Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

GASTRITIS*

A.R. Vertando Halim, Eltari Putri ,Mayeka Ledya Putri

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada penugasan PPK Blok Kesehatan Anak kali ini, kami ditempatkan di
puskesmas Ngeluwar, Kabupaten Magelang untuk mencari kasus mengenai masalah
kesehatan anak dan melakukan penilaian tumbuh kembang anak dengan
menggunakan Test Denver II.

Kami mendapatkan kasus gastritis. Kasus gastritis di kecamatan Ngluwar


prevalensinya kurang dari 10 %. Penyakit yang paling banyak didapatkan pada anak
di puskesmas Ngluwar adalah penyakit ISPA, yaitu sekitar 80%.

1.2.Tujuan

Pada program pengenalan klinik dalam blok kesehatan anak ini, ada beberapa
tujuan PPK yang harus kami dapatkan, diantaranya :

a. Perkenalan masalah-masalah pada kesehatan anak sedini mungkin dengan


metode pengamatan langsung kepada pasien dan penatalaksanaannya.
b. Wawasan tentang relevansi materi blok kesehatan anak dalam konteks
pelayanan kesehatan.
c. Orientasi dini kondisi nyata tempat, jenis, dan tenaga pelayanan kesehatan.
d. Sikap kritis untuk menemukan masalah kritis di lapangan, menganalisa, dan
memberi masukan yang lege artis.

*Disampaikan pada Presentasi Kasus Program Pengenalan Klinik Blok Kes. Anak FK UII TA
2010/2011
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi

Menurut Hirlan (2007), secara sederhana definisi gastritis adalah proses


inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Predileksi infeksi biasanya berada
di antrum gaster dan berkurang di daerah korpus karena antrum merupakan daerah
reaktifitas imunologi yang lebih tinggi.

2.2. Etiologi

Gastritis memiliki banyak etiologi, diantaranya adalah :

1. Bakteri H. pylory

Penyebab gastritis yang paling sering terutama di Negara berkembang adalah


infeksi dari helycobacter pylori (Suraatmaja, 2007; Hirlan,2007; Lawrence
et al ,2004; Birnkrant et al,2006).

2. Konsumsi NSAID
Penggunaan dosis tinggi atau menggunakan dua jenis NSAID dapat
menyebabkan terjadinya gastritis.( Birnkrant et al,2006; Lawrence et all,2004;
Hirlan,2007)
3. Ketidakteraturan makan (Sherwood, 2001)
4. Infeksi sitomegalovirus (Hirlan,2007).
5. Infeksi candida (Hirlan,2007).
6. Konsumsi alcohol (Lawrence, 2004; Desmond, 2000; Hadi, 1999)
7. Merokok

2.3. Epidemiologi

Insidensi H. pylori mendekati 90% pada orang dewasa dan anak-anak lebih
tinggi (Lawrence, 2004). Insidensi gastritis meningkat seiring dengan pertambahan
umur (Hirlan,2007). Insidensi gastritis yang disebabkan infeksi H. Pylori meningkat
pada usia 8-16 tahun. Sosioekonomi yang rendah dan riwayat keluarga yang memiliki
ulkus gaster juga berhubungan dengan kejadian gastritis (Mahony et al, 1992).

2.4. Klasifikasi

Gastritis memiliki berbagai macam klasifikasi, baik berdasarkan etiologi


maupun perjalanan. Klasifikasi gastritis Berdasarkan etiologi gastritis dibagi menjadi

2
gastritis karena H. Pylori dan Gastritis NSAID, gastritis karena alkohol, gastritis
erosiva (Birnkrant et al 2006; Desmond et al, 2000; Gartner, 1979).

Sedangkan berdasarkan perjalanan penyakit, gastritis dibagi menjadi gastritis


akut dan gastritis kronik (Birnkrant et al, 2006).

2.5. Patofisiologi

2.5.1.Gastritis karena H. pylori

Bakteri H. pylori dapat mengalami adaptasi pada linkungan dengan ph yang


sangat rendah dengan menghasilkan enzim urease yang sangat kuat. Enzim urease
tersebut akan mengubah urea dalam lambung menadi ammonia sehingga bakteri
H.pylor yang diselubungi “awan amoniak” yang dapat melindungi diri dari keasaman
lambung. Kemudian dengan flagella H. pylori menempel pada dinding lambung dan
mengalami multiplikasi. Bagian yang menempel pada epitel mukosa lambung disebut
adheren pedestal. Melalui zat yang disebut adhesin , H. Pylori dapat berikatan
dengan satu jenis gliserolipid yang terdapat di dalam epitel (Mahony et al, 1992).
Selain urease, bakteri juga mengeluarkan enzim lain misalnya katalase,
oksidase, alkaliposfatase, gamma glutamil transpeptidase, lipase, protease, dan
musinase. Enzim protease dan fosfolipase diduga merusak glikoprotein dan fosfolipid
yang menutup mukosa lambung. H. Pylori juga mengeluarkan toxin yang beperan
dalam peradangan dan reaksi imun lokal (Mahony et al, 1992 ; Hirlan, 2007; Hadi
,1999).

2.5.2.Gastritis NSAID

Obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa


mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai
pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor
defensif mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak
secara topikal. Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat
tersebut bersifat korosif, sehingga merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu (Lawrence et al, 2004).

3
2.6.Manifestasi Klinis

Gastritis memiliki manifestasi sebagai berikut :

1. Cenderung asimptomatik pada gastritis akut


2. Mual dan muntah
3. Nyeri epigastrium
4. jika gastritis memberat, dan menimbulkan hematemesis, melena

2.7. Differensial Diagnosis

Diagnosis banding dari gastritis adalah ulkus peptikum, GERD, kanker


lambung, penyakit traktus biliaris, keracunan makanan (Lawrence et al, 2004;
Kenneth, 2003; Samuel, 1998)

2.8. Penegakan Diagnosis

1. ELISA

ELISA merupakan test serologi yang memiliki sensitifitas dan spesifitas


lebih dari 90% untuk mediagnosis gastritis yang disebabkan h.pylori
(Lawrence et al, 2004).

2. 13- C Urea breath test

Test ini memiliki sensitifitas dan spesitifitas 90% dan jika test ini positif
mengindikasi kan terjadi infeksi aktif. Namun kelemahan dari test ini adalah
mahal (Lawrence et al, 2004).

3. Upper Endoscopy
Endoscopy tidak diindikasikan untuk mendiagnosis H. Pilory. Endoscopy
dapat memberikan gambaran erosi superficial hingga hemorrage yang
disebabkan oleh ulserasi akut (Hirlan, 2007 ; Lawrence, 2004).

4. Biopsi
Penilaian histologis dari biopsi dari antrum dan corpus gaster lebih definitif
tetapi lebih mahal dibandingkan rapid urea test. Ini digunakan bila pasien

4
dengan suspek H. Pylory memiliki rapid urea test nya negatif (Lawrence et
al, 2004).

2.6. Terapi

1. NSAID Gastritis, penangannya adalah (Hirlan, 2007) :


a. Farmakologi
 Sukralfat 1 gr 4 x 1
 Ranitidin 150 mg 2 x 1
 PPI (proton pump inhibitor); Omeprazol 20 mg sekali
dalam sehari
b. Nonfarmakologi
 Hentikan penggunaan NSAID
2. H. Pylori Gastritis
Menurut Hirlan (2007) penanganan untuk gastritis yang disebabkan H.
Pylori adalah sebagai berikut :
Regimen I
 PPI dosis ganda
 Clarithomisin 2 x 500 mg
 Amoxicilin 2 x 100 mg

Regimen II

 PPI dosis ganda


 Clarithomisi 2 x 500 mg
 Metronidazol 2 x 500 mg

Regimen III

 PPI dosis Ganda


 Tetrasiklin 4 x 500 mg
 Metronidazol 2 x 500 mg
 Subsalisilat Bismuth

5
KASUS

3.1. Anamnesis

Dilakukan pada tanggal 4 Mei 2010

 Identitas pasien
o Nama : An. EC
o Umur : 14 tahun
o Tanggal Lahir : 4 Februari 1996
o Pekerjaan : Pelajar 1 SMP
o Alamat : ds. Kalipeh plosokgede kec. Ngeluwar

 Identitas orang tua pasien


o Ayah
 Nama : Bp. Supangkat
 Alamat : ds. Kalipeh plosokgede kec. Ngeluwar
 Pekerjaan : Petani

o Ibu
 Nama : Sopiah
 Umur : 33 tahun
 Alamat : ds. Kaligalu plosokgede kec. Ngeluwar
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Keluhan utama
o Sakit perut

 Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh sakit perut sejak 3 hari yang lalu di bagian kiri atas
dan bawah perut. Nyeri tidak menjalar. Terasa melilit dan hilang timbul serta
muncul tiba – tiba. Biasanya nyeri terasa sekitar 10 menit kemudian
menghilang. Pasien merasa membaik jika berbaring namun memburuk ketika
berdiri. Nyeri di perut bisa terjadi 2 – 3 kali sehari, muncul pada saat pagi dan
sore hari. Setelah makan nyeri masih terasa dan tidak membaik. Sejak
maghrib kemarin (3/5) pasien mengeluh demam. Pasien juga mengeluh pusing
yang dirasakan di seluruh kepala dan terasa berputar – putar. Pasien sudah

6
berobat ke puskesmas hari ini (4/5) dan diberi obat antasida. Nyeri membaik
setelah minum obat.

 Anmnesis Sistem
o Cerebrospinal : pusing (+), demam (+), mengigau (-), kejang (-),
menggigil(-)
o Cardiovaskuler: jantung berdebar (-), pucat (-), nyeri dada (-)
o Respirasi : sesak napas (-), batuk (-), pilek (-),nyeri tenggorokan
(-)
o Gastrointestinal: penurunan nafsu makan (+),BAB normal, melena (-),
nyeri perut bagian kiri (+), mual (- ), muntah (- )
o Urogenital : BAK normal
o Integumentum : kelainan pigmentasi (-), sianosis (-), ikterus (-),
ruam di kulit (-)
o Muskoloskeletal: ruam (-),tidak ada kelemahan anggota gerak,
nyeri sendi (-), nyeri otot (-)

 Riwayat Penyakit Dahulu


o Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya
o Pasien belum pernah mondok
o Ibu mengatakan pasien pernah mengalami sakit kuning dan dibawa ke
dokter sampai 4 kali kunjungan dan dinyatakan sembuh.
o Pasien juga pernah mengalami kejang demam pada umur <1 tahun
o Riwayat penggunaan NSAID disangkal.

 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

EC adalah anak pertama dari dua bersaudara. EC lahir saat ibu berusia
20 tahun.

Riwayat Kehamilan :

Ibu mengakui sering kontrol setiap bulan ke bidan dan hasilnya selalu
baik. Saat mendekati persalinan ibu kontrol tiap 2 minggu ke bidan. Ibu tidak
mengalami kelainan saat hamil.

Riwayat Kelahiran :

o Bayi lahir spontan dan aterm

7
o kelahiran dibantu oleh dukun
o BB lahir 2,9 gr
o PB lahir lupa
o Anak langsung menangis ketika lahir

 Riwayat Makanan
ASI selama 2 tahun, ASI eksklusif selama 3 bulan kemudian diberi
MPASI bubur. Makanan sehari-hari EC saat ini adalah nasi, tahu, dan tempe.

 Riwayat Tumbuh Kembang


o Pasien sudah dapat berjalan pada umur 1 tahun.
o Menurut pengakuan ibu, BB pasien pada KMS tidak pernah dibawah
garis merah.
o EC tumbuh relatif sama dengan teman sebayanya.
o Sampai saat ini EC masih diasuh kedua orang tuanya.

 Status Imunisasi
Menurut ibu, EC mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi yang
pernah didapatkan oleh EC adalah sebagai berikut, BCG sebanyak 1x,
Hepatitis sebanyak 3x, Polio sebanyak 6x, sebanyak DPT 6x, dan campak
sebanyak 2x.

 Riwayat Penyakit Keluarga


o Keluarga tidak ada yang mengeluh keluhan serupa
o Ayah pernah mengalami sakit kuning saat kecil

 Kepribadian/Kebiasaan
Dalam pergaulan sehari-hari EC banyak memiliki teman. Pasien sering
main diluar rumah sehingga makan tidak teratur biasanya frekuensi makan
hanya 1-2 kali sehari. Pasien juga jarang sarapan pagi. Pola tidur pasien
normal, tidur jam 9 dan bangun jam 5 pagi.
 Sosial/Lingkungan

Kesan kondisi lingkungan tempat tinggal pasien kurang bersih,


ventilasi kurang. Rumah berdindingkan kayu dan berlantai tanah. Binatang
peliharaan seperti ayam sering masuk ke dalam rumah. Sumber air bersih dari
sumur. Lokasi sumur jauh dari jamban.

8
 Ringkasan Anamnesis
Pasien anak laki – laki, 13 tahun mengeluh sakit perut sejak 3 hari
yang lalu di bagian kiri atas dan bawah perut. Terasa melilit dan hilang timbul
serta muncul tiba – tiba. Biasanya nyeri terasa sekitar 10 menit kemudian
menghilang. Pasien merasa membaik jika berbaring namun memburuk ketika
berdiri kemudian nyeri di perut bisa terjadi 2 – 3 kali sehari. Saat setelah
makan nyeri masih terasa. Sejak kemarin sore (maghrib) pasien juga
mengeluh demam dan pusing yang dirasakan di seluruh kepala dan terasa
berputar – putar. Pasien sudah berobat ke puskesmas hari ini dan diberi obat.
Nyeri perut membaik setelah minum obat. Kebiasaan makan tidak teratur
hanya 1 atau 2 kali sehari. Lingkungan rumah kurang bersih, binatang piaraan
(ayam) dapat masuk ke dalam rumah.

 Masalah/DD

Berdasarkan hasil anamnesis, kami menduga pasien EC terkena


gastritis atau ulkus peptikum. Hal ini dikarenakan adanya keluhan nyeri perut
pada pasien. Selain itu faktor kebiasaan yang jarang makan pun mengarahkan
diagnosis ke arah gastritis atau ulkus peptikum.

3.2. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : compos mentis
 Vital sign
o Tekanan darah : 110/60 mmHg
o Suhu : 36,7 oC
o Respirasi : 21 x/ menit
o Nadi : 87x/ menit
 Antropometri :
BB: 42 kg TB: 159 cm

 Kepala/Leher
o Kepala

9
 Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), rimorea (-),
discharge hidung mukopurulen (-), konka hiperemis (-),
discharge telinga (-)
o Leher
 Tidak perbesaran limfonodi
 Tidak ada nyeri tekan
o Faring dan Tonsil
 Tonsil hipertrofi (-) T1/T1, post nasal drip (-), detritus (-),
faring hiperemis (-)
 Thorax
o Cor
 Inspeksi : dinding dada simetris, ketinggalan gerak (-),
ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : ictus cordis teraba dan kuat angkat
 Perkusi : redup, batas jantung normal
 Auskultasi : S1 dan S2 terdengar, tidak ada bising
o Pulmo
 Inspeksi : dinding dada simetris, tidak ada retraksi
dinding dada
 Palpasi : fremitus normal, ketinggalan gerak (-), nyeri
tekan (-)
 Perkusi : apeks sonor, parenkim sonor, batas paru
normal
 Auskultasi : Normal, vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-),
stridor
inspirasi (-) Apeks vesikuler,parenkim vesikuler
 Abdomen
o Inspeksi : dinding perut flat, tidak terlihat massa, pulsasi aorta
abdominalis (-)
o Auskultasi : Bunyi peristaltik 24x / menit
o Perkusi
 Kuadran I : timpani
 Kuadran II : timpani
 Kuadran III : timpani
 Kuadran IV : timpani
o Palpasi
 Nyeri tekan kuadran II dan kuadran IV

10
 Nyeri lepas (-)
 Hepatosplenomegali (-)
 Ginjal tidak teraba
 Nyeri Ketok ginjal (-)
 Nyeri tekan dan lepas di Mac Burney (-)

 Ekstremitas
o Kelemahan anggota gerak (-)
o Akral tidak dingin
o Tidak ada oedem
o Refleks Patologis (-)
o Refleks Fisiologis (+)
o Klonus (-)

 Kulit
o Bercak kemerahan (-), ruam-ruam di kulit (-)
 Kesimpulan Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU, vital sign, kepala, leher dan thorax
dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan nyeri tekan pada
kuadran II dan IV.
Sedangkan untuk pemeriksaan antropometri, didapatkan hasil sebagai
berikut :
o Berat badan (kg) menurut umur pada anak laki-laki umur 14 tahun

SD -2 SD-1 Median SD +1 SD +2
36.2 44.2 52.3 64.3 76.4

BB/U = Berat badan – Median


+1SD-Median
= 42-52.3 = -10.3 = -0.9 (gizi baik)
64.3-52.3 12
o Panjang badan (cm) menurut umur pada anak laki-laki umur 14 tahun

SD -2 SD -1 Median SD +1 SD +2
147.7 156.2 164.7 173.2 181.7

TB/U = 159 -164.7 = -5.7 = -0.7 ( normal)


173.2-164.7 8.5

11
o IMT
IMT = Berat badan = 42 ____ = 42 =16.6
Tinggi badan 2 1.59x1.59 2.5281
( kurus = kekurangan berat badan tingkat berat)

Kesimpulan dari seluruh hasil pemeriksaan fisik, pasien menderita gastritis


dengan nilai antropometri normal.

3.3. Pemeriksaan Denver II (Kasus Berbeda)

Dilakukan pada tanggal 7 Mei 2010

Identitas :

Nama : An. I

Umur : 3 tahun

Tempat Tinggal : Jl. Wirajaya Condong Catur, Yka.

Nama Orang Tua : Ibu L

Umur :29 tahun

Tempat tinggal : Jl. Wirajaya Condong Catur, Yka

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

1. Personal sosial
a. Gosok gigi dengan bantuan : Lulus
b. Cuci dan mengeringkan tangan: Lulus
c. Menyebut nama teman : Lulus
d. Memakai T shirt : Lulus
e. Berpakaian tanpa dibantu : Lulus
f. Bermain ular tangga atau kartu: Gagal
g. Gosok Gigi tanpa bantuan : Lulus
h. Mengambil makanan : Lulus

12
2. Adaftif – Motorik halus
a. Menara dari 6 kubus : Lulus
b. Meniru garis vertikal : Lulus
c. Menara dari 8 kubus : Lulus
d. Menggoyangkan ibu jari : Lulus
e. Menconto ⃝h O : Lulus
f. Menggambar orang 3 bag : Gagal
g. Mencontoh + : Gagal
h. Memilih garis yang lebih panjang : Lulus

3. Bahasa
a. Bagian badan 6 : Lulus
b. Menunjuk 4 gambar : Lulus
c. Bagian sebagian dimengerti : Lulus
d. Menyebut 4 gambar : Lulus
e. Mengetahui 2 kegiatan : Lulus
f. Mengerti 2 kata sifat : Gagal
g. Menyebut 1 warna : Lulus
h. Kegunaan 2 benda : Lulus
i. Menghitung 1 kubus : Lulus
j. Kegunaan 3 benda : Lulus
k. Mengetahui 4 kegiatan : Lulus
l. Bicara semua dimengerti : Lulus
m. Mengerti 4 kata depan : Gagal
n. Menyebut 4 warna : Lulus
o. Mengartikan 5 kata : Lulus
p. Mengetahui 3 kata sifat : Gagal

4. Motorik Kasar
a. Menendang bola kedepan : Lulus
b. Melompat : Lulus
c. Melempar bola tangan ke atas : Lulus
d. Loncat Jauh : Lulus
e. Berdiri 1 kaki 1 detik : Lulus
f. Berdiri 1 kaki 2 detik : Lulus

13
g. Melompat dengan 1 kaki : Gagal
h. Berdiri 1 kaki 3 detik : Gagal

Interpretasi

Penilaian Individual

 Personal sosial
o Advance (lulus pada item di kanan garis umur) : 1 item
 Adaftif – Motorik halus
o Advance : 4 item
 Bahasa
o Advance : 1 item
 Motorik Kasar
o Advance : 0 item

Interpretasi test : Normal, karena dalam pemeriksaan tidak terdapat


keterlambatan dan tidak ada Caution satu pun.

Masalah aktif dan Pasif

 Masalah Aktif : -
 Masalah Pasif : -

3.4. Diagnosis Banding

 Gastritis Akut
 Ulkus peptikum

3.5. Diagnosis Kerja

 Gastritis Akut

3.6. Rencana Penatalaksanaan

14
o Farmakologi
o Antasida
 Tab. Anti Maag ( Magnesium oksida 300 mg, Magnesium
karbonat 50 mg, Natrium bikarbonat 100 mg, Kalsium
karbonat 150 mg, Bismut subkarbonat 100 mg.)
 1 Tablet diminum bersamaan dengan makanan
o Parasetamol 500 mg (kalau panas)
 Obat diminum kalau panas
 3x sehari 1 tablet setelah makan

o Nonfarmakologi
o Makan teratur
o Istirahat cukup

3.7. Rencana Pemeriksaan Penunjang

 Endoskopi dan biopsi Saluran Gastrointestinal bagian atas .


 Tes serologi untuk H. Pylori antigen- antibodi (ELISA).
 Tes urease

EPIDEMIOLOGI/ PROGRAM PUSKESMAS


3.1. Epidemiologi

Pada puskesmas Ngeluwar, prevalensi untuk gastritis pada anak-anak


mencapai kurang dari 10%. Penyakit yang terbanyak pada anak-anak adalah ISPA
sekitar 80%. Sebagian besar penduduk di kecamatan Ngeluwar adalah petani
dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah.

3.2. Program Puskesmas

Menurut keterangan Kepala Puskesmas Ngeluwar, dr. Sri, program spesifik


yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk menanggulangi gastritis tidak ada karena
kasusnya bersifat individual.

15
PEMBAHASAN

4.1. Anamnesis

Dari data anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri perut di


bagian kiri atas dan bawah. Nyeri dirasakan tidak berkurang walaupun setelah diberi
makanan. Pasien memiliki kebiasaan jarang sarapan dan frekuensi makan dalam
sehari berkiar antara 1-2 kali sehari. Pasien juga berasal dari keluarga soial ekonomi
yang rendah, terlihat dari tempat tinggal pasien dan keluarga. Pasien telah diberi
berobat ke puskesmas dan setelah minum obat keluhan membaik. Menurut Hirlan
(2007), keluhan pasien ini menjurus ke arah gastritis yaitu adanya nyeri epigastrium
dan pola pain-food-pain pada pasien. Menurut Lawrence (2004), korelasi keadaan
keluarga sosioekonomi rendah dengan terjadinya gastritis. Hal ini juga sejalan dengan
kondisi sosioekonomi keluarga pasien ini.

Selain itu, faktor kebiaaan jarang makan juga berpengaruh terjadinya gastritis,
karena terjadi peningkatan asam lambung. HCL dan pepsinogen dapat dihasilkan
walaupun hanya dengan membayangkan atau mencium makanan. Produksi
pepsinogen tanpa diimbangi dengan asupan makanan akan mengakibatkan rusaknya
pertahanan mukosa lambung, karena fungsi dari pepsinogen itu sendiri untuk
mencerna protein. Sehingga jika tidak ada makanan yang berada di lambung,
pepsinogen akan merusak gastric mucosal barrier (sawar mukosa lambung). Dengan
demikian mukosa lambung tidak terlindungi dari HCL (Sherwood, 2001).

4.2.Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, khususnya antropometri, hasil Z-Score


untuk BB/U menunjukkan gizi baik, sedangkan untuk TB/U menunjukkan normal,
sedangkan pada perhitungan IMT, pasien dinyatakan kurus atau kekurangan berat
badan tingkat berat (Supariasa, 2002).

Pada palpasi didapatkan nyeri tekan pada kuadran II dan IV, ini menunjukkan
adanya nyeri tekan epigastrium. Nyeri tekan epigastrium dapat ditemukan pada
gastritis (Suraatmaja, 2007; Lawrence, 2004).

16
4.5.Pemeriksaan Denver (Kasus Berbeda)

Pemeriksaan Denver dilakukan pada anak yang berbeda, dikarenakan pasien


EC berumur 14 tahun. Sedangkan pelaksanaan test Denver II dapat hanya dilakukan
pada anak dengan umur 0 - <6 tahun (FK UII, 2010).

Interpretasi test individual, advance pada personal sosial didapatkan 1 item,


advance pada adaptif motorik didapatkan 4 item, advance pada bahasa didapatkan 1
item. Adapun hasil interpretasi untuk an. I adalah normal. Hal ini dikarenakan An. I
tidak ada keterlambatan/delays dan tidak ada caution (FK UII, 2010).

4.6. Diagnosis Kerja

4.6.1. Gastritis Akut

Alasan memilih DD tersebut berdasarkan hasil anamnesis dan pemerikaan


fisik menunjukkan ke arah gastritis. Hasil anamnesis yang menjurus adalah kebiasaan
pasien dan pola nyeri (pain-food-pain) yang dirasakan pasien. Pada pemeriksaan fisik
juga didapatkan nyeri tekan epigastrium sehingga diagnosis menjurus ke arah
gastritis. Dilihat dari riwayat penyakit dahulunya, pasien mengaku tidak pernah
mengalami keluhan serupa, sehingga diagnosis diarahkan ke gastritis akut.

4.6.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Normal (Kasus Berbeda)

Berdasarkan hasil interpretasi pada tes denver pada an.I, didapatkan hasil normal.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa An.I pertumbuhan dan perkembangannya normal.

4.7. Rencana Penatalaksanaan

4.7.1.Antasida
Alasan kami memilih antasida adalah untuk menetralkan asam lambung pada
pasien. Antasida yang dipilih adalah anti maag dengan sediaan tablet. Obat ini
merupakan kombinasi dari Magnesium oksida 300 mg, Magnesium karbonat 50 mg,
Natrium bikarbonat 100 mg, Kalsium karbonat 150 mg, Bismut subkarbonat 100 mg.
Obat ini dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Anonim, 2010).
Mekanisme kerja nya adalah menetralkan asam lambung tanpa mengurangi
produksi asam lambung tersebut (Gunawan, 2007).

17
Hastings (1978) dalam penelitiannya menyatakan bahwa antasida dapat
mengurangi angka kejadian perdarahan gastrointestinal, namun Pinilla et al (1985)
tidak menemukan adanya korelasi antara perdarahan gastrointestinal dengan
pemakaian antasida.

4.7.2.Parasetamol (kalau panas)


Pasien satu hari sebelum diperiksa mengeluh demam. Kami memberikan
parasetamol sebagai antipiretik jika terjadi demam. Dosis yang dipakai adalah 500
mg. Sediaan yang dipakai adalah tablet. Obat diminum maksimal 3 kali sehari dan
diminum jika terjadi demam. Parasetamol juga aman bagi pasien ini karena tidak
mengiritasi lambung (Gunawan, 2007).

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pasien EC berumur 14 tahun 3 bulan mengalami gastritis akut berdasarkan


hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien EC tinggal dalam keluarga dengan
sosial ekonomi kurang.

Penatalaksanaan pada kasus ini, kami merekomendasikan untuk diberikan


antasida sebagai penetral keasaman lambung dan parasetamol sebagai anti piretik
jika pasien demam.

Hasil pemeriksaan Denver II pada an. I didapatkan bahwa an. I


perkembangannya normal, karena karena dalam pemeriksaan tidak terdapat
keterlambatan dan tidak ada caution satu pun.

5.2.Saran

Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat


mengenai penyakit salauran pencernaan agar masyarakat dapat mengetahui cara
pencegahannya.

Peran Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan primer di


masyarakat sangat diperlukan untuk usaha preventif penyakit – penyakit yang ada di

18
masyarakat dan edukatif, mengingat kondisi sosial ekonomi masyarakat di
kecamatan Ngeluwar berada dalam sosial ekonomi rendah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Anti Maag. http://medicastore.com/obat_subjenis/1/index.html


diakses pada tanggal 10 Mei 2010
Birnkrant J, et al.2006. Crash Course Pediatrics. Elseveier. Philadelphia
Desmond et al. 2000. Erosive gastritis: Its Diagnosis, Management, and surgical
treatment. British Journal of Surgery. 59:1,5-13
http://www3.interscience.wiley.com/journal/112189423/abstract diakses
pada tanggal 10 Mei 2010
FK UII, 2010.Panduan Keterampilan Medik Blok Kesehatan Anak. Tim Blok
Kesehatan Anak FK UII. Yogyakarta
Gartner AH. 1976. Aspirin-induced Gastritis and Gastrointestinal Bleeding. J Am
Dent Assoc, Vol 93, No 1, 111-117. http://www.jada-
plus.com/cgi/content/abstract/93/1/111 diakses pada 10 Mei 2010
Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi.(Ed 5). FK UI. Jakarta
Hadi S. 1999. Gastroenterologi. PT. Alumni. Jakarta
Hastings et al.1978. Antacid titration in the prevention of acute gastrointestinal
bleeding: a controlled, randomized trial in 100 critically ill patients. N Engl
J Med. 1978 298(19):1041-5 .
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25384?ordinalpos=1&itool=PPMCL
ayout.PPMCAppController.PPMCArticlePage.PPMCPubmedRA&linkpos
=3 diakses pada tanggal 10 Mei 2010
Hirlan. 2007. Gastritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .IPD FK UI.Jakarta
Kenneth Q. 2003. Dyspepsia & Non Ulcer Dyspepsia dalam Current Diagnosis &
Treatment in Gastroenterology (2nd ed). Mc. Graw Hill, Singapore
Lawrence T, et al. 2004. Current Medical Diagnosis & Treatment. Mc Graw Hill.
USA
Mahony et al. 1992. Management and response to treatment of Helicobacter pylori
gastritis Arch Dis Child 67:940-
943http://adc.bmj.com/content/67/7/940.abstract diakses pada tanggal 10
Mei 2010

20
Pinilla et al. 1985. Does antacid prophylaxis prevent upper gastrointestinal bleeding
in critically ill patients? Crit Care Med. 13(8):646-
50.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3874752?ordinalpos=1&itool=PP
MCLayout.PPMCAppController.PPMCArticlePage.PPMCPubmedRA&lin
kpos=2 diakses pada tanggal 10 Mei 2010

Samuel K. 1998. Disorder and Diseases of The Gastrointestine Tract and Liver
dalam Pediatrics Critical Care 3rd dition. Mosby Elseveier. Philadelphia
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (Ed 2). EGC. Jakarta
Supariasa ND. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
Suraatmaja S. 2007. Gastroenterologi Anak. Sagung Seto. Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai