Anda di halaman 1dari 30

UU Narkotika dan Psikotropika

Oleh : apt. Tovani Sri, M.Si


01 UU No 35 Tahun 2009 02 UU No 5 Tahun 1997
tentang Narkotika tentang Psikotropika

Peraturan Menteri PMK No 4 tahun 2021


03 Kesehatan Republik 04 perubahan penggolongan
Indonesia Nomor 2 Tahun narkotika

Agenda 2021 Tentang Penetapan


Dan Perubahan
Penggolongan Psikotropika

Style
NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;

mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa


Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;

NARKOTIKA
memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan

menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan


sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
• Narkotika digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
• Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan.

(2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat


digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
PENYALURAN
(1) Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi,
pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang
(2) Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin khusus
penyaluran Narkotika dari Menteri.
(1) Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
d. rumah sakit.
(2) Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
tertentu;
d. rumah sakit; dan
e. lembaga ilmu pengetahuan.
(3) Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu
hanya dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit pemerintah;
b. pusat kesehatan masyarakat; dan
c. balai pengobatan pemerintah tertentu.
PENYERAHAN

(1) Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh:


a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
(2) Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. apotek lainnya;
d. balai pengobatan;
e. dokter; dan
f. pasien.
PENYERAHAN
(3) Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan
masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan Narkotika kepada pasien
berdasarkan resep dokter.
PENYERAHAN
(4) Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk:
a. menjalankan praktik dokter dengan memberikan
Narkotika melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan Narkotika melalui suntikan; atau
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada
apotek.
(5) Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu
yang diserahkan oleh dokter sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) hanya dapat diperoleh di apotek.
PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat
atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada
aktivitas mental dan
perilaku.
menjamin ketersediaan psikotropika guna
kepentingan pelayanan kesehatan dan
ilmu pengetahuan

Add Contents Title

mencegah terjadinya penyalahgunaan


PSIKOTROPIKA psikotropika

memberantas peredaran gelap


psikotropika
• Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindrom
ketergantungan digolongkan menjadi
a. psikotropika golongan I;
b. psikotropika golongan II;
c. psikotropika golongan III;
d. psikotropika golongan IV
(1) Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan.
(2) Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan.
(3) Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
psikotropika golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang.
PENYALURAN
(1) Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah.
(2) Penyaluran psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat hanya dapat dilakukan oleh :
a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lainnya, apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada
rumah sakit Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan
Pemerintah.
(3) Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan
pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga
pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.
PENYERAHAN
(1) Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran
hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.
(2) Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat
dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.
(3) Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai
pengobatan, puskesmas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat dilakukan kepada pengguna/ pasien.
PENYERAHAN
(4) Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas dan balai pengobatan, puskesmas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
(5) Penyerahan psikotropika oleh dokter sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan dalam hal :
a. menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan;
b. menolong orang sakit dalam keadaan darurat;
c. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
6) Psikotropika yang diserahkan dokter sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) hanya dapat diperoleh dari apotek.
SURAT PESANAN

Surat pesanan Narkotika hanya


dapat digunakan untuk 1 (satu)
jenis Narkotika, sedangkan Surat
pesanan Psikotropika atau
Prekursor Farmasi dapat digunakan
untuk 1 (satu) atau beberapa
jenis Psikotropika atau Prekursor
Farmasi, namun harus terpisah
dengan pesanan obat lain
SURAT PESANAN (SP) KHUSUS
• Surat Pesanan Khusus untuk pemesanan obat-
obatan yang tergolong psikotropika yang terdiri
dari dua rangkap dan narkotika yang terdiri dari
empat rangkap
• Satu SP obat psikotropika dapat dipergunakan
untuk memesan satu item obat atau beberapa
item obat. Sedangkan surat pesanan narkotika
hanya dapat digunakan untuk memesan satu
item obat saja hanya ke PBF Kimia Farma
SURAT PESANAN (SP) KHUSUS

• Surat pesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap, rangkap pertama


berwarna putih untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF), dan rangkap kedua
berwarna merah muda untuk arsip apotek.
• Surat pesanan obat narkotika menggunakan surat pesanan model N.9
sebanyak 4 rangkap. Lembar pertama berwarna putih untuk PBF, lembar
kedua berwarna biru untuk BPOM, lembar ketiga berwarna merah muda
untuk Dinkes Kota/Kab, dan warna kuning untuk arsip apotek.
CONTOH FORMAT
SURAT PESANAN
(SP) KHUSUS
PSIKOTROPIKA
CONTOH FORMAT SURAT PESANAN (SP)
KHUSUS NARKOTIKA
SPESIALITE PSIKOTROPIKA DAN
NARKOTIKA

NAMA DAGANG KOMPOSISI


ALGANAX Alprazolam
CLOBIUM Clobazam
XANAX Alprazolam
FRISIUM Clobazam
ANALSIK Metampiron & Diazepam
VALISANBE Diazepam
STESOLID Diazepam
MST CONTINUS Morfin sulfat

Anda mungkin juga menyukai