Anda di halaman 1dari 39

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES NURLIANA MEDAN


 Kode adalah tanda- tanda atau simbol-
simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-
maksud tertentu, misalnya untuk menjamin
suatu berita, keputusan atau kesepakatan
suatu organisasi. Kode juga berarti kumpulan
peraturan yang sistematis.
 Kata etik (etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berartikarakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki individu ataupun sekelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik.
 Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian.
 Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari
etika terapan, yang dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah
tertentu, yaitu profesi

 Supaya kode etik dapat berfungsi dengan


semestinya, salah satu syarat mutlak adalah
bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi
sendiri.
A. Kewajiban terhadap Profesi
1. Seorang asisten Apoteker harus menjunjung tinggi
serta memelihara martabat, kehormatan profesi,
menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
2. Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk
meningkatkan keahlian dan pengetahuan sesuai dengan
perkembangan teknologi.
3. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus
melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar
operasional prosedur, standar profesi yang berlaku, dan
kode etik profesi.
4. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga
profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan
kewajiban profesi.
1. Seorang ahli Farmasi Indonesia memandang
teman sejawat sebagaimana dirinya dalam
memberikan penghargaan.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa
menghindari perbuatan yang merugikan teman
sejawat secara material maupun moral.
3. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa
meningkatkan kerja sama dan memupuk
keutuhan martabat jabatan kefarmasian,
mempertebal rasa saling percaya didalam
menunaikan tugasnya.
1. Seorang asisten Apoteker harus bertanggung
jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien secara
professional.
2. Seorang asisten Apoteker harus menjaga rahasia
kedokteran dan rahasia kefarmasian, serta hanya
memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Seorang asisten Apoteker harus berkonsultasi
atau merujuk kepada teman sejawat untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan baik.
1. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai suri
teladan ditengah-tengah masyarakat.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian
profesinya memberikan semaksimal mungkin
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif
mengikuti perkebangan peraturan perundang-
undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang
farmasi.
4. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu
melibatkan diri dalam usaha-usaha pembangunan
Nasional khususnya dibidang kesehatan.
5. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat
informasi sesuai bidang profesinya kepada masyarakat
dalam pelayanan kesehatan.
1. Seorang ahli Farmasi Indonesia senantiasa
harus menjalin kerjasama yang baik, saling
percaya, menghargai dan menghormati terhapa
profesi kesehatan lainnya.
2. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus mampu
menghindarkan diri terhadap perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan,
menghilangkan kepercayaan, penghargaan
masyarakat terhadap profesi lainnya.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota
profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan
pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri. Tenaga
Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan /melakukan
kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang
keahlian/kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati pasien.

Seseorang Asisten apoteker harus berbudi luhur dan


memberikan contoh yang baik didalam lingkungan kerjanya,
bersedia menyumbangkan keahlian dan pengetahuannya.
Asisten apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
perundang-undangan, juga menjadi sumber informasi sesuai
dengan profesinya dan hendaknya menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan dirinya yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
 Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan
kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan. Sedangkan asisten
apoteker membentuk ikatan profesi yang
berwarna PAFI ( Persatuan Ahli Farmasi
Indonesia) yang telah ada sebelum ISFI (
ikatan sarjana farmasi Indonesia) didirikan.
 Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan dalam
rangka menjaga mutu sediaan farmasi yang
beredar. Pengamanan terhadap sediaan farmasi
yang berupa narkotika,psikotropika,obat keras
dan bahan berbahaya,dilaksanakan secara
khusus sesuai UU yang berlaku. Pengamanan
penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif
diarahkan agar tidak mengganggu dan
membahayakan kesehatan
perorangan,keluarga,masyarakat,dan
lingkungannya. Bahan yang mengandung zat
adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat
menimbulkan kerugian bagi dirinya atau
masyarakat sekelilingnya.
 Produksi,peredaran dan penggunaan bahan yang
mengandung zat adiktif harus memenuhi
standard dan atau persyaratan yang ditentukan.
Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif
yang dikandung oleh bahan tersebut dapat
ditekan untuk mencegah beredarnya obat palsu.
Penetapan persyaratan penggunaan bahan yang
mengandung zat adiktif ditujukan untuk
menekan dan mencegah penggunaan yang
mengganggu atau merugikan kesehatan orang
lain.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, pada Pasal
3, 4, 5 dinyatakan bahwa peredaran Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi terdiri dari
penyaluran dan penyerahan. Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang
diedarkan harus memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat dan mutu. Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar dari Menteri.
 Untuk mendapatkan izin edar Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud
harus melalui pendaftaran pada BPOM dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.3
Tahun 2015, pasal 15 mengatur tentang
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
oleh Industri Farmasi kepada PBF hanya dapat
dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin
edar.
1) Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari
Apoteker penanggung jawab atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk kebutuhan
penelitian dan pengembangan.
2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), untuk penyaluran kepada
Instalasi Farmasi Pemerintah, surat pesanan dapat
ditandatangani oleh Apoteker yang ditunjuk.
3) Dalam hal penyaluran Prekursor Farmasi dari PBF
kepada Toko Obat, hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat pesanan dari Tenaga Teknis
Kefarmasian
a. tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang,
ruangan, atau lemari khusus.
b. tempat penyimpanan Narkotika dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika.
c. tempat penyimpanan Psikotropika dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain
Psikotropika.
d. tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam
bentuk bahan baku dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Prekursor Farmasi.
a. penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi, hanya dapat dilakukan
dalam bentuk obat jadi.
b. dalam hal penyerahan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan
kepada pasien, harus dilaksanakan oleh
Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian.
c. penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dilakukan secara langsung
sesuai dengan standara pelayanan kefarmasian.
 Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik hanya
dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada pasien berdasarkan
resep dokter.
 Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik hanya
dapat menyerahkan Prekursor Farmasi
golongan obat keras kepada pasien
berdasarkan resep dokter.
 Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi,
Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan atau, dokter praktik perorangan
yang melakukan produksi, penyaluran, atau
penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.
 Pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal.

 Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.

 Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
 Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan
wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/ penggunaan Narkotika dan
Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Kepala Balai setempat.
Pelaporan pemasukan dan penyerahan/
penggunaan Narkotika dan Psikotropika paling
sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan
Narkotika, Psikotropika, dan/ atau Prekursor
Farmasi
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. jumlah yang diterima
d. jumlah yang diserahkan
 Obat kadaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau
rusak yang mengandun narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
 Pemusnahan Obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.3 Tahun 2015,
pasal 37 mengatur tentang Pemusnahan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dimana
pemusnahan hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan
yang berlaku dan/atau
tidak dapat diolah kembali;
b. telah kadaluarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada
pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana
a. penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik
perorangan menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan
saksi kepada:
1. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan, bagi Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat;

2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas


Obat dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah
Provinsi; atau

3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai


Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan
sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.

c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang


telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
huruf b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk
antara, dan produk ruahan harus dilakukan
sampling untuk kepentingan pengujian oleh
petugas yang berwenang sebelum dilakukan
pemusnahan.

e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemastian kebenaran secara organoleptis oleh
saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
1) Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan
yang melaksanakan pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi harus membuat Berita Acara Pemusnahan.

2) Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling


sedikit memuat:
a. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b. tempat pemusnahan;
c. nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan;
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut;
e. nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
dimusnahkan;
f. cara pemusnahan; dan
g. tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas
distribusi/fasilitas pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik
perorangan dan saksi.
 3) Berita Acara Pemusnahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam rangkap
3 (tiga) dan tembusannya disampaikan
kepada Direktur Jenderal dan Kepala
Badan/Kepala Balai.
Selain obat resep yang telah disimpan melebihi
jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai