Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II
Desa Beraban, Kec.SelemadegTimur
Email&FB: puskesmasselemadegtimur2@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II
NOMOR : SK/136/Pusk.SeltimII/2017

TENTANG
PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

KEPALA PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja, Puskesmas


Selemadeg Timur II dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu baik Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);

b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan


kesehatan di wilayah Puskesmas Selemadeg Timur II
khususnya pelayanan farmasi, maka dipandang perlu
menetapkan peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat
melalui Keputusan Kepala Puskesmas Selemadeg Timur II;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Puskesmas;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang


Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama dan Tempat Praktek
Mandiri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SELEMADEG


SELEMADEG TIMUR II TENTANG PERESEPAN,
PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT.

KESATU : Untuk menjamin agar obat di Puskesmas tersedia dengan


cukup dan dalam kondisi baik, tidak rusak dan tidak
kadaluwarsa, maka perlu ditetapkan dan diterapkan kebijakan
pengelolaan obat mulai dari proses analisis kebutuhan,
pemesanan, pengadaan, pendistribusian, pelayanan
peresepan, pencatatan dan pelaporan.

KEDUA : Pelayanan peresepan, pemesanan dan pengelolaan


obat sebagaimana tercantum dalam lampiran ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari ada kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Beraban
pada tanggal 27 Desember 2017

KEPALA
PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II,

NI PUTU PARTINI
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II
NOMOR : SK/136/Pusk.SeltimII/2017
TENTANG : PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN
OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

A. PERESEPAN

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter dan dokter gigi kepada

apoteker atau tenaga teknis farmasi untuk membuat dan menyerahkan obat

kepada pasien.

1. Ketentuan Dalam Resep

Dalam resep harus memuat :

a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter dan dokter gigi.

b. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau

komposisi obat (invocatio).

d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).

e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan UU yang

berlaku (subscriptio).

f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yg mengandung obat yang

jumlahnya melebihi dosis maksimal.

g. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh ada iterasi (ulangan);

ditulis nama pasien tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk dipakai sendiri;

alamat pasien dan aturan pakai (signa) yg jelas, tidak boleh ditulis sudah

tahu aturan pakainya (usus cognitus).


h. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis bagian

kanan atas resep: Cito, Statim, urgent, P.I.M.= periculum in mora =

berbahaya bila ditunda, RESEP INI HARUS DILAYANI DAHULU.

i. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa

sepengetahuan diulang, dokter akan menulis tanda N.I. = Ne iteratur =

tidak boleh diulang.

j. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung narkotika

atau obat lain yang ditentukan oleh Menkes melalui Kepala Badan POM.

2. Pelayanan Resep di Apotek

a. Ruang farmasi puskesmas wajib melayani resep dokter dan dokter gigi.

b. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker/tenaga

teknis farmasi pengelola ruang farmasi.

c. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi wajib melayani

resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang

dilandasi pada kepentingan masyarakat.

d. Apoteker/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang farmasi tidak diizinkan

mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.

e. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

apoteker dapatt mengganti obat paten dengan obat generik atas

persetujuan pasien.

3. Copy Resep

a. Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep.

b. Copy resep = apograph, exemplum atau afschrift.

c. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam

resep asli, harus memuat pula informasi sebagai berikut :

 Nama dan alamat apotek

 Nama dan nomor S.I.K. apoteker pengelola apotek


 Tanda tangan / paraf apoteker pengelola apotek

 Tanda det. = detur untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda ne

det = ne detur untukk obat yang belum diserahkan.

 Nomor resep dan tanggal pembuatan.

4. Ketentuan tambahan

a. Salinan resep harus ditandatangani apoteker. Apabila berhalangan,

penandatanganan atau paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh

apoteker pendamping atau tenaga teknis farmasi/pengelola ruang

farmasi dengan mencantumkan nama terang dan status yang

bersangkutan.

b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di ruang farmasi dengan baik

selama 3 tahun.

c. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter

penulis resep, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan atau

petugas lain yang berwenang menurut peraturan UU yang berlaku.

d. Apoteker pengelola apotek/tenaga teknis farmasi/pengelola ruang

farmasi diizinkan untuk menyediakan obat keras yang disebut obat wajib

apotek (OWA).

e. OWA ditetapkan oleh menteri kesehatan.

f. OWA adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker/tenaga

teknis farmasi/pengelola ruang farmasi kepada pasien di ruang farmasi

tanpa resep dokter.

g. Pelaksanaan OWA tersebut oleh apoteker/tenaga teknis

farmasi/pengelola ruang farmasi harus sesuai yang diwajibkan paad

diktum kedua SK Menteri Kesehatan Nomor : 347/Menkes/SK/VII/1990

ttg OWA yaitu sebagai berikut :


• Memenuhi ketentuan & batasan tiap jenis obat per pasien yg

disebutkan dlm OWA yg bersangkutan.

• Membuat catatan pasien serta obat yg telah diserahkan.

• Memberikan informasi ttg obat yg diperlukan pasien.

5. Pengelolaan Resep

a. Resep yang telah dikerjakan, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor

penerimaan/pembuatan resep.

b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya,

tandai garis merah dibawah nama obatnya.

c. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan dan cara

pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang

memadai

d. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker/tenaga teknis

farmasi/pengelola ruang farmasi pengelola bersama dengan sekurang-

kurangnya seorang petugas apotek.

e. Pada saat pemusnahan harus dibuat berita acara pemusnahan yang

mencantumkan :

 Hari dan tanggal pemusnahan

 Tanggal yang terawal dan terakhir dari resep

 Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.

B. PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

1. Perencanaan kebutuhan Obat

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka

pemenuhan kebutuhan Puskesmas.


Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas setiap periode dilaksanakan

oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi obat dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya,

data mutasi obat, dan rencana pengembangan.

Proses seleksi Obat juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus

melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter

gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan

pengobatan.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang

(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan obat (LPLPO).

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten akan melakukan kompilasi dan

analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya,

menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu

kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

2. Permintaan Obat

Tujuan permintaan Obat adalah memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas,

sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan

diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.


3. Penerimaan Obat

a. Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dari

Instalasi Farmasi Kabupaten sesuai dengan permintaan yang telah

diajukan.

b. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.

c. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan bertanggung

jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan

penggunaan Obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.

d. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap Obat yang

diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat,

bentuk Obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh

petugas penerima, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak

memenuhi syarat, maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.

e. Masa kedaluwarsa minimal dari Obat yang diterima disesuaikan dengan

periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

4. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap obat yang

diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia

dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan obat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan

b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar

d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.


6. Pendistribusian Obat

Pendistribusian obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi

Puskesmas dan jaringannya.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit pelayanan

kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah

dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

b. Puskesmas Pembantu;

c. Puskesmas Keliling;

d. Polindes, Ponkesdes dan Posyandu.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan

dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock),

pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,

sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara

penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian Obat

Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya

sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah

ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat

di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi

kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Pengendalian Obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan;

b. Pengendalian penggunaan; dan

c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.


7. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan

dalam rangka penatalaksanaan obat secara tertib, baik obat yang diterima,

disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan

lainnya.

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:

a. Bukti bahwa pengelolaan obat telah dilakukan;

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengelolaan obat sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan

pelayanan;

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat

c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

KEPALA
PUSKESMAS SELEMADEG TIMUR II,

NI PUTU PARTINI

Anda mungkin juga menyukai