisan Resep

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Anonim, 2006).
Obat merupakan salah satu bagian dalam peningkatan kualitas hidup pasien
sehingga diperlukan adanya manajemen yang harus berperan secara kritis untuk
memastikan keselamatan pasien (Anonim, 2011).
Rumah sakit perlu memperhatikan tentang tata cara peresepan, pemesanan
dan pencatatan yang aman diarahkan oleh kebijakan dan prosedur. Para staf
medis, keperawatan, farmasi dan administratif berkolaborasi untuk
mengembangkan dan memonitor kebijakan dan prosedur. Staf yang terkait dilatih
untuk praktek penulisan resep, pemesanan dan pencatatan yang benar. Karena
peresepan obat yang tidak terbaca atau pemesanan yang mengacaukan
keselamatan pasien bisa menunda pengobatan, maka kebijakan rumah sakit
mengatur tindakan untuk mengurangi tidak terbacanya resep.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat cara penulisan resep yang tepat untuk mengurangi
kesalahan pemberian obat (medication errors) berdasarkan system yang ada
dirumah sakit.

B.     DEFINISI
Resep dalam arti yang sempit adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk
sediaan tetentu dan menyerahkannya kepada pasien.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan keselamatan pasien dalam kebenaran pemberian obat
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kesadaran sejawat penulisan resep akan pentingnya
penulisan resep yang dapat dibaca
b. Mengurangi tidak terbacanya resep yang dapat memperpanjang waktu
tunggu obat
c. Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat
d. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi dalam rangka penulisan resep yang
tepat
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup penulisan resep yaitu :


1. Resep ditulis secara jelas dan lengkap pada blanko resep yang dicetak dengan
kop Rumah Sakit Umum daerah waled. Resep untuk pasien BPJS ditulis pada
resep BPJS dan pasien Umum ditulis pada resep umum.
2. Yang berhak menulis resep adalah dokter umum, dokter spesialis (dokter
penanggungjawab pasien) dan dokter gigi yang memiliki surat ijin praktik (SIP) di
Rumah Sakit Umum Daerah Waled serta dokter tamu dan residen dengan
diketahui DPJP
3. Sedangkan yang berhak menerima resep adalah apoteker
4. Penulisan obat khusus (kemoterapi, narkotika/psikotropika) terdapat batasan
khusus :
 Penulisan obat kemoterapi diresepkan oleh dokter konsultan onkologi
 Obat narkotika injeksi hanya diresepkan oleh dokter anestesi.
 Obat narkotika oral/patch dan obat psikotropika diresepkan oleh DPJP
 Dokter umum dan PPDS (residen) boleh menulis resep obat khusus di
bawah tanggungjawab DPJP (dokter penangung jawab pasien)
5. Instalasi Farmasi hanya melayani resep yang berasal dari Rumah Sakit Umum
Daerah Waled

BAB III
TATA LAKSANA PENULISAN RESEP

A. UNSUR UTAMA RESEP


Unsur-unsur yang harus terdapat didalam resep diantaranya :
a. Identitas dokter
Nama dokter, alamat dan Nomor izin praktek (SIP) dokter, dokter gigi dan
dokter hewan
b. Nama kota tempat praktek serta tanggal penulisan resep.
c. tanda R/ sebagai tanda pembuka penulisan resep pada bagian kiri resep
yang berarti (recipe : harap diambil). Bila diperlukan lebih dari satu obat
maka diperlukan penulisan tanda R/ lagi
d. Nama obat serta jumlah atau dosis, diberi istilah inscriptio. Merupakan inti
resep dokter. Nama obat ditulis nama generik atau nama dagang
(brandname) dan dosis ditulis dengan satuan microgram, miligram, gram,
mililiter, %.
e. Signatura : aturan penggunaan obat (frekuensi, jumlah perkali pakai, waktu
obat diminum, dan informasi lain yang diperlukan)
f. Identifikasi pasien : Nama pasien, nomor RM, alamat pasien, riwayat alergi,
bila penderita anak anak atau lansia perlu dituliskan umurnya, sebaiknya
cantumkan pula berat badan pasien.
g. Penutup : tanda penutup  dan tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
h. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan
jumlah melebihi dosis maksimum.

B. KETENTUAN LAIN DALAM PERESEPAN


a. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan.
b. Obat ditulis dengan nama generik atau nama dagang.
c. Untuk aturan pakai jika perlu atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis
maksimal dalam sehari
d. Untuk penulisan obat narkotika dan psikotropika harus dibubuhi tanda tangan
dokter pembuat resep untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat
e. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika tidak boleh ada iterasi
(ulangan) nama pasien dan alamat harus ditulis lengkap dan jelas tidak boleh
untuk pakai sendiri. Serta aturan pakai harus jelas tidak boleh ditulis sudah
tahu aturan pakainya (usus cognitus)
f. Untuk penderita yang harus segera mendapatkan obat, dokter menulis
bagian kanan atas resep “cito” atau “urgent” atau “P.I.M” yang berarti
berbahaya bila ditunda. Resep ini harus dilayani terlebih dahulu.
g. Bila dokter tidak ingin resepnya di ulang maka dokter menuliskan tanda N.I :
Ne iteratur yang berarti tidak boleh diulang
h. Prosedur khusus pemesanan obat LASA
LASA (Look alike Sound Alike), obat yang memiliki kemasan mirip atau obat
yang memiliki nama terdengar mirip. Contoh : Ceftazidime vs Cefepim,
Calme Eye Drops vs Calme Ear Drop (kemasan mirip), Proneuron vs
Forneuron, Klorpromazin vs Klorpropamid.
PENANGANAN :
1) Permintaan tertulis :
 Tambahan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama
untuk obat-obat yang “langganan” bermasalah.
 Tulis secara jelas menggunakan huruf tegak kapital.
 Hindari singkatan-singkatan yang membuat bingung.
 Tambahkan bentuk sediaan juga di resep, misalnya metronidazol 500
mg; sediaan tablet dan infusnya sama-sama 500 mg.
 Sertakan kekuatan obat.
 Sertakan petunjuk penggunaan.
 Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan, supaya semakin jelas.
 Pihak dokter yang meresepkan obat diharapkan menulis nama obat
yang dapat dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau
menggunakan fasilitas resep yang dicetak elektronik tanpa tulis
tangan jika memang sudah tersedia.
 Menggunakan tall-man lettering, penebalan, atau warna huruf berbeda
pada pelabelan nama obat, misalnya : ChlorproMAZINE vs
ChlorproPAMIDE, HydrALAzine vs HydrOXYzine, MeFINTER vs
MeTIFER, dsb
2) Permintaan Lisan.
 Batasi permintan verbal, hanya untuk obat-obatan tertentu, misalnya
hanya dalam keadaan emergency.
 Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui
telepon, kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi.
 Diperlukan teknik mengulang permintaan, dibacakan lagi
permintaannya, jadi ada kroscek.

3) Bagi tenaga kesehatan


 Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti,
disesuaikan dengan nama dagang, nama generik, indikasi, serta
kekuatan sediannya.
 Apoteker mengetahui dengan pasti persediaan obat-obatan yang
termasuk kategori LASA
 .LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain.
 Tidak menyimpan obat-obat LASA secara alfabet, tetapi di tempat
terpisah, misalnya obat fast moving.
 Cocokkan indikasi resep dengan kondisi pasien sebelum dispensing
atau administrating.
 Membuat strategi pada obat yang penyebab errornya diketahui,
misalnya pada obat yang kekuatannya berbeda atau pada obat yang
kemasannya mirip
 Laporan error yang aktual dan potensial (berpeluang terjadi error)
 Diskusikan penyebab terjadinya error dan strategi  ke depannya.
 Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil memberikan informasi,
supaya pasien mengetahui wujud obatnya dan untuk mereview
indikasinya.
 Di rumah sakit, panitia farmasi dan terapi (PFT) bisa membuat
kebijakan untuk obat-obat ini. Misal, aturan penulisan obat atau logo
obat-obat LASA
i. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak
terbaca, atau tidak jelas.
1) Resep yang diterima oleh petugas apotek dilakukan identifikasi
kelengkapan resep, yang meliputi :
 Tanggal resep, nama dokter, nomor resep, nama pasien, tanggal
lahir pasien.
 Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan
jelas.
 Resep obat dari golongan Narkotika dan Psikotropika harus
dibubuhi dengan tandatangan yang lengkap, alamat & nomor
telepon yang dapat dihubungi dari dokter yang menuliskan resep.
 Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca
dan tidak disalahgunakan.
2) Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu
bersama staf apotek dan membaca riwayat pengobatan pasien.
3) Jika resep belum jelas maka petugas farmasi mengkonfirmasikan
dengan metode TBaK (Tulis Baca Kembali) ke perawat dan meminta
perawat yang menangani pasien tersebut agar melihat status pemberian
obat.
4) Jika resep belum jelas maka menghubungi dokter untuk memperoleh
kejelasan resep.
5) Apabila dokter tidak dapat dihubungi maka dapat menghubungi ke
bagian pelayanan medik untuk selanjutnya meneruskan informasi ke
dokter/SMF/ dokter jaga apakah resep tersebut obatnya harus diganti.
6) Apabila sudah mendapatkan kejelasan dari dokter, maka perawat
secepatnya mengkonfirmasikan resep ke instalasi farmasi untuk segera
dilayani dan disiapkan obatnya.
7) Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan
setiap elemen yang dibutuhkan dalam pemesanan yang emergensi,
dalam daftar tunggu (standing) automatic stop
8) Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon : write back, read
back, reconfirmation.
9) Jenis pesanan yang berdasarkan BB (pasien anak)
j. Pemesanan obat secara verbal atau melalui telepon
1) Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon hanya diperbolehkan
pada situasi Urgent
2) Pesanan obat secara verbal atau melalu telepon tidak diperbolehkan bila
penulis resep ada dan tersedia di rekam medis pasian,kecuali penulis
resep sedang melakukan pelayanan Emergency/sedang melakukan
tindakan pelayanan.
3) Pesanan obat secara verbal/melalui telepon tidak berlaku untuk:
 obat kemoterapi
 obat narkotik
4) Tenaga kesehatan yang diperbolehkan oleh RS  untuk menerima
pesanan obat yang dikomunikasikan secara verbal atau melalui telepon
adalah :
 Perawat dan bidan yang memiliki STRA
 Farmasi (Tenaga Teknis Kefarmasian dan Apoteker)
k. Jenis pesanan yang berdasarkan berat badan
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini
mengingat bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis.
Penentuan dosis perlu mempertimbangkan:
1) Kondisi   pasien   (seperti:   umur,   berat   badan,   fisiologi   dan  
fungsi   organ   tubuh)
2) Kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
3) Indeks terapi obat (lebar/sempit)
4) Variasi kinetik obat
5) Cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
6) Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar
ukuran fisik(berat badan atau luas permukaan
tubuh). Apabila dosis anak  dihitung  dengan perbandingan dengan 
dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan dosis anak
(antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian
dari rumus yang dipakai

C.  CARA PELAKSANAAN PENULISAN RESEP


1. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis tanggal
penulisan resep.
2. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep memberi tanda
centang pada kolom alergi atau tidak dibagian kanan atas pada lembar
resep, jika pasien mempunyai riwayat alergi dokter menuliskan nama obat
yang alergi bagi pasien.
3. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep memberi tanda
centang pada  kolom akut atau kronis di bagian kiri atas untuk resep obat
yang akan ditulis.
4. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis atau memberi
cap nama dokter beserta no SIP pada bagian kop resep.
5. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis tanda R/ pada
awal penulisan sediaan obat.
6. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis nama obat
(sesuai dengan formularium) dilengkapi bentuk sediaan dan kekuatan obat
yang dikehendaki disesuaikan dengan pasien.
7. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis jumlah obat
menggunakan angka romawi sesuai yang diperlukan untuk pasien.
8. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis aturan pakai
yang disesuaikan dengan pasien meliputi dosis, rute, dan ferekuensi obat.
9. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep dan memberi paraf
pada setiap sediaan obat yang ditulis pada lembar resep.
10. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis kelengkapan
data pasien (meliputi : nama lengkap, nomor rekam medic dan tanggal lahir)
11. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep mencantumkan berat
badan pasien untuk resep anak-anak.
12. Dokter atau pertugas yang berwenang menulis resep hanya boleh menulis
maksimal 5 (lima) item obat dalam satu resep obat racikan
13. Dokter mencantumkan alamat pasien pada lembar resep yang terdapat obat
narkotika.
14. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis keterangan
pemakaian maksimal per hari dan indikasi pemakaian untuk obat dengan
signa pro re nata (jika perlu).
BAB IV
PENUTUP

Demikian pedoman ini disusun sebagai pedoman dalam penulisan resep.


Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman ini akan dievaluasi
kembali sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi.

Ditetapkan di : Waled
Pada tanggal : 24 Januari 2022

DIREKTUR RSUD WALED


KABUPATEN CIREBON

dr. M. Luthfi, Sp.PD-KHOM., FINASIM., MMRS


Pembina Tk. I
NIP. 19630108 198912 1001

Anda mungkin juga menyukai