R DENGAN
DIAGNOSA IHD DI RUANG DAHLIA RSUD UNGARAN
Oleh:
Kelompok Ungaran 1 B
Frischa Cicilia G.
Kristian Adi S.
Melis Hasan
Moh. Irsyad Al. Asyrofy
Monica Sedubun
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami
selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. R Dengan Diagnosa IHD Di Ruang Dahlia Rsud
Ungaran” sebagai tugas kelompok stase KMB dalam profesi Ners.
Studi kasus ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik
buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, artikel-artikel nasional dan
internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada
umumnya.
Tujuan dari penulisan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa semakin
memahami tentang Asuhan Keperawatan Maternitas (Pengkajian hingga evaluasi
keperawatan) dalam Stase Maternitas. Kami berterima kasih kepada kepala
ruangan Dahlia, Bapak Purwanto, dan dosen Stase KMB, Ns. Amrih Widiati, M.
Kep yang telah memberi kami tugas ini dan teman-teman kelompok yang telah
membantu menyesaikan makalah ini.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan. Dan
penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis
merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang. Penulis
mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi perbaikan yang
selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan. kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil di sebut dengan masa nifas. Masa nifas berlangsung selama 6-
8 minggu. Selma masa nifas perlu diperhatikan ibu, karena angka kematian
pada ibu 359 per 100.000 kelahiran terjadi pada masa nifas (kementrian
kesehatan RI, 2014). KI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti
pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari
laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penyebab dari meningkatnya angka kematian ibu yaitu adanya komplikasi
yang dialami oleh ibu. Berdasarkan laporan WHO (2013), kematian ibu di
dunia disebabkan pre-eklamsi 28%, perdarahan 27%, eklampsi 14%, aborsi
tidak aman 8%, infeksi 11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2012) kasus obstetrik terbanyak
(56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas
lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Penyebab
kematian terbesar adalah pre eklampsi dan eklampsi dengan case fatality rate
(CFR) 2,35%, proporsi kasusnya 49 % dari keseluruhan kasus obstetri. Di
Indonesia angka kejadian operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah
sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadi
kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991
sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan sesar di kota jauh lebih
tinggi dibandingkan di desa yaitu 11 persen dibandingkan 3,9 persen. Hasil
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sesar
1
sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai
dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah
di Sulawesi Tenggara (3,3%).
Perawatan pada ibu postpartum perlu diperhatikan. Perawatan Perawatan
masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi
dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk
kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, serta kondisi
psikologis ibu. Perawatan pada postpartum ini sangat berfungsi untuk
peningkatan kesehatan pada ibu sehingga lebih mudah dalam merawat
anaknya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk
mendapatkan gambaran umum tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. R
Dengan Diagnosa Ihd Di Ruang Dahlia Rsud Ungaran” Di Ruang Dahlia
RSUD Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pasien Ischemic Heart Desease
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan
Ischemic Heart Desease
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Ischemic Heart Desease
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien Ischemic Heart Desease
e. Mahasiswa mampu menerapakan rencana keperawatan yang nyata
pada pasien Ischemic Heart Desease
f. Mahasiswa mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan
yang telah dilakukan pada pasien Ischemic Heart Desease
2
BAB II
KONSEP DASAR
Ischemic Heart Desease
A. Pengertian
Ischemic Heart Disease (IHD) atau penyakit jantung ischemik adalah
ketidakseimbangan antara kebutuhan perfusi jantung dan pasokan darah
teroksigenasi dari arteri koronaria. Hasilnya bisa berupa iskemia miokard
transien (angina) atau ischemia berkepanjangan yang mengakibatkan
kerusakan miosit (sindrom koroner akut). (Brashers. 2012)
Ischaemic Heart Disease (IHD) yaitu penyakit yang ditandai dengan
iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantungyang menyebabkan nyeri di
bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan dapat menjalar ke
lengan serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit
karena plak ateromatosa. Jika pengobatan dengan obat-obatan vasodilator
tidak berhasil, operasi bypass perlu dipertimbangkan.
B. Etiologi
1. Faktor-faktor yang tak dapat dimodifikasi
a. Genetis
b. Usia dan Gender
2. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi
a. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
b. Stress merokok
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes miletus (DM)
f. Kebiasaan dan kelebihan mengkonsumsi alkohol
g. Kurang berolahraga
3
C. Factor Resiko
Faktor risiko penyakit jantung koroner ada yang membaginya dalam faktor
risiko primer (independen) dan sekunder (Krismi, 2012), yaitu:
1. Faktor risiko primer, Faktor ini dapat menyebabkan gangguan arteri
berupa aterosklerosis tanpa harus dibantu oleh faktor lain (independen),
termasuk faktor risiko primer, yaitu hiperlidemi, merokok, dan hipertensi.
2. Faktor risiko sekunder, Faktor ini baru dapat menimbulkan kelainan arteri
bila ditemukan faktor lain secara bersamaan, termasuk factor risiko
sekunder, yaitu diabetes melitus (DM), obesitas, stres, kurang olah raga,
alkohol, dan riwayat keluarga.
D. Patofisiologi
Perubahan awal terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis.
Perubahan intermediate Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen
arteri koroner epikardium. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah
sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini
disebut Iskemia dan manifestasinya dapat berupa Angina atau nyeri pada dada
akibat kerja jantung yang meningkat. Perubahan akhir terjadi ruptur pada ‘cap’
atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi suatu situasi yang tidak
stabil dan bebagai macam manifestasi klinik seperti Angina at rest atau Infark
Miokard. Dengan terpaparnya isi plak dengan darah, akan memicu
serangkaian proses platetel agregasi yang pada akhirnya akan menambah
obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut.
Iskemia miokard, peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan
pada fungsi diastolik, lalu kemudian pada fungsi sistolik. Menyusul dengan
perubahan impuls listrik (gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan
Infark Miokard.
1. Angina stabil : Bila obstruksi pada arteri koroner ≥ 75%
2. Unstable angina : Bila terjadi ruptur dari plak ateromatosa
3. Angina Prinzmetal : Bila terjadi vasospasme dari arteri koroner utama
4
Pathway
9
E. Tanda dan Gejala
Gejala yang sering timbul pada IHD yaitu Angina, merupakan rasa tidak
nyaman atau rasa sakit pada dada. Rasa sakit ini timbul akibat berkurangnya
suplai O2 ke jantung. Kadang IHD tidadak menimbulkan gejala (silent
ischemia). Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual,
sesak napas, perasaan melayang dan pingsan (sinkop).
Ciri-ciri angina :
1. Dada terasa tertekan oleh suatu benda berat atau seperti diremas. Hal ini
terasa hingga ke leher, lengan, perut, punggung atas.
2. Rasa sakit biasanya timbul jika sedang melakukan aktivitas atau sedang
dalam keadaan emosi tidak stabil. Rasa sakit ini dapat hilang dengan
beristirahat atau dengan pemberian Nitroglycerin.
3. Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan hipertensi, pembesaran
jantung dan kelainan bunyi jantung dan bising jantung.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang
konveks dan diikuti gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q
menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).
2. Laboratorium
a. Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini
terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke
dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/mL.
b. SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test). Nomal kurang dari
12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
c. LDH (Lactic De-Hydrogenase). Normal kurang dari 195 mU/mL.
kadar enzim biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
3. Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan
kadang Hiperglikemi ringan.
4. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
10
5. Radiology : Pembesaran jantung.
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis iskemik miokard dengan angina pectoris
adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan
supai oksigen. Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskulaisasi suplai
darah jantung melalui jalan pintas arteri koronaria atau angioplasty koroner
transluminal perkutan (PTCA = percutaneus transluminal coronary
angioplasty). Biasanya dikombinasikan antara terapi medis dan pebedahan.
1. Istirahat total
2. Diet makanan lunak/saing serta rendah garam
3. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena
4. Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal
5. Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan
arteri
6. Oksigen 2-4 l/menit
7. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4x 2-5 mg perhari. Pada insomnia dapat
ditambah fluratepam 15-30 mg
8. Anti koagulan.
9. Pain Managemen : Morfin 2,5 – 5 mg atau petidin 25-50 mg/m bisa
diulang-ulang. Lain-lain: nitra, antagonis kalsium, dan beta bloker
10. Resusitasi jantung paru bila terjadi fibrilasi jantung : Heparin 20.000-
40.000 u/24jam iv tiap 4-6jam/drip iv dilakukan sesuai indikasi.
Diteruskan aseta kumoral/walfin
G. Komplikasi
1. Aritmia sering timbul 24 jam pertama
a. Aritmia ventrikuler : PVC/VES premature ventricle contraction/
entricle extra systole. PVC/VES sering timbul pada iskemik jantung
dan sering mendahului. VT (ventricle tachicardia) atau VF (ventricle
fibrillation).
11
b. Aritmia supraventrikuler: Sinus takikardi – sering pada iskemik
jantung dan berkaitan dengan adanya gagal jantung. Hipoksemia,
nyeri, cemas, febris, hipovolemia atau akibat obat terapi ditujukan
pada penyebab dasar. Atrial flutter dan atrial fibrilastion (AF) juga
dapat digunakan cardioversi 50-100 joule ataupun obat-obatan.
c. Bradikardia: Gangguan konduksi atrioventrikuler dalam bentuk AV
block derajat I, II dan III. AV block dan perlu pemacu jantung
sementara.
2. Hipertensi
3. Gangguan hemodinamik : gagal jantung kiri
4. Komplikasi mekanik
a. Perluasan iskemik
b. Regurgitasi mitral
c. Rupture septum intr ventrikuler
5. Iskemia berulang dan infark berulang
6. Komplikasi pericardial
a. Perikarditis akut
b. Oresster syndrome
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Nitrogliserin : Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk
menangani angina pectoris. Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan
konsumsi oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia dan
mengurangi nyeri angina.
b. Penyekat beta-adrenergik.
Propanolol hidroklorit (inderal) masih merupakan obat pilihan. Obat
ini berfungsi untuk menurunkan konsumsi oksigen dengan
menghambat impuls simpatis ke jantung.
c. Propanolol
12
Bila propanolol diberikan, maka tekanan darah dan frekuensi jantung
harus dipantau (dengan pasien pada posisi tegak) 2 jam setelah
pemberian obat.
d. Antagonis ion kalsium / penyekat kanal.
Secara fisiologis, ion kalsium berperan ditingkat sel mempengaruhi
kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam stimulasi listrik
jantung.
2. Control terhadap factor resiko
Pasien harus berhenti merokok, karena merukok dapat mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja
keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung.
3. Cara herbal
Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit
jantung dan penyakit kardiovaskuler yang sudah melalui berbagai
penelitian oleh para ahli antara lain :
a. Daun mengkudu
Sehubungan dengan penyakit jantung dan stroke, Neil Solomon dari
Amerika serikat, melalui penelitiannya mengungkapkan adanya
senyawa fitonutrien yaitu scopoletin. Senyawa ini berfungsi untuk
memperlebar saluran pembuluh darah akibat aterosklerosis dan emboli.
b. Bawang putih
Hal ini disebabkan ekstrak bawang putih yang dikombinasikan dengan
vitamin B-12, asam folat, vitamin B-6 dan L-arginin dapat mencegah
munculnya aterosklerosis atau penebalan jaringan dinding pembuluh
darah.
c. Jamur kuping
Peneliti dari cina Zhao Guang mengungkapkan hal yang sama bahwa
jamur kuping bermanfaat dalam menurunkan kekentalan darah serta
mencegah penyumbatan pembuluh darah terutama di otak. Peneliti ini
13
menyarankan mengkonsumsi jamur kuping sebanyak 5 – 10 gram
setiap hari.
d. Terung
Kandungan asam folat yang terkandung dalam terung membantu
menurunkan kadar homosistein darah.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles
Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. TD meningkat / menurun
Disabillity
a. Kesadaran : composmentis
b. Pupil : isokor
2. Pengkajian Sekunder
Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri dada bila bekerja
Menjadi terbangun bila nyeri dada
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan.
Makanan/ cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati / epigastrium saat makan.
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke
14
rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada kiri
dari pada kanan).
Tanda : Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada
midsternum, memijat tangan kiri, tegangan otot, gelisah.
Pernapasan
Eliminasi
Hygiene
15
J. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas NOC: NIC:
tidak efektif Respiratory status : Ventilation Berikan O2
berhubungan dengan Respiratory status : Airway patency Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
obstruksi jalan nafas Aspiration Control dalam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien Posisikan pasien untuk memaksimalkan
menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : ventilasi
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sianosis dan dyspneu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Menunjukkan jalan nafas yang paten Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Saturasi O2 dalam batas normal tambahan
Berikan bronkodilator :
Berikan antibiotik :
Monitor respirasi dan status O2
16
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kelebihan Volume NOC : NIC :
Cairan Electrolit and acid base balance Pertahankan catatan intake dan output
Berhubungan dengan Fluid balance yang akurat
mekanisme pengaturan Hydration Pasang urin kateter jika diperlukan
melemah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume
Monitor hasil lab yang sesuai dengan
cairan teratasi dengan kriteria:
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
urin )
Terbebas dari distensi vena jugularis,
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan
Berikan diuretik sesuai interuksi
Kolaborasi pemberian obat:
Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala dari odema
17
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam
Ketidakseimbangan Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
antara suplei oksigen Konservasi eneergi Kaji adanya faktor yang menyebabkan
dengan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien kelelahan
bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Monitor nutrisi dan sumber energi yang
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan adekuat
darah, nadi dan RR Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri dan emosi secara berlebihan
Keseimbangan aktivitas dan istirahat Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan progran terapi
yang tepat.
18
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan Cardiac Pump effectiveness Evaluasi adanya nyeri dada
irama jantung Circulation Status Catat adanya disritmia jantung
Vital Sign Status Catat adanya tanda dan gejala penurunan
Tissue perfusion: perifer cardiac putput
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24jam penurunan kardiak output klien Monitor balance cairan
teratasi dengan kriteria hasil: Atur periode latihan dan istirahat untuk
Tanda Vital dalam rentang normal menghindari kelelahan
Tidak ada penurunan kesadaran Anjurkan untuk menurunkan stress
AGD dalam batas normal Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Tidak ada distensi vena leher Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
19
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Self Care assistane : ADLs
kelemahan dan kelelahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Defisit Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: perawatan diri yang mandiri.
Klien terbebas dari bau badan Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
ADLs berhias, toileting dan makan.
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
20
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: agen injuri Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis pain control, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak presipitasi
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Observasi reaksi nonverbal dari
Mampu mengontrol nyeri Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan ketidaknyamanan
menggunakan manajemen nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang menemukan dukungan
Tanda vital dalam rentang normal Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
21
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Mual berhubungan NOC: NIC :
dengan nyeri jantung Comfort level Fluid Management
Hidrasil - Pencatatan intake output secara akurat
Nutritional Status - Monitor status nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. mual pasien teratasi - Monitor status hidrasi (Kelembaban
dengan kriteria hasil: membran mukosa, vital sign adekuat)
Melaporkan bebas dari mual - Anjurkan untuk makan pelan-pelan
Mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi mual - Jelaskan untuk menggunakan napas
Nutrisi adekuat dalam untuk menekan reflek mual
Status hidrasi: hidrasi kulit membran mukosa baik, tidak ada rasa haus - Batasi minum 1 jam sebelum, 1 jam
yang abnormal, panas, urin output normal, TD, HCT normal sesudah dan selama makan
- Instruksikan untuk menghindari bau
makanan yang menyengat
- Berikan terapi IV kalau perlu
- Kelola pemberian anti emetik
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN VERTIGO
DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN
KAB. SEMARANG
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan hari selasa, 14 Januari 2020 di ruang Dahlia RSUD Ungaran Kab.
Semarangsecara alloanamnesa dan autoanamnesa.
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
PendidikanTerakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ungaran Barat, Kab. Semarang
No. RM : 256459
Tanggal Masuk : Senin, 13 Januari 2020
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : NY. S
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat :Ungaran Barat, Kab. Semarang
Hub dg pasien :Istri pasien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pusing berputar
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke IGD Ungaran Kabupaten Semarang diantar oleh
keluarganya, Senin 13 Januari 2020 pukul 18:35 WIB nyeri perut seperti
ditusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS, nyeri dirasakan juga di dada. Mual (-),
muntah (-), BAK (+), BAB (+), demam (-),dengan hasil pemeriksaan tanda-
23
tanda vital sebagai berikut tekanan darah: 100/60mmHg, nadi: 60x/menit,
respirasi: 20x/menit, SPO2: 96% dengan terapi IVFD Ringer laktat 20 TPM
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular dan keturunan
4. Riwayat kesehatan keluarga
Istri pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti
pasien.
5. Genogram
x
Keterangan : X : meninggal
: perempuan
: laki-laki
: pasien laki-laki
-- - - : tinggal serumah
25
- Capillary refill : <3 detik
c. Perkusi
- Batas jantung : Tidak ada kelainan
d. Auskultasi
- Bunyi jantung I,II : Teratur
- Gallop : Tidak ada
- Murmur/ bising jantung : Tidak ada
3. Sistem Gastrointestinal
Gejala (subyektif)
a. Diit biasa (tipe) : Diet cair dingin
b. Pola diit :
Nafsu / selera makan : Baik
c. Nyeri ulu hati : Tidak ada
d. Alergi makanan : Tidak ada
e. Masalah mengunyah / menelan : Tidak ada
f. Pola BAB : 1xsehari
g. BAB terakhir : Pagi tadi
h. Riwayat perdarahan : Tidak ada
i. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
j. Riwayat hemoroid : Tidak ada
Tanda (obyektif)
a. Kondisi mulut : gigi : Tampak bersih
Mukosa mulut : Tampak kering
Lidah : Tampak bersih
b. Antropometri
BB : 61 kg
TB : 159 cm
c. Diet (gangguan /kebiasaan pola makan)
Nafsu makan berkurang : Ya
d. Inspeksi : Tidak terdapat kelainan di bagian perut
e. Auskultasi
- Bising usus : 25 x/menit
- Pengkajian peristaltik : Normal
f. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Perkusi : Hiper thympani
h. Hemoroid : Tidak ada
4. Sistem Perkemihan
Gejala ( subyektif) :
a. Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : Tidak ada
b. Riwayat penggunaan diuretik : Tidak ada
c. Rasa nyeri/ rasa terbakar saat kencing : Tidak ada
d. Kesulitan BAK : Tidak ada
26
Tanda (obyektif
a. Pola BAK : Tidak ada gangguan
b. Perubahan kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
c. Karakteristik urine
warna :kuning , bau : khas
5. Sistem persyarafan
Gejala (subyektif)
a. Rasa ingin pingsan/pusing : Pusing berputar
b. Sakit kepala : Ada
c. Kesemutan : Tidak ada
d. Kesulitan menelan : Tidak ada
e. Gejala sisa stroke : Tidak ada
f. Kejang : Tidak ada
Tanda (obyektif) :
a. Pemeriksaan sifat kranial : Pasien nampak rongga hidung tidak
tersumbat dan cukup bersih
b. Pemeriksaan fungsi sensorik : Tidak ada keluhan pada panca indra
pasien.
c. Pemeriksaan fungsi motorik : Fungsi motoric pasien normal
6. Sistem immune
Gejala (subyektif) : Pasien mengatakan tidak mengetahui
apakah mendapatkan imunisasi lengkap
atau tidak
Tanda (obyektif) : Tidak ada kelainan pada sistem imun
7. Sistem Muskuloskeletal
ADL mandiri (makan dan minum)
ADL dengan bantuan oang lain (ambulasi, dan berpindah)
Gejala (subyektif)
a. Riwayat cidera kecelakaan : Tidak pernah
b. Fraktur : Tidak ada
c. Arthritis/sendi tidak stabil : Tidak ada
d. Masalah punggung : Tidak ada
e. Riwayat penggunaan kortikosteroid : Tidak ada
Gejala (obyektif)
a. Massa /tonus otot : Tidak terjadi penyebaran masa otot
b. Tremor : Pasien tidak mengalami tremor
c. Bengkak : Pasien tidak mengalami bengkak di kaki
d. Kekakuan : Pasien tidak mengalami kekakuan
e. Infeksi : Tidak ada infeksi
f. Posisi jalan pasien : Pasien tidak bisa beraktivitas
8. Sistem Reproduksi
Gejala (subjektif) :
a. Melakukan pemeriksaan payudara/testis sendiri : -
Tanda ( objektif ) :
27
a. Pemeriksaan genetalia :
flour abuse : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
9. Sistem Endokrin
Gejala (Subyektif)
a. Poliuria : Tidak ada
b. Polidipsia : Tidak ada
c. Polifagia : Tidak ada
d. Susah tidur : Pasien mengatakan susah tidur karena
Pusing berputar
e. Sering merasa lemah : Pasien tampak lemah
f. Mudah Lelah : Pasien mengatakan mudh lelah
g. Emosi labil : Tidak ada
h. Gangguan penglihatan : Tidak ada
i. Sering luka : Tidak ada
j. Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
28
Urtika : Tidak ada
f. Ruam Kulit sekunder
Skuama : Tidak ada
Krusta : Tidak ada
Erosi : Tidak ada
Ekskoriasi : Tidak ada
Ulkus : Tidak ada
Rhagaden : Tidak ada
Parut : Tidak ada
Keloid : Tidak ada
Abses : Tidak ada
Likenifikasi : Tidak ada
Guma : Tidak ada
Hiperpigmentasi : Tidak ada
11. Sistem sensorik
Gejala(Subyektif) : pasien tidak memiliki gangguan sensori
Tanda (Obyektif) : Fungsi panca indra pasien baik, pasien
tidak menggunakan kaca mata, tidak
menggunakan alat bantu dengar
12. Sistem Hematologi
Gejala (subyektif)
a. Riwayat kesehatan keluarga
Anak pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
seperti pasien.
b. Riwayat kesehatan klien
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV
atdan TB atau penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi
Tanda ( obyektif)
a. Jenis golongan darah : -
b. Warna kulit : Coklat (Normal)
29
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Rabu, 15 Januari 2020
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
rujukan
HEMATLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin L 11.3 g/dL 13.2 – 17.3
Leukosit L 3.10 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit L 9.1 10^3/uL 400 – 520
Hematokrit L 32.1 % 40 – 52
Eritrosit L 3.65 10^6/uL 4.4 – 5.9
Index Eritrosit:
MCV 87.9 fL 60 – 100
MCH 31.0 pg 26 – 34
MCHC 35.2 g/dL 32 – 36
Hitung Jenis (diff):
Eosinofil H 3.2 % 0–3
Basofil 0.3 % 0–1
Neutrofil L 27.1 % 28 – 78
Limfosit H 57.1 % 25 – 40
Monosit H 12.3 % 2–8
SEROLOGI
IgM Negatif Negatif
IgG Positif Negatif
30
2. Terapi Medikasi
TANGGAL & WAKTU
NAMA
No. JENIS DOSIS INDIKASI Selasa, 14 Januari 2020 Rabu, 15 Januari 2020 Kamis, 16 Januari 2020
OBAT
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
20
1. Ringer Laktat IVFD Cairan Laktat
TPM
2x1
2. Ceftriaxone Injeksi Kortikosteroid 06:00 18:00 06:00 18:00
gram
2 x 8
3. Ondansetron Injeksi Antiemetik 06:00 18:00 06:00 18:00
mg
Menangani
2 x 1
4. SA (Atropin) Injeksi melambatnya 06:00 18:00 06:00 18:00
mg
denyut jantung
3 x 500 Antipiretik dan
5. Pamol Oral 12:00 06:00 14:00
mg anti
Isosorbide
6. Oral 5 mg Antiangina 14:00 06:00 14:00 22:00 06:00 14:00
dinitrate
Penurun
7 Simvastatin Oral 10 mg 22:00 22:00
kolesterol
3. Tanda-tanda vital
Jenis Tanggal & waktu pemeriksaan
No.
Pemeriksaan Selasa, 14 Januari 2020 Rabu, 15 Januari 2020 Kamis, 16 Januari 2020
1 TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg 140/80 mmHg
2 Suhu 36.8 ˚C 36.4 ˚C 37 ˚C
3 Nadi 60 x/menit 82 x/menit 70 x/menit
4 Pernapasan 20 x/menit 24 x/menit 19 x/menit
31
II. ANALISA DATA
Data INTERPRESTASI MASALAH
NO (ETIOLOGI) (PROGRAM)
(Sign/symptom)
1 2 3 4
1 Data Subjective: suplai O2 ke Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri dada jantung menurun
P : bertambah berat saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dada
S : 5 (1-10)
T : terus menerus sejak 2 hari yang lalu
Data Objective:
Pasien tampak
kesadaran compos mentis, akral hangat, terpasang
infus di tangan kiri.
