Oleh :
LISNAWATIE
NIM : 20231490104040
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar kasus yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa
Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi Profesi Ners Angkatan
XI STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, Ners, M. Kep. Ners Selaku Koordinator dalam Program
Studi Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya
4. Ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku Koordinator dalam Program Studi
Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
5. Ibu Dina Rawan G. Rana, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan
keperawatan ini.
6. Ibu Fina Wardani, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 4 Desember 2023
Lisnawatie
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTARISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Pjb Asianotik..........................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................5
2.1.3 Etiologi....................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi...............................................................................7
2.1.5 Patofisiologi............................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................12
2.1.7 Komplikasi............................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.........................................................14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................19
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN................................................................33
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 58
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung yang abnormal
dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami aborsi spontan. Dokter
bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya penyakit jantung, membedakannya
dari keadaan normal dan menilai urgensi pemeriksaan kardiologi Pada umumnya
kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya
baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala
umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan. (Syifa, 2023). Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
spiritual.
5
6
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel kiri
dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang
terbesar. Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga
darah hanya dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut, yaitu:
1. Katup mitral, berada di antara serambi kiri dan bilik kiri. Katup ini normalnya
memiliki dua daun katup, karenanya disebut juga katup bikuspid.
2. Katup aorta, berada di antara bilik kiri dan aorta atau batang nadi.
3. Katup trikuspid, berada di antara serambi kanan dan bilik kanan, dan memiliki
tiga daun katup.
4. Katup pulmonalis, berada di antara bilik kanan dan arteri pulmonalis.
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium kanan.
Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah
oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan
oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah
bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral.
Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta
dan diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh kemudian
darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil
oleh sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya PJB (Penyakit Jantung Bawaan) belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di duga mempunyai pengaruh pada
penyakit peningkatan angka kejadia PJB. Faktor- faktor penyebab kelainan
jantung menurut sifatnya dapat dibagi sebagai berikut menurut (Amelia, 2019) :
1. Eksogen
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu (misalnya
thalidomide), konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung
7
kongenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan lain-lain. Diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan. Faktor eksogen mempunyai
pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
2. Endogen
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya kelainan
jantung congenital. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai
insiden PJB tinggi, jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarga yang
sama.
3. Faktor Lingkungan
Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok, rubella,
infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan
menyebabkanpenyakit jantung bawaan, Diabetes, bayi yang dilahirkan dari
seorang ibu yang menderita diabetes tidakterkontrol mempunyai risiko sekitar
3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaand. Alkohol, seorang ibu yang
alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untukmendapatkan bayi dengan
penyakit jantung bawaane. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam,
corticosteroid, phenothiazin, dan kokainakan meningkatkan insiden penyakit
jantung bawaan (Dyah Primasari, 2019).
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu : (Claudino,
2019)
1. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan
salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh
darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai
spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung
pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru.
a. Defek Septum Atrium(AtrialSeptalDefect-ASD)
Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada
DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
8
atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran
ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volume pada jantung
kanan.
2.1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah
jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan.
Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi
sistemik memiliki tahanan yang tinggi. (Novatriyanto CA, 2018). Apabila terjadi
hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-
rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga
jantung yang bertekanan tinggi ke jantung yang bertekanan rendah. Sebagai
contoh adanya Defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan.
Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan
10
rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga
darah dari ventrikel kanan yang miskin akan okigen mengalir dari defek tersebut
ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau
(Shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada
sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis.
(Novatriyanto CA, 2018)
11
Manifestasi Klinis : Klasifikasi :
Etiologi : 1.Gangguan pertumbuhan 1. Penyakit jantung
Faktor prenatal: Infeksi, usia, penderita dm, Factor genetic: ayah 2.Sianosis bawaan Sianotik 12
dan ibu penderita pjb , kelainan kromosom, Factor lingkungan: 3. Toleransi latihan 2. Penyakit jantung
paparan lingkungan , infeksi rubella, alcohol dan obat obatan 4. Infeksi saluran napas sianotik
berulang
WOC PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboraturium
Komplikasi : 2.Radiologi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung
yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi ketika bayi
PJB (Penyakit Jantung Bawaan) 3.EKG
Serangan sianotik, pada serangan ini 4.Echocardiography
masih dalam kandungan. Penyakit jantung bawaan PJB anak atau pasien menjadi lebih biru 5. Spo2
Asianotik atau sering disebut (PJB) non sianotik adalah dari kondisi sebelumnya tampak sesak
kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa sejak bahkan dapat menimbulkan kejang. Penatalaksanaan Medis 1.
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Farmakologis. 2.Non-
farmakologis
B3 B4 B5 B6
B1 B2
Brain Bladder Bowel Bone
Breathing Blood
Kurangnya
Informasi
Tekanan pada atrium Ekstraksi cairan Penurunan perfusi
ventrikal septal defect Oksigen otak hipoksemia
tinggi menurun jaringan
MK: Defisit
Perpindahan Sesak Pengetahuan
Aliran paru berlebih
Input darah Hipertrifi cairan dari Tirah baring lama
ventrikel kiri jaringan otak intravaskuler
menurun
Volum ventrikel meningkat Nafsu menyusu Kelemahan
Odem berkurang
Cardiac output Resiko abses
Kesulitan bernafas menurun selebri MK: Intoleransi
Aktivtas
Oliguri, asupan nutrisi
Obstruksi jalan
MK: Resiko Perfusi anuri, edema berkurang
napas
MK: Penurunan
MK: Pola Napas Serebral Tidak
Curah Jantung MK: Gangguan
Tidak Efektif Efektif
MK: Risiko MK: Defisit Nutrisi Tumbuh Kembang
MK: Bersihan Ketidakseimbangan
Jalan Napas Elektrolit
Tidak Efektif
Sumber : (Novatriyanto CA, 2018)
12
2. Non- Farmakologis
a. Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu
dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang
lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui.
b. Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB
dapat dilakukan tindakan , Seperti Menempatkan pasien khususnya
neonatus pada lingkungan yang hangat dapat dilakukan dengan
membedong atau menempatkannya pada inkhubator.
c. Memberikan Oksigen
d. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit
serta asam basa.
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari
tangan dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu, keringat
yang berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis atau kebiruan
pada bibir dan kuku.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
17
tahun 24- 40x/menit, usia 4-5 tahun 22- 34x/menit, usia 5-12 tahun
18-30x/menit, 12-18 tahun 12- 16x/menit.
3) Suhu: Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC, pada anak PJB suhu
normal selama tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.
b. Kepala-leher : Biasanya tidak ada kelainan pada kepala.
c. Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik.
d. Hidung: Nafas cepat dan adanya pernafasan cuping hidung.
e. Mulut : Sianosis (warna kebiruan) dapat dilihat pada membran mukosa,
seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut disebut
sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama melakukan
aktivitas, seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis yang
berat, tanpa melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah
tampak.
f. Leher : Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat
penebalan atau pembengkakan aorta.
g. Thorax
1) Paru : Biasanya pada anak dengan VSD/ASD, hasil inspeksi tampak
adanya retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek dan
dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar suara redup
karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan
terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru
pada komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di
auskultasi akan terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan
takipneu.
2) Jantung : Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat
simetris sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan
ditemukan tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri
karena pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya didapatkan
batas jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari garis midsternal
pada intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba pulsasi pada ventrikel
kanan akibat peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas
19
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011 Hal.186)
Efektif keperawatan selama bersihan jalan Observasi
(SDKI. D.0001, hal 18) napas meningkat dengan kriteria 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Definisi: hasil (SLKI L.01001 Hal.18): 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
Ketidakmampuan 1. Batuk efektif meningkat ronkhi kering)
membersihkan sekret atau 2. Produksi sputum menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
obstruksi jalan napas untuk 3. Mengi menurun Terapeutik
mempertahankan jalan 4. Wheezing menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
napas tetap paten. 5. Mekonium (pada neonates) (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Penyebab: menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
• Fisiologis: 6. Dipsnea menurun 3. Berikan minum hangat
1. Spasme jalan napas 7. Ortopnea menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
2. Hipersekresi jalan napas 8. Sulit berbicara menurun 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
3. Disfungsi neuromuskuler 9. Sianosis menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
4. Benda asing dalam jalan 10.Gelisah menurun 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill
napas 11.Frekuensi napas membaik 8. Berikan oksigen, jika perlu
5. Adanya jalan napas buatan 12.Pola napas membaik Edukasi
6. Sekresi yang tertahan 9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
7. Hiprplasia dinding jalan 10. Ajarkan teknik batuk efektif
napas Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
8. Proses infeksi
perlu
9. Respon alergi
10.Efek agen farmakologis
• Situasional:
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: Tidak tersedia
22
Objektif:
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebihan
- Mengi, wheezing, dan/atau
ronkhi kering
- Mekonium di jalan napas
(pada neonates)
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
- Dispnea
- Sulit bicara
- Orthopnea
Objektif:
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah.
23
Objektif
- perubahan preload
3. 4. Risiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)
Efektif b.d penurunan kinerja (SLKI L.02014) Observasi
Setelah dilakukan tindakan
ventrikel kiri (SDKI D.0017) 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolism
keperawatan 3x7 jam
Definisi : Berisiko edema serebral)
maka diharapkan masalah
mengalami penurunan 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningka
keperawatan dapat teratasi dengan
sirkulasi darah ke otak tekanan nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
kriteria hasil
Gejala dan tanda mayor : 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Subjektif :
4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- 1. Tingkat kesadaran meningkat
Objektif 5. Monitor PAWP, jika perlu
2. Kognitif meningkat
- Pengisian kapiler >3 detik
6. Monitor PAP , jika perlu
- Nadi perifer menurun atau 3. Sakit kepala menurun
tidak teraba 4. Gelisah menurun 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Akral teraba dingin 5. Kecemasan menurun
8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Warna kulit pucat 6. Agitasi menurun
- Turgor kulit menurun 7. Demam menurun 9. Monitor gelombang ICP
Gejala dan tanda minor : 8. Tekanan arteri rata-rata
25
hipertensi, intracranial
idiopatik)
Definisi : Asupan nutrisi tidak keperawatan 3x7 jam diharapkan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
cukup untuk memenuhi status nutris membaik , dengan 3. Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
kebutuhan metabolisme
1. Porsi makana yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Gejala dan tanda mayor : dihabiskan meningkat 6. Monitor asupan makanan
Objektif 2. Kekuatan mengunyah 7. Monitor berat badan
- Berat badan menurun meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
minimal 10% dibawah
3. Kekuatan otot menelan Terapeutik
rentang ideal
membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Gejala dan tanda minor : 4. Penyiapan dari 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Subjektif penyimpanan makanan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Kram/nyeri abdomen yang aman 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Nafsu makan menurun 5. Nyeri abdomen menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Objektif 6. Indeks massa tubuh (IMT) 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Bising usus hiperaktif
- Otot mengunyah lemah membaik 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
- Otot menelan lemah 7. Membran mukosa asupan oral dapat ditoleransi
membaik Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
energi untuk melakukan 1. saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas seari-hari 2. kekuatan tubuh bagian atas 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Gejala dan tanda mayor :
3. kekuatan tubuh bagian Terapeutik
Subjektif
bawah meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
- Mengeluh lelah
4. dispnea saat aktivitas suara, kunjungan)
Objektif
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- frekuensi jantung menurun
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
meningkat >20% dari 5. perasaan lemah menurun 4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
kondisi istirahat 6. warna kulit membaik berjalan
7. frekuensi napas membaik
Gejala dan tanda minor :
Edukasi
Subjektif
- dispnea saat/setelah
aktivitas, merasa tidak 1. Anjurkan tirah baring
nyaman setelah 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertaha
beraktivitas, merasa 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
lemah. tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Objektif Kolaborasi
- tekanan darah berubah Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
>20% dari kondisi
istirahat Setelah dilakukan tindakan
Defisit Pengetahuan keperawatan 3x7 diharapkan
berhubungan dengan kurang masalah keperawatan defisit
nya terpapar informasi (SDKI pengetahuan dapat teratasi dengan
9. kriteria hasil : Edukasi Keamanan Anak (SIKI I.12378)
D.0110)
Tingkat Pengetahuan Observasi
Definisi : Ketiadaan atau (SLKI L.12111) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran
32
berlari).
34
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal, 4 Desember 2023 Pukul 10.00 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An.S
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
3. Keluhan utama :
Orang tua mengatakan An.S mengalami sesak nafas
4. Riwayat kesehatan
33
34
1) Riwayat prenatal :
Ny.I mengandung An.E cukup bulan dan selama hamil nafsu makan Ny.I
kurang baik karena sering mual muntah dan pernah tidak napsu makan selama
seminggu. Pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care (ANC) dilakukan secara
rutin. An.S lahir pada tanggal 12 Desember 2022
2) Riwayat natal :
Ny.S mengatakan saat proses melahirkan An.S tidak ada kendala, menangis
dengan segera setelah dilahirkan.
3) Riwayat postnatal :
4) Penyakit sebelumnya :
5) Imunisasi
KETERANGAN :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
36
II Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien tampak terbaring, tampak lemas, tampak pucat, kesadaran
compos mentis, terpasang stopper di tangan kanan, klien tampak kesulitan bernafas,
terpasang oksigen nasal kanul 2 liter.
2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 123 x/mnt
Suhu : 36,6 ˚C
Respirasi : 71 x/mnt
SPO2 : 96%
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung (√) lain-lain : Normal
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada masalah
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : Pupil klien isokor, dengan reflek cahaya kiri dan kangan positif.
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : Baik
Lain-lain : Tidak ada masalah
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Tidak ada masalah
Lain-lain : Tidak ada masalah
f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
37
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 10x / mnt
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan:
Lain-lain :
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor : kulit pucat/turgor kulit menurun
Lain-lain : -
9. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan : Baik
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
b. BAK
Frekuensi
Konsistensi
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-2 jam sehari 1-2 jam sehari
b. Malam/ jam 8-9 jam sehari 8-9 jam sehari
4 Personal hygiene
a. Mandi - -
b. Oral hygiene - -
V Data penunjang
HEMATOLOGI
Hematrokit 26 37-48 %
MCV 79 80-100 fL
MCH 25 27-34 Fg
VI Penatalaksanaan Medis
PO. Pct Drop 3 x 0,7 pulv Oral Obat Paracetamol