DASAR HUKUM 1. Ordonansi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun 1949);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3596);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan
Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
Pada Departemen Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4975);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5044);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5126);
14. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1987 tentang
Penyederhanaan Pemberian Izin Usaha Industri;
15. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen;
16. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/
VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
KETENTUAN UMUM Definisi : Obat, Bahan obat, Industri Farmasi, Pembuatan Obat,
Cara Pembuatan Obat yang Baik, Farmakovigilans, Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Direktur Jenderal, Menteri
MATERI FARMASI Definisi : Obat, Bahan obat, Industri Farmasi, Pembuatan Obat,
Cara Pembuatan Obat yang Baik, Farmakovigilans, Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
KATALOG 2
PMK 3/2015
KATALOG 3
PMK 26/2018
ATURAN 1. Pada saat PMK ini berlaku maka PMK No. 085 Tahun
PERALIHAN/PENUTUP 1989 dinyatakan tidak berlaku.
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan
Ketentuan Definisi :
Umum
1. Pekerjaan kefarmasian
2. Tenaga kefarmasian, apoteker
3. Tenaga teknis kefarmasian
4. Sertifikat kompetensi profesi
5. Registrasi, registrasi ulang, surat tanda registrasi apoteker (STRA)
6. Surat tanda registrasi apoteker khusus (STRA Khusus)
7. Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTTK)
8. Surat izin praktek apoteker (SIPA)
9. Surat izin kerja apoteker (SIKA)
10. Surat izin kerja tenaga teknis kefarmasian (SIKTTK)
11. Komite farmasi nasional (KFN)
12. Organisasi profesi
13. Direktur jenderal
14. Menteri
Menyesuaikan dan memastikan legalitas tenaga kefarmasian yang menjalankan
Tujuan pekerjaan kefarmasian telah teregistrasi, memiliki izin praktik dan izin kerja
sesuai dengan persyaratan dan standar hokum yang telah ditentukan
Materi Muatan Registrasi, izin praktik dan izin kerja, komite farmasi nasional, pembinaan dan
/ pengawasan
Aspek Yang
Diatur
Materi Farmasi Definisi : pekerjaan kefarmasian, tenaga kefarmasian, apoteker, tenaga teknis
kefarmasian, sertifikat kompetensi profesi, registrasi, registrasi ulang, surat tanda
registrasi apoteker (STRA), surat tanda registrasi apoteker khusus (STRA
Khusus), surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTTK), surat izin
praktek apoteker (SIPA), surat izin kerja apoteker (SIKA), surat izin kerja tenaga
teknis kefarmasian (SIKTTK), komite farmasi nasional (KFN), organisasi
profesi, direktur jenderal, menteri
Sanksi -
Pasal 35
1. Dalam rangka mengganti surat penugasan dan/atau SIK dengan STRA
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (3), dilakukan dengan cara
mendaftar melalui website KFN
2. Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal 31 agustus 2011 dengan
melampirkan:
a. fotokopi kartu tanda penduduk/surat izin mengemudi/paspor
b. fotokopi ijazah apoteker
c. sik atau surat penugasan
d. pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar
3. Setelah mendapatkan STRA untuk pertama kalinya, apoteker wajib
mengurus SIPA dan SIKA di dinas kesehatan kabupaten/kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan
Pasal 36
1. Dalam rangka mengganti SIAA atau SIK asisten apoteker dengan strttk
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (3), dilakukan dengan cara
mendaftar melalui dinas kesehatan provinsi
2. Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal 31 Agustus 2011 dengan
melampirkan:
a. fotokopi kartu tanda penduduk/surat izin mengemudi/paspor
b. fotokopi ijazah tenaga teknis kefarmasian
c. SIAA atau SIK asisten apoteker
d. pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar
3. Setelah mendapatkan STRTTK untuk pertama kalinya, tenaga teknis
kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di dinas kesehatan kabupaten/kota tempat
pekerjaan kefarmasian dilakukan
Pasal 37
Masa berlaku STRA, STRTTK, SIPA, SIKA, dan SIKTTK sebagaimana
dimaksud dalam pasal 35 dan pasal 36 diberikan berdasarkan tanggal kelahiran
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang bersangkutan.
Ketentuan Penutup
1. Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku, maka;
a. peraturan menteri kesehatan nomor 184/MENKES/PER/II/1995 tentang
penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker
b. keputusan menteri kesehatan nomor 679/MENKES/SK/V/2003 tentang
registrasi dan izin kerja asisten apoteker
c. peraturan menteri kesehatan nomor 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang
perubahan kedua atas peraturan menteri kesehatan nomor
184/MENKES/PER/II/1995 tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan
izin kerja apoteker, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
2. Peraturan ini mulai berlaku sejak diundangkan
No Aspek PMK Nomor 9 Tahun 2014
.
1. Judul Klinik
2. Latar Belakang Untuk implementasi pengaturan penyelenggaraan klinik sesuai
perkembangan dan perlindungan kepada masyarakat, perlu dilakukan
perubahan terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik, dan menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Klinik.
3. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman dan
Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan
Informasinya, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun
2012 tentang Rahasia Kedokteran, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
4. Ketentuan Umum Definisi klinik, tenaga kesehatan, instalasi farmasi, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan menteri.
5. Tujuan Untuk mengatur dan menetapkan peraturan tentang klinik.
6. Materi Jenis klinik, persyaratan klinik, perizinan klinik, penyelenggaraan
Muatan/Aspek yang klinik, pembinaan dan pengawasan klinik.
Diatur
7. Materi Farmasi Klinik kefarmasian, instalasi farmasi, tenaga kesehatan kefarmasian.
8. Sanksi Tidak dicantumkan.
9. Aturan 1. Klinik yang diselenggarakan berdasarkan Keputusan Menteri
Peralihan/Penutup Kesehatan Nomor 666/Menkes/SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat
Inap Pelayanan Medik Dasar, tetap dapat menyelenggarakan
pelayanan sampai habis masa berlakunya izin, perpanjangan izin
klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri ini.
2. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 tentang
Klinik dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
666/MENKES/SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan
Medik Dasar, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal di
undangkan.
ASPEK PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2016
JUDUL PEDOMAN MANAJEMEN PUSKESMAS
LATAR
BELAKANG /
ALASAN 1. Puskesmas sebagai tulang punggung penyelenggaraan upaya
DITERBITKAN pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang
optimal
SANKSI -
Proses seleksi sediaan farmasi dan BMHP juga harus mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional dan Formularium Nasional
Perencanaan Proses perencaan per tahun dilakukan secara: berjenjang (bottom-up)
Puskesmas diminta untuk menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Pengadaan/ Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan
Permintaan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintahan daerah
setempat
Penerimaan Tenaga kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi
dan BMHP yang diserahkan, mencakup: jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh tenaga kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas
Apabila tidak sesuai, maka dapat mengajukan keberatan
Masa kedaluwarsa minimal disesuaikan dengan pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan
Penyimpanan Penyimpanan harus mempertimbangkan:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan, seperti
suhu penyimpanana, cahaya, dan kelembaban
c. Mudah atau tidaknya meledak
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan per-uu-an
Tempat penyimpanan tidak dipakai untuk menyimpan barang lain
Pendistribusian Distribusi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi di sub-unit
pelayanan dengan jenis, mutu, jumlah, dan waktu yang tepat
Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
resep yang diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum
(dispensing dosis unit), atau kombinasi
Pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan
Pemusnahan dan Penarikan sediaan farmasi dilakukan bila:
Penarikan 1. Tidak memenuhi standar berdasarkan perintah BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiatif pemilik izin edar (voluntary recall)
2. Produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri
SANKSI -
ATURAN PERALIHAN Klinik yang diselenggarakan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 666/Menkes/SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat
Inap Pelayanan Medik Dasar, tetap dapat menyelenggarakan
pelayanan sampai habis masa berlakunya izin.
Perpanjangan izin klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
ini.
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Klinik yang telah
terselenggara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik, tetap dapat
menyelenggarakan pelayanan sampai habis masa berlakunya izin
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Klinik yang sedang
dalam proses pengajuan izin baru atau perpanjangan izin dan
telah memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik,
tetap diberikan izin Klinik dan rekomendasi operasional Klinik.
Klinik yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik,
harus menyesuaikan dengan Peraturan ini paling lambat 2 (dua)
tahun sejak diundangkan.
ATURAN
-
PERALIHAN /
PENUTUP
Aspek PMK No. 919 Tahun 1993
Judul Kriteria Obat yang dapat Diserahkan tanpa Resep
Latar Belakang/ 1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
Alasan sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang
Diterbitkan dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara
tepat, aman dan rasional;
2. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional
dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan
untuk pengobatan sendiri yang sekaligus menjamin penggunaan obat
secara tepat, aman dan rasional
3. Perlu ditetapkan kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep
Materi Muatan/ Definisi, kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa resep
Aspek Yang
Diatur
Materi 1. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :
Farmasi 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
2. Penilaian terhadap obat yang dapat digolongkan menjadi obat yang
dapat diserahkan tanpa resep dilakukan secara terus menerus dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
masyarakat.
ASPEK PMK No. 3 Tahun 2015
JUDUL PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DAN
PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
LATAR Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/Per/I/1978 tentang
BELAKANG/ Penyimpanan Narkotika, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
ALASAN 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika, dan
DITERBITKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 912/Menkes/Per/VIII/1997
tentang Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671)
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062)
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3781)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5044)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5126
8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5533)
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/lll/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 741)
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 721) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 442)
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011
tentang Pedagang Besar Farmasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 370) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 585
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 178)
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 232)
KETENTUAN Definisi : Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi, Penyaluran,
UMUM Penyerahan, Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi Farmasi
Pemerintah, Instalasi Farmasi Klinik, Apotek, Toko Obat, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, Importir Terdaftar Psikotropika, Importir Terdaftar
Prekursor Farmasi, Kepala Balai, Kepala Badan, Direktur Jenderal,
Menteri
TUJUAN 1.
Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar
dari Menteri. Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud
tersebut harus melalui pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
2. Melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi
persyaratan, keamanan, mutu dan kemanfaatan
MATERI Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Pencatatan dan Pelaporan,
MUATAN/ ASPEK Pembinaan dan Pengawasan, Ketentuan Peralihan
YANG DIATUR
MATERI FARMASI Izin Peredaran, Penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi. Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika atau Prekursor
Farmasi. Penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor. Farmasi
dalam Bentuk Ruahan dan Produk Obat Jadi. Instansi dan Lembaga
Resmi yang Boleh Menyalurkan atau Mendistribusikan Narkoba,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Pengiriman Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi serta Dokumen yang melengkapinya. Penyerahan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Tempat Penyimpanan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor farmasi. Pemusnahan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Pencatatan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
SANKSI Pidana dan sanksi administratif
ATURAN Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
PERALIHAN/ 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28/Menkes/Per/I/ 1978
PENUTUP tentang Penyimpanan Narkotika;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 688/ Menkes/ Per/ VII/ 1997
tentang Peredaran Psikotropika; dan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 912/Menkes/Per/VIII/1997 tentang
Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.