Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI PADA KASUS DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)
DI RUANG TUNJUNG 1 RSUD PRAYA LOMBOK TENGAH

OLEH :

NAMA : SRI ARLIZA FEBRIANI

NIM : 092STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan tentang peran manajemen risiko dalam patien.

Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki laporan ini.

Akhir kata saya berharap semoga laporan tentang peran manajemen risiko
dalam pasien ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, 06 Juli 2019

8
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................i

Kata Pengantar…………………………………………………………………ii

Daftar Isi……………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…………………………………………………...............3
B. Anatomi fisiologi...............................................................................3
C. Klasifikasi…………………………………………………………....5
D. Etiologi ………………………………………………………...........6
E. Manifestasi klinis………………………………………………….....6
F. Patofisiologis…………………………………………………...........7
G. WOC...................................................................................................9
H. Komplikasi........................................................................................10
I. Pemeriksaan penunjang……………………………………………..11
J. Penatalaksanaan Medis……………………………………………...11
K. Penatalaksanaan keperawatan ……………………………………....12
L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan………………………………..14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….....24
B. Saran…………………………………………………………….......24

Daftar Pustaka

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan
anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi
usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang
berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) .
Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The
Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai
orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara
kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang
menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara
bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya
saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan
dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam
hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap
secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang
begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam
bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan
pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun
selama tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes)

1
DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu
mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus.
Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan 18.835
kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639
kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah
kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut
jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak
3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan
720 kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta
Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi
penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya,
preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah
kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air,
kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan,
serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit
seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan
memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali
kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi Pada Kasus DHF”.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

1
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan kasus DHF

2. Tujuan Khusus

1) Untuk dapat menjelaskan pengertian DHF.


2) Untuk dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
3) Untuk dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
4) Untuk dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
5) Untuk dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
6) Untuk dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
7) Untuk dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
8) Untuk dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
9) Untuk dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan
DHF

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Demam berdarah dengue adalah suatau penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti (Suriadi & Yuliana, 2006).

DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengangejala

utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua

hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )

B. Anatomi fisiologi

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah

dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume

darah manusia ± 7-8 % dari berat badan. (Lauralee Sherwood : 2011)

Bila darah lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang

tertinggal dinamakan serum.

Anatomi Fisiologi (Syaiffudin, 2011: Hal. 4)

1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:

a) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan

mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen.Sel darah merah

: Kekurangan eritrosit, Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.

b) Leukosit (sel darah putih)

Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan

penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut.

1
Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.Sel darah putih yang

mengandung inti, normalnya 5.000 – 9.000 sel/mm³.

c) Trombosit (sel pembeku darah)

Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam

peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara

200.000 – 300.000/mm³ darah.

2. Struktur Sel

a) Membran sel (selaput sel)

Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-

10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus

gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat

yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur

hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.

b) Plasma

Terdiri dari beberapa komponen yaitu :

 Air membentuk 90 % volume plasma

 Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan

darah serta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).

 Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2

berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah

sehingga fungsi normal jaringan tubuh.

 Zat-zat makanan sebagai makanan sel.

1
 Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi

untuk

membantu metabolisme.

 Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri

 Sesuai produk jaringan : urea, asam urat dan kreatinin

C. Klasifikasi

Klasifikasi derajad DBD menurut WHO :

Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya


manifestasi perdarahan adalah uji turniquet positif
Derajat 2 Derajad 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan / atau
perdarahan lain
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi lembab, dan
pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di
ukur.
Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis hal : 164

D. Etiologi

Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4

serotipe virus yaitu DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di

indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan

antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak

dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3

1
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat

ditemukan diberbagai daerah di indonesia (Sudoyo Aru, 2011).

E. Manifestasi klinik

Menurut Khair 2013, tanda dan gejalanya adalah :

1. Demam tinggi 5-7 hari

2. Perdarahan , terutama perdarahan bawah kulit, ptekie, hematoma

3. Epistaksi, hemamelena, hematuria

4. Mual, muntah diare, konstipasi, tidak ada nafsu makan

5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.

6. Sakit kepala

7. Pembengkakan sekitar mata

8. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening

9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,tekanan darah

menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan

lemah).

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa :

1. Demam disertai ruam-ruam makulopapular

2. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan

demam ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba- tiba dan

berlangsung selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri

dibelakang mata, nyeri sendi dan otot, mual dam muntah dan ruam-

ruam.

1
3. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang disertai

bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva

4. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,

nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut

5. Kadang-kadang demam mencapai 40-41◦C dan terjadi kejang demam

pada bayi.

F. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang

jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal

diseluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah

pada kulit. Kelainan juga dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat

anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga

cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran

plasma akibat pembesaran plasama terjadi pengurangan volume plasma yang

menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistemreikulo endotel bisa

terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti bodiyang akhirnya bisa

menyebabkan anaphylaxia (Price dan Wilson, 2010).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknyasaat

renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang

1
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat

kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia

jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan inibiasanya

pada hari ke-3 dan ke-7 (Sudoyo, 2011).

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan

depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia,yang berlanjut

akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan

koagulasi dan akhirnya sampai pada perdarahan. Reaksi perdarahan pada

pasien DHF diakibatkan adanya gangguan pada hemostasis yang mencakup

perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3),menurunnya

fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin,faktor V, IX, X

dan fibrinogen). Perdarahan yang terjadi seperti peteke,ekimosis, purpura,

epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus

gastrointestinal Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa

menyebabkan terjadi saat renjatan (Price dan Wilson, 2010).

1
G. WOC

Arbovirus (melalui nyamuk beredar dalam aliran infeksi virus


Aedes aegypti) darah dengue (viremia)

PGE2 hipothalamus membentuk & mengaktifkan sistem


Melepaskab zat C3a,C5a komplemen

v Peningkatan reabsorbsi permeabilitas membran


Hipertermi
Na+ dan H2O meningkat

kerusakan endotel resiko syok


Pembuluh darah hipovolemik

Merangsang & renjatan hipovolemik abdomen


Mengaktivasi faktor& hipotensi

Pembekuan yang meluas pada


intravaskuler DIC mual, muntah

Resiko perfusi jaringan Ketidak seimbangan


Tidak efektif nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Hipoksia jaringan

Kekurangan
volume cairan

Sumber : NANDA NIC NOC 2015

1
H. Komplikasi

Komplikasi DHF menurut Smeltzer dan Bare (2012) adalah perdarahan,

kegagalan sirkulasi, Hepatomegali, dan Efusi pleura.

1. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan

jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati,

trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnyamegakoriosit muda

dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hiduptrombosit. Tendensi

perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,peteke, purpura, ekimosis,

dan perdarahan saluran cerna, hematemesisdan melena.

2. Kegagalan sirkulasi

DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7,

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga

terjadikebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan

peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang

mengakibatkanberkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,

miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi

ataukegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai

dengan kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan curah

jantung menurun, sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia jaringan

dan kerusakan fungsi sel secara progresifdan irreversibel, terjadi kerusakan

sel dan organ sehingga pasien akanmeninggal dalam 12-24 jam.

1
3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungandengan

nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel

kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besardan

lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virusantibody.

4. Efusi pleura

Efusipleurakarenaadanyakebocoranplasmayangmengakibatkan

ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan

adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusipleura akan terjadi

dispnea, sesak napas

I. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :

a) Trombosit menurun

b) Hematokrit meningkat 20% atau lebih

c) Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga

d) Kadar albumin menurun dan bersifat sementara

e) Hipoproteinemia( Protein darah rendah )

f) Hiponatremia( NA rendah )

2. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di

dapatkan efusi pleura.

J. Penatalaksanaan medis

1. DHF Tanpa Renjatan

1
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )

- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres

- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit

kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb

( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.

- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

2. DHF Dengan Renjatan

- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan

- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander

(20– 30 ml/ kg BB )

- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

K. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam

2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

3. Observasi intake output

4. Diet makan lunak

5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap

3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2

liter per hari, beri kompres.

6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,

Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan

darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

1
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2

pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi

productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

8. Resiko Perdarahan

 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena

 Catat banyak, warna dari perdarahan

 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

9. Peningkatan suhu tubuh

 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

 Beri minum banyak

 Berikan kompres

1
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama

dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah

sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan

nafsu makan menurun.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan

nafsu makan menurun.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah dahulu klien pernah menderita penyakit yangsama?

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat keluarga yang menderita sakit yang sama dengan

klien.Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain

sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

1
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti

kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti

airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

f. Riwayat Tumbuh Kembang

Pengkajian Per Sistem:

1) Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar

ronchi, krakles.

2) Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat

positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat

terjadi perdarahan spontan pada kulit.

3. Pola Pengkajian secara fungsional :


a. Nutrisi-Metabolik

Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi

makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan

suplemen, vitamin makanan.Masalah nafsu makan, mual, rasa panas

diperut, lapar dan haus berlebihan.

b. Eliminasi

Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola

BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.

1
c. Aktivitas – Latihan

Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan

energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah,

atau tempat sakit.

d. Istirahat tidur

Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi

periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat

tidur, masalah yang dirasakan saat tidur.

e. Kognitif- perseptual

Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan

dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah

dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan

f. Konsep diri-persepsi diri

Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,

kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran

g. Seksual reproduksi

Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau

ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual

h. Koping toleransi stress

Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi

atau koping terhadap stress

1
i. Nilai kepercayaan

Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan,

dankepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan

kepercayaan spiritual

B. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit

(viremia).

2. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual, muntah, anoreksia.

1
C. Rencana Keperawatan

No Dx Keperawatan NOC NIC


1 Hipertermi b/d proses  Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
infeksi virus dengue Kriteria Hasil : mungkin
- Suhu tubuh dalam 2. Monitor IWL
rentang normal 3. Monitor warna dan
- Nadi dan RR suhu kulit
dalam rentang 4. Monitor tekanan
normal darah, nadi dan RR
- Tidak ada 5. Monitor penurunan
perubahan warna tingkat kesadaran
kulit dan tidak ada 6. Monitor WBC, Hb, dan
pusing, merasa Hct
nyaman 7. Berikan anti piretik
8. Selimuti pasien
9. Berikan cairan intraven
10. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
Temperature regulation
11. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
12. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
13. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14. Berikan anti piretik jika
perlu
15. Monitor TD, nadi,
suhu,

1
2 Kurangnya volume cairan  Fluid balance 1. Timpang popok jika
tubuh b/d peningkatan  Hydration diperlukan
permeabelitas dinding  Nutritional status : 2. Pertahankan catat
plasma food and fluid intake intake dan output yang
Kriteria hasil : akurat
- Mempertahankan urine 3. Monitor status
output sesuai dengan dehidrasi (kelembaban
usia dan BB, BJ urine membran mukosa, nadi
normal, HT normal adekuat,) jika
- Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam batas 4. Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
- Tidak ada tanda-tanda hitung intake kalori
dehidrasi, elastisitas harian
tugor kulit baik, 5. Kalaborasikan
membran mukosa pemberian cairan IV
lembab, tidak ada rasa 6. Monitor status nutrisi
haus yang berlebihan 7. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
8. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
9. Kolaborasi denagn
dokter
10. Monitor tingkat Hb,
dan hematokrit
11. Monitor BB
12. Dorong pasien untuk
menambah intake oral

3 Ketidakseimbangan nutrisi  Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi


kurang dari kebutuhan nutrient intake makanan
 Nutritional Status :

1
tubuh Berhubungan Food and Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli
dengan mual,muntah,  Weight control gizi untuk menentukan
anoreksia Kriteria hasil : jumlah kalori dan
- Adanya peningkatan nutrisi yang di
berat badan sesuai butuhkan klien
dengan tujuan 3. Yakinkan diet yang
- Berat badan ideal akan dimakan
sesuai dengan tinggi mengandung tinggi
badan serat untuk mencegah
- Mampu konstipasi
mengidentifikasi 4. Ajarkan pasien
kebutuhan nutrisi bagaimana membuat
- Tidak ada tanda-tanda catatan makanan
malnutrisi harian.
- Menunjukan 5. Monitor adanya
peningkatan fungsi penurunan BB dan gula
pengecapan dari darah
menelan 6. Monitor lingkungan
- Tidak terjadi saat makan
penurunan berat 7. Jadwalkan pengobatan
badan yang berarti dan tindakan tidak
selama jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan

1
konjungtiva
12. Monitor intake nutrisi
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan
15. Atur posisi semifowler
atau fowler tinggi
selama makan
16. Anjurkan banyak
minum

D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan
kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien. Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan
apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan

1
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan
rencana keperawatan tercapai atau tidak.

2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis
stasus klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).

1
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di
sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang
lebih lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan
pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok
Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.
Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di
ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,
menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

1
Daftar Pustaka

Agustiani, Nurlinda. 2010. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.

Yogyakarta : Media Action Publishing.

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung

Seto. Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai