Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

“HEMOROID”

Dosen Pengampu : Ns. Devi Susanti, M. Kep., Sp. Kep.M.B

Disusun Oleh:

Salwa Dwi Walyumi 22031

Diva Intan Syalsabila 22032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA 2022/2023


Jl. Alternatif Cibubur KM 1 Depok 16951 Gedung B Kompleks Rs. Meilia Cibubur
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
Keperawatan Medical Bedah.

Dengan disusunnya makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medical Bedah. Makalah yang membahas tentang HEMOROID berkaitan dengan keperawatan
medical bedah. Dalam proses pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan. Disamping itu kami juga menyadari akan
segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun cara
penyajiannya. Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
Latar belakang..................................................................................................................................1
Rumusan masalah............................................................................................................................2
Tujuan Umum................................................................................................................................3
Tujuan Khusus................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
Definisi Hemoroid Disease..............................................................................................................4

Patofisiologi Hemoroid Disease ……………………………………………….............................5

Diagnoda Hemoroid Disesase ……………………………………………...................................7


Penatalaksanaan Hemoroid Disesase ………………………………….….....................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................................................10
Kesimpulan....................................................................................................................................10
Saran…..........................................................................................................................................10
BAB IV DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit hemoroid atau yang kerap disebut dengan ambeien atau wasir
merupakan penyakit yang sering ditemukan. Data dari WHO tahun 2017, jumlah kasus
hemoroid mencapai 230 juta orang. Pada tahun 2017 presentase kejadian hemoroid di
seluruh dunia meningkat hingga 54%. Bahkan 2/3 penduduk dunia yang sehat terdeteksi
memiliki penyakit hemoroid (WHO 2017). Berdasarkan hasil studi penelitian hemoroid
di Amerika Serikat pada tahun 2020, hemoroid menjadi penyakit anorektal keempat
tersering yang dilaporkan pada tahun 2020. Sekitar 3,3 juta kasus kunjungan rawat jalan.
Hemoroid umum ditemukan pada saat skrining anorektal, sehingga pasien baru
menyadari terdapat hemoroid karena pasien selama ini tidak merasakan adanya gejala
(Mott et al. 2018; Sheikh et al. 2020). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2015 prevalensi kasus hemoroid berkisar 5,7% atau 12,5 juta orang dari total
populasi di Indonesia (Riskesda 2015).
Data menunjukkan bahwa sepuluh juta orang di Indonesia dilaporkan menderita
hemoroid. Pada data kasus hemoroid di Unit Rawat Jalan bedah RSUD Dr. Soegiri
Lamongan tahun 2009 tercatat jumlah pasien hemoroid sebanyak 335 pasien dan tahun
2010 tercatat jumlah pasien hemoroid berjumlah 333 pasien. Data bulan Januari sampai
September 2011 menunjukkan bahwa jumlah seluruh kunjungan pasien hemoroid
sebanyak 304 pasien. Dari data di atas diketahui bahwa masih banyak penderita hemorid
di RSUD Dr. Soegiri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hemoroid
antara lain: aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan BAB, konstipasi, kurang mobilisasi,
pekerjaan, anatomi, dan usia.
Kasus hemoroid dapat ditangani oleh dokter umum dan dokter spesialis
berdasarkan derajat atau tingkat keparahan hemoroid pasien. Berdasarkan Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Nomor 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi
Dokter Indonesia, hemoroid dengan derajat I dan II merupakan penyakit dengan

1
kompetensi 4A yang harus tuntas di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik,
dan dokter keluarga. Sedangkan hemoroid derajat III dan IV merupakan kompetensi 3A
yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder (dokter spesialis) maupun tersier
(dokter subspesialis) (Peraturan KKI Nomor 11 Tahun 2012).
Hemorrhoid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemorrhoid tidak hanya
terjadi pada pria usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorrhoid. Usia muda dapat pula
terjadi hemorrhoid (Isselbacher, dkk, 2000). Diperkirakan bahwa 50 % dari populasi yang
berumur lebih dari 50 tahun menderita hemorrhoid secara nyata atau minimal.
Kebanyakan dari mereka tidak memberikan keluhan (Robbins, 1995). Dewasa ini, pola
makan masyarakat semakin berubah sesuai dengan tuntutan keadaan. Banyak para
pekerja yang hanya mengutamakan rasa kenyang di banding gizi dari makanan yang
hendak dimakan. Yang penting, cepat dan bisa langsung kenyang. Kebanyakan makanan-
makanan itu sangat rendah kandungan seratnya. Padahal mengonsumsi makanan rendah
serat terlalu banyak dapat menyebabkan susah buang air besar. Bila sudah mengalami
kesulitan dalam buang air besar, maka pada akhirnya untuk mengeluarkan faeses kita
harus mengejan. Hal ini menyebabkan pembuluh darah di daerah anus, yakni pleksus
hemorrhoidalis akan merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tinggi dari
dalam. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu tidak akan
mampu kembali ke bentuk semula. Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang
hamil dan seseorang yang obesitas. Lama kelamaan, akan terjadi penonjolan hemorrhoid
yang tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus, sehingga harus dilakukan operasi
(Murbawani, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana hemoroid bisa tumbuh di bagian tubuh?
b) Bagaimana tanda dan gejala yang ditimbulkan pada penyakit hemoroid?
c) Bagaimana cara mengatasi pertumbuhan hemoroid dari segi pengobatan?

2
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan medical bedah. Selain itu juga agar mahasiswa dapat mengenal dan
memahami penyakit hemoroid, mengetahui penyebab, gejala, test diagnostis, serta
penatalaksanaan.

1.4 Tujuan Khusus


a) Mendeskripsikan hemoroid disease beserta mekanisme terjadinya hemoroid.
b) Mendeskripsikan tanda dan gejala hemoroid disease beserta cara mengatasi dengan
cara pengobatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hemoroid Disease

Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering ditemukan. Hemoroid


adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena di saluran anus yang berfungsi
sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Hemoroid, dikenal di
masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien, merupakan penyakit yang sering
dijumpai dan telah ada sejak zaman dahulu. Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama
wasir atau ambeien, bukan merupakan suatu keadaan yang patologis, namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya.
Hemoroid berasal dari kata ''haima'' dan ''rheo'', yang dalam medis berarti pelebaran
pembuluh darah. Hemoroid disebabkan oleh obstipasi yang menahun dan uterus gravidus.
Selain itu terjadi bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada cirrhosis hati,
herediter atau penyakit jantung kongestif, pembesaran prostat, atau tumor rectum.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di anus dari pleksus
hemoroidalis.

Hemoroid terbagi menjadi dua yaitu hemoroid eksterna berupa pelebaran vena
subkutan di bawah atau di luar linea dentata sedangkan hemoroid interna berupa
pelebaran vena submukosa di atas linea dentata. Hemoroid eksterna adalah terjadinya
varises pada pleksus hemorodialis inferior di bawah linea dentate dan tertutup oleh kulit.
Hemoroid ini diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan sebenarnya merupakan hematoma.
Walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut, bentuk ini sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna
kronik berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan dan sedikit
pembuluh darah. Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus

4
hemoroidalis superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Terdapat empat
derajat hemoroid interna, yaitu:

a. Derajat I, terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi. Dapat diketahui
dengan adanya perdarahan melalui signiodoskopi.
b. Derajat II, ada perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama
defekasi tetapi dapat kembali secara spontan.
c. Derajat III, sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali secara
spontan, harus didorong (manual).
d. Derajat IV, prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi. Benjolan dapat terjepit
di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan ulserasi.

Hemorrhoid yang membesar dapat disertai dengan prolaps yang melalui anus. Bila
prolaps tidak segera diobati dapat menjadi kronik dan bisa terinfeksi atau mengalami
trombosis. Bila prolaps sudah terinfeksi akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan
akan terjadi pendarahan yang banyak. Penderita hemorrhoid yang sudah prolaps pada saat
defekasi akan keluar darah yang banyak dan rasa nyeri (Isselbacher, dkk, 2000).

Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang
banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila
banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang
banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain
itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olah raga yang cukup, duduk tidak terlalu lama
dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006).

2.2 Patofisiologi Hemoroid Disease

Umumnya perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
5
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Wasir
berkembang ketika jaringan pendukung bantal anal hancur atau memburuk. Ada tiga
bantalan besar pada anal, terletak di anterior kanan, posterior kanan dan sebelah lateral
kiri dari lubang anus, dan berbagai jumlah bantalan kecil yang terletak di antara
keduanya. Perubahan ini meliputi dilatasi vena yang abnormal, trombosis pembuluh
darah, proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan fibroelastik, distorsi dan
pecahnya otot subepitel anal. Selain temuan di atas, reaksi inflamasi yang melibatkan
dinding pembuluh darah dan jaringan ikat sekitarnya telah dibuktikan dalam spesimen
hemoroid, dengan terkait ulserasi mukosa, iskemia dan thrombosis. Hemoroid yang
membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps.
Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi
spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu
didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya
hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak
bisa didorong masuk lagi.

Hemoroid

Teori Mekanik Teori Hemodinamik Faktor Fungsi sfingter

Proses degenerasi Kebiasaan mengejanbterlalu kuat ketika BAB


(bertambahnya usia) (konstipasi kehamilan), sisa feses yang melekat
pada ampula recti, kegagalan relaksasi muscle
Kelemahan ligament suspensorium dan sfingter interna setelah defekasi
ligament parks (supporting tissue)

Peningkatan tekanan intrabdominal


HI porlaps Dilatasi vena

Hambatan dranaise aliran vena


Ukuran hemoroid
membesar

6
Kerapuhan dinding Dilatasi bantalan akibat terisi

mukosa yang melapisi HI darah dan dinding yang


meregang menjadi tipis
Gesekan dengan Peningkatan
permukaan feses interektal (mengejan) Feses keras mengakibatkan
bantalan robek

Robekan

Mengeluarkan darah merah


terang yang menetes di atas
massa feses

2.3 Tanda dan Gejala Hemoroid Disesase


Pasien sering mengeluh menderita hemorrhoid atau wasir tanpa ada hubungan dengan
gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungan dengan
hemorrhoid interna dan hanya timbul pada hemorrhoid eksterna yang mengalami trombosis
(Sjamsuhidajat, 1998). Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur,
nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur,
rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat (Merdikoputro,
2006).
a) Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih
sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah
yang berkembang menjadi benjolan.
b) Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan
ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus.

7
c) Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem meradang
d) Mengganjal di daerah anus, peningkatan mendadak pada massanya peristiwa ini
menyebabkan pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat trombosis
sebuah vena pada pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan pembesaran
vena interna
e) Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses atau lendir yang kental dan
menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering pada
kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah anus. (Murbawani, 2006).

2.4 Diagnosa Hemoroid Disease


Diagnosis hemorrhoid tidak sulit, dapat dilakukan pemeriksaan colok dubur termasuk
anorektoskopi (alat untuk melihat kelainan di daerah anus dan rektum). Pada pemeriksaan
anorektoskopi dapat ditentukan derajat hemoroid. Lokasi hemoroid pada posisi tengkurap
umumnya adalah pada jam 12, jam 3, jam 6 dan jam 9. Permukaannya berwarna sama dengan
mukosa sekitarnya, bila bekas berdarah akan tampak bercak-bercak kemerahan. Perdarahan
rectum merupakan manifestasi utama hemorrhoid interna. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai
akibat dari thrombosis hemorrhoid eksterna. Diagnosis hemorrhoid dapat terlihat dari gejala
klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus (mungkin
pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia sekunder (mungkin), tampak kelainan khas pada
inspeksi, gambaran khas pada anoskopi atau rektoskopi (Sjamsuhidajat, 1998).

2.5 Penatalaksanaan Hemoroid Disease


hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum dan
perbaikan cara defekasi. Diet seperti minum 30–40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-
30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat
defekasi. Penanganan lain seperti melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada
air hangat selama 10- 15 menit 2-3 kali sehari.
a. Penatalaksanaan farmakologi untukhemoroid adalah:
1. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif memperbesar
volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
8
2. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk suppositoria
untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
3. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin.
4. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi topikal dengan nifedipine
dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit daripada lidokain
(Xylocaine). Pada pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau insisi
dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset gejala lebih efektif daripada
pengobatan konservatif.
Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif mengalami kegagalan, antara
lain:
1. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan karet pengikat di
sekitar jaringan hemoroid interna sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan
tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan ablasi.
2. Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau sinar inframerah
atau panas untuk menghancurkan hemoroid interna.
3. Penatalaksanaan bedah hemoroidektomi. (stadium IV)

9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis
interna. Hemorrhoid dibagi atas hemorrhoid interna bila pembengkakan vena pada pleksus
hemorrhoidalis interna, hemorrhoid eksterna apabila terjadi pembengkakan di pleksus
hemorrhoidalis ekterna. Hemorrhoid interna jika varises yang terletak pada submukosa terjadi
proksimal terhadap otot sphincter anus. Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit
biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena
hemorrhoidalis. Faktor risiko hemorrhoid, yaitu; keturunan, anatomic, pekerjaan, umur,
endokrin, mekanis, fisiologis, dan radang. Gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus,
prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus (mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia
sekunder (mungkin), tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi, atau
rektoskopi. Terapi hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa terapi lokal dan
himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran
dan buah yang banyak mengandung air. derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi
bedah yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering
mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang
sudah mengalami keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun.

3.2 Saran
Masyarakat Indonesia perlu mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya hemoroid sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit, dengan cara minum yang cukup, makan cukup sayuran, dan
buahbuahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.

10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Fahmi, Danar. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. Fakultas


Kedokteran,Universitas Lampung.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1384/1228

Suprojono. Agus, Moch. 2009. Hemorrhoid, Sultan Agung Vol. 118.


https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/viewFile/10/7

11

Anda mungkin juga menyukai