PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,kualitas sumber daya
manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu
dipelihara dan ditingkatkan secara terus menerus termasuk derajat kesehatan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di
bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan,antara lain dengan
mengusahakan ketersediaan Narkotika dan Psikotropika jenis tertentu yang
sangat dibutuhkan sebagai obat serta melakukan pencegahan dan
pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika.
Narkotika dan Psikotropika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan
tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.Mengimpor ,
mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan/atas
menggunakan Narkotika dan Psikotropika tanpa pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan merupakan tindak pidana karena sangat merugikan dan merupakan
bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan
negara serta ketahanan nasional Indonesia.
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan operasioal
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenaga
C. Jadual Kegiatan
Pelayanan obat dilakukan setiap hari.
1. Rawat Jalan :
Senin sd Kamis : 07.30 wib sd 14.15 wib Jumat
: 07.30 wib sd 11.15 wib
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
D A A
E
F C B
Keterangan Gambar :
A : Pintu
B : Meja Kasir dan Penerimaan Obat
C : Rak Obat
D : Meja Komputer
E : Sealing
F : Dispenser
G : Lemari Administrasi dan lemari Psikotropika
B. Standar fasilitas
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana
yang memiliki fungsi:
5. Ruang arsip
Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin
penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Resep obat Narkotika dan Psikotropika di simpan tersendiri.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan Narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya
kemungkinanpenyalahgunaan obat tersebut.Pelaksanaan pengelolaan narkotika
meliputi :
a. Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotika
yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab .Pemesanan
dilakukan ke PT.Kimia Farma( satu satunya PBF Narkotika yang legal di
Indonesia) dengan membawa surat pesanan khusus narkotika rangkap
empat.Satu lembar surat pesanan asli dan dua lembar salina surat
pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang
bersangkutan sedangkan satu lembar salina surat pesanan sebagai arsip
.Satu surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat
(item) narkotika.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh Apoteker penanggung
jawab atau dilakukan sepengetahuan Apoteker penanggung
jawab.Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah sbelumnya
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jrnis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Narkotik
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan pada lemari
khusus yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang kokoh dan kuat yang
ditempel pada dinding, memiliki 2 kunci ynag berbeda , terdiri dari 2 pintu
satu untuk pemakaian sehari hari seperti kodein dan satu lagi yang berisi
pethidin, morfin dan garamnya.Lemari tersebut terletak di tempat yang
tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh petugas
farmasi dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika
Puskesmas hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau
salina resep puskesmas itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau
baru diambil sebagian.Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep
lainnya dan diberi garis merah di bawah obat narkotika.
e. Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan, dilakukan
melalui online SIPNAP( Sisitem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Petugas farmasi setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika
dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data diinput lalu dilaporkan
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya. Laporan meliputi
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan meliputi nomor urut,
nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan.password dan
username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes
setempat.
f. Pemusnahan Narkotika
Prosedur pemusnahan Narkotika dilakuakn sebagai berikut :
1. Apoteker penanggung jawab membuat dan menandatangi surat
permohonan pemusnahan narkoyika yang berisi jenis dan jumlah
narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
3. Arsip
2. Pengelolaan Psikotropika
Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur secara
khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengeloaan
psikotropika meliputi :
a. Pemesanan Psikotropika
b. Penerimaan Psikotropika
BAB V
LOGISTIK
Dalam Pengelolaan Obat Narkotika dan Psikotropika diperlukan beberapa sarana antara
lain :
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Yang dimaksud keselamatan pasien( patient safety ) adalah proses memberikan
pelayanan kepada pasien yang lebih aman,termasuk didalamnya asesmen resiko,
identifikasi dan manajemen resiko terhadap pasien,pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya resiko.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas semakin tinggi,
karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas, pengunjung/pengantar pasien,
pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin mendapatkan perlindungan dari
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan
pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di
puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165
:”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
1.Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.
1. Masker
2. Lap
3. Peralatan pembersih
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu Pelayanan Narkotika dan Psikotropika merupakan kegiatan
pengendalian pelayanan agar tidak terjadi penyalahgunaan obat.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan yaitu peningkatan komunikasi efektif ,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan tingkat
pendidikan masyarakat.
b. Pelaksanaan, yaitu:
monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan