Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN ANTARA ETIKA,

MORAL DAN HUKUM


OLEH :

Dian Rika Christiani Malau


Devita Sari
Deddy Hasan Putra Sianturi
Dwi Fatming Wahyuni
Dartik safitri
Dodi prasetya
Desi Natalia Hutagalung
Ditia Meilan Sianipar
Ernala Br Ginting
ETIKA
Definisi
 Etika adalah suatu ilmu yang membahas perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Dan etika profesi
terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk
mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada
masyarakat yang memerlukan.
 Pengertian etika dalam kamus umum Bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral).
 Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan
“self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
social (profesi) itu sendiri.
Pembagian Etika
 Etika umum: etika yang membahas tentang kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika
inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk
bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik
buruknya suatu tindakan.
 Etika khusus: penerapan moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau
profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika bisnis dan
etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan
lainnya).
Jenis –jenis etika profesi secara umum:
 Etika filosofis: etika yang dipandang dari sudut filsafat.
 Etika teologis: etika yang mengajarkan hal-hal yang baik
dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama.
 Etika sosiologis: etika sebagai alat mencapai keamanan,
keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat.
 Etika Diskriptif dan Etika Normatif: dalam kaitan dengan nilai
dan norma yang digumuli dalam etika
Prinsip-Prinsip Etika Profesi
 Prinsip Tanggung Jawab
 Terhadap Pekerjaan dan Hasilnya
 Bertanggung jawab atas dampak profesinya
terhadap kehidupan dan kepentingan orang
lain khususnya kepentingan orang yang
dilayaninya
 Prinsip Keadilan
 Dituntut untuk tidak merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu
 Tidak melakukan diskriminasi terhadap
siapapun
 Prinsip Otonomi
 Diberikan kebebasan dalam menjalankan
profesinya
 Otonomi harus disertai dengan tanggung
jawab dan profesionalitas
 Prinsip Integritas Moral
 Punya komitmen untuk menjaga nama baik
profesi dan kepentingan orang lain
Peran Etika dalam Profesi

 Menjadi landasan dalam pergaulan baik


itu dengan masyarakat umum atau
dengan anggota kelompoknya
(masyarakat professional)
 Seorang profesional yang melanggar
kode etik profesinya, akan berdampak
buruk bukan hanya kepada dirinya
sendiri tetapi juga kepada profesinya.
Sehingga perlu diberikan sanksi
 Sanki akan diberikan kepada pelanggar
kode etik profesi berupa sanksi moral
dan sanksi dikeluarkan dari organisasi.
MORAL
Definisi
 Secara umum: tindakan manusia yang sesuai
dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu
berkaitan dengan makna yang baik dan wajar.
 secara ekplisit: hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi.
 Jadi, moral adalah nilai atau norma – norma
tentang baik dan buruk, benar atau salah, etis
dan tidak etis yang dijadikan sebagai
pegangan seseorang atau sekelompok orang
tertentu untuk mengatur tingkah lakunya
didalam lingkungan sosial.
Perbedaan Etika dan Moral
Etik Moral

Etika menyangkut perbuatan Moral tidak terbatas pada cara


manusia melakukan sebuah perbuatan, moral
memberi norma tentang perbuatan
itu sendiri.

Etika menunjukkan cara yang tepat Moral menyangkut masalah apakah


artinya cara yang diharapkan serta sebuah perbuatan boleh dilakukan
ditentukan dalam sebuah kalangan atau tidak boleh dilakukan.
tertentu.

Etika hanya berlaku untuk pergaulan. Moral selalu berlaku walaupun tidak
ada orang lain.

Etika bersifat relatif. Yang dianggap Moral bersifat absolut. Perintah


tidak sopan dalam sebuah seperti “jangan berbohong” , “jangan
kebudayaan, dapat saja dianggap mencuri” merupakan prinsip moral
sopan dalam kebudayaan lain. yang tidak dapat ditawar-tawar.
Hubungan Etika dan Moral
Etika adalah bagaimana mengetahuinya
(knowing), sedangkan moralitas adalah
bagaimana melakukannya (doing).
Hubungan keduanya adalah bahwa etika
mencoba memberikan kriteria rasional bagi
orang untuk menentukan keputusan atau
bertindak dengan suatu cara diantara
pilihan cara yang lain.
Seseorang yang selalu mematuhi etika,
maka orang tadi dikatakan bermoral atau
moralnya baik. Sebaliknya seseorang yang
selalu atau sering melanggar etika,
dikatakan moralnya buruk atau amoral. Jadi
antara etika dengan moral hubungannya
sangat erat.
HUKUM
DEFINISI
 Hukum: himpunan peraturan-peraturan yang dibuat
oleh penguasa negara atau pemerintah secara resmi
melalui lembaga atau intuisi hukum untuk mengatur
tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat
memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi
oleh masyarakat.
 Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997):
 peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas.
 undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk
mengatur kehidupan masyarakat.
 patokan (kaidah, ketentuan).
 keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh
Persamaan antara Etika dan
Hukum
 Berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengatur tata
tertib dalam masyarakat.
 Mempelajari dan menjadikan tingkah laku manusia
sebagai obyeknya.
 Memberikan batas ruang gerak hak wewenang
seseorang dalam pergaulan hidup supaya tak saling
merugikan.
 Sumbernya dari pemikiran dan pengalaman.
 Menggugah kesadaran manusiawi.
PERBEDAAN MORAL DAN HUKUM
MORAL HUKUM
Tujuan moral adalah Tujuan hukum adalah
menyempurnakan ketertiban masyarakat.
manusia sebagai individu
Moral bersifat otonom Hukum sebagai peraturan
tentang perilaku yang
bersifat heteronom
(objektif).
Moral hanya membebani Hukum mempunyai dua
manusia dengan daya kerja: memberi hak
kewajiban semata-mata dan kewajiban yang
bersifat normatif. bersifat normative dan
atributif.
Moral (kesusilaan) Hukum menuntut
menuntut moralitas: yang legalitas: yang dituntut
dituntut adalah perbuatan adalah pelaksanaan.
yang didorong oleh rasa
Hubungan Etika dan Hukum
 Antara etika dengan hukum terjalin hubungan
erat, karena lapangan pembahasan keduanya
sama-sama berkisar pada masalah perbuatan
manusia, mengatur perbuatan manusia demi
terwujudnya keserasian, keselarasan,
kebahagiaan.
 Hukum memberikan putusan hukumnya
perbuatan, maka etika memberikan penilaian
baik atau buruknya.
 Putusan hukum ialah menetapkan boleh tidaknya
perbuatan itu dilakukan dengan diiringi sanksi-
sanksi apa yang bakal diterima oleh pelaku.
Penilaian etika apakah perbuatan itu baik
dikerjakan yang bakal mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan, dan menilai apakah itu
buruk yang bakal mengantarkan seseorang
kepada kehinaan dan penderitaan.
Hubungan Etika, Moral dan Hukum
 Etika, moral dan hukum saling berhubungan yaitu
bahwa pelanggaran etika dan moral bisa saja
menyentuh wilayah hukum dan akan mendapatkan
sanksi hukum. Namun pada kondisi lain, bisa saja
pelanggaran etika hanya mendapat sanksi sosial
dari masyarakat karena pelanggaran tersebut tidak
menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku.
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
(Hasil Kongres Nasional XVIII-
2009)
CONTOH PELANGGARAN ETIKA PROFESI
APOTEKER
DI APOTEK :
1. Dokter menulis resep dengan kode, dan resep tersebut
hanya bisa ditebus di apotek yang ditunjuk dokter.
2. PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat laporan
bekerja sama dengandokter untuk membuatkan resep.
3. Krim malam, krim pagi buatan apotek sendiri, tidak
diketahui formulanya.
Contoh kasus :
Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar  di
salah satu PT Farmasi di propinsi Y. Saat ini Apoteker M juga
tercatat masih sebagai  APA di salah satu apotek di propinsi
yang berbeda. alasan yang diungkapkan oleh Apoteker M
belum melepas apotek tersebut karena ingin membantu
PSA yang belum sanggup membayar penuh 2 Apoteker jika
stand by semua karena kondisi apotek yang omzetnya
masih rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di apotek
tersebut dilakukan oleh Aping dan AA.
Lanjutan…
Permasalahan:
 Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu perusahaan
farmasi di Jakarta dan sebagai pemilik apotek di daerah bantul
dan sekaligus sebagai apoteker pengelola apotek tersebut
 Apotek tidak memiliki apoteker, yang terlihat di apotek tersebut
hanya ada 1 tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus
sebagai kasir di apotek tersebut
 Apotek melayani secara bebas obat-obat keras tanpa resep
dokter.

— Pelanggaran UU dan Etika.
— Permenkes 918/Menkes/Per/X/1993
— Permenkes 922/Menkes/Per/X/1993
— Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia.
— Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
kefarmasian (Kode Etik pasal 5).
CONTOH PELANGGARAN ETIKA PROFESI
APOTEKER
DI PUSKESMAS ATAU KLINIK :
 Yang menyerahkan obat kepada pasien bukan
apoteker, melainkan bidan, mantri, perawat,
karena puskesmas tidak memiliki apoteker.
DI RUMAH SAKIT :
 Apoteker membuat suatu obat yang isinya
campuran dari beberapa obat (oplosan).
DI INDUSTRI :
 Klaim, saling mengklaim suatu produk →
melanggar etika.
 Kebohongan publik → menginfokan tentang
khasiat suatu obat yang tidak benar
CONTOH PELANGGARAN ETIKA PROFESI
APOTEKER
Contoh kasus:
 Bernice Bond, seorang pasien berusia 90 tahun di salah
satu rumah sakit, diresepkan hanya satu tablet
methotrexate setiap minggu. Namun, seorang apoteker,
Alexander Wilson memberikannya satu blister sehingga
Bond mengonsumsi tujuh tablet dalam satu minggu.
Wilson kemudian menemukan ada kesalahan ketika
asisten apoteker meletakkan 1,5 tablet methotrexate di
tempat penyimpanan obat untuk dosis harian. Meskipun
ia telah meminta asisten apoteker untuk mengeluarkan
tablet kelebihannya, ia tidak memeriksa kembali obat
yang diberikan. Tiga minggu kemudian, pasien
mengeluhkan infeksi parah dan meninggal pada bulan
Juni tahun lalu.
Permasalahan:
Apoteker salah memberikan resep methotrexate yang
seharusnya di konsumsi satu tablet dalam seminggu dan
tidak memeriksa kembali apakah resep tersebut sesuai
atau tidak
Lanjutan…
Pelanggaran Etika:
 
 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/Menkes/Per/X/1993
 
 Pelanggaran undang-undang:
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
 
 Kode Etik Apoteker
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya
 
 PP 51 TAHUN 2009 TTG PEKERJAAN KEFARMASIAN
Pasal 3
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta
keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitandengan
Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan
keamanan, mutu, dan kemanfaatan
 
Pasal 21
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker
SANKSI PELANGGARAN ETIKA PROFESI
APOTEKER
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang
berlaku dapat dikenakan sanksi, baik sanksi
administratif maupun sanksi pidana. Sanksi
administratif yang diberikan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002
dan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah :
1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2
bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-
lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan
pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Menteri
Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
setempat.
Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan
kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa
seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan
Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah
SANKSI PELANGGARAN ETIKA PROFESI
APOTEKER
3. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman
penjara diberikan bila terdapat pelanggaran
terhadap:
a. Undang-Undang Obat Keras (St.1937 No.541).
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
d. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika
Kesimpulan
Etika, moral dan hukum
 Mempunyai tujuan sosial yang sama yakni
menghendaki agar manusia melakukan
perbuatan yang baik dan benar.
 Oleh karena itu, mempelajari etika akan
menyiapkan mahasiswa farmasi untuk
mengenali situasi-situasi yang sulit dan
melaluinya dengan cara yang benar sesuai
prinsip dan rasional. Etika juga penting
dalam hubungan apoteker dengan
masyarakat dan kolega mereka dan dalam
melakukan penelitian maupun pelayanan
kesehatan.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai