INDONESIA
Pendidikan Calon
Apoteker
Branding Apoteker
Kualitas Organisasi
Apoteker Praktek
Bertanggungjawab
APOTEKER SEBAGAI PROFESI
DEFINISI PROFESI
- Ethos : BahasaYunani
- Norma kesopanan/kesusilaan
- Adat, budi pekerti
- Yang baik, yang layak
MUKADIMAH
Pedoman Pelaksanaan :
Sumpah / janji Apoteker yang diucapkan seorang
apoteker untuk dapat diamalkan dalam
pengabdiannya harus dihayati dengan baik dan
dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan dan
perilaku
Sumpah Apoteker
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker
Sekalipun diancam saya tdk akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan
hukum perikemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau
kedudukan sosial
Saya ikrarkan Sumpah/Janji ini dengan sungguh-sungguh dan
penuh keinsyafan
Pasal 2 :
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan profesionalnya secara
terus menerus
2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan , diukur dari nilai
SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi
-
3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker
ditetapkan dalam peraturan organisasi
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya, setiap
Apoteker harus berusaha menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian
Pedoman Pelaksanaan :
Seorang Apoteker dalam tindakan
profesionalnya harus menghindari diri dari
perbuatan yang akan merusak atau merugikan
orang lain
2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya
dapat memperoleh imbalan dari pasien dan
masyarakat atau jasa yang diberikannya dengan
tetap memegang teguh kepada prinsip
mendahulukan kepentingan pasien
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker memberikan informasi kepada pasien /
masyarakat harus dengan cara yang mudah dimengerti
dan akin bahwa informasi tersebut sesuai,relevan dan up
to date
2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus
menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien ataupun
orang yang datang menemui apoteker mengenai pasien
serta penyakitnya
3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi
mengenai pelayanan kepada pasien dengan tenaga
profesi kesehatan yang terlibat
4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap obat dalam
bentuk penyuluhan, memberikan informasi secara
jelas, melakukan montoring penggunaan obat dan
sebagainya
5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai SKP
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti
perkembangan peraturan perundangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan bidang farmasi pada
khusus nya
Pedoman Pelaksanaan
1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan
perundangan yang terkait dengan kefarmasian.
Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif
mengikuti perkembangan peraturan, sehingga
setiap apoteker dapat menjalankan profesinya
dengan tetap berada dalam koridor peraturan
perundangan yang berlaku
Pasal 10 :
Setiap Apoteker harus memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Pedoman Pelaksanaan :
1. Seorang Apoteker harus menghargai teman
sejawatnya termasuk rekan kerjanya
2. Bilamana Seorang Apoteker dihdapkan pada suatu
situasi yang problematik, baik secara moral ataupun
peratran perundangan yang berlaku tentang
hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi
antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan
santun
3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun
MPEA dalam menyelesaikan permasalahannya
dengan teman sejawat
Pasal 11 :
Sesama Apoteker harus saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan kode etik
Pedoman Pelaksanaan :
1. Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya
melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia
harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya
tersebut untuk mengingatkan kekeliruan yang ada
2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima
maka dia dapat menampaikan kepada Pengurus
Cabang dan atau MEDAI secara berjenjang
Pasal 12 :
-
Pedoman Pelaksanaan
1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara
kerja sama dengan sejawat apoteker lainnya
2. Seorang Apoteker harus membantu teman
sejawatnya dalam menjalankan pengabdian
profesinya
3. Seorang Apoteker harus saling mempercayai teman
sejawatnya dalam menjalani/memelihara kerja sama
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAINNYA
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk membangun dan meningkatkan
hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai
dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan lain
Pedoman Pelaksanaan :
1. Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya
secara seimbang dan bermartabat
2. Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
dipermalukan
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya / hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada Sejawat Petugas Kesehatan lainnya
Pedoman Pelaksanaan :
Bilamana seorang Apoteker menemui hal hal yang
kurang tepat dari profesi kesehatan lainnya maka
apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi
tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa
dipermalukan
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati
dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-
hari. Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka
Apoteker tersebut wajib mengakui dan menerima
sanksi dari Pemerintah, Organisasi Profesi Farmasi
yang menanganinya (IAI) dan mempertanggung
jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Studi Kasus Pelanggaran Etik dan Pelanggaran
Hukum
1. Apoteker di Apotik melayani Ephedrin tablet dalam jumlah
banyak ( beberapa karton) kepada seseorang, tanpa meneliti
terlebih dahulu maksud pembelian jumlah besar tersebut :
Permenkes No. 168/MenKes/Per /II/2005 : menetapkan
bahwa ephedrin dan garamnya adalah prekursor farmasi (zat
atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
produksi industri farmasi), dengan demikian haus
diwaspadai distribusinya, apalagi banyak disalah gunakan
untuk produksi psikotropika
2. Apoteker melakukan pengadaan obat dari jalur tidak
resmi
- Dalam peraturan perundangan disebutkan bahwa
pengadaan obat di apotik harus melalui distributor
resmi
-Kualitas obat tidak dapat dipertanggung jawabkan
SAKITNYA DISINI.................DISINI...............................DISINI
Kompas, 26 Januari 2011
Depok, Kompas - Kepolisian Resor Metro Depok membongkar
sindikat pembuat obat dan suplemen palsu. Pelaku
memanfaatkan barang limbah apotek di wilayah Depok,
Jakarta, dan Bogor. Sindikat ini kemudian memperbarui
kemasan yang dipesan dari sebuah percetakan di Jakarta Pusat.
Depok Komisaris Besar Fery Abraham, dalam jumpa pers,
Selasa (25/1) di Depok, Jawa Barat
MAJELIS ETIK DAN
DISIPLIN APOTEKER
Kongres Nasional IAI Tahun 2014 memutuskan :
merubah MPEA (Majelis Pertimbangan Etik Apoteker)
menjadi MEDAI (Majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia)
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
2014
BAB II
KETENTUAN UMUM
1.Disiplin Apoteker adalah kesanggupan
Apoteker untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan praktik yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan
dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
89
TATA CARA PENANGANAN
PELANGGARAN
• Sumber Pengaduan:
1. Pasien/Masyarakat.
2. Dokter /Tenaga Kesehatan lainnya.
3. Teman Sejawat.
4. Pengurus Cabang / Daerah
• MEDAI Daerah,menerima Pengaduan Tertulis
yang:
- Cukup Bukti
- Berisi Kronologi
- Tempat dan Waktu Kejadian.
Tugas MEDAI Daerah
• Menelaah Pengaduan, kalau perlu melakukan
peninjauan lansung.
• Dalam 20 hari kerja sudah dibuat
“Keputusan”,apakah Perkara akan diteruskan
untuk disidang atau tidak.
• “Kalau Tidak”, MEDAI D harus menulis kepada
Pelapor dan PC/PD serta CC kpd MEDAI P.
• “Kalau Sidang”, Maka Sekretaris MEDAI D
menyiapkan Sidang sesuai tata cara persidangan.
Bagaimana kalau terlapor tidak
datang?
• Bilamana setelah 3 x Pemanggilan Terlapor
tidak hadir dalam sidang maka MEDAI D dapat
melakukan sidang “inansentia”.
• Selanjutnya hasil sidang di sampaikan kepada
Terlapor, PC/PD dan MEDAI P.
• Bilkamana Tersangka tidak terima keputusan
MEDAI D, ybs dapat melakukan Banding ke
MEDAI Pusat.
HARAPAN
• Sebelum Pemberlakuan Penindakan atas
Pelanggaran K E dan Disiplin ini, diharapkan
semua unsur Pengurus memberi Contoh lebih
dulu.
• Semua Pengurus secara aktif mendukung
pemberlakuan Penindakan Pelanggaran K E
dan Disiplin ini.
Fungsi Organisasi MDEAI
1. Pengelolaan organisasi tingkat pusat.
2. Lalu lintas surat melalui sekretariat.
3. Menyusun rambu pedoman pelaksanaan & TLO
penanganan kasus
• Pembinaan Pelaksanaan Etika dan Disiplin.
• Pengawasan Pelaksanaan Etika dan Standar Profesi.
• Penilaian Pelaksanaan Etika dan Standar Profesi.
4. Memberi pertimbangan terhadap kasus
pelanggaran Pelaksanaan Etika dan Standar Profesi
yang dirujuk dari MDEAI
95
5. Pelaksanaan Penilaian Banding atas kasus
yang dirujuk MDEAI / PD / anggota
(tersangka) yang tidak puas terhadap
keputusan PD / MDEAI.
6. Memberi pertimbangan atau saran kepada
pengadilan atau pemerintah atas penilaian
terhadap pelanggaran etika atau standar
profesi.
96
CARA PELAYANAN KEFARMASIAN YANG
BAIK (CPFB)
DOKUMENTASI
TUJUAN DOKUMENTASI
•Harus spesifik
•Tergantung pada kompetensi dari masing-masing
staf
•Dalam situasi yang normal, kegiatan sesuai SPO
harus dapat dilaksanakan setiap saat
Penempatan
Sebaiknya ditempatkan di dekat karyawan
bekerja
Penempatan lain :
- Sebaiknya master prosedur disimpan
tersendiri
- Menunjuk seorang karyawan untuk
mengawasi penggunaan prosedur kerja
PERSIAPAN
PENYUSUNAN
PENGKAJIAN
KERANGKA FIKIR PENYIAPAN SPO
TUJUAN Prosedur yang akan dihasilkan
2. Daftar Isi :
Dibutuhkan untuk :
a. Mencari Rujukan dengan cepat
b. Mencari Informasi dengan cepat
c. Melakukan perubahan atau revisi bagian
tertentu
Contoh Rujukan :
Standard Pelayanan Kefarmasian
Text Book
Peraturan Perundang-undangan
FORMAT PENYUSUNAN SPO
3. Teks Naskah :
a. Menjelaskan tujuan
b. Memberi informasi atau menjelaskan standar yang
tepat untuk proses
c. Batasan ruang lingkup
d. Menjelaskan istilah khusus/asing yang digunakan
e. Berisi rangkaian prosedur yang dilaksanakan
f. Memuat penjelasan tentang :
Pengaruh gangguan
Perlengapan/peralatan yang digunakan
Kualifikasi petugas
Pertimbangan keamanan dan keselamatan
Quality Assurance dan Quality Control yang
dilakukan
Referensi
Nama STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 1 dari 1
Sarana Pelayanan ………………………………………………… No…………
.................................. Tanggal berlaku
…………
1. TUJUAN
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. PENANGGUNG JAWAB
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
3. PROSEDUR
3.1. ………………………………………………………………………………………………………………………………….
3.2. ………………………………………………………………………………………………………………………………….
3.3. ………………………………………………………………………………………………………………………………….
3.4. ………………………………………………………………………………………………………………………………….
TANGGUNG JAWAB :
.............................................................................................................
; ........................................................................................................................
LATAR BELAKANG :
Maksud
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Tujuan :
........................................................................................................................
PROSEDUR :
1........................................................................................................................ ...........................................................................................
............................. ........................................................................................................................
2........................................................................................................................
........................................................................................................................
3........................................................................................................................
........................................................................................................................
4........................................................................................................................
Note
-........................................................................................................................
-........................................................................................................................
RUANG LINGKUP SPO
• Masing-masing kegiatan pelayanan kefarmasian mulai
dari penerimaan resep sampai dengan penyerahan
obat kepada pasien
• Swa medikasi
• Pengadaan, penerimaan dan penyimpanan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan
• Suplai sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
• Penyiapan sediaan farmasi/produksi skala kecil
• Kegiatan yang dilakukan sebagai upaya menjamin
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
syarat mutu, keamanan dan kemanfaatan
PANDUAN PENULISAN SPO
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan SPO
•Penanganan resep
•Pemeriksaan/assessment resep terhadap validitas,
keamanan dan kesesuaian klinis
•Intervensi dan pemecahan masalah
•Pembuatan dan labeling sediaan farmasi
•Prosedur pemeriksaan keakurasian
•Penyerahan obat ke pasien