DISUSUN OLEH :
Kelompok 6 A
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan begitu banyak keterbatasan yang kami hadapi.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Undang-
Undang dan Etika Farmasi dan untuk memahami mengenai distribusi sediaan
farmasi menurut undang undang yang berlaku di Indonesia, maka dengan segala
kerendahan hati kami persembahkan Makalah ini dengan judul “Distribusi
Sediaan Farmasi dari Aspek Peraturan Per-Undang-Undang”.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran dari
semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih dan sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
2. 1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
2. 2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
2. 3. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 4
3. 1. Distribusi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit ........................................... 5
3. 2. Distribusi Sediaan Farmasi di Puskesmas .............................................. 7
3. 3. Distribusi Sediaan Farmasi di Apotek .................................................... 8
3. 4. Distribusi Sediaan Farmasi (Narkotika, Psikotropika, dan
Prekrusor Farmasi).................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 15
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16
LAMPIRAN .................................................................................................... 17
iii
DAFTAR LAMPURAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 34 tahun 2014 mengenai
Pedagang Besar Farmasi menyatakan bahwa setiap PBF dan PBF cabang harus
memiliki Apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan atau
bahan obat dan Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan
peratutan perundang-undangan. Untuk itu, seorang Apoteker dituntut untuk
meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian dilingkungan Pedagang Besar Farmasi yang meliputi bidang
pengadaan, penyimpanan, distribusi, atau penyaluran sediaan farmasi.
Distribusi sediaan farmasi mencangkup obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 74 Tahun 2016 Pasal 1.
Pendistribusian sediaan farmasi meliputi rumah sakit, apotek dan puskesmas.
Untuk menjaminnya keamanan, khasiat, dan mutu obat beredar, perlu menerapkan
pedoman cara distribusi obat yang baik dalam setiap aspek dan rangkaian
distribusi obat terutama obat narkotik dan psikotropika.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi sediaan farmasi pada rumah sakit, apotek dan
puskesmas menurut undang undang?
2. Bagaimana distribusi obat narkotik dan psikotropik di rumah sakit, apotek
dan puskesmas?
1. 3. Tujuan
Untuk mengetahui distribusi sediaan farmasi termasuk obat narkotik dan
psikotropik pada rumah sakit, apotek dan puskesmas menurut Undang Undang.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
3
Pasal 14
(1) Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat
harus memiliki seseorang Apoteker sebagai penanggung jawab
(2) Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Dalam
Fasilitas Distribusi atau penyaluran sediaan farmasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 15
Pekerjaan Kefarmasian dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 harus memenuhi ketentuan cara
distribusi yang baik yang ditetapkan oleh menteri.
4
5
Pasal 16
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, apoteker sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 harus menetapkan standar prosedur operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 17
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi pada fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi wajib dicatat oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 18 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dalam
fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
meliputi:
1. pemilihan;
2. perencanaan kebutuhan;
3. pengadaan;
4. penerimaan;
5. penyimpanan;
6. pendistribusian;
7. pemusnahan dan penarikan;
8. pengendalian; dan
9. administrasi.
6
5. pendistribusian;
6. pengendalian;
7. pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan; dan
8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
(Paragraf 1,Umum)
Pasal 8
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
memenuhi Cara Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11
Pasal 9
(1) Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan berdasarkan:
a. surat pesanan; atau
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan
dari Puskesmas.
(2) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat
berlaku untuk masing-masing narkotika, psikotropika, atau prekursor
farmasi.
(3) Surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis
narkotika.
(4) Surat pesanan psikotropika atau prekursor farmasi hanya dapat digunakan
untuk 1 (satu)atau beberapa jenis psikotropika atau prekursor farmasi.
(5) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus
terpisah dari pesanan barang lain
(2) Penyaluran narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari apoteker penanggung jawab
produksi dan/atau kepala lembaga ilmu pengetahuan dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 1 terlampir.
Pasal 12
(1) Penyaluran psikotropika dalam bentuk bahan baku hanya dapat dilakukan
oleh PBF yang memiliki izin sebagai IT psikotropika kepada industri
farmasi dan/atau lembaga ilmu pengetahuan.
(2) Penyaluran psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab
produksi dan/atau kepala lembaga ilmu pengetahuan dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 2 terlampir.
Pasal 13
(1) Penyaluran prekursor farmasi berupa zat/bahan pemula/bahan kimia atau
produk antara/produk ruahan hanya dapat dilakukan oleh PBF yang
memiliki izin IT prekursor farmasi kepada industri farmasi dan/atau
lembaga ilmu pengetahuan.
(2) Penyaluran prekursor farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari apoteker penanggung jawab
produksi dan/atau kepala lembaga ilmu pengetahuan dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 3 terlampir.
c. PBF milik negara yang memiliki izin khusus impor narkotika kepada
industri farmasi, untuk penyaluran narkotika;
d. Instalasi farmasi pemerintah pusat kepada instalasi farmasi pemerintah
daerah, instalasi farmasi rumah sakit milik pemerintah, dan instalasi farmasi
tentara nasional indonesia atau kepolisian; dan
e. Instalasi farmasi pemerintah daerah kepada instalasi farmasi rumah sakit
milik pemerintah daerah, instalasi farmasi klinik milik pemerintah daerah,
dan puskesmas.
(2) Selain kepada PBF lainnya, apotek, rumah sakit, instalasi farmasi
pemerintah dan lembaga ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, PBF dapat menyalurkan prekursor farmasi golongan obat
bebas terbatas kepada toko obat.
Pasal 15
Penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi dalam bentuk
obat jadi oleh industri farmasi kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi pemilik izin edar.
Pasal 16
(1) Penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi dalam bentuk
obat jadi hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari apoteker
penanggung jawab atau kepala lembaga ilmu pengetahuan untuk kebutuhan
penelitian dan pengembangan, dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam formulir 1, formulir 2 dan formulir 4 terlampir.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
penyaluran kepada instalasi farmasi pemerintah, surat pesanan dapat
ditandatangani oleh apoteker yang ditunjuk.
(3) Dalam hal penyaluran prekursor farmasi dari PBF kepada toko obat, hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari tenaga teknis kefarmasian
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 4
terlampir.
14
Pasal 17
(1) Pengiriman narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi yang dilakukan
oleh industri farmasi, PBF, atau instalasi farmasi pemerintah harus
dilengkapi dengan:
a. surat pesanan;
b. faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat:
1. nama narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi;
2. bentuk sediaan;
3. kekuatan;
4. kemasan;
5. jumlah;
6. tanggal kadaluarsa; dan
7. nomor batch.
(2) Pengiriman narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan melalui jasa pengangkutan hanya
dapat membawa narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi sesuai
dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat
pengantar barang yang dibawa pada saat pengiriman.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran
Sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki seseorang Apoteker sebagai
penanggung jawab dan dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga
Teknis Kefarmasian. Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi pelayanan
kesehatan/pasien dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Pendistribusian Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan berdasarkan: surat pesanan; atau laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO) untuk pesanan dari Puskesmas. Pendistribusian
narkotika hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi kepada PBF yang memiliki
izin berdasarkan surat pesanan dari Apoteker.
15
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. 03.1. 34.11.
12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
Baik