Meringis kesakitan
gelisah
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.8 ˚C
2 Data Subjective: ketidakseimbangan Intoleransi
Pasien mengatakan masih lemah dan aktivitas suplai oksigen Aktifitas
dibantu keluarga dengan kebutuhan
Data Objective:
Pasien tampak
kesadaran compos mentis, akral hangat, terpasang
infus di tangan kiri.
ADL mandiri (makan dan minum)
ADL dengan bantuan oang lain (ambulasi,
toileting dan berpindah)
Terpasang O2 Nasal kanul 3 liter
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.8 ˚C
32
IV. RENCANA KEPERAWATAN
NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI TTD
1 Setelah dilakukan tindakkan keperawatan NIC
selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang Manajemen nyeri :
atau nyeri hilang dengan kriteria hasil : Lakukan pengkajian nyeri secara
NOC : komprehensif termasuk lokasi,
Kontrol Nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
Indikator - + kualitas dan faktor presipitasi
Mengenali kapan nyeri terjadi 3 5 Observasi reaksi nonverbal dari
Menggunakan tindakan 3 4 ketidaknyamanan
pencegahan Gunakan teknik komunikasi
Menggunakan tindakan 3 5 terapeutik untuk mengetahui
pengurangan (nyeri) tanpa pengalaman nyeri pasien
analgesic Kaji kultur yang mempengaruhi
Menggunakan analgesic yang 3 4 respon nyeri
direkomendasikan Evaluasi pengalaman nyeri masa
Melaporan nyeri yang 3 5 lampau
terkontrol Kurangi faktor presipitasi nyeri
Keterangan : Pilih dan lakukan penanganan
1. Tidak pernah menunjukkan nyeri (farmakologi, non
2. Jarang menunjukkan farmakologi & inter personal)
3. Kadang-kadang menunjukkan Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
4. Sering menunjukkan menentukan intervensi
5. Secara konsisten menunjukkan Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian&dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda & gejala (efek samping)
2 Setelah dilakukan tindakkan keperawatan NIC :
selama 3x24 jam masalah intoleransi Observasi adanya pembatasan
33
aktivitasdengan kriteria hasil : klien dalam melakukan
NOC : aktivitas
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik Kaji adanya faktor yang
tanpa disertai peningkatan tekanan menyebabkan kelelahan
darah, nadi dan RR Monitor nutrisi dan sumber
Mampu melakukan aktivitas sehari energi yang adekuat
hari (ADLs) secara mandiri Monitor pasien akan adanya
Keseimbangan aktivitas dan istirahat kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi
yang tepat.
34
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
Selasa, 14 Januari 2020
1 05:00 Monitor vital sign DS: -
DO: TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.8˚C
1, 2 05:05 Memonitor penurunan tingkat kesadaran DS: -
DO: Pasien tampak
Keadaan Umum : Lemah, gelisah
Kesadaran : Composmetis
Skala Coma Glasgow : 15
Eye : 4 (Menoleh saat di panggil)
Verbal : 5 (Orientasi baik)
Motorik : 6 (Dapat bergerak secara spontan)
1 06:00 Memberikan cairan infus DS: -
DO: tetesan infus lancar, IVFD Ringer Laktat 20 TPM
1 08:00 Mengkajilokasi, karakteristik, kualitas dan DS:
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Pasien mengatakan nyeri dada
P : bertambah berat saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dada
S : 5 (1-10)
T : terus menerus sejak 2 hari yang lalu
DO: -
1 08:05 Mengecek adanya riwayat alergi obat DS : Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan,
35
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
obat maupun udara
DO : -
1 10:00 Mengecek perintah pengobatan meliputi DS: -
obat, dosis, dan frekwensi obat analgetik DO: Pasien mendapat terapi
yang diresepkan IVFD Ringer Laktat 20 TPM
Isosorbide dinitrate 5 mg
1 11:00 Observasi reaksi nonverbal dari DS
ketidaknyamanan DO: Pasien tampak meringis kesakitan
1 11:05 Ajarkan tentang teknik non farmakologi DS:
DO: Mengajarkan teknik nafas dalam
1 11:10 Mendorong pasien untuk memonitor nyeri DS: Pasien mengerti dan akan melaporkan jika nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat DO: -
1 11:15 Memberi posisi nyaman DS: pasien mengatakan lebih nyaman
DO: pasien nampak lebih nyaman
1 11:20 Menganjurkan nafas dalam bila nyeri DS: pasien mau melakukan nafas dalam
muncul DO: pasien dapat melakuan nafas dalam
1, 2 14:00 Memberikan terapi DS: -
- Isosorbide dinitrate 5 mg DO: Pasien minum obat dengan baik
2 15:00 Observasi adanya pembatasan klien dalam DS:
melakukan aktivitas DO: dalam melakukan ADL ambulasi, toileting dan mobilisasi
pasien dibantu keluarga
2 15:30 Kaji adanya faktor yang menyebabkan DS:
kelelahan DO Nadi lemah 60 x/m
2 18:00 Monitor nutrisi dan sumber energi yang DS
adekuat DO: ½ porsi makan siang habis
2 22:00 Monitor pola tidur dan lamanya DS: Pasien mengatakan selama sakit di rumah sakit tidur
tidur/istirahat pasien malamnya ±4 jam
DO
36
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
Rabu, 15 Januari 2020
1 05:00 Monitor vital sign DS: -
DO: TTV :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36.4˚C
1, 2 05:05 Memonitor penurunan tingkat kesadaran DS: -
DO: Pasien tampak
Keadaan Umum : Lemah, gelisah
Kesadaran : Composmetis
Skala Coma Glasgow : 15
Eye : 4 (Menoleh saat di panggil)
Verbal : 5 (Orientasi baik)
Motorik : 6 (Dapat bergerak secara spontan)
1 06:00 Memberikan cairan infus DS: -
DO: tetesan infus lancar, IVFD Ringer Laktat 20 TPM
1,2 06:10 Memberika terapi DS: Pasien mengatan obat masuk tidak sakit
Ceftriaxone 2 x 1 gram DO: Tidak ada tanda-tanda flebitis, pasien minum dengan baik
Ondansetron 2 x 8 mg
ISDN 5 mg
2 07:00 Monitor nutrisi dan sumber energi yang DS
adekuat DO: ½ porsi sarapan habis
1 08:05 Mengkajilokasi, karakteristik, kualitas dan DS:
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Pasien mengatakan nyeri dada
P : bertambah berat saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri perut bawah dan dada
37
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
S : 5 (1-10)
T : terus menerus sejak 3 hari yang lalu
DO: -
1 11:00 Mengecek perintah pengobatan meliputi DS: -
obat, dosis, dan frekwensi obat analgetik DO: Pasien mendapat terapi
yang diresepkan IVFD Ringer Laktat 20 TPM
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ondansetron 2 x 8 mg
SA (Atropin) 2 x 1 mg (nadi di bawah 50)
Pamol 3 x 500 mg
Isosorbide dinitrate 5 mg
Simvastatin 1x 10 mg
1 11:05 Observasi reaksi nonverbal dari DS
ketidaknyamanan DO: Pasien tampak meringis kesakitan
1 11:10 Ajarkan tentang teknik non farmakologi DS:
DO: Mengajarkan teknik nafas dalam
1 11:15 Mendorong pasien untuk memonitor nyeri DS: Pasien mengerti dan akan melaporkan jika nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat DO: -
1 11:20 Memberi posisi nyaman DS: pasien mengatakan lebih nyaman
DO: pasien nampak lebih nyaman
1 11:30 Menganjurkan nafas dalam bila nyeri DS: pasien mau melakukan nafas dalam
muncul DO: pasien dapat melakuan nafas dalam
1, 2 12:00 Memberikan terapi DS: -
- Pamol 3 x 500 mg DO: Pasien minum obat dengan baik
1, 2 14:00 Memberikan terapi DS: -
- Isosorbide dinitrate 5 mg DO: Pasien minum obat dengan baik
2 15:00 Observasi adanya pembatasan klien dalam DS:
38
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
melakukan aktivitas DO: dalam melakukan ADL ambulasi, toileting dan mobilisasi
pasien dibantu keluarga
2 15:30 Kaji adanya faktor yang menyebabkan DS:
kelelahan DO Nadi lemah 82 x/m
2 18:00 Monitor nutrisi dan sumber energi yang DS
adekuat DO: ½ porsi makan siang habis
1, 2 18:05 Memberikan terapi DS: Pasien mengatakan obat masuk tidak sakit
- Ceftriaxone 2 x 1 gram DO: Obat masuk lancer, tidak ada flebitis
- Ondansetron 2 x 8 mg
- SA (Atropin) 2 x 1 mg
2 22:00 Monitor pola tidur dan lamanya DS: Pasien mengatakan selama sakit di rumah sakit tidur
tidur/istirahat pasien malamnya ±6 jam
DO
1, 2 22:05 Memberikan terapi DS: -
- ISDN 5 mg DO: Pasien minum obat dengan baik
- Simvastatin
Kamis, 16 Januari 2020
1 05:00 Monitor vital sign DS: -
DO: TTV :
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 37˚C
1, 2 05:05 Memonitor penurunan tingkat kesadaran DS: -
DO: Pasien tampak
Keadaan Umum : Lemah, gelisah
Kesadaran : Composmetis
Skala Coma Glasgow : 15
39
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
Eye : 4 (Menoleh saat di panggil)
Verbal : 5 (Orientasi baik)
Motorik : 6 (Dapat bergerak secara spontan)
1 06:00 Memberikan cairan infus DS: -
DO: tetesan infus lancar, IVFD Ringer Laktat 20 TPM
1,2 06:10 Memberika terapi DS: Pasien mengatan obat masuk tidak sakit
Ceftriaxone 2 x 1 gram DO: Tidak ada tanda-tanda flebitis, pasien minum dengan baik
Ondansetron 2 x 8 mg
Pamol 3 x 500 mg
ISDN 5 mg
2 07:00 Monitor nutrisi dan sumber energi yang DS
adekuat DO: ½ porsi sarapan habis
1 08:05 Mengkajilokasi, karakteristik, kualitas dan DS:
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Pasien mengatakan nyeri dada
P : bertambah berat saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri perut bawah dan dada
S : 4 (1-10)
T : terus menerus sejak 3 hari yang lalu
DO: -
1 11:00 Mengecek perintah pengobatan meliputi DS: -
obat, dosis, dan frekwensi obat analgetik DO: Pasien mendapat terapi
yang diresepkan IVFD Ringer Laktat 20 TPM
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ondansetron 2 x 8 mg
SA (Atropin) 2 x 1 mg (nadi di bawah 50)
Pamol 3 x 500 mg
40
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
Isosorbide dinitrate 5 mg
Simvastatin 1x 10 mg
1 11:05 Observasi reaksi nonverbal dari DS
ketidaknyamanan DO: Pasien tampak meringis kesakitan
1 11:10 Ajarkan tentang teknik non farmakologi DS:
DO: Mengajarkan teknik nafas dalam
1 11:15 Mendorong pasien untuk memonitor nyeri DS: Pasien mengerti dan akan melaporkan jika nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat DO: -
1 11:20 Memberi posisi nyaman DS: pasien mengatakan lebih nyaman
DO: pasien nampak lebih nyaman
1 11:30 Menganjurkan nafas dalam bila nyeri DS: pasien mau melakukan nafas dalam
muncul DO: pasien dapat melakuan nafas dalam
1, 2 14:00 Memberikan terapi DS: -
- Isosorbide dinitrate 5 mg DO: Pasien minum obat dengan baik
2 15:00 Observasi adanya pembatasan klien dalam DS:
melakukan aktivitas DO: dalam melakukan ADL ambulasi, toileting dan mobilisasi
pasien dibantu keluarga
2 15:30 Kaji adanya faktor yang menyebabkan DS:
kelelahan DO Nadi lemah 82 x/m
2 18:00 Monitor nutrisi dan sumber energi yang DS
adekuat DO: ½ porsi makan siang habis
1, 2 18:05 Memberikan terapi DS: Pasien mengatakan obat masuk tidak sakit
- Ceftriaxone 2 x 1 gram DO: Obat masuk lancer, tidak ada flebitis
- Ondansetron 2 x 8 mg
2 22:00 Monitor pola tidur dan lamanya DS: Pasien mengatakan selama sakit di rumah sakit tidur
tidur/istirahat pasien malamnya ±6 jam
DO
41
NO
WAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
1, 2 22:05 Memberikan terapi DS: -
- Simvastatin DO: Pasien minum obat dengan baik
42
VI. EVALUASI
No
Waktu Evaluasi TTD
DX
Selasa, 14 Januari 2020
23:00 1 Subyectif: Pasien mengatakan
Pasien mengatakan nyeri dada
P : bertambah berat saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri perut bawah dan dada
S : 5 (1-10)
T : terus menerus sejak 2 hari yang lalu
Assessment:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik belum teratasi
43
No
Waktu Evaluasi TTD
DX
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.8 ˚C
Assessment:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Assessment:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik belum teratasi
44
No
Waktu Evaluasi TTD
DX
Verbal : 5 (Orientasi jelas)
Motorik : 6 (Dapat bergerak secara spontan)
ADL mandiri (makan dan minum)
ADL dengan bantuan oang lain (ambulasi, toileting dan
berpindah)
Terpasang O2 Nasal kanul 2 liter
TTV :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36.4 ˚C
Assessment:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Assessment:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik belum teratasi
45
No
Waktu Evaluasi TTD
DX
Assessment:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah Masa setelah proses pengeluaran janin yang
dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan
menggunakan insisi pada perut. Dari uraian diatas kelompok dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Sectio
Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran dapat dilakukan dengan
baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Sectio
Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran dapat dirumuskan 3
diagnosa pada tinjauan kasus.
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Sectio
Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran semua perencanaan dapat
diterapkan pada tinjauan kasus.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Ungaran hampir semua
dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang
kelompok tidak lakukan tetapi dilakukan oleh bidan ruangan tersebut.
5. Evaluasi pada pasien dengan Post Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan
RSUD Ungaran dapat dilakukan dan dari 3 diagnosa hampir semua
masalah teratasi dan klien boleh pulang.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai Post Op SC dengan karena dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan
47
kesehatan bagi masyarakat mengenai SC dan fakor –faktor pencetusnya
serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui
studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
48
DAFTAR PUSTAKA
49