Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

An.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJB ASIANOTIK DI RUANG


FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS

Oleh :

LISNAWATIE
NIM : 20231490104040

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2023/2024
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar kasus yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa
Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi Profesi Ners Angkatan
XI STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, Ners, M. Kep. Ners Selaku Koordinator dalam Program
Studi Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya
4. Ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku Koordinator dalam Program Studi
Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
5. Ibu Dina Rawan G. Rana, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan
keperawatan ini.
6. Ibu Fina Wardani, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 4 Desember 2023

Lisnawatie
iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTARISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Pjb Asianotik..........................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................5
2.1.3 Etiologi....................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi...............................................................................7
2.1.5 Patofisiologi............................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................12
2.1.7 Komplikasi............................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.........................................................14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................19
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................33
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 58

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung
Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi
sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Biasanya Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah
kelainan pada struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan
oleh gangguan pada perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8
minggu (Amelia, 2019).
Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan
(PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi
jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis
jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau
potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling
sering terjadi pada bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang
diterima secara internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data
yang terkumpul, secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih
diperdebatkan. (Gumilar, 2020)
Kelainan Kongenital jantung terjadi pada sekitar 8 per 1000 kelahiran hidup,
yang menjadikannya salah satu tipe malformasi congenital tersering. Dengan
menurunnya insiden demam reumatik akut, penyakit jantung kongietal sekarang
menjadi penyebab tersering penyakit jantung pada anak di dunia barat. Penyakit
janung kongietal mencakup beragam malformasi, berkisardari kelainan ringan
yang hanya menimbulkan gejala minimal sampai usia dewasa, hingga anomaly
berat yang menyebabkan kematian pada masa perinatal. Penyebab sebagian besar
penyakit jatung konginetal tidak diketahui. (Claudino, 2019)

1
2

Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung yang abnormal
dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami aborsi spontan. Dokter
bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya penyakit jantung, membedakannya
dari keadaan normal dan menilai urgensi pemeriksaan kardiologi Pada umumnya
kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya
baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala
umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan. (Syifa, 2023). Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya” ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan tentang bagaimana menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada
An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
2) Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah Asuhan
Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di
Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3

3) Mahasiswa mampu menyusun Intervensi Asuhan Keperawatan Pada An.S


Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan Pada
An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
5) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada Klien dengan Pjb
Asianotik.
1.4.2 Bagi Institusi
1) Bagi institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat menjadi
penerapan ilmu tentang Pjb Asianotik.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Sebagai tambahan dan masukan bagi tim kesehatan dalam memberikan
Asuhan Keparawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3) Bagi Perawat di Rumah Sakit
Menambah pengetahuan untuk profesi keperawatan secara mandiri
mengenai manfaat pemberian pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
4) Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat
yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna
bagi status kesehatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Pjb Asianotik


2.1.1 Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak
lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir
kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak
bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai
penyebab . (Adinda, 2018)
Penyakit jantung bawaan PJB Asianotik atau sering disebut (PJB) non
sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa sejak lahir yang
tidak ditandai dengan sianosis. Penyakit jantung bawaan ini merupakan bagian
terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan,7 bergantung pada ada tidaknya
pirau (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar jantung). Kelompok
tersebut dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu PJB asianotik dengan pirau dan PJB
asianotik tanpa pirau. (Novatriyanto CA, 2018)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. (Gumilar, 2020)

5
6

Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel kiri
dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang
terbesar. Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga
darah hanya dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut, yaitu:

1. Katup mitral, berada di antara serambi kiri dan bilik kiri. Katup ini normalnya
memiliki dua daun katup, karenanya disebut juga katup bikuspid.
2. Katup aorta, berada di antara bilik kiri dan aorta atau batang nadi.
3. Katup trikuspid, berada di antara serambi kanan dan bilik kanan, dan memiliki
tiga daun katup.
4. Katup pulmonalis, berada di antara bilik kanan dan arteri pulmonalis.
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium kanan.
Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah
oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan
oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah
bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral.
Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta
dan diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh kemudian
darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil
oleh sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya PJB (Penyakit Jantung Bawaan) belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di duga mempunyai pengaruh pada
penyakit peningkatan angka kejadia PJB. Faktor- faktor penyebab kelainan
jantung menurut sifatnya dapat dibagi sebagai berikut menurut (Amelia, 2019) :

1. Eksogen
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu (misalnya
thalidomide), konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung
7

kongenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan lain-lain. Diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan. Faktor eksogen mempunyai
pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
2. Endogen
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya kelainan
jantung congenital. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai
insiden PJB tinggi, jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarga yang
sama.
3. Faktor Lingkungan
Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok, rubella,
infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan
menyebabkanpenyakit jantung bawaan, Diabetes, bayi yang dilahirkan dari
seorang ibu yang menderita diabetes tidakterkontrol mempunyai risiko sekitar
3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaand. Alkohol, seorang ibu yang
alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untukmendapatkan bayi dengan
penyakit jantung bawaane. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam,
corticosteroid, phenothiazin, dan kokainakan meningkatkan insiden penyakit
jantung bawaan (Dyah Primasari, 2019).
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu : (Claudino,
2019)
1. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan
salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh
darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai
spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung
pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru.
a. Defek Septum Atrium(AtrialSeptalDefect-ASD)
Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada
DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
8

atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran
ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volume pada jantung
kanan.

b. Defek Septum Ventrikuler (Ventricular Septal Defect-VSD)


Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung,
menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Hal
ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru,
sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru . DSV
merupakan malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25% PJB.
Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit ketika
menyusu, nafas pendek dan mudah lelah.
c. Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten
adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan
ini banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus
Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi
vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri
pulmonalis.

d. Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis- SP)


Adalah Pada stenosis pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status gizi
penderita dengan stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan
berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis ringan
umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan
stenosis berat atau kritis akan terlihat takipneu dan sianosis.
e. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta- CA)
Koarktasio Aorta (KA) adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta
yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Tanda yang klasik
pada kelainan ini adalah tidak terabanya nadi femoralis serta dorsalis pedis
sedangkan nadi brakialis teraba normal.1,2 Koarktasio aorta pada anak
9

besar seringkali asimtomatik. Sebagian besar dari pasien mengeluh sakit


kepala, nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi epistaksis.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik
yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik.
Adapun Macam- Macam Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Yaitu :
(Novatriyanto CA, 2018)
a. Tetralogi Fallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang lebih 10%
dari seluruh PJB. Salah satu manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot
adalah terjadinya serangan sianotik (cyanotic spells) yang ditandai oleh
timbulnya sesak napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah,
lemas, bahkan dapat disertai dengan kejang.

b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great Arteries-


TGAs)
Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung bawaan yang dimana
Atresia dapat mengenai katup pulmonal, a.pulmonalis, atau infundibulum,
sehingga seluruh curah ventrikel kanan dialirkan ke dalam aorta.

2.1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah
jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan.
Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi
sistemik memiliki tahanan yang tinggi. (Novatriyanto CA, 2018). Apabila terjadi
hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-
rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga
jantung yang bertekanan tinggi ke jantung yang bertekanan rendah. Sebagai
contoh adanya Defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan.
Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan
10

rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga
darah dari ventrikel kanan yang miskin akan okigen mengalir dari defek tersebut
ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau
(Shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada
sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis.
(Novatriyanto CA, 2018)
11
Manifestasi Klinis : Klasifikasi :
Etiologi : 1.Gangguan pertumbuhan 1. Penyakit jantung
Faktor prenatal: Infeksi, usia, penderita dm, Factor genetic: ayah 2.Sianosis bawaan Sianotik 12
dan ibu penderita pjb , kelainan kromosom, Factor lingkungan: 3. Toleransi latihan 2. Penyakit jantung
paparan lingkungan , infeksi rubella, alcohol dan obat obatan 4. Infeksi saluran napas sianotik
berulang
WOC PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboraturium
Komplikasi : 2.Radiologi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung
yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi
PJB (Penyakit Jantung Bawaan) 3.EKG
Serangan sianotik, pada serangan ini 4.Echocardiography
masih dalam kandungan. Penyakit jantung bawaan PJB anak atau pasien menjadi lebih biru 5. Spo2
Asianotik atau sering disebut (PJB) non sianotik adalah dari kondisi sebelumnya tampak sesak
kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa sejak bahkan dapat menimbulkan kejang. Penatalaksanaan Medis 1.
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Farmakologis. 2.Non-
farmakologis

B3 B4 B5 B6
B1 B2
Brain Bladder Bowel Bone
Breathing Blood
Kurangnya
Informasi
Tekanan pada atrium Ekstraksi cairan Penurunan perfusi
ventrikal septal defect Oksigen otak hipoksemia
tinggi menurun jaringan

MK: Defisit
Perpindahan Sesak Pengetahuan
Aliran paru berlebih
Input darah Hipertrifi cairan dari Tirah baring lama
ventrikel kiri jaringan otak intravaskuler
menurun
Volum ventrikel meningkat Nafsu menyusu Kelemahan
Odem berkurang
Cardiac output Resiko abses
Kesulitan bernafas menurun selebri MK: Intoleransi
Aktivtas
Oliguri, asupan nutrisi
Obstruksi jalan
MK: Resiko Perfusi anuri, edema berkurang
napas
MK: Penurunan
MK: Pola Napas Serebral Tidak
Curah Jantung MK: Gangguan
Tidak Efektif Efektif
MK: Risiko MK: Defisit Nutrisi Tumbuh Kembang
MK: Bersihan Ketidakseimbangan
Jalan Napas Elektrolit
Tidak Efektif
Sumber : (Novatriyanto CA, 2018)
12

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala
yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis,
berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan
terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan
jantung pada seorang bayi atau anak. (Syifa, 2023)
1) Gangguan pertumbuhan
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuhan
timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik, gangguan
pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini
juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB.
2) Sianosis
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.
Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut.
Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada
sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis
perifer lebih jelas terlihat pada ujung - ujung jari.
3) Toleransi latihan
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung.
Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang.
Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan
membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas
menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam
keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia
hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu
mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti
pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
4) Infeksi saluran napas berulang
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung
anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak
13

sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis


sebelum dirujuk ke ahli jantung anak.
5) Bising jantung
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan,
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan
alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising,
derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun
tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisik, tidak
menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk memastikan diagnosis.
2.1.7 Komplikasi
Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan oleh penyakit Jantung
Bawaan, antara Lain : (Adinda, 2018)

1. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non


sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat. Akibatnya
lamakelaman pembuluh kapiler diparu akan bereksi dengan meningkatkan
resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan diventrikel kanan
meningkat.
2. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru dari
kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan kejang.
3. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak terjadi
pada anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya hipoksia da
melambtkanya aliran darah diotak.
4. Endokarditis
5. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
6. CHF
7. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
8. Enterokolitis nekrosis
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
10. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
14

11. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.


12. Aritmia
13. Gagal tumbuh.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novatriyanto CA, 2018) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-
18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu.
3 EKG
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4 Echocardiography
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-
paru.
5 SPO2
Menilai saturasi oksigen secara real-time dari waktu ke waktu dan
mengevaluasi intervensi serta perkembangan proses penyakit. Untuk menilai
oksigenasi darah pada pasien dengan kesulitan pernapasan. Informasi ini
membantu penyedia layanan kesehatan untuk memutuskan apakah seseorang
membutuhkan tambahan oksigen atau tidak.
15

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Farmakologis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita Penyakit
Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara
pembedahan dan Kateterisasi Jantung . (Amelia, 2019)

1. Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan


membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai
jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan oleh
sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh
yang dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan fungsi
paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat
dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang
ada, seperti apabila ada lubang pada septum jantung yang normalnya
tertutup, maka lubang akan ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan
pada septum jantung.
2. Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan
dengan memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel
didalamnya dilengkapi seperti payung yang dapat dikembangkan
untuk menutup defek jantung, ketetr dimasukkan melalui pembuluh
darah balik atau vena dipanggal paha atau lengan. Untuk membimbing
jalannya kateter, dokter menggunakan monitor melalui fluoroskopi
angiografi atau dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi
(TEE)/Ekokardiografi biasa sehinggan kateter dapat masuk dengan
tepat menyusuri pembuluh darah, masuk kedalam defek atau lubang,
mengembangkan alat diujung kateter dan menutup lubang dengan
sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam pembiusan umum sehingga
anak/pasien tidak melakukan sakit. Keberhasilan prosedur kateterisasi
ini untuk penangana PJB dilaporkan lebih dari 90% namun tetap
diingan bahwa tidak semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan
metode ini. Pada kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan
kelainan struktur jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar
rongga dada (jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap
16

membutuhkan operatif terbuka.

2. Non- Farmakologis
a. Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu
dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang
lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui.
b. Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB
dapat dilakukan tindakan , Seperti Menempatkan pasien khususnya
neonatus pada lingkungan yang hangat dapat dilakukan dengan
membedong atau menempatkannya pada inkhubator.
c. Memberikan Oksigen
d. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit
serta asam basa.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Amelia (2019), pengkajian fokus dari penyakit jantung bawaan
(PJB), sebagai berikut :

1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari
tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu, keringat
yang berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis atau kebiruan
pada bibir dan kuku.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
17

genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan dan


riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, adanya riwayat gerakan
jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit.
4. Riwayat Kehamilan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Riwayat
prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan
baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan
alcohol, tidak merokok.
5. Riwayat Persalinan
Proses kelahiran atau secara alami atau adanya factor-faktor yang
memperlama proses persalinan, pengunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keturunan dengan memperhatikan adanya anggota keluarga
lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor
genetic yang menunjang.
7. Riwayat aktifitas
Anak-anak yang mengalami PJB sering tidak dapat melaksanakan
aktivitas sehari- hari secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang
membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan
cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa, menangis, atau tiba-tiba duduk
jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini
dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang- kadang
anak tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Nadi : Nadi berdasarkan usia, frekuensi nadi usia 1-3 tahun 90-
150x/menit, usia 4-5 tahun 80-140x/menit, usia 5-12 tahun 70-
120x/menit, usia 12-18 tahun 60- 100x/menit.
2) Pernapasan : Pernapasan berdasarkan usia, frekuensi pernapasan 1-3
18

tahun 24- 40x/menit, usia 4-5 tahun 22- 34x/menit, usia 5-12 tahun
18-30x/menit, 12-18 tahun 12- 16x/menit.
3) Suhu: Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC, pada anak PJB suhu
normal selama tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.
b. Kepala-leher : Biasanya tidak ada kelainan pada kepala.
c. Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik.
d. Hidung: Nafas cepat dan adanya pernafasan cuping hidung.
e. Mulut : Sianosis (warna kebiruan) dapat dilihat pada membran mukosa,
seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut disebut
sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama melakukan
aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis yang
berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah
tampak.
f. Leher : Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat
penebalan atau pembengkakan aorta.
g. Thorax
1) Paru : Biasanya pada anak dengan VSD/ASD, hasil inspeksi tampak
adanya retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek dan
dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar suara redup
karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan
terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru
pada komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di
auskultasi akan terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan
takipneu.
2) Jantung : Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat
simetris sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan
ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri
karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya didapatkan
batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari garis midsternal
pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba pulsasi pada ventrikel
kanan akibat peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas
19

pada interkosta 5-6. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung


tambahan (machinery mur-mur) pada batas kiri sternum tengah
sampai bawah, biasanya bunyi jantung I normal sedangkan
bunyi jantung II terdengar tunggal dan keras.

h. Abdomen : Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,


pada auskultasi biaanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya
pembesaran hepar. Pada perkusi adanya suara redup pada daerah hepar
dan saat dipalpasi biasanya ada nyeri tekan.
i. Kulit : Adanya keringat yang berlebihan dan pucat.
j. Ekstremitas : Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat
terjadi clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer. Dan
CRT > 3 detik akibat suplai oksigen ke perifer berkurang menyebabkan
sianosis dan adanya clubbing finger (jari tabuh)..
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Pjb
Asianotik berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
yaitu :
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(SDKI D.0005)
2) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhunugan dengan Sekresi tertahan
(SDKI. D.0001)
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung (SDKI D.0011)
4) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kinerja ventrikel kiri (SDKI D.0017)
5) Risiko Ketidakseimbangan elekrolit berhubungan dengan dengan gagal
ginjal (SDKI D.0037)
6) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang intake makanan (SDKI
D.0106)
20

7) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek


ketidakmampuan fisik (SDKI D.0106)
8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (SDKI D.0056)
9) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan dengan kurang terpapar
informasi (SDKI D.0110)
20

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan ( Kriteria Hasil) Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas (I.01011) Hal. 187
Pola napas membaik
berhubungan dengan hambatan
(SLKI L.01004) Observasi
upaya napas (SDKI D.0005)
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
Inspirasi dan/atau ekspirasi keperawatan 3x7 jam diharapkan wheezing, ronchi kering)
Pola napas membaik dapat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
yang tidak memberikan
membaik dengan kriteria hasil : Terapeutik
ventilasi adekuat 1. Dispnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
Gejala dan tanda mayor : 2. Penggunaan otot bantu lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
Subjektif napas menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
- Dispnea 3. Pemanjangan fase 3. Berikan minum hangat
Objektif ekspirasi menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Penggunaan otot bantu 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4. Frekuensi napas membaik
pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang 5. Kedalaman napas 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Pola napas abnormal membaik 7. Berikan oksigen, jika perlu
Gejala dan tanda minor : Edukasi
Subjektif 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
- Ortopnea kontraindikasi
Objektif 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
- Pernapasan pursed-lip
Kolaborasi
- Pernapasan cuping hidung
- Ventilasi semenit menurun 1. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
21

2. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011 Hal.186)
Efektif keperawatan selama bersihan jalan Observasi
(SDKI. D.0001, hal 18) napas meningkat dengan kriteria 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Definisi: hasil (SLKI L.01001 Hal.18): 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
Ketidakmampuan 1. Batuk efektif meningkat ronkhi kering)
membersihkan sekret atau 2. Produksi sputum menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
obstruksi jalan napas untuk 3. Mengi menurun Terapeutik
mempertahankan jalan 4. Wheezing menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
napas tetap paten. 5. Mekonium (pada neonates) (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Penyebab: menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
• Fisiologis: 6. Dipsnea menurun 3. Berikan minum hangat
1. Spasme jalan napas 7. Ortopnea menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
2. Hipersekresi jalan napas 8. Sulit berbicara menurun 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
3. Disfungsi neuromuskuler 9. Sianosis menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
4. Benda asing dalam jalan 10.Gelisah menurun 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill
napas 11.Frekuensi napas membaik 8. Berikan oksigen, jika perlu
5. Adanya jalan napas buatan 12.Pola napas membaik Edukasi
6. Sekresi yang tertahan 9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
7. Hiprplasia dinding jalan 10. Ajarkan teknik batuk efektif
napas Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
8. Proses infeksi
perlu
9. Respon alergi
10.Efek agen farmakologis
• Situasional:
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
 Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: Tidak tersedia
22

Objektif:
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebihan
- Mengi, wheezing, dan/atau
ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas
(pada neonates)
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
- Dispnea
- Sulit bicara
- Orthopnea
Objektif:
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah.
23

3. Penurunan curah jantung


Curah Jantung Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
berhubungan dengan perubahan
(SLKI L.02008)
frekuensi jantung (SDKI Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
D.0011)
keperawatan 3x7 jam di harapkan 2. Monitor tekanan darah
Definisi : berisiko mengalami 3. Monitor saturasi oksigen
penurunan curah jantung dapat
pemompaan jantung yang tidak teratasi dengan 4. Monitor keluhan nyeri dada
adekuat untuk memenuhi 5. Monitor atrimia
Kriteria hasil : 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan
kebutuhan metabolisme tubuh sesudah aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor 1. Kekuatan nadi perifer 7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
Subjektif : 2. EJection fractian (EF)
obat
3. Cardiec todex (CI)
4. Left Ventricular stroke Terapeutik
- perubahan irama jantung 1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau
(palpitasi) work index (LVSWI)
5. Stroke volume index (SVI) posisi nyaman
6. Palpitasi 2. Berikan diet jantung yang sesuai
Objektif :
7. Bradikardia 3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
8. Takikardla 4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
- Perubahan irama jantung 9. Gambaran EKG aritmia
10. Lelah Edukasi
Gejala dan tanda Minor: 11. Edema 1. Anjurkan aktivitasfisik sesuai toleransi
Subjektif : 12. Distensi vema Jugularis 2. Anjurkan berhentimeokok
13. Dispnea Kolaborasi
- perubahan preload (tidak 14. Oligurla 1. Kolaborasi pemberian antia ritmia, jikaperlu
tersedia 15. Pucat/sianosis Rujuk ke program rehabilitas jantung
- perubahan afterload (tidak 16. Paroxysmal nocturnal
tersedia) dyspnea (PND)
24

- perubahan kontraktilitas 17. Ortopnea


(tidak tersedia) 18. Batuk
- perilaku/emosiaonal (cemas 19. Suara jantung S3
dan gelisah). 20. Suara jantung S4

Objektif

- perubahan preload

3. 4. Risiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)
Efektif b.d penurunan kinerja (SLKI L.02014) Observasi
Setelah dilakukan tindakan
ventrikel kiri (SDKI D.0017) 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolism
keperawatan 3x7 jam
Definisi : Berisiko edema serebral)
maka diharapkan masalah
mengalami penurunan 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningka
keperawatan dapat teratasi dengan
sirkulasi darah ke otak tekanan nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
kriteria hasil
Gejala dan tanda mayor : 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Subjektif :
4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- 1. Tingkat kesadaran meningkat
Objektif 5. Monitor PAWP, jika perlu
2. Kognitif meningkat
- Pengisian kapiler >3 detik
6. Monitor PAP , jika perlu
- Nadi perifer menurun atau 3. Sakit kepala menurun
tidak teraba 4. Gelisah menurun 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Akral teraba dingin 5. Kecemasan menurun
8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Warna kulit pucat 6. Agitasi menurun
- Turgor kulit menurun 7. Demam menurun 9. Monitor gelombang ICP
Gejala dan tanda minor : 8. Tekanan arteri rata-rata
25

Subjektif membaik 10.Monitor setatus pernapasan


- Parastesia 9. Tekanan intra kranial 11.Monitor intake dan ouput cairan
- Nyeri ekstremitas membaik
(klaudikasi intermiten) 12.Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
10. Tekanan darah sistolik
Objektif
membaik Terapeutik
- Edema
- Penyembuhan luka lambat 11. Tekanan darah diastolic 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
- Indeks ankle-brachial membaik
2. Berikan posisi semi Fowler
12. Reflex saraf membaik
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang, ganggua
metabolisme, edema serebral tekann vena, obstruksi aliran cairan serebrospina
26

hipertensi, intracranial
idiopatik)

5. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit (I.03122)


elekrolit berhubungan dengan ( SLKI L.03021) Hal.507
Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan gagal ginjal (SDKI
keperawatan 3x7 jam maka 1. Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
D.0037) diharapkan tingkat nyeri menurun. 2. Monitor kadar elektrolit serum
Definisi Kriteria Hasil: 3. Monitor mual, muntah, diare
Berisiko mengalamoi kadar 1. Serum natrium 4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
serum elektrolit 2. Serum kalium 5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot,
Faktor Resiko 3. Serum calsium interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi
1. Gagal ginjal segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan
2. Anoreksia nervosa refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
3. Diabetes melitus depresi pernapasan)
4. Penyakit Chron 6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang,
5. Gastroenteritis gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia,
6. Pankreatitis fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P
7. Cedera kepala datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol)
8. Kanker 7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot
9. Trauma multipel berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi
10. Luka bakar postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
11. Anemia sel sabit 8. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus, demam,
27

mual, muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering,


takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang,
tanda Chvostek [spasme otot wajah] dan tanda Trousseau
[spasme karpal], kram otot, interval QT memanjang)
10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri tulang, haus,
anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, komplek QRS lebar, interval PR
memanjang)
11. Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis: depresi
pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
12. Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis: kelemahan
otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma,
depresi)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

6. Defisit nutrisiberhubungan Status nutrisi membaik Manajemen Nutrisi (I.03119)


dengan kurang intake makanan (SLKI L.03030) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
(SDKI D.0019)
28

Definisi : Asupan nutrisi tidak keperawatan 3x7 jam diharapkan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
cukup untuk memenuhi status nutris membaik , dengan 3. Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
kebutuhan metabolisme
1. Porsi makana yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Gejala dan tanda mayor : dihabiskan meningkat 6. Monitor asupan makanan
Objektif 2. Kekuatan mengunyah 7. Monitor berat badan
- Berat badan menurun meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
minimal 10% dibawah
3. Kekuatan otot menelan Terapeutik
rentang ideal
membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Gejala dan tanda minor : 4. Penyiapan dari 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Subjektif penyimpanan makanan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Kram/nyeri abdomen yang aman 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Nafsu makan menurun 5. Nyeri abdomen menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Objektif 6. Indeks massa tubuh (IMT) 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Bising usus hiperaktif
- Otot mengunyah lemah membaik 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
- Otot menelan lemah 7. Membran mukosa asupan oral dapat ditoleransi
membaik Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

7. Gangguan Tumbuh Kembang Status Perkembangan (SLKI Perawatan Perkembangan (I.10339)


29

berhubungan dengan efek L.10101)


Observasi
ketidakmampuan fisik (SDKI Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
D.0106) keperawatan 3x7 jam maka
2. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi
Definisi : Kondisi individu diharapkan masalah
(mis: lapar, tidak nyaman)
mengalami gangguan keperawatan dapat teratasi
Terapeutik
kemampuan bertumbuh dan dengan kriteria hasil
3. Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi premature
berkembang sesuai dengan 1. Keterampilan/perilaku sesuai
4. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu-ragu
kelompok usia usia meningkat 5. Minimalkan nyeri
Gejala dan tanda mayor : 2. Kemampuan melakukan 6. Minimalkan kebisingan ruangan
Subjektif perawatan diri meningkat 7. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- 3. Respon sosial meningkat
Objektif 8. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
4. Kontak mata meningkat
- tidak mampu melakukan
5. Kemarahan menurun 9. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan
keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, bahasa, 6. Regresi menurun anak lainnya
motorik, psikososial). 7. Efek membaik
10. Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/bergilir
- Pertumbuhan fisik terganggu 8. Pola Tidur membaik
11. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif
Gejala dan tanda minor :
atau umpan balik atas usahanya
Subjektif
- 12. Pertahankan kenyamanan anak
Objektif
13. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan
- tidak mampu melakukan
perawatan diri sesuai usia secara mandiri (mis: makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai
- Afek datar
30

- Respon sosial lambat


baju)
- Kontak mata terbatas
- Nafsu makan menurun 14. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang disukai
- Lesu Edukasi
- Mudah marah
1. Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Regresi
- Pola tidur terganggu 2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
(pada bayi)
Kolaborasi
1. Rujuk untuk konseling, jika perlu

Toleransi aktivitas meningkat


Intoleransi aktivitas (SLKI L.05047)
8. berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x7 jam diharapkan Manajemen Energi (I.05178) Hal. 179
kelemahan (SDKI D.0056)
intoleransi aktivitas meningkat , Observasi
Definisi : ketidakcukupan dengan kriteria hasil: 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
31

energi untuk melakukan 1. saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas seari-hari 2. kekuatan tubuh bagian atas 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Gejala dan tanda mayor :
3. kekuatan tubuh bagian Terapeutik
Subjektif
bawah meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
- Mengeluh lelah
4. dispnea saat aktivitas suara, kunjungan)
Objektif
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- frekuensi jantung menurun
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
meningkat >20% dari 5. perasaan lemah menurun 4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
kondisi istirahat 6. warna kulit membaik berjalan
7. frekuensi napas membaik
Gejala dan tanda minor :
Edukasi
Subjektif
- dispnea saat/setelah
aktivitas, merasa tidak 1. Anjurkan tirah baring
nyaman setelah 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertaha
beraktivitas, merasa 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
lemah. tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Objektif Kolaborasi
- tekanan darah berubah Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
>20% dari kondisi
istirahat Setelah dilakukan tindakan
Defisit Pengetahuan keperawatan 3x7 diharapkan
berhubungan dengan kurang masalah keperawatan defisit
nya terpapar informasi (SDKI pengetahuan dapat teratasi dengan
9. kriteria hasil : Edukasi Keamanan Anak (SIKI I.12378)
D.0110)
Tingkat Pengetahuan Observasi
Definisi : Ketiadaan atau (SLKI L.12111) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran
32

kurangnya informasi kognitif meningkat Terapeutik


yang berkaitan dengan topik 2. Verbalisasi minat 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
tertentu. dalam belajar meningkat 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Kemampuan menjelaskan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Gejala dan Tanda Mayor pengetahuan tentang suatu
Edukasi
Subjektif topik meningkat
5. Anjurkan memantau anak saat berada di tempat yang berisiko (mis.
(tidak tersedia) 4. Kemampuan menggambarkan
Objektif pengalaman sebelumnya yang luar rumah, balkon. kolam renang)
- Menunjukan perilaku sesuai dengan topik meningkat 6. Anjurkan menutup sumber listrik yang dapat dijangkau
tidak sesuai anjuran 5. Perilaku sesuai dengan 7. Anjurkan mengatur perabotan rumah tangga
- Menunjikan presepsi yang pengetahuan meningkat 8. Anjurkan memilih mainan yang sesuai dengan usia anak dan tidak
keliru terhadap masalah 6. Pertanyaan yang sesuai dengan berbahaya
Gejala dan Tanda Minor masalah yang dihadapi 9. Anjurkan menyimpan benda berbahaya (mis, pisau, benda tajam
- Menjalani pemeriksaan menurun
lainnya) dan cairan berbahaya (mis. pembersih lantai deterjen) di
yang tepat 7. Persepsi yang keliru tentang
- Menunjikan perilaku masalah menurun tempat yang jauh dari jangkauan
berlebihan (mis. apatis, 8. Menjalani pemeriksaan yang 10. Anjurkan memberikan pembatas pada area dapur, kamar mandi,
bermusuhan, agitasi, tidak tepat menurun kolam
histeria) 9. Perilaku membaik 11. Jelaskan kepada orang tua dan anak tentang bahaya lalu lintas
12. Ajarkan penggunaan sabuk pengaman saat berkendara
Kondisi Klinis Terkait 13. Jelaskan keamanan bersepeda pada anak (mis. menggunakan helm
- Kondisi klinis yang baru
menggunakan sepeda sesuai usai)
dihadapi oleh klien
- Penyakit akut 14. Anjurkan penggunaan stroller (kursi dorong anak) kursi knusus anak
- Penyakit kronis dengan aman
15. Anjurkan tidak meletakkan anak pada tempat tidur yang tinggi
16. Ajarkan anak tindakan yang dilakukan saat merasa dirinya dalam
bahaya (mis. meminta bantuan orang dewasa, berteriak, segera
33

berlari).
34

2.1.1 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan. Dan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2.2.1 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan
seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi
ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo,
2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti :
1. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien
2. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu
ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana
keperawatan
4. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
tenaga keseh
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal, 4 Desember 2023 Pukul 10.00 WIB

1. Identitas pasien
Nama Klien : An.S

TTL : Kasongan, 12 Desember 2022

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan :-

Alamat : Jl Mayasir, Kasongan

Diagnosa medis : PJB Asianotik

2. Identitas penanggung jawab


Nama Klien : Ny.I

TTL : Banjar, 5 Februari 1985

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl Mayasir, Kasongan

Hubungan keluarga : Ibu

3. Keluhan utama :
Orang tua mengatakan An.S mengalami sesak nafas

4. Riwayat kesehatan

33
34

a. Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 27 November 2023 pasien dirujuk dari RS Ibu dan Anak Bunda
untuk mendapatkan penangganan lebih lanjut di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Pada tanggal 28 November 2023 pukul 22.09 WIB klien tiba di
RSUD dr.Doris Palangka Raya bersama kedua orang tuanya, dengan keluhan ibu
klien mengatakan anaknya batuk, sesak napas, lemas, Lalu dilakukan pemeriksaan
fisik dan didapatkan hasil TTV : Nadi : 185x/menit, RR : 40x/menit, S : 36,3 ˚C,
SPO2 : 92% dan diberikan terapi sesampainya di IGD pasien di berikan terapi Inf
D5 1/4 NS Asnet, Inj. Forusemid 2x5 mg, terpasang O2 Nasal kanul 2 lpm. Lalu
klien di anjurkan rawat inap di ruang flamboyan untuk penanganan lebih lanjut.
Saat dilakukan pengkajian yaitu pada tanggal 4 Desember 2023, ibu klien
mengatakan anaknya masih sesak nafas dan ada batuk berdahak, didapatkan hasil
TTV : Nadi : 123 x/menit, RR: 71 x/menit, S : 36,6 ˚C, SPO2 : 96%

b. Riwayat kesehatan lalu

1) Riwayat prenatal :

Ny.I mengandung An.E cukup bulan dan selama hamil nafsu makan Ny.I
kurang baik karena sering mual muntah dan pernah tidak napsu makan selama
seminggu. Pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care (ANC) dilakukan secara
rutin. An.S lahir pada tanggal 12 Desember 2022

2) Riwayat natal :

Ny.S mengatakan saat proses melahirkan An.S tidak ada kendala, menangis
dengan segera setelah dilahirkan.

3) Riwayat postnatal :

Ibu klien mengatakan melahirkan klien secara normal di klinik bersalin

4) Penyakit sebelumnya :

Ny.I mengatakan An.S tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti


DM dan lainnya, dan tidak ada riwayat operasi.
35

5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT


Usia 1 bulan 2 bulan 2 bulan - - -

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ny.S mengatakan keluarga ada yang mengidap penyakit keturunan yaitu


Diabetes Melitus. Saat di lakukan pengkajian dan di tanyakan tentang
penyakit yang di alami anaknya, ibu klien tampak bingung menjawab dan
kurang mengetahui tentang PJB ( Penyakit Jantung Bawaan) Asianotik
Masalah Keperawatan: Defisit Pengetahuan

d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

KETERANGAN :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

= Tinggal Serumah
36

II Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien tampak terbaring, tampak lemas, tampak pucat, kesadaran
compos mentis, terpasang stopper di tangan kanan, klien tampak kesulitan bernafas,
terpasang oksigen nasal kanul 2 liter.
2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 123 x/mnt
Suhu : 36,6 ˚C
Respirasi : 71 x/mnt
SPO2 : 96%
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung (√) lain-lain : Normal
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada masalah
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : Pupil klien isokor, dengan reflek cahaya kiri dan kangan positif.
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : Baik
Lain-lain : Tidak ada masalah
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Tidak ada masalah
Lain-lain : Tidak ada masalah

f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
37

Serumen/secret : ( ) Ada (√ ) tidak


Pasase udara : (√ ) terpasang O2 nasal kanul, 2 lpm ( ) tidak
Fungsi penciuman : Normal
Lain-lain : Tidak ada masalah
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya ( √ ) tidak
Stanosis (√) ya ( ) tidak
Keadaan ( √ ) kering ( ) lembab
Palatum : ( √ ) keras ( ) lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan…............ (√ ) tidak
Jumlah gigi :-
Lain-lain : Tidak ada masalah
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : Simetris
Reflek menelan : tidak sukar menelan
Pembesaran tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
Benjolan : Tidak ada benjolan
Peradangan : Tidak ada peradangan
Lain-lain : Tidak ada masalah
5. Dada
Bentuk : (√ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( √ ) tidak
Bunyi nafas : Ronchi
Tipe pernafasan : Dada dan perut
Bunyi jantung : mur-mur
Iktus cordis : Tidak terlihat
Bunyi tambahan : Tidak ada bunyi tambahan selain Ronchi
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Normal
Lain-lain : Ibu klien mengatakan klien sesak nafas. Klien
mengalami perubahan frekuensi jantung, Adanya sekret/sputum tambahan,
ekstremitas tampak sianosis dan keringat dingin, terdapat hasil echo klien katup-
katup jantung MR ringan-sedang, tampak lemas, klien tampak pucat.
Masalah Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
Masalah Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Masalah Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada masalah
38

7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 10x / mnt
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan:
Lain-lain :
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor : kulit pucat/turgor kulit menurun
Lain-lain : -
9. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan : Baik
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah

I. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : BB : 6,5 Kg, PB : 65 cm
2. Kemandirian dalam bergaul : Klien masih bayi
3. Motorik halus : Klien dapat menggengam
4. Motorik kasar : Klien belum bisa berjalan atau duduk
5. Kognitif dan bahasa: : Klien belum bisa berbicara
6. Psikososial : Klien mendapat dukungan penuh dari orang tua
maupun keluarga dalam proses perawatannya.

II. Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 30cc/jam 30cc/3 jam
b. Nafsu makan/selera Nafsu makan baik
c. Jenis makanan ASI dan Sufor
2 Eliminasi
a. BAB 3 x/hari 3 x/hari
Frekuensi
Konsistensi
4 x/sehari. 4 x/sehari.
39

b. BAK
Frekuensi
Konsistensi
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-2 jam sehari 1-2 jam sehari
b. Malam/ jam 8-9 jam sehari 8-9 jam sehari
4 Personal hygiene
a. Mandi - -
b. Oral hygiene - -

V Data penunjang

Hasil Pemeriksaan ECHO (Ekokardiografi)/USG Jantung

Lampiran Hasil ECHO :


40

Hasil pemerikasaan Laboratorium tanggal 29 November 2023 (Pukul 16.22 Wib)

Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan


pemeriksaan

Glukosa 137 <200 mg/dl


Sewaktu

HEMATOLOGI

DL/Paket (Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, hematokrit)

Hemoglobin 8,1 L : 13,5-18,0 ; P : g%


11,5-16,0

Leukosit 9.940 4.500-11.000 /mm3

Eritrosit 3,21 4-6 Juta/mm3

Trombosit 411.000 150.000-400.000 /mm3

Hematrokit 26 37-48 %

MCV 79 80-100 fL

MCH 25 27-34 Fg

MCHC 31 32-36 g/dl

VI Penatalaksanaan Medis

Nama Obat Dosis Rute Indikasi


pemberian

Inf. D5 ¼ NS - Intravena Digunakan untuk infus vena perifer


(Stopper) sebagai sumber kalori dimana
penggantian cairan dan kalori dibutuhkan.

Inj. Furosemid 3 x 6 mg Intravena Furosemide adalah obat golongan


diuretik. Obat ini bekerja dengan cara
mengurangi cairan berlebihan dalam
tubuh yang disebabkan oleh kondisi
seperti gagal jantung, penyakit hati dan
gagal ginjal.

Inj. MP 3 x 12,5 mg Intravena Methylprednisolone adalah obat untuk


meredakan peradangan pada berbagai
kondisi, termasuk radang sendi, radang
41

usus, asma, psoriasis, lupus,


hingga multiple sclerosis. Obat ini juga
digunakan dalam pengobatan reaksi alergi
yang parah.

Inj. 3x2 mg Intravena Indikasi cefotaxime adalah untuk


Cefotaxime penatalaksanaan infeksi saluran
pernapasan bawah, infeksi saluran kemih,
pelvic inflammatory disease, infeksi
intraabdominal, infeksi sistem saraf pusat,
infeksi pada tulang dan kulit, serta pada
bakteremia dan sepsis.

PO. Pct Drop 3 x 0,7 pulv Oral Obat Paracetamol Drop dikenal sebagai
(PO) obat Analgesik atau pereda nyeri dan juga
obat Antipiretik atau obat penurun
demam.

PO. Ataroc 2x2 ml Oral TAROC SIRUP adalah obat yang


mengandung Procaterol HCL 25 mcg/5
(PO) ml. Procaterol HCl digunakan untuk
mengurangi berbagai gejala yang
disebabkan oleh gangguan obstruksi
pernafasan dari berbagai penyakit seperti
asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema
pulmonum, bronchitis akut dan asmatis
bronchitis.

PO. Vectrin 2x2 ml Oral Vectrin adalah obat yang di gunakan


untuk mengobati gangguan saluran
pernapasan akut dan kronis, termasuk
batuk pada penderita eksaserbasi akut
bronkhitis akut.

Palangka Raya, 4 Desember 2023

Mahasiswa,

(Lisnawatie)
42

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS:
Ibu klien mengatakan klien Atrium Septal Defect Pola Napas Tidak Efektif
sesak napas.

DO :
- Akral teraba hangat Aliran Paru berlebihan
- Klien tampak lemas
- Klien tampak pucat
- Klien tampak kesulitan
bernapas Volum ventrikel meningkat
- Terdapat suara
tambahan ronchi
- Klien tampak gelisah Penurunan Curah jantung
- Klien tampak menangis
- Klien tampak terpasang
O2 Nasal kanul 2 Lpm
- Terdapat hasil echo Kesulitan bernapas
klien katup-katup
Jantung MR ringan-
sedang,
- Terdapat suara murmur Pola Napas Tidak Efektif
jantung (bunyi jantung
S1)
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 32 x/menit
- SPO2 : 96%
43

DS: Ventrikal Septal Defect


Ibu klien mengatakan Bersihan Jalan Napas
anaknya mengalami batuk Tidak Efektif
berdahak
Aliran Paru berlebihan
DO :
- Klien tampak sesak
napas
peningkatan jumlah cairan di
- Adanya sekret/sputum
tambahan paru
- Terdapat suara
tambahan ronchi
- Klien tidak mampu Infeksi paru
mengeluarkan
sekret/sputum
berlebihan
- Klien tampak terpasang Produksi sekret
O2 Nasal kanul 2 Lpm
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C Peningkatan sekret
- Respirasi : 32 x/menit
- SPO2 : 96%
Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif
44

DS: Tekanan pada atrium tinggi


Ibu klien mengatakan klien Penurunan Curah
sesak napas. Jantung
DO : Input darah ventrikal kiri
- Klien mengalami menurun
perubahan frekuensi
jantung
- Ekstermitas tampak
sianosis dan keringat Cardiac output menurun
dingin
- Terdapat hasil echo
klien katup-katup Penurunan curah jantung
Jantung MR ringan-
sedang,
- tampak lemas
- Klien tampak pucat
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 32 x/menit
- SPO2 : 96%
45

DS : Kurang terpapar
- Ibu klien mengatakan informasi Defisit Pengetahuan

kurang mengetahui
tentang PJB (Penyakit Bingung, beberapa kali
Jantung Bawaan) bertanya
Asianotik
Defisit pengetahuan
DO : .
- Saat di tanyakan
tentang penyakit
anaknya ibunya
tampak bingung
- Ibu klien tampak
bingung anaknya
sering sakit
- Ibu klien banyak
bertanya tentang
PJB
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 32x/menit
- SPO2 : 96%
46

PRIORITAS MASALAH

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di tandai dengan
ibu klien mengatakan klien sesak napas. Akral teraba hangat, Klien tampak lemas,
Klien tampak pucat, Klien tampak kesulitan bernapas, terdapat suara tambahan ronchi,
Klien tampak gelisah, Klien tampak menangis, Klien tampak terpasang O2 Nasal kanul
2 Lpm. TTV Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 : 96%.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan Ibu klien mengatakan anaknya mengalami batuk berdahak, Klien tampak sesak
napas, Adanya sekret/sputum tambahan, Terdapat suara tambahan ronchi, Klien tidak
mampu mengeluarkan sekret/sputum berlebihan, Klien tampak terpasang O2 Nasal
kanul 2 Lpm. TTV : Nadi: 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C, Respirasi : 32 x/menit, SPO2 :
96%.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung di tandai
dengan Ibu klien mengatakan klien sesak napas. Klien mengalami perubahan frekuensi
jantung, ekstermitas tampak sianosis dan keringat dingin, terdapat hasil echo klien
katup-katup jantung MR ringan-sedang, tampak lemas, klien tampak pucat. TTV
Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 : 96%.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan
ibu klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit PJB (Penyakit Jantung
Bawaan) Asianotik, saat di tanyakan tentang penyakit anaknya ibunya tampak
bingung, ibu klien tampak bingung anaknya sering sakit, ibu klien banyak bertanya
tentang PJB TTV Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 :
96%
47

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. S


Ruang Rawat : Ruang Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


Pola Napas Tidak Efektif b.d Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
hambatan upaya napas. Setelah dilakukan tindakan Observasi
(SDKI D.0005) keperawatan 3x7 jam maka 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
diharapkan masalah 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
keperawatan dapat teratasi wheezing, ronchi kering)
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dispnea menurun Terapeutik
2. Penggunaan otot bantu napas 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
menurun lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
3. Frekuensi napas membaik 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Kedalaman napas membaik 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
3. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
48

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011 Hal.186)
Efektif b. d Sekresi tertahan keperawatan selama 3x7 jam Observasi:
(SDKI D.0001) diharapkan bersihan jalan napas 1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
meningkat dengan kriteria hasil
ronkhi kering)
(SLKI L.01001 Hal.18): 3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1) Produksi sputum menurun Terapeutik:
2) Dispnea menurun 4) Posisikan semi-fowler atau fowler
3) Frekuensi napas membaik 5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4) Pola napas membaik 6) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
7) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
49

Penurunan curah jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi

perubahan frekuensi jantung ( keperawatan 3x7 jam maka 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(SDKI D.0011) diharapkan masalah keperawatan 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor saturasi oksigen
dapat teratasi dengan kriteria hasil 4. Monitor keluhan nyeri dada
: 5. Monitor atrimia
1. Lelah menurun 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
2. Dispnea menurun
7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
3. Pucat/sianosis menurun obat
4. Batuk menurun Terapeutik
5. Suara Jantung S3 menurun 1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
Edukasi

1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antia ritmia, jikaperlu


2. Rujuk ke program rehabilitas jantung

Defisit Pengetahuan
50

berhubungan dengan
Tingkat Pengetahuan (SLKI
dengan kurang terpapar L.12111)
Edukasi Kesehatan (I.12383)
informasi (SDKI D.0110) Setelah dilakukan asuhan Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
keperawatan 3 x 7 jam
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
diharapkan masalah keperawatan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
defisit pengetahuan dapat teratasi
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat Berikan kesempatan untuk bertanya
2. Verbalisasi minat
dalam belajar meningkat Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
3. Kemampuan menjelaskan
kesehatan
pengetahuan tentang suatu
topik meningkat 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
4. Kemampuan menggambarkan perilaku hidup bersih dan sehat
pengalaman sebelumnya yang Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru tentang
masalah menurun
8. Perilaku membaik
51
52

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 4 Desember 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas S : ibu pasien mengatakan pasien masih sesak nafas
2023 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas O:
Pukul 10.00 Wib - Frekuensi nafas belum membaik
3. Memposisikan semi-fowler atau fowler
- Klien tampak masih sesak nafas
Dx 1 4. Memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Klien tampak terbaring dengan posisi semi fowler
5. Menganjurkan asupan cairan
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
Lisnawatie
putih dan susu)
- Masih terdapat suara nafas ronchi
Hasil TTV
- Nadi : 123 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 30 x/mnt
- SPO2 : 96 %
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi manajemen jalan nafas

Senin, 4 Desember
53

2023 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha S:


Pukul 10.15 Wib nafas)
2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, Ibu klien mengatakan batuk berdahak pada anaknya sudah
Dx 2 mengi, wheezing, ronkhi kering) mulai berkurang
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma) O:
4. Memposisikan semi-fowler atau fowler
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik - Frekuensi nafas belum membaik
6. Memberikan oksigen 2 Lpm - Kedalaman nafas belum membaik
7. Menganjurkan asupan cairan - Usaha nafas belum membaik
- Terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
- Sputum klien tampak bening, dan kental
- Posisi pasien tampak semi fowler Lisnawatie
- Dilakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
putih dan susu)
Hasil TTV
- Nadi : 123 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 30 x/mnt
- SPO2 : 96 %
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan nafas

Senin, 4 Desember
54

2023 S :
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
Pukul 10.30 Wib - Ibu klien mengatakan klien masih kesulitan
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema ortopnea
bernapas
Dx 3 paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
O :
2. Memonitor intake dan output cairan
- Klien tampak sesak
3. Memonitor saturasi oksigen - Terdengar suara napas ronchi
4. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi - Intake 210 ml
- Output 156 cc
oksigen >94%
- Klien tampak terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
Hasil TTV :
- Nadi : 99 x/mnt Lisnawatie
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 30 x/mnt
- SPO2 : 96%
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi

P : Intervensi perawatan jantung dilanjutkan

Senin, 4 Desember
55

2023 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima S:


Pukul 11.00 Wib informasi - Ibu pasien mengatakan mulai mengetahui tentang
2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan penayakit yang di alami anaknya setelah diberikan
Dx 4
yaitu leaflet tentang PJB Asianotik penjelasan
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai O:
kesepakatan - Ibu pasien tampak memperhatikan selama proses
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya pendidikan kesehatan
5. Menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi - Ibu pasien tampak memahami isi
kesehatan dari leaflet tentang PJB (Penyakit
Lisnawatie
Jantung Bawaan) Asianotik
- Ibu pasien dapat menjelaskan kembali definisi,
penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan.

A : Masalah defisit pengetahuan teratasi.


P : Intervensi edukasi kesehatan di hentikan
56

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 5 Desember 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas S : Ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien sudah
2023 Pukul 14.00 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas berkurang
WIB O:
3. Memposisikan semi-fowler atau fowler
- Frekuensi nafas mulai membaik
4. Memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Sesak nafas pasien tampak berkurang
5. Menganjurkan asupan cairan
- Klien tampak terbaring dengan posisi semi fowler
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
putih dan susu) Lisnawatie
- Suara nafas pasien mulai membaik
Hasil TTV
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98 %
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
P : intervensi manajemen pola nafas dihentikan, pasien
pulang

Selasa, 5 Desember 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha S:


2023 Pukul 14.30 nafas)
57

WIB 2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, Ibu klien mengatakan batuk berdahak pada anaknya sudah
mengi, wheezing, ronkhi kering) berkurang
Dx 2 3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Memposisikan semi-fowler atau fowler O:
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Memberikan oksigen 2 Lpm - Frekuensi nafas mulai membaik
7. Menganjurkan asupan cairan - Kedalaman nafas mulai membaik
- Usaha nafas mulai membaik Lisnawatie
- Suara nafas mulai membaik
- Produksi sputum mulai menurun, sputum berwarna
bening dan kental
- Posisi pasien tampak semi fowler
- Dilakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
putih dan susu)
Hasil TTV
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98 %
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Intervensi manajemen jalan nafas dihentikan, pasien
pulang
Selasa, 5 Desember
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah S:
2023 Pukul 15.45
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema ortopnea
58

WIB
paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV) Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak kesulitan
Dx 3 2. Memonitor intake dan output cairan bernapas
3. Memonitor saturasi oksigen O :
- Sesak nafas pasien tampak berkurang
4. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi - Suara nafas pasien mulai membaik
oksigen >94% - Intake 150 ml
- Output 100 cc
- Klien tampak terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm Lisnawatie
Hasil TTV :
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98%
A : Masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : Intervensi perawatan jantung dihentikan, pasien pulang
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung bawaan


dengan kelainan simpleks dan kelainan kompleks pada usia 2-5 tahun. .
Jurnal Kedokteraan Diponegoro. , 7(2):1308-21.

Amelia, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung


Bawaan entricel [eptil Hefect (Vsd) Di Ruangan Hcu Anak Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Poltekes Kemenkes Padang.

Claudino, F. P. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Nn. T. T. Dengan


Penyakit Jantung Bawaan (Pjb) Di Ruangan Iccu Rsud Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.

Gumilar, K. E. (2020). Kehamilan dengan Penyakit Jantung: Seri-l: Penyakit


Jantung Bawaan. Surabaya: AUP.

Novatriyanto CA, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung


bawaan dengan kelainan simpleks dan kelainan komplek pada umur 0-2
tahun. Jurnal Kedokteran Diponegoro. .

Syifa, P. P. (2023). Pengaruh penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik


terhadap pertumbuhan pasien balita periode 2018-2020 di RSUD Dr.
Chasbullah Abdul Majid Bekasi.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Kiteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai