DAN RUMAH SAKIT Profesi Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dengan mengandalkan suatu keahlian
Prinsip Etika Profesi
1. Tanggung Jawab 2. Keadilan 3. Otonomi 4. Integrasi Moral Ciri – Ciri Profesi Apoteker 1. Memiliki tubuh pengetahuan kefarmasian yang berbatas jelas 2. Pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi farmasi 3. Memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang kefarmasian 4. Memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom, yaitu IAI 5. Memberlakukan kode etik apoteker 6. Memberikan motivasi dalam melakukan pelayanan kefarmasian 7. Proses pembelajaran seumur hidup 8. Mendapatkan jasa profesi ETIKA
Etika dalam bahasa Yunani kuno “ethos” artinya
“timbul dari kebiasaan”.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika berbeda dengan ilmu lain yang meneliti
perilaku manusia, dimana etika memiliki sudut pandang normatif. Dalam artian etika melihat sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Standar Pelayanan Kefarmasian Standar Pelayanan Kefarmasian: PMK No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas PMK No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek PMK No. 38 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Praktik yang tidak dilakukan apoteker termasuk dalam
pelanggaran yang tidak sesuai dengan PP 51 Tahun 2009 Pasal 21 “Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian” Kode Etik Apoteker Ketika membahas mengenai pelanggaran kode etik apoteker di Apotek, Puskesmas, maupun Rumah Sakit, maka kita mengacu pada kode etik apoteker.
Kewajiban Apoteker terhadap Penderita/Pasien
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya. Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat
1. Setiap Apoteker harus memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan 2. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan- ketentuan Kode Etik 3. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama yang baik sesama Apoteker didalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan tugasnya Kewajiban Apoteker Terhadap Profesi Kesehatan Lain
1. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lainnya 2. Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya Mengapa terjadi pelanggaran Etika Profesi?
Adanya Globalisasi yang sering membuat
Profesi menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jika Profesi tidak mengikuti perkembangan Globalisasi yang semakin pesat, maka seseorang akan tidak percaya diri untuk menjalankan profesinya. Pelanggaran Etika Farmasi di Apotek Pelanggaran etika apotek dapat dikategorikan: 1. Melakukan kegiatan tanpa ada teknik farmasi. 2. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpangan obat palsu. 3. Penjualan obat keras tanpa resep dokter. 4. Pelayanan resep dengan kelengkapan administrasi yang tidak jelas. 5. Pelayanan resep narkotika dari apotek lain. 6. Salinan resep yang tidak ditandatangani apoteker. 7. Melakukan pelayanan kefarmasian tidak sesuai keahlian. Pelanggaran Etika Farmasi di Apotek
8. Penulisan resep oleh dokter dengan kode, dan
resep tersebut hanya bisa ditebus di apotek yang ditunjuk dokter. 9. PSA menjual psikotropika dan pada saat membuat laporan, bekerja sama dengan dokter untuk membuatkan resep Contoh Pelanggaran Etika Farmasi di Apotek Seorang Pria datang ke apotek dan mengeluhkan bahwa istrinya menderita demam dan batuk selama 4 hari. Apoteker sedang tidak di tempat, dan yang melayani pasien adalah pegawai apotek. Kemudian pegawai tersebut menyarankan penggunaan obat demam (parasetamol) dan pemberian antibiotik (cefadroxil) kepada pria tersebut. Akibat kurangnya pengetahuan pria tersebut, maka dia membeli kedua obat tersebut dan tanpa bertanya apakah yang melayaninya adalah apoteker atau bukan.
Pelayanan penjualan obat keras tanpa resep dokter
adalah pelanggaran etika farmasi Saat ini, dapat dikatakan bahwa pelanggaran etika profesi di Apotek adalah yang paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya apotek yang dapat beroperasi dan melayani resep dalam keadaan tidak ada apoteker yang berpraktik di dalamnya. Bahkan ada apoteker yang dapat menanggung jawabi beberapa apotek sekaligus.
Dimanakah kesadaran seorang apoteker yang
melakukan hal tersebut? Bagaimana peran organisasi profesi sampai sekarang? Pelanggaran Etika Farmasi di Puskesmas 1. Penyerahan obat kepada pasien tidak dilakukan oleh apoteker, melainkan bidan, perawat atau dokter karena puskesmas tidak memiliki apoteker. 2. Apoteker membuat suatu obat yang isinya campuran dari beberapa obat (oplosan) Seiring dengan perkembangan zaman, diharapkan apoteker juga melakukan pelayanan kefarmasian di Puskesmas, karena pelayanan kefarmasian yang selama ini dilakukan oleh dokter atau bidan tidak akan memberikan terapi yang maksimal, dan pelayanan seperti itu termasuk melanggar etika kefarmasian. Contoh Pelanggaran Etika Farmasi di Puskesmas Seorang wanita datang ke puskesmas dan mengeluhkan bahwa dia mengalami nyeri yang luar biasa dan bengkak pada tangannya. Karena di Puskesmas tersebut tidak ada apoteker, maka yang melayani penyerahan obat adalah dokter, dan dokter meresepkan Dexamethason pada pasien tersebut. Setelah 2 minggu penggunaan, wanita tersebut menderita ruam di sekujur tubuh dan bengkak pada bagian kaki.
Pelanggaran etik farmasi terjadi karena tidak adanya
informasi dari seorang apoteker kepada pasien tentang bahaya efek samping penggunaan obat. Pelanggaran Etika Farmasi di Rumah Sakit Saat ini, kenyataannya sebagian besar Rumah Sakit di Indonesia belum melakukan pelayanan kefarmasian seperti yang diharapkan, mengingat adanya kendala, seperti: 1. Kemampuan tenaga farmasi yang kurang memadai 2. Terbatasnya pengetahuan tentang manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi di rumah sakit 3. Kebijakan manajemen rumah sakit yang tidak sesuai 4. Terbatasnya seorang apoteker dalam pengetahuan tentang pelayanan farmasi rumah sakit, terutama farmasi klinis. Contoh Pelanggaran Etika Farmasi di Rumah Sakit Seorang Apoteker di Rumah Sakit mendapatkan resep dokter yaitu Amoxicillin 3x1 dan digunakan habis selama 5 hari yang diberikan kepada pasien remaja yang menjalani rawat inap.
Setelah pemberian 2 hari, pasien tersebut meninggal
karena riwayat alergi terhadap turunan penisillin dan apoteker tersebut tidak mengetahuinya.
Etika farmasi dilanggar karena peran farmasi klinis tidak
dijalankan oleh apoteker tersebut. Diharapkan adanya kesadaran apoteker yang melakukan pelayanan di rumah sakit untuk menjalankan peran farmasi klinis dengan berkolaborasi dengan dokter dan bidang kesehatan lainnya. Kode Etik Apoteker Indonesia Pasal 115 Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tidak disengaja melanggar atau tidak memenuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggung jawabkannya kepada TuhanYang Maha Esa Sanksi
Sanksi Moral dan Administrasi
a. Mendapatkan surat peringatan dari organisasi b. Dikeluarkan sebagai anggota organisasi
Sanksi Pidana a. UU Obat Keras (St. 1973 No.541) b. UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan c. UU No. 22 TaHUN 1997 Tentang Narkotika d. UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Sekian dan Terima kasih