Anda di halaman 1dari 12

KEPUTUSAN DIREKTUR RS UMUM PEKERJA

NOMOR.../SKD/DIR.10/RSUP/12 /2018

TENTANG

KEBIJAKAN PENULISAN RESEP


DI RUMAH SAKIT UMUM PEKERJA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PEKERJA


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien, makaperlu diatur penulisan resep di rumah sakit;
b. bahwa untuk meningkatkan keselamatan pasien dan
penggunaaan obat yang aman di rumah sakit penulisan resep
memuat elemen-elemen yang ditentukan;
c. bahwa petugas yang berhak menulis resep adalah yang sudah
memiliki kompetensi di bidangnya dan memiliki Surat Ijin
Praktek (SIP);
Mengingat :  Undang-undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentangKesehatan
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang RumahSakit
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
RumahSakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/SK/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
RumahSakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di RumahSakit
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PEKERJA


TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DI RUMAH
SAKITUMUM PEKERJA
KEDUA : Penulisan resep yang akseptable dijabarkan dan sekurang-kurang
memuat 9 elemen yaitu :
1. Data yang penting untuk mengindentifikasi pasien secara akurat
2. Elemen- elemen dari penulisan resep
3. Bilamana nama generik atau nama dagang adalah diperlukan
4. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu
PRN (pro re nata atau bila perlu) atau pesanan obat yang lain
5. Sikap hati-hati atau prosedur yang khusus untuk pemesanan
obat dengan nama-obat-ucapan-mirip/NORUM (look-alike,
sound-alike)
6. Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak
lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas
7. Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan
dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pesanan yang
emergenci
8. Dalam daftar tunggu (standing), automatic stop dan seterusnya,
pesanan obat secara verbal atau melalui telepon dan proses
untuk verifikasi pesanan
9. Jenis pesanan yang berdasarkan berat, seperti untuk kelompok
pasien anak
10. Keceptan Pemberian (jika berupa infus)
KETIGA : Dalam peresepan obat pasien hanya oleh dokter dan harus menulis
dalam formulir resep untuk pasien rawat jalan danrawat inap
KEEMPAT : Adapun nama dokter yang berhak menulis dalam Formulir resep
sebagaimana yang tercantumdalam DiktumKetiga, tertuangdalam
Lampirankeputusanini
KELIMA : Peresepan atau permintaan obat pasien, penulisan harus lengkap
dan jelas dapat dibaca meliputi : nama dan no SIP, ruangan / unit
yang meminta, allergi (ada/tidak, bila ada sebutkan nama obat),
tanggal resep, nama obat, bentuk sediaan, jumlah aturan pakai, cara
pemberian, paraf dokter, nama pasien, umur, dan BB (Khusus
pasien anak)
KEENAM : Batasan penulisan resep yaitu dokter boleh menuliskan obat sesuai
dengan kewenangan klinis
KETUJUH : Dokter (DPJP) harus mencatat pada rekam medis pasien, obat yang
diresepkan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap, termasuk obat
sebelum masuk rawat inap.
KEDELAPAN : Dokter penulis resep harus mengetahui daftar singkatan yang boleh
digunakan dan yang tidak boleh digunakan
KESEMBILAN : Perawat dan bidan tidak boleh menuliskan resep

KESEPULUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
Padatanggal 18 Maret 2019
DIREKTUR,

dr. Merty
LampiranNomor ..../SKD/DIR.O1/RSUP/12/2018 Tentang Peresepan, Pemesanan dan
Pencatatan Perbekalan Farmasi di RS Umum Pekerja

SPESIALIS KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


No NamaDokter No SIP

1 dr. Ahmad Thamrin Somad, 8/2.104/31.72.04/-1.779.3/e/2016


SpOG
2 dr. Fay Ferry Pardomuan 59/B.15b/31.72.04/-1779.3/e/2018
Lambok, SpOG

SPESIALIS ANAK
No NamaDokter No SIP

1 dr. Herdiana Elizabeth S, 32/2.104/31.72.04/-1779.3/e/2017


Sp.A,M.Kes
2 dr. Mira Fauziah, Sp.A 57/B.15b/31.72.04/-1779.3/e/2018

SPESIALIS PENYAKIT DALAM


No NamaDokter No SIP

1 dr. Indria Yogania, Sp.PD 13/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

2 dr. Deka Larasati, M.Biomed, 1/2.30/31.72.04/-1779.3/e/2016


Sp.PD
3 dr. Eko Bacharibjatoen, Sp.PD ½.104/31.72.04/-1779.3/e/2018

SPESIALIS BEDAH
No NamaDokter No SIP

1 dr. H.Achmad Agus Sudarwin 48/2.104/31.72.04/-1779.3/e/2017


Haryanto, Sp.B
2 dr. Andri Suhandi, Sp.B 61/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

3 dr. Dwitya Budhi Sardjana, Sp.B 64/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018


SPESIALIS JANTUNG
No NamaDokter No SIP

1 dr. Muhammad Andi Yassiin, 5/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018


Sp.JP
2 dr. Martua Silalahi, Sp.JP 8/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

SPESIALIS THT
No NamaDokter No SIP

1 dr. Hanekung Titisari, Sp.THT 54/B.15.b/31.72.04/-1779.3/e/2018

SPESIALIS PARU
No NamaDokter No SIP

1 dr. Naindra Kemala Dewi, Sp.P 10/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

2 dr. Febriana Novariska, Sp.P 53/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

3 dr. Eva Pand, Sp.P 25/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

SPESIALIS ORTHOPEDI
N NamaDokter No SIP
o
1 dr. Muhammad Anggawijaya, 60/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018
Sp.OT

SPESIALIS GIGI
N NamaDokter No SIP
o
1 Drg. Dudik Winarko, Sp.KG 2/2.44/31.72.04/-1779.3/e/2017
SPESIALIS RADIOLOGI
No NamaDokter No SIP

1 dr. Tunjung Prasetyo Nugroho, 2/B.15b/31.72.04/-1779.3/e/2018


Sp.Rad

ANESTESI
N NamaDokter No SIP
o
1 dr. Irwan Amin, Sp.AN-KIC 56/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018

DOKTER UMUM
No NamaDokter No SIP

1 Dr. Fariha S.KED 018/2.28.1/31.72.04.1002/-1.779.3/2015

2 dr. Erish Harry Angkat 18/B.15a/31.72.04.1002/-1.779.3/e/2018

3 dr. Ramadani Kurniawan 19/B.15a/31.72.04.1002/-1.779.3/e/2018

4 dr. Dondy Juliansyah 20/B.15a/31.72.04.1002/-1.779.3/e/2018

5 dr. Yetti Muthi’ah 31/2.102/31.72.04.1002/-1.779.3/e/2017

6 dr.

Dokter Kulit dan Kelamin

NO NamaDokter No SIP
1 dr. Afria Arista, Sp.KK 43/B.15b/31.72.04/-1.779.3/e/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Resep merupakan permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker, untuk menyediakan obat dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Obat merupakan salah satu komponen yang tak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan sediaan atau paduan
bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Anonim,
2006).
Obat merupakan salah satu bagian dalam peningkatan kualitas hidup
pasien sehingga diperlukan adanya manajemen yang harus berperan secara
kritis untuk memastikan keselamatan pasien (Anonim, 2011).
Rumah sakit perlu memperhatikan tentang tata cara peresepan, pemesanan dan
pencatatan yang aman diarahkan oleh kebijakan dan prosedur. Para staf medis,
keperawatan, farmasi dan administrative berkolaborasi untuk mengembangkan
dan memonitor kebijakan dan prosedur. Staf yang terkait dilatih untuk praktek
penulisan resep, pemesanan dan pencatatan yang benar. Karena peresepan
obat yang tidak terbaca atau pemesanan yang mengacaukan keselamatan
pasien bisa menunda pengobatan, maka kebijakan rumah sakit mengatur
tindakan untuk mengurangi tidak terbacanya resep.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat cara penulisan resep yang tepat untuk mengurangi
kesalahan pemberian obat (medication errors) berdasarkan system yang ada
dirumah sakit.

B. DEFINISI
Penulisan resep yang tepat adalah Tata cara penulisan resep yang tepat sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit .

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum :
Meningkatkan keselamatan pasien dalam kebenaran pemberian obat

2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kesadaran sejawat penulisan resep akan pentingnya
penulisan resep yang dapat dibaca.
b. Mengurangi tidak terbacanya resep yang dapat memperpanjang waktu
tunggu obat.
c. Mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat
d. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi dalam rangka penulisan resep yang
tepat.

BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Secara umum seluruh ruangan bagian klinis yaitu bagian keperawatan,


penunjang medis dan unit khusus.

Ruang lingkup penulisan resep yaitu :


1. Poliklinik rawat jalan
Dokter yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) yang terdiri dari dokter umum,
dokter spesialis dan dokter gigi.
2. Ruang perawatan
Dokter yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) yang terdiri dari dokter umum,
dokter spesialis dan dokter gigi.
3. Bidan dan perawat hanya boleh menulis resep berupa alat kesehatan, cairan infuse.
4. Bidan dan perawat yang di ijinkan menulis resep adalah bidan dan perawat yang
memiliki STR (Surat Tanda Registrasi).

BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PENULISAN RESEP

1. Tenaga Kesehatan yang berkompeten menulis resep / pesanan adalah Dokter yang
memiliki Surat Izin Praktek (SIP) yang terdiri dari Dokter umum, Dokter spesialis dan
Dokter gigi.
2. Perawat dan bidan diberikan ijin menuliskan resep untuk resep yang berupa :
a. Alat kesehatan
b. Cairan infuse
3. Obat untuk pasien rawat inap ditulis di lembar KIO (Kartu Instruksi Obat),
sedangkan untuk alat kesehatan untuk pasien rawat inap ditulis di KIA (kartu
Instruksi Alkes).
4. Penulisan resep harus ditulis lengkap, yang terdiri dari :
a. Tanggal peresepan
b. Nama lengkap penulis resep
c. Nama lengkap pasien
d. Nomor rekam medis pasien
e. Tanggal lahir dan atau umur pasien
f. Berat badan (untuk pasien neonates dan pediatric)
g. Luas permukaan tubuh (untuk pasien kemoterapi)
h. Kliren kreatinin (untuk pasien gangguan ginjal)
i. Nama obat
j. Kekuatan obat
k. Bentuk sediaan obat
l. Jumlah obat
m. Dosis obat
n. Frekuensi / interval pemakaian

5. Penulisan resep/pemesanan resep di rumah sakit ada beberapa jenis meliputi :


a. Standing Order
1) Tenaga Kesehatan yang diperbolehkan oleh Rumah Sakit untuk
melaksanakan Standing orderadalah perawat.
2) Perawat harus mengikuti instruksi pemberian yang tercantum
dalam Standing order.
3) Standing order yang berlaku di Rumah Sakit adalah :
 Standing order pemberian Magnesium sulfat untuk pre eklampsia dan
eklampsia
 Standing order pemberian Kalium Klorida 7,46%.

4) Perawat yang telah melakukan standing order harus mendokumentasikan


pemberian obat tersebut ke dalam “lembar Intruksi” dan dimasukkan dalam
rekam medis pasien.
5) Lembar instruksi harus mencantumkan nama lengkap dan tanda tangan
perawat.
6) Lembar instruksi harus ditandatangani oleh dokter yang merawat / DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pasien).

b. Automatic stop order/penghentian terapi oleh dokter


Dokter pemberi order harus menulis tanggal pada kolom stop dengan jelas pada
lembar KIO / kartu Instruksi Obat (member paraf dan tanggal untuk menetapkan
penghentian terapi).

c. Penulis resep obat prn atau bila perlu atau “pro re nata”
Peresepan obat prn atau bila perlu atau “pro re nata” harus menuliskan indikasi
pemakaian, kekuatan oabt, dan pemakaian maksimal dalam sehari pada resep.
Contoh penulisan resep yang benar : Parasetamol 1 tablet prn untuk demam.
d. Penulisan resep obat NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip)
Penulisan obat yang termasuk NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip)
harus sesuai dengan kebijakan penulisan obat NORUM.
e. Penulisan resep / pemesanan resep obat secara verbal atau melalui telepon
1) Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon hanya dibolehkan pada
situasi mendadak.
2) Pesanan obat secara verbal/telepon tidak diperbolehkan bila penulis resep
ada dan tersedia rekam medis pasien, kecuali penulis resep sedang
melakukan pelayanan emergency/sedang melakukan tindakan pelayanan.
3) Pesanan obat secara verbal/telepon tidak berlaku untuk :
 Obat kemoterapi
 Obat narkotika

4) Tenaga kesehatan yang diperbolehkan oleh RS untuk menerima pesanan


obat yang dikomunikasikan secara verbal atau melalui telepon adalah :
 Perawat dan bidan yang memiliki STR
 Farmasi (Tenaga Teknis Kefarmasian dan Apoteker)

5) Tenaga Kesehatan (yang disebutkan dalam poin diatas) harus mencatat


pesanan obat yang diterima secara verbal/melalui telepon ke dalam rekam
medis pasien dan setelah itu mengulagi secara lisan kepada pemberi resep /
instruksi pengobatan sesuai kebijakan SBAR.
6) Pemberi pesanan obat harus melakukan verifikasi sesuai dengan kebijakan
SBAR.

6. Perubahan pemberian terapi obat (jenis dan dosis), maka obat sebelumnya harus
dihentikan dan ditulis sesuai aturan penghentian terapi. Penulisan resep yang salah
tidak boleh dihapus akan tetapi dengan cara mencoret dengan satu garis lurus
kemudian resep yang benar di tulis di atas resepyang dicoret tersebut.
a. Penulisan pesanan obat /resep harus jelas, lengkap dan dapat terbaca oleh tenaga
teknis kefarmasian dan apoteker.
b. Petugas farmasi (Tenaga teknis kefarmasian dan Apoteker) harus melakukan
klarifikasi kepada penulis resep bila pesanan obat/resep tidak jelas, tidak terbaca, atau
tidak lengkap.
c. Penulis resep harus menulis resep atau instruksi pengobatan yang baru jika ingin
meneruskan terapi obat yang sempat terhenti karena adanya automatic stop order,
tindakan operasi maupun karena alasan lain.
d. Penulis resep harus membandingkan order pertama obat dengan daftar obat pasien
sebelum masuk rawat inap yang diperoleh dari anamnesa oleh dokter atau perawat.
e. Penulis resep harus menggunakan singkatan, symbol dan penunjukan dosis yang
diperbolehkan oleh rumah sakit.
f. Tenaga Kesehatan yang menerima order/perintah/resep yang menggunakan
singkatan, symbol, dan penunjuk dosis yang dilarang harus melakukan klarifikasi dan
konfirmasi kepada penulis order/perintah/resep jika order/perintah/resep tersebut tidak
jelas/tidak terbaca.
g. Setiap dokter, perawat dan bidan harus mengikuti cara penulisan resep yang benar
sesuai dengan kebijakan peresepan.

B. CARA PELAKSANAAN PENULISAN RESEP


1. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis tanggal penulisan
resep
2. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep member tanda centang pada
kolom alergi atau tidak dibagian kanan atas pada lembar resep, jika pasien
mempunyai riwayat alergi dokter menuliskan nama obat yang alergi bagi pasien.
3. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep memberi tanda centang
pada kolom akut atau kronis di bagian kiri atas untuk resep obat yang akan ditulis.
4. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis atau memberi cap
nama dokter beserta no SIP pada bagian kop resep.
5. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis tanda R/ pada awal
penulisan sediaan obat.
6. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis nama obat (sesuai
dengan formularium) dilengkapi bentuk sediaan dan kekuatan obat yang dikehendaki
disesuaikan dengan pasien.
7. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis jumlah obat
menggunakan angka romawi sesuai yang diperlukan untuk pasien.
8. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis aturan pakai yang
disesuaikan dengan pasien meliputi dosis, rute, dan ferekuensi obat.
9. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep dan memberi paraf pada
setiap sediaan obat yang ditulis pada lembar resep.
10. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis kelengkapan data
pasien (meliputi : nama lengkap, nomor rekam medic dan tanggal lahir).
11. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep mencantumkan berat badan
pasien untuk resep anak-anak.
12. Dokter atau pertugas yang berwenang menulis resep hanya boleh menulis
maksimal 5 (lima) item obat dalam satu resep obat racikan
13. Dokter mencantumkan alamat pasien pada lembar resep yang terdapat obat
narkotika.
14. Dokter atau petugas yang berwenang menulis resep menulis keterangan
pemakaian maksimal per hari dan indikasi pemakaian untuk obat dengan signa pro re
nata (jika perlu).
BAB IV
DOKUMENTASI

Penulisan resep yang tepat di Rumah Sakit merupakan komitmen Rumah Sakit
yang di dukung dengan adanya :

A. Kebijakan
1. Kebijakan Penulisan Resep yang Tepat.
2. Kebijakan Penanggulangan Resep yang Tidak Terbaca.
3. Kebijakan Telaah Resep

B. SPO
1. SPO Penulisan Resep yang Tepat.
2. SPO Penanggulagan Resep yang Tidak Terbaca.
3. SPO Telaah Resep.

BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam penulisan resep.


Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan dievaluasi kembali
setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi baik
akreditasi Nasional maupun standar International.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor


1691/MENKES/PER/VII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Kementria Kesehatan Indonesia.

Anonim, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai