Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


HEMOROID

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pembimbing : Yati Tursini. S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun oleh :

Syifa Nurathiah P17320118110


Yunita Etikawati P17320118087
Alma Ghina Halimah P17320118016
Dhiya Syifa Az-zahra P17320118097

Tingkat 2-C

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN PENCERNAAN : HEMOROID”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Dalam pembuatan makalah ini, penulis dibantu oleh beberapa
pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan
yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yaitu
Yati Tursini. S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes yang telah membimbing penulis selama
penulisan makalah tersebut.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih perlu adanya perbaikan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
pengembangan kreatifitas dan berfikir penulis.

Bandung, 5 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................2
1.3 TUJUAN...........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
LANDASAN TEORI........................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................4
2.2 PATOFISIOLOGI.................................................................................................4
2.3 ETIOLOGI.............................................................................................................8
2.4 KLASIFIKASI.......................................................................................................8
2.5 MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................11
2.6 DATA PENUNJANG...........................................................................................11
2.7 PENATALAKSANAAN......................................................................................12
2.8 KOMPLIKASI.....................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI..........................................................................14
3.1 PENGKAJIAN...............................................................................................14
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................20
3.3 RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................20
3.4 IMPLMENTASI.............................................................................................27
3.5 EVALUASI PASIEN HEMOROID.............................................................27
BAB IV............................................................................................................................29
SIMPULAN DAN REKOMENDASI............................................................................29
4.1 KESIMPULAN...............................................................................................29
4.2. REKOMENDASI...........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis
(Simadibrata, 2009 dalam Prawiti, 2017). Hemoroid adalah struktur
normal dari tubuh manusia yang terdiri dari 3 unsur, yaitu mukosa, stroma
yang terdiri dari pembuluh darah, otot polos, dan jaringan penunjang, serta
jaringan ikat (Makmun, 2011 dalam Pratiwi, 2017). Lesi ini sangat
sering terjadi karena peningkatan tekanan secara terus menerus di dalam
pleksus hemoroidalis (Kumar et al., 2007 dalam Pratiwi, 2017).
Hemoroid menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan nyeri pada
kanalis anal (Dorland, 2011 dalam Pratiwi, 2017).
Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdarahan rektum dan
ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan
karena pasien cenderung mencari pengobatan sendiri, bukan penanganan
medis. Hemoroid diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia (Slavin, 2008
dalam Pratiwi, 2017). Insiden hemoroid terjadi pada 13%-36% populasi
umum di Inggris (Lohsiriwat, 2012 dalam Pratiwi, 2017). Berdasarkan
data dari The National Center of Health Statistics di Amerika Serikat,
prevalensi hemoroid sekitar 4,4% (Buntzen et al., 2013 dalam Pratiwi,
2017). Di Mesir, hemoroid dianggap penyakit daerah anus tersering
dengan prevalensi tinggi hampir 50% dari kunjungan proctological di Unit
Kolorektal (Ali et al., 2011 dalam Pratiwi, 2017). Belum banyak data
mengenai prevalensi hemoroid di Indonesia. Namun dari penelitian yang
telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien yang
didiagnosis hemoroid pada tahun 2009-2011 berjumlah 166 orang dengan
prevalensi 69,17% (Wandari, 2011 dalam Pratiwi, 2017). Sedangkan,
pasien yang menderita hemoroid di RSUD Dokter Soedarso Pontianak
pada tahun 2009-2012 berjumlah 113 orang (Putra, O 2012).

1
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa kejadian haemoroid
merupakan kejadian yang sering terjadi dan harus diketahui juga dipahami
oleh mahasiswa calon perawat masa depan demi pemberian asuhan
keperawatan yang maksimal pada berbagai bidang. Oleh karena itu kami
membuat makalah ini agar bisa mengetahui lebih lanjut mengenai
haemoroid dan bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien yang mengalami haemoroid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Haemoroid ?
1.2.2 Bagaimana etiologi penyakit Haemoroid?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi penyakit haemoroid?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis penyakit Haemoroid ?
1.2.5 Apa komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Haemoroid ?
1.2.6 Apa yang menjadi faktor resiko dari penyakit Haemoroid ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Haemoroid ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui
dan memahami asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
yang mengalami masalah keperawatan berkaitan dengan penyakit
haemoroid.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Haemoroid.
b. Mengetahui dan memahami penyebab penyakit Haemoroid.
c. Mengetahui dan memahami patofisiologi penyakit Haemoroid.
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang muncul
pada pasien dengan Haemoroid.
e. Mengetahui dan bisa mencegah komplikasi pada pasien dengan
Haemoroid.

2
f. Mengetahui faktor resiko pada pasien dengan penyakit
Haemoroid.
g. Mengetahui, memahami , dan bisa mengimplementasikan
asuhan keperawatan pada pasien Haemoroid.
i.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Hemoroid adalah suatu pelebaran vena-vena dalam pleksus hemoroidalis.
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering
menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk
memberikan intervensi.
Hemoroid adalah pembesaran Vena ( varises ) dari pleksus venosis
hemoroidalis yang ditemukan padal kanal. Hemeroid adalah varises dari
rektum. Yang bisa saja internal (di dalam otot sfingter anus) atau eksternal (di
luar otot sfingter)
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus Yang berasal dan plexushemorrhoidalis. Hemoroid eksterna
adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau
luar hneadentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada
dibawah mukosa (submokosa) di atas atau di dalam lineadentate. (Sudoyo et
al 2009 dalam Diyono 2013).

2.2 PATOFISIOLOGI
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolaps. Sebagian besar penulis setuju bahwa
diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bisa
mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid,
kemungkinan gangguan oleh venousreturn Kehamilan atau obesitas
memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat
menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama.
Penurunan venous retur n dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu
lama duduk di toilet (atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan
relatif venousreturn di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet),

4
mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan
menyebabkan melemahnya struktur pendukung,yang memfasilitasi prolaps.
Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal dekade ketiga
(Thornton, 2009 dalam Diyono 2013).
Kebiasaan yang di lakukan oleh anggota keluarga memiliki peranan
yang sangat berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya yang tinggal
serumah terhadap kejadian hemoroid, seperti kebiasaan pola makan rendah
yang serat, kebiasaan mengkonsumsi makanan berminyak dan kebiasaan
mengkonsusmsi makanan siap saji (sea food) yang merupakan faktor risko
terjadinya hemoroid (Fridolin,W. et all 2015).
Alkohol adalah diuretik, alkohol dapat menyebabkan tubuh
kehilangan lebih banyak air. Alkohol menghentikan produksi anti diuretik
hormon, yang menyebabkan seseorang lebih sering berkemih, hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi. Alkohol juga menarik air dari feses sehingga dapat
memicu terjadinya konstipasi, selain itu terlalu banyak mengkonsumsi
alkohol dapat memicu terjadinya diare yang juga dapat meningkatkan resiko
hemoroid (Fredolin W et all, 2015).
Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab
dalam pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga
tidak (Johanson, 1994 dalam Diyono 2013). Pasien yang melaporkan
hemoroid memiliki tonus kanalistirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus
istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah daripada sebelum prosedur.
Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Gibbons,
1988 dalam Diyono 2013). Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam
hubungannya dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien
dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif (Hosking, 1989 dalam
Diyono 2013). Varises anorektal merupakan kondisiumum pada pasien
dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal
dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien yang
nonsirosis, dan mereka jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991 dalam
Diyono 2013).

5
Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis
berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan
sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun,
mereka mengalami mengalami perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari
deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga
menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa
sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar
hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus
(Duthie, 1960 dalam Diyono 2013). Hemoroid internaljuga dapat
menyebabkan rasa sakit akut ketika terjadiinkarserata atau strangulasi (Dodi,
1986 dalam Diyono 2013). Kondisi strangulasi dengan nekrosis dapat
menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika kondisi ini terjadi,
sering menyebabkan kejang sfingter eksternal seiring dengan trombosis.
Trombosis eksternal menyebabkan nyeri akut.
Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa
rasa sakit pada Saill buang air bcsar. Pendarahan umumnya merupakan tanda
pertama hemoroid internaakilial trauma olchlcses yang keras dan vena
mengalami ruptur. Dengan meningginya spasmeslinl:ter, perdarahan dapat
bersifat muncrat. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
lcrL'ampurdcnganf'eses, mungkin hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada pcrdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan
intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
"darah arteri". Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat
timbulnya anemia berat.
Hemoroid internal dapat mendepositkan lendir ke jaringan perianal.
Lendir pada feses dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus
ani. Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama,
trombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Trombosis akut biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga

6
fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam diet. Nyeri dari
inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit berlangsung selama
7-l4 hari sesuai dengan resolusi trombosis.Kondisi hemoroid eksternal
memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan dan rangsangan
akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.

Sumber : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan Jakarta:


Kencana Prenada Media Group ( Halaman 693 )

7
2.3 ETIOLOGI
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau
penyakit namun ada beberapa presdiposisi penting yang dapat mrningkatkan
resiko hemoroid seperti berikut:
2.3.1. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi ulseratif atau penyakit
chorn
2.3.2. Kehamilan, berhubungan dengan masalah anotrektal
2.3.3. Konsumsi makanan rendah serat
2.3.4. Obesitas
2.3.5. Hipertensi portal
2.4 KLASIFIKASI
Ada dua jenis hemoroid :
2.4.1. Hemoroid eksternal
Pembesaran vena rektaiis inferior yang terletak di bawah lineadinata
dan ditutup epitel gepeng,anoderm serta kulit peranal.
Ciri-ciri :
a. Nyeri sekali akibat peradangan
b. Edema akibat trombosis.
c. Nyeri yang samakin bertambah.
2.4.2. Hemoroid internal
Pembesaran vena yang berdilatasi pada pleksus rektalis superior dan
media yang timbul di atas leniadinata dan dilapisi oleh mukosa.
Hemoroid internal dibagi menjadi empat derajat:
a. Derajat I
Dilatasi pIeksus hemoroid superior yang tidak mengalami prolaps
dan hanya terdapat luka kecil yang masuk pada anak kanal. Hanya
dapat dilihat dengan anoretoskop
b. Derajat II

8
Pembesaran hemoroid yang prolaps. Pada waktu gerak, benjolan
keluar (prolaps) dan waktu selesai berak, masuk sendiri tanpa
didorong dengan jari secara spontan.
c. Derajat III
Pembesaran hemoroid yang prolaps Benjolan yang keluar waktu
berak tidak dapat masuk sendiri tanpa didorong dengan jaris ecara
manual.
d. Derajat IV
Prolaps hemoroid yang permanen. Benjolan mengalami inkarserasi
dan tidak dapat didorong masuk ke anus. Rentan dan cenderung
untuk mengalami thrombosis dan infark.

Sumber : https://senvie.com/blogs/senvie/grade-4-hemorrhoid-
guide diakses pada 10 September 2019

9
Sumber : https://images.app.goo.gl/GBR7uYDdvN83YG5F8
Diakses pada tanggal 10 September 2019

10
2.5 MANIFESTASI KLINIS
2.5.1 Gangguan pada anus: nyeri, konstipasi, perdarahan.
2.5.2 Benjolan pada anus yang menetap pada hemoroid eksternal sedangkan
pada hemoroid internal benjolan tanpa prolaps mukosa dan keduanya
sesuai dengan gradasinya.
2.5.3 Dapat terjadi anemia bila hemoroid mengalami perdarahan kronis.
2.5.4 Perdarahan peranus waktu gerak yang berupa darah merah segar yang
menetes mengucur tanpa rasa nyeri.
2.5.5 Bila terdapat bekuan clarah pada saat gerak maka dapat menyebabkan
infeksi dan menimbulkan rasa nyeri.
2.5.6 Nekrosis pada area sekitar anus
2.5.7 Pembengkakan pada area anus
2.6 DATA PENUNJANG
2.6.1Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit
dan adanya anemia.
2.6.2 Anoscopy
Pemeriksaan untuk mengetahui adakah terjadi pergeseran pada organ
dalam dibagian bawah yang menyebabkan hemoroid.
2.6.3 Sigmordscopy clan barium enema
Pemeriksaan pada usus /kolon sigmoid untuk mengetahui adakah
kanker atau inflamasi. Pemeriksaan ini penting terutama pada klien
umur > 40 tahun.
2.6.4 Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat lokasi hemoroid internal yang ada pada tiga
tempat utama.
2.6.5 Pemeriksaan proktosigmoidoskopi.

11
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
2.7 PENATALAKSANAAN
2.7.1 Hemoroid eksternal
Pada hemoroid ini bila sudah mengalami trombus dapat dilakukan
hemoroidektomi.
2.7.2 Hemoroid internal
a. Derajat I
Konservatif dengan diet berserat dan laxantia ringan
b. Deraiat II
Konservatif.
c. Deraiat III
Operatif/hemoroidektomi
1) Soliter : cara Iangenbeck
2) Jam 3, 7, 11 : cara miligan morgan
3) Sirkuler : cara whileheat
d. Derajat IV
Operatif, cara whileheat.
Pengobatan Konservatif
1) Laxantia.
2) Bedres dilakukan bila nyeri mengganggu aktivitas.
3) Hindari konstipasi dengan diet tinggi serat, minum
banyak, makan buah-buahan.
4) Rendaman duduk
Rendaman dilakukan setelah mandi dengan air
hangat kurang lebih 15-20 menit. Rendaman sebaiknya
dilakukan setelah BAB. Tujuan mengurangi nyeri,
merangsang sirkulasi darah, reabsorpsi edema,
desinfektan, membersihkan luka.

12
e. Operatif
1) Rugger band ligation: dengan bantuan alat anascopy.
2) Cryosurgical hemoroidektomi jarang dilakukan kalau
penyembuhan luka lama.
3) Lasettherapi dilakukan pada hemoroid eksternal.
4) Sifat cepat dan tidak nyeri. (Diyono dkk, 2013)
Menurut Muttaqin, A dan Kumala sari, 2013, penatalaksanaan
medis pada hemoroid yaitu :
1) Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan
secara indiidual.Contohnya seperti pengelolaan makanan dan
rendam cairan hangat.
2) Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang
merangsang, misalnya 5% fenol di dalam minyak nabati.
Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringa areolar
yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi
fibrotik dan meninggalkan jaringan parut.
3) Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet. Dengan bantuan anaskop, mukosa
di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau diisap
ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. (Peng, 2004).
4) Hemoroidektomi.
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis
dan dengan stadium III dan IV.

13
2.8 KOMPLIKASI
2.8.1 Perdarahan. Bila deras dan banyakakut dapat menjadi syok
hipovolemik, sedangkan perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia.
2.8.2 Inkarserasi dapat berkembang yang kemudian mengalami iritasi dan
infeksi sehingga dapat terjadi sepsis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1. Pengumpulan Data

a. Identitas Klien
Nama :
TTL/Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Golongan Darah :
Diagnosis medis :
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Alamat :
b. Identitas Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan Klien :

14
3.1.2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari keluhan utama,
keluhan saat dikaji, dan penyebab masuk RS. Keluhan utama
yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan
merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis. Pada bagian ini keluhan saat dikaji dikembangkan
dengan PQRST.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan
faktor predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid,
seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada
usus, dan riwayat diet rendah serat.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian ini ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang memiliki penyakit yang sama, riwayat penyakit turunan
dan, riwayat penyakit menular.
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik diperiksa head to toe. Pemeriksaan
survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat
menahan sakit. TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan,
seperti takikardi, peningkatan pernapasan. Data yang di fokuskan
adalah pada pemeriksaan bagian anus untuk melihat adanya
benjolan pada anus, kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus.
Dengan dilakukan pemeriksaan colok dubur. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Inspeksi pada bagian kulit perianal

15
a. Hemoroid eksternal tampak di kulit subkutan pada anus bila
terjadi akibat trombosis dan adanya massa perianal.
b. Prolaps hemoroid internal: agak basah, mukosa merah pada
bagian atas, mungkin timbul noda pada celana dalam.
3.1.4. Pola Aktivitas
Kaji kebiasaan sehari-hari klien :
a. Nutrisi dan metabolisme: kebiasaan makan rendah serat dan
kurang minum.
b. Eliminasi: konstipasi, nyeri saat BAB, darah segar.
c. Aktivitas: pekerjaan terlalu lama berdiri /duduk.
d. Pemeliharaan kesehatan: olahraga, penyakit dahulu.
3.1.5. Data Psikososial Dan Spiritual
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan,
serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan,
pengobatan, dan rencana pembedahan.
3.1.6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hematokrit dan adanya anemia.
b. Anoscopy
Pemeriksaan untuk mengetahui adakah terjadi pergeseran pada
organ dalam dibagian bawah yang menyebabkan hemoroid.
c. Sigmordscopy clan barium enema
Pemeriksaan pada usus /kolon sigmoid untuk mengetahui
adakah kanker atau inflamasi. Pemeriksaan ini penting
terutama pada klien umur > 40 tahun.
d. Proktoscopy
Pemeriksaan untuk melihat lokasi hemoroid internal yang ada
pada tiga tempat utama.
e. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi.

16
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan
bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan flsiologik saja atau tanda yang menyertai.
3.1.7. Therapi
Program therapi diberikan sesuai dengan anjuran dari dokter. Obat
diberikan untuk mengurangi gejala dan menghilangkan penyebab
masalah. Obat yang biasa diberikan untuk pasien dengan hemoroid
yaitu antihemoroid, analgetik, laksatif.
3.1.8. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Terdapat Konsumsi makanan rendah Nyeri Akut
kemungkinan pasien serat

mengeluh nyeri. Keluhan ↓

nyeri digambarkan dari apa Feses kecil dan mengejan


selama BAB
yang pasien rasakan.
DO : ↓

- TTV : Terdapat Penurunan relatif venous


return di daerah perianal
kemungkinan (efek torniquet)
meningkatnya

pernapasan dan denyut
Pelebaran dari vena-vena di
jantung. dalam pleksus hemoroidalis
- Saat dilakukan ↓
pemeriksaan DRE
Hemoroid
(Digital Rectum

Examination / Colok
Peradangan pleksus
Dubur) terdapat
hemoroidalis
benjolan didaerah anus

- Terdapat kemungkinan
Kompresi saraf lokal
Klien tampak meringis

menahan nyeri

17
Nyeri akut
2. DS : Terdapat Konsumsi makanan rendah Risiko
kemungkinan bahwa serat ketidakseimbangan
pasien ↓ nutrisi kurang dari
DO : Feses kecil dan mengejan kebutuhan
selama BAB
- Terdapat kemungkinan
penurunan berat badan ↓

pada pasien. Penurunan relatif venous


return di daerah perianal
(efek torniquet)

Pelebaran dari vena-vena di
dalam pleksus hemoroidalis

Hemoroid

Pelebaran dari vena-vena di


dalam pleksus hemoroidalis

Hemoroid

Anoreksia

Intake nutrisi tidak adekuat

Risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
3 DS : Terdapat Konsumsi makanan rendah Gangguan defekasi :
kemungkinan adanya serat Konstipasi
keluhan saat eliminasi ↓

DO : Sesuai keadaan Feses kecil dan mengejan

18
pasien selama BAB

Penurunan relatif venous
return di daerah perianal
(efek torniquet)

Pelebaran dari vena-vena di
dalam pleksus hemoroidalis

Hemoroid

Peradangan pleksus
hemoroidalis

Prolaps pleksus keluar anus

Gangguan defekasi :
Konstipasi
4 DS : Terdapat Hemoroid Pemenuhan informasi
kemungkinan pasien ↓
kurang mengetahui Peradangan pada pleksus
informasi mengenai hemoroidalis
penyakitnya. ↓
DO : Prolaps pleksus keluar anus

Tindakan medis atau
keperawatan

Respon Psikologis

19
Kecemasan

Pemenuhan Informasi

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


3.2.1 Nyeri b.d. kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
3.2.2 Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat.
3.2.3 Gangguan defekasi : konstipasi yang berhubungan dengan nyeri saat
defekasi
3.2.4 Pemenuhan informasi b.d. adanya intervensi kemoterapi, radiotetapi,
rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
3.2.5 Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree luka pascabedah.
3.2.6 Intoleransi aktivitas b.d. cepat lelah, kelemahan Iisik umum respons
sekunder dari anemia.
3.2.7 Kecemasan pasien dan keluarga b.d. prognosis penyakit, rencana
pembedahan.
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan pada setiap pasien berdasarkan SMART.
Dx : Nyeri b.d iritasi intestinal, respon pembedahan
Tujuan : Dalam waktu 3 jam nyeri haemoroid dan 2x 24jam pascabedah
nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau terdaptasi
- Skala nyeri 0-1 dari (0-4)
- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan menggunakan
dengan tindakan pereda nyeri relaksasi

20
nonfakmakologi dan dan nonfarmakologi lainnya telah
noninfasif. menunjukankeefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan, meliputi :
- Kaji nyeri dengan - Pendekatan PQRST dapat secara
pendekatan PQRST. komprehensif menggali kondisi
nyeri pasien. Apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 (0-4)
- Anjurkan melakukan - Rendam bokong dengan larutan PK
rendam bokong. dapat menurunkan kolonisasi jamur
pada area perianal sehingga
menurunkan stimulus gatal atau
nyeri pada haemoroid.
- Anjurkan mandi rendam - Mandi di bak mandi dengan air
air hangat hangat secara umum menurunkan
nyeri perianal. Kondisi ini akan
meningkatkan relaksasi sfingter dan
menurunkan spasme dari perianal
menjadi stimulus gatal atau nyeri
sehinggs dapat menurunkan respon
nyeri.
- Beri es pada kondisi nyeri - Pemberian es dapat meningkatkan
akibat trombus pada vasokontriksi lokal sehingga
haemoroid eksternal. menurunkan rangsang nyeri dari
trombus haemoroid
- Istirahatkan pasien pada - Istirahat secara fisiologis akan
saat nyeri muncul. menurunkan kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal.
- Atur posisi fisiologis. - Pengaturan posisi semifowler dapat

21
membantu merelaksasi otot-otot
abdomen pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulus nyeri dari luka
pascabedah.
- Ajarkan teknik relaksasi - Meningkatkan intake oksigen
pernafasan dalam pada sehingga akan menurunkan nyeri
saat nyeri muncul. sekunder dari penurunan oksigen
lokal.
- Ajarkan teknik distraksi - Distraksi ( pengalihan perhatian)
pada saat nyeri. dapat menurunkan stimulus internal.
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan yang akan dirasakan
tentang sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya dan
menghubungkan berapa lama dapat membantu mengembangkan
nyeri akan berlangsung. kepatuhan pasien terhadap rencana
teurapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian :
- Analgetik diberikan untuk
- Analgetik membantu menghambat stimulus
nyeri ke pusat persepsi nyeri di
korteks serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.
- Agen Antidiare - Agen Antidiare terkadang diperlukan
pada pasien untuk menurunkan efek
hipermotilitas.

Dx : Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostik, rencana


pembedahan , dan rencana perawatan di rumah
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
pasien tentang prosedur kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
diagnostik, pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai

22
haemoroid, dan rencana dengan kondisi individu pasien .
perawatan rumah. Dengan mengetahui tingkat
pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien dan
efktif.
Cari sumber yang Keluarga terdekat dengan pasien perlu
meningkatkan penerimaan dilibatkan dalam pemenuhan informasi
informasi. untuk menurunkan resiko
misinterpretasi terhadap informasi
yang diberikan.
Ajarkan toilet retraining toilet retraining dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien
bahwa kamar mandi bukanlah
perpustakaan. Pasien tidak harus
duduk di toilet cukup lama untuk
mengevakuasi isi usus dan tidak
berupaya untuk mengejan terlalu kuat
karena dapat menyebabkan haemoroid
membesar.
Jelaskan tentang skleroterapi Peran perawat mengklarifikasi
pemberian penjelasan medis mengenai
terapi skeloterapi. Skleroterapi adalah
penyuntikan larutan kimia ke area
pleksus hemoroidalis yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut sehingga tidak terjadi
lagi pelebaran vena.
Jelaskan tentang prosedur Operasi haemoroid biasanya dapat
pembedahan : dilakukan dengan menggunakan
anastesi lokal dengan obat penenang

23
IV. Regional atau teknik anastesi
umum juga digunakan.
- Diskusikan jadwal - Pasien dan keluarga harus
pembedahan. diberitahu waktu dimulainya
pembedahan. Apabila RS
mempunyai jadwal OK padat,
lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan mengenai
banyaknya jadwal operasi yang
telah ditetapkan sebelum
pasien.
- Persiapan administrasi dan - Pasien sudah menyelesaikan
informed consent. administrasi dan mengetahui
secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah
mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolektomi atau
kolostomi oleh tim bedah dan
menandatangani informed
consent.
- Persiapan intestinal. - Pagi hari sebelum pembedahan,
maka lakukan pemberian
laksatif salin ringan dan
pemberian dengan hati- hati
enema pembersih mungkin
cukup diberikan pada pasien.
- Persiapan puasa. - Puasa dilakukan minimal 6-8
jam sebelum dilakukan
pembedahan.
- Pencukuran area operasi. - Pencukuran area operasi
dilakukan secara hati-hati pada

24
area perianal.

Dx : Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana


pemulangan, dan rencana perawatan di rumah.
Intervensi Rasional
Persiapan istirahat tidur. Istirahat merupakan hal yang penting
untuk penyembuhan normal.
Kecemasan tentang pembedahan dapat
dengan mudah menggangu kemampuan
untuk istirahat tidur.
Beritahu pasien dan keluaga Pasien akan mendapat manfaat bila
kapan pasien sudah bisa mengetahui kapan keluarga dan
dikunjungi. temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan.
Beri informasi tentang Manajemen nyeri dilakukan untuk
manajemen nyeri peningkatan kontrol nyeri pada pasien.
keperawatan.
Berikan informasi pada pasien Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
dan keluarga yang akan melakukan perawatan rumah pasca
menjalani perawatan rumah, bedah dapat menurunkan resiko
meliputi : komplikasi dan dapat meningkatkan
kemandirian dalam melakukan masalah
yang sedang dihadapi.
- Anjurkan untuk - Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
intervensi pencegahan menurunkan resiko meliputi :
 Makanlah berbagai jenis buah
dan sayuran setiap hari
 Hindari mengongsumsi
makanann yang rendah serat.
Diet tinggi serat dapat
meningkatkan pasase feses
sehingga konsentrasi feses
lembek padat berbentuk dan

25
mudah serta tidak menstimulasi
pelebaran pleksus vena.
- Anjurkan untuk - Beberapa agen nyeri farmakologik
semampunya melakukan biasanya memberikan reaksi negatif
manajemen nyeri pada GI track
nonfarmakologik pada
saat nyeri muncul.
Anjurkan kunjungan berkala. Monitor gejala pasien secara sembuh
dan tidak memberi gejala
Berikan motivasi dan Intervensi untuk meningkatkan
dukungan moral. keinginan pasien dalam pelaksanaan
prosedur pengembalian fungsi
pascabedah kolostami

Dx : Perubahan eliminasi BAB: konstipasi yang berhubungan dengan


nyeri saat defekasi

Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam BAB tidak ada gangguan


Kriteria evaluasi :
- Pola BAB 1-2 x dalam satu hari
- Konsistensi feses lunak
- Warna feses kuning
- Tidak ada nyeri saat BAB
Intervensi Rasional
Anjurkan klien BAB segera Bila ada rangsang untuk BAB akan
bila ada rangsang. mengurangi klien untuk mengejan.
Anjurkan klien berolahraga Dengan olahraga dapat merangsang
otot otot dalam usus sehingga
secara teratur.
membantu feses untuk bergerak keluar
dengan cepat.
Anjurkan diet tinggi serat dan Makanan tinggi serat dapat
melancarkan proses defekasi
makan buah.

Hindari makanan yang Makanan yang menimbulkan konstipasi


memiliki banyak pati yang sulit dicerna
menimbulkan konstipasi,
oleh tubuh.
misalnya: bijian, pisang.

26
Monitor klien selama BAB Untuk mengetahui respon keluhan
Klien mengenai gangguan
pertama sebagai tanda dari
kelainan.

3.4 IMPLMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan
tidak lupa untuk di dokumentasikan serta dibubuhi tanda tangan.

3.5 EVALUASI PASIEN HEMOROID


Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
3.5.1 Informasi kesehatan terpenuhi
3.5.2 Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon
3.5.3 Nyeri berkurang atau teradaptasi
3.5.4 Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
3.5.5 Infeksi luka operasi tidak terjadi
3.5.6 Kecemasan berkurang
3.5.7 Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
3.5.8 Peningkatan aktivitas.
3.5.9 Fungsi tubuh klien normal.
3.5.10 Eliminasi adekuat, tidak teriadi konstipasi dan perdarahan.
3.5.11 Klien tidak merasakan nyeri, perdarahan dan prolaps hemoroid.
3.5.12 Nutrisi klien adekuat
a. Klien makan dengan tinggi serat dan buah-buahan.
b. Tingkat pertambahan berat badan normal.

27
BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 KESIMPULAN
Hemoroid atau lebih sering dikenal dengan sakit ambeien adalah
keluarnya daging dari anus (dubur) karena buang air besar yang keras dan
berulang-ulang dan sering kali disertai darah karena terluka. Hemoroid
ini .Asuhan keperawatan pada gangguan pencernaan dengan diagnosa
medis hemoroid dilakukan dengan proses keperawatan yang dimulai
dengan Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
Dalam Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis
didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit, riwayat
diet rendah serat, minuman beralkohol, riwayat peradangan pada usus.
Pada pengkajian pemeriksaan fisik melihat adanya benjolan pada anus,
kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Kemudian pada, Diagnosa
keperawatan harus sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia ( SDKI ). Pada Perencanaan Keperawatan juga harus
memprioritaskan kebutuhan.
4.2. REKOMENDASI
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa keperawatan penting untuk melakukan
upaya preventif maupun promotif dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan ( penkes ) kepada keluarga, teman-
teman, maupun masyarakat sekitar tentang pentingnya
makanan yang berserat dan minum air putih yang cukup agar
tidak terjadi konstipasi dan menghindari minuman
beralkohol.
4.2.2 Bagi Pembaca

28
Dengan literatur ini, diharapkan pembaca dapat
meningkatkan pengetahuan kesehatannya dan lebih menjaga
kesehatannya agar tidak terkena penyakit hemoroid.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Diyono. Mulyanti, Sri. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Adwilia, Pratiwi (2017) Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Hemoroid


Di Rumah Sakit Tingkat Iii Dr Reksodiwiryo Padang. Diploma Thesis,
Universitas Andalas. Http://Scholar.Unand.Ac.Id/25260/ Diakses Pada 2
September 2019 Pukul 10.15 Wib

Fridolin, W. Et All (2015) Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hemoroid Pada Pasien Di Rsud Dr Soedarso Pontianak Periode Januari
2014 - Agustus 2015. Https://Repository
.Unmuhpnk.Ac.Id ( Diakses Pada 6 September 2019 ).

Putra, O. Pola Distribusi Kasus Hemoroid Di Rsud Dokter Soedarso Pontianak


Periode Januari 2009-Desember 2012. Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Tanjungpura Pontianak. 2012

Johnson, M 2018. Grade 4 hemorrhoid guide.


https://senvie.com/blogs/senvie/grade-4-hemorrhoid-guide diakses pada
10 September 2019
https://images.app.goo.gl/GBR7uYDdvN83YG5F8 diakses pada tanggal 10
September 2019

29
30

Anda mungkin juga menyukai