HEMOROID
DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS KADIRI
FARMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, serta
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hemoroid”.
Sebelumnya, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Neni Probosiwi .,
M. Farm selaku dosen mata kuliah Swamedikasi yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan masukan kepada kami.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Saran dan
kritik sangat diharapkan agar makalah ini bias lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Prodi S1 Farmasi.
Penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Hemoroid........................................................................................................4
2.2 Epidemiologi Hemoroid....................................................................................................4
2.3 Faktor Resiko Hemoroid...................................................................................................4
2.4 Klasifikasi Hemoroid........................................................................................................5
2.5 Etiologi Hemoroid.............................................................................................................7
2.6 Patofisiologi Hemoroid.....................................................................................................7
2.7 Mekanisme terjadinya Hemoroid......................................................................................8
2.8 Prognosis Hemoroid..........................................................................................................9
2.9 Tanda dan Gejala Penyakit Hemoroid..............................................................................9
2.10 Diagnosis Penyakit Hemoroid........................................................................................10
2.11 Guideline dan Evidence Based Medicine dari Penyakit Hemoroid................................12
2.12 Penatalaksanaan Terapi Hemoroid..................................................................................13
2.13 Cara Pencegahan Penyakit Hemoroid.............................................................................16
2.14 Komplikasi Hemorroid...................................................................................................17
BAB III..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis (Sudoyo, 2006). Hemoroid dibedakan menjadi 2
berdasarkan letak pleksus hemoroidalis yang terkena, yaitu hemoroid interna dan hemoroid
eksterna. Hemoroid bisa ditegakkan melalui anamnesis keluhan klinis dari hemoroid
berdasarkan klasifikasi hemoroid. Keluhan klinis yang tampak pada pasien hemoroid adalah
darah di anus, prolaps di kanalis anal, pruritus, nyeri, serta gatal di sekitar anus. Keadaan ini
tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Menurut data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun 2008 mencapai
lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada tahun
2030. Angka kejadian hemoroid terjadi di seluruh Negara, dengan presentasi 54% mengalami
gangguan hemoroid. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan di Indonesia pada tahun
2009 diperoleh 355 rata-rata kasus hemoroid dari rumah sakit di 33 provinsi.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hemoroid yaitu : usia, aktivitas fisik, dan jenis
kelamin. Seseorang yang memiliki aktivitas yang berat akan mempunyai resiko kejadian
hemoroid. Hemoroid sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk
berusia lebih dari 25 tahun. Bertambahnya usia, saluran gastrointestinal akan
mengalami perubahan seperti kanalis anal, jaringan ikatnya menjadi lemah sehingga
hemoroid menonjol ke atas. Prevalensi jenis kelamin yang berisiko mengalami hemoroid
adalah jenis kelamin laki-laki, karena banyak melakukan aktivitas berat dengan beban
bekerja lebih tinggi sehingga menyebabkan mereka mudah terkena hemoroid. Hal ini
dikarenakan aktivitas yang lebih berat akan menyebabkan peregangan muskulus sfingter
ani.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya, yaitu :
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diperoleh beberapa tujuan, yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui dan paham definisi penyakit hemoroid
2. Mahasiswa mengetahui dan paham epidemiologi penyakit hemoroid
3. Mahasiswa mengetahui dan paham faktor resiko penyakit hemoroid
4. Mahasiswa mengetahui dan paham klasifikasi penyakit hemoroid
5. Mahasiswa mengetahui dan paham etiologi penyakit hemoroid
6. Mahasiswa mengetahui dan paham patofisiologi penyakit hemoroid
7. Mahasiswa mengetahui dan paham mekanisme terjadi nya penyakit hemoroid
8. Mahasiswa mengetahui dan paham prognosis penyakit hemoroid
9. Mahasiswa mengetahui dan paham tanda dan gejala penyakit hemoroid
10. Mahasiswa mengetahui dan paham diagnosis penyakit hemoroid
11. Mahasiswa mengetahui dan paham penjelasan guideline dan evidence based
medicine dari penyakit hemoroid
12. Mahasiswa mengetahui dan paham penatalaksanaan terapi penyakit hemoroid
2
13. Mahasiswa mengetahui dan paham pencegahan penyakit hemoroid
14. Mahasiswa mengetahui dan paham komplikasi penyakit hemoroid
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hemoroid
Hemoroid berasal dari bahasa yunani yaitu haimorrhois yang artinya
penyebab keluar darah. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena di anus dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid terdiri atas 2 jenis, yaitu
hemoroid eksterna dan hemoroid interna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
interna ini merupakan bantalan vaskular di dalam jaringan submukosa pada
rektum sebelah bawah. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus (Sudoyo, 2006).
4
2.3 Faktor Resiko Hemoroid
Penyebab dari wasir atau hemoroid sebenarnya masih belum jelas. Namun,
diduga ada kaitan kuat dengan meningkatnya tekanan dalam aliran darah di dalam
atau di sekitar anus. Tekanan inilah yang menyebabkan pembuluh darah pada anus
membengkak dan mengalami peradangan. Di bawah ini adalah beberapa kondisi yang
bisa meningkatkan risiko terkena wasir atau hemoroid:
5
d) Derajat IV - benjolan besar yang menggantung/menetap dari anus dan tidak
bisa didorong kembali.
6
Gambar 6 Perbedaan hemoroid internal, eksternal dan interoeksternal
7
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor
etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit
hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal.
Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi
aliran balik.
8
Jika terus berulang dalam jangka waktu lama bantalan anal dapat prolaps. Aliran balik
vena terganggu hingga menimbulkan pelebaran pleksus hemoroidalis.
Perdarahan pada hemoroid dapat timbul akibat trauma oleh feses dengan
konsistensi keras. Perdarahan berwarna merah segar karena sesuai anatominya
bantalan anal kanal kaya akan sinusoid arteriovenosus. Pleksus hemoroidalis kaya
akan kolateral luas arteri hemoroidalis.
9
trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Hal ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan terjadinya nekrosis (Setiawan et al,
2015).
a. Anamnesis
Hasil anamnesis menurut Setiawan et al (2015), antara lain:
1. Terdapat pendarahan segar pada saat defekasi.
2. Mengeluh nyeri dan gatal-gatal di sekitar anus
3. Terdapat pembengkakan di anus.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan menurut Setiawan et al (2015), antara
lain:
1. Inspeksi prolaps, dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kondiloma
perinatal dan tumor anorektum.
2. Colok dubur, jika prolaps tidak terlihat untuk menyingkirkan diagnosis
banding karsinoma rektum.
3. Meminta pasien mengedan, maka didapatkan hasil hemoroid menonjol keluar
atau hemoroid yang sudah menonjol akan terlihat semakin besar.
10
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Wandari (2011), antara
lain:
1. Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid.
2. Pemeriksaan sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi untuk mengevaluasi
pendarahan rektal dan rasa tidak nyaman seperti fisura anal, fistula, kolitis,
polip rectal dan kanker.
d. Diagnosis Banding
e. Menurut Kaidar-Person et al (2007) selama evaluasi awal pasien, kemungkinan
penyebab lain dari gejala-gejala seperti pendarahan rektal, gatal pada anus, rasa
tak nyaman, massa serta nyeri dapat disingkirkan. Di bawah ini adalah diagnosa
banding untuk gejala-gejala di atas:
1. Nyeri
Fisura Anal
Herpes Anal
Proktitis ulseratif
Proctalgia fugax
2. Massa
Karsinoma anal
Perianal warts
Skin tags
3. Nyeri dan Massa
Hematom perianal
Pilonidal sinus
Abses
4. Nyeri dan Pendarahan
Proktitis
Fisura Anal
5. Nyeri, Massa dan Pendarahan
Hematom perianal ulseratif
6. Massa dan Pendarahan
Karsinoma anal
11
7. Pendarahan
Polips kolorectal
Karsinoma anal
Karsinoma kolorectal
Pada tingkat mikrosirkulasi dengan efek pada proses inflamasi vena yang
mengarah ke perlindungan endotel dan kaskade inflamasi berkurang dari tahap
awal peradangan vena ke tahap selanjutnya yang melibatkan perubahan kulit
Pada tonus vena dengan penurunan distensibilitas vena dan peningkatan
elastisitas modulus dan pengosongan vena dengan rasio dosis/efek optimal
yang diperoleh pada dosis harian 1000 mg
Pada permeabilitas mikrosirkulasi dengan memperkuat resistensi kapiler,
menurunkan permeabilitas kapiler, dan meningkatkan drainase mikrolimfatik
12
supositoria dan salep, yang mengandung berbagai bahan aktif, seperti anestesi lokal,
kortikosteroid, antibiotik, dan antiinflamasi.
13
Menangani hemoroid dengan obat juga dapat dilakukan. Namun, pemilihan
jenis terapi sangat bergantung dari keluhan penderita serta derajat hemoroidnya.
Pasien hemoroid grade I dan II dapat diberikan terapi medikamentosa dan edukasi
tentang modifikasi gaya hidup. Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid menurut
Sudarsono (2015) adalah:
Office Theraphy.
Sebagian besar dilakukan pada pasien dengan hemoroid derajat I dan II yang
gagal dalam perawatan medis serta pasien tertentu dengan hemoroid internal derajat
III dapat diobati secara efektif dengan office-based procedure (Davis, 2018).
14
menjadi pengobatan non bedah yang paling efektif untuk hemoroid
(Davis,2018).
2. Skleroterapi.
Teknik ini digunakan untuk pasien dengan gejala utama pendarahan dan dapat
menyebabkan hemoroid menyusut dan menghilang dalam waktu singkat.
Metode ini menggunakan zat sklerosan yang diinjeksikan pada submukosa
tepat di atas pangkal hemoroid. Setelah itu, sklerosan menyebabkan ulserasi
mukosa atau nekrosis dan merangsang pembentukan jaringan parut. Sklerosan
yang paling umum digunakan adalah 5% phenol in almond or vegetable oil or
sodium tetradecyl sulfate (Chugh, 2014; Davis, 2018).
3. Infrared photocoagulation/ Infrared thermocoagulation.
IRC melibatkan aplikasi langsung dari gelombang infra merah. Sinar infra
merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas. Manipulasi instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan
jaringan. Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi dan sklerosis jaringan
hemoroid (Chugh, 2014).
Surgical Theraphy.
15
anoderm, secara teoritis membatasi keluarnya cairan pasca operasi dan
mempercepat proses penyembuhan (Brown, 2017).
Dalam metaanalisis dari 11 studi yang membandingkan hemoroidektomi
terbuka versus tertutup (1326 pasien). Pendekatan tertutup dikaitkan
dengan penurunan nyeri pasca operasi, penyembuhan luka yang lebih
cepat, dan risiko perdarahan pascaoperasi yang lebih rendah. Komplikasi
pasca operasi, rekurensi hemoroid, dan komplikasi infeksi serupa. Dalam
meta-analisis dari 5 studi dengan 318 pasien, penggunaan perangkat energi
bipolar ditemukan lebih cepat dan lebih sedikit menyebabkan rasa sakit
pasca operasi bila dibandingkan dengan hemoroidektomi tertutup dengan
tingkat komplikasi pasca operasi yang sebanding (Davis, 2018).
2. PPH (Stapled Hemorrhoidopexy).
Teknik Circular Stapler Hemorrhoidopexy atau dikenal dengan Procedure
for Prolapse and Haemorrhoids baru diperkenalkan oleh Longo A pada
tahun 1998. Teknik ini menggunakan alat circular stapling yang
menghilangkan mukosa dan submukosa sekitar 2-3 cm tepat di atas linea
dentatae. Dengan melakukan hal ini, prosedur ini tidak hanya mengganggu
suplai darah ke pleksus, mengurangi pembengkakan, tetapi juga menarik
mukosa yang berlebih ke dalam kanalis anal sehingga mengurangi prolaps.
Karena tidak adasayatan
3. Doppler-guided Hemorrhoidal Artery Ligation
Prosedur ini pertama kali dijelaskan oleh Morinaga et al pada tahun 1995,
teknik ini menggunakan proktoskop yang dimodifikasi dengan
menggabungkan Doppler probe. Perangkat ini memungkinkan deteksi
yang akurat dari arteri hemoroid yang kemudian diikat. Pengikatan
tersebut ditargetkan akan mengurangi pembengkakan hemoroid.
Sementara, pada saat yang sama dilakukan fiksasi bantal untuk
mengurangi potensi prolaps. Karena tidak ada luka bedah dan jahitan
dilakukan di atas linea dentate, rasa sakit secara teoritis berkurang dan
pemulihan akan lebih cepat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
teknik ini memberikan hasil baik. Namun, teknik ini membutuhkan lebih
banyak biaya (Chugh, 2014; Brown, 2017; Davis, 2018).
16
2.13 Cara Pencegahan Penyakit Hemoroid
Edukasi yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
hemoroid menurut Setiawan et al (2015) antara lain:
(1) Konsumsi makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran, buah- buahan dan kacang-
kacangan untuk membuat feses menjadi lunak sehingga mengurangi proses
mengedan. Bila perlu diberikan suplemen serat atau obat yang memperlunak feses
(bulk forming cathartic)
(2) Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar
(3) Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari agar tubuh kita tidak kekurangan cairan.
(4) Melakukan kegiatan olahraga rutin (seperti joging, berenang,
(5) Jangan menunda-nunda jika ingin buang air besar sebelum feses menjadi keras
(6) Jangan duduk terlalu lama.
(1) Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut
berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.
(2) Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari
selaput lendir usus/anus.
(3) Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
(4) Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga
tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar.
Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di anus dari
pleksus hemoroidalis. Hemoroid terdiri atas 2 jenis, yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid
interna. salah satu faktor risiko wasir adalah sembelit dan mengejan yang berkepanjangan.
Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid
dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras
menimbulkan perdarahan,dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat
ada luka akibat perdarahan.
a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi, yaitu suplemen serat yang banyak
digunakan antara lain psyllium atau isphagula husk dan obat pencahar antara lain
Natrium dioctyl sulfosuccinat.
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk suppositoria
untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan yaitu diosmin dan hesperidin.
d. Terapi topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan
rasa sakit.
19
cairan, melakukan kegiatan olahraga rutin, jangan menunda-nunda jika ingin buang air
besar sebelum feses menjadi keras, jangan duduk terlalu lama.
Komplikasi dari penyakit hemoroid yaitu Luka pada anus, pendarahan yang dapat
menyebabkan anemia, Infeksi serta jepitan.
3.2 Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan yang nantinya berguna
untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah, Ed.2.jakarta. EGC,
2004.
Zagriadski, E. A.,Bogomazov, A. M., Golovko, E. B. 2018. Conservative Treatment of
Hemorrhoids: Results of an Observational Multicenter Study. 35:1979-1992
Sunarto. (2016). Analisis Faktor Aktifitas Fisik Resiko Terjadi Hemoroid Di Klinik Etika. Jurnal
Keperawatan Global , 95.
21