OLEH :
NIM : 092STYC17
MATARAM
2019
I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan tentang peran manajemen risiko dalam patien.
Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki laporan ini.
Akhir kata saya berharap semoga laporan tentang peran manajemen risiko
dalam pasien ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
8
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................i
Kata Pengantar…………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian…………………………………………………...............3
B. Anatomi fisiologi...............................................................................3
C. Klasifikasi…………………………………………………………....5
D. Etiologi ………………………………………………………...........6
E. Manifestasi klinis………………………………………………….....6
F. Patofisiologis…………………………………………………...........7
G. WOC...................................................................................................9
H. Komplikasi........................................................................................10
I. Pemeriksaan penunjang……………………………………………..11
J. Penatalaksanaan Medis……………………………………………...11
K. Penatalaksanaan keperawatan ……………………………………....12
L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………..14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….....24
B. Saran…………………………………………………………….......24
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan
anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi
usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang
berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) .
Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The
Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai
orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara
kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang
menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya
saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan
dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam
hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap
secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang
begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam
bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan
pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun
selama tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes)
1
DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu
mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus.
Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan 18.835
kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639
kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah
kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak
3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan
720 kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta
Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi
penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah
kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air,
kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan,
serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit
seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan
memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali
kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi Pada Kasus DHF”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
1
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan kasus DHF
2. Tujuan Khusus
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengangejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua
B. Anatomi fisiologi
dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume
Bila darah lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang
1
Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.Sel darah putih yang
2. Struktur Sel
b) Plasma
1
Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi
untuk
membantu metabolisme.
C. Klasifikasi
D. Etiologi
indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak
1
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
E. Manifestasi klinik
6. Sakit kepala
menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan
lemah).
2. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan
demam ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba- tiba dan
dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual dam muntah dan ruam-
ruam.
1
3. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang disertai
4. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,
pada bayi.
F. Patofisiologi
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal
diseluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
1
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
1
G. WOC
Hipoksia jaringan
Kekurangan
volume cairan
1
H. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Kegagalan sirkulasi
1
3. Hepatomegali
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besardan
4. Efusi pleura
Efusipleurakarenaadanyakebocoranplasmayangmengakibatkan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusipleura akan terjadi
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a) Trombosit menurun
f) Hiponatremia( NA rendah )
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
J. Penatalaksanaan medis
1
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
kompres
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander
(20– 30 ml/ kg BB )
K. Penatalaksanaan Keperawatan
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
1
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
8. Resiko Perdarahan
Berikan kompres
1
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
1. Biodata
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan
Apakah ada riwayat keluarga yang menderita sakit yang sama dengan
1
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
1) Sistem Pernapasan
ronchi, krakles.
2) Sistem Integumen.
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
b. Eliminasi
1
c. Aktivitas – Latihan
d. Istirahat tidur
e. Kognitif- perseptual
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
g. Seksual reproduksi
1
i. Nilai kepercayaan
kepercayaan spiritual
B. Diagnosa Keperawatan
(viremia).
1
C. Rencana Keperawatan
1
2 Kurangnya volume cairan Fluid balance 1. Timpang popok jika
tubuh b/d peningkatan Hydration diperlukan
permeabelitas dinding Nutritional status : 2. Pertahankan catat
plasma food and fluid intake intake dan output yang
Kriteria hasil : akurat
- Mempertahankan urine 3. Monitor status
output sesuai dengan dehidrasi (kelembaban
usia dan BB, BJ urine membran mukosa, nadi
normal, HT normal adekuat,) jika
- Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam batas 4. Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
- Tidak ada tanda-tanda hitung intake kalori
dehidrasi, elastisitas harian
tugor kulit baik, 5. Kalaborasikan
membran mukosa pemberian cairan IV
lembab, tidak ada rasa 6. Monitor status nutrisi
haus yang berlebihan 7. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
8. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
9. Kolaborasi denagn
dokter
10. Monitor tingkat Hb,
dan hematokrit
11. Monitor BB
12. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
1
tubuh Berhubungan Food and Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
dengan mual,muntah, Weight control gizi untuk menentukan
anoreksia Kriteria hasil : jumlah kalori dan
- Adanya peningkatan nutrisi yang di
berat badan sesuai butuhkan klien
dengan tujuan 3. Yakinkan diet yang
- Berat badan ideal akan dimakan
sesuai dengan tinggi mengandung tinggi
badan serat untuk mencegah
- Mampu konstipasi
mengidentifikasi 4. Ajarkan pasien
kebutuhan nutrisi bagaimana membuat
- Tidak ada tanda-tanda catatan makanan
malnutrisi harian.
- Menunjukan 5. Monitor adanya
peningkatan fungsi penurunan BB dan gula
pengecapan dari darah
menelan 6. Monitor lingkungan
- Tidak terjadi saat makan
penurunan berat 7. Jadwalkan pengobatan
badan yang berarti dan tindakan tidak
selama jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
1
konjungtiva
12. Monitor intake nutrisi
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan
15. Atur posisi semifowler
atau fowler tinggi
selama makan
16. Anjurkan banyak
minum
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan
kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien. Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan
apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan
1
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan
rencana keperawatan tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis
stasus klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
1
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di
sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang
lebih lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan
pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok
Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.
Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di
ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,
menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
1
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung
Seto. Jakarta