Anda di halaman 1dari 19

Narkotika & Psikotropika

Sub CPMK

Mampu menjelaskan definisi,


penggolongan dan pengelolaan narkotika
dan Psikotropika
Narkotika
(UU Narkotika No. 35 Tahun 2009)
(Per BPOM No 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian)
Ketentuan Umum
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan

Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan


kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.
Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan
dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.

Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan
Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek
yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.

Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.
Tujuan UU Narkotika
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah
Guna dan pecandu Narkotika.
Penggolongan Narkotika
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan


terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Penggolongan Narkotika
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan.
Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan
persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses
produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Industri Farmasi tertentu hanya dapat
menyalurkan Narkotika kepada:

a. Pedagang besar farmasi tertentu;


b. Apotek;
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerinta tertentu; dan
d. Rumah sakit.
Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. Pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. Apotek;
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. Rumah sakit; dan
e. Lembaga ilmu pengetahuan;

Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat menyalurkan


Narkotika kepada:
a. Rumah sakit pemerintah;
b. Pusat kesehatan masyarakat; dan
c. Balai pengobatan pemerintah tertentu.
Penyerahan Narkotika hanya dapat Apotek hanya dapat menyerahkan
dilakukan oleh: Narkotika kepada:
a. Apotek; a. Rumah sakit;
b. Rumah sakit; b. Pusat kesehatan masyarakat;
c. Pusat kesehatan masyarakat; c. Apotek lainnya;
d. Balai pengobatan; dan d. Balai pengobatan;
e. Dokter. e. Dokter; dan
f. Pasien.

Rumah sakit, apotek, pusat Kesehatan


masyarakat, dan balai pengobatan hanya
dapat menyerahkan Narkotika
kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya
dapat dilaksanakan untuk:

a. Menjalankan praktik dokter dengan


memberikan Narkotika melalui suntikan;
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan Narkotika melalui
suntikan; atau
c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang
tidak ada apotek.
Prekursor Narkotika

Pengaturan prekursor dalam Undang-Undang ini bertujuan:


a. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Prekursor Narkotika;
b. Mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor Narkotika; dan
c. Mencegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan Prekursor Narkotika.
Pengobatan
Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan
indikasi medis, dokter dapat memberikan Narkotika
Golongan II atau Golongan III dalam jumlah terbatas
dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memiliki, menyimpan, dan/atau membawa Narkotika
untuk dirinya sendiri.
Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mempunyai bukti yang sah bahwa Narkotika yang
dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakan
diperoleh secara sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rehabilitasi
Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang
belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat
kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk
oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.

Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib


melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya
kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pembinaan
Upaya Pembinaan meliputi:
a. Memenuhi ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah penyalahgunaan Narkotika;
c. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam
penyalahgunaan Narkotika, termasuk dengan
memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan
Narkotika dalam kurikulum sekolah dasar sampai
lanjutan atas;
d. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan; dan
e. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
bagi Pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat.
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor,


mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
Questions & answers
Invite questions from the audience.
Sukses Selalu untuk Kita Semua

Anda mungkin juga menyukai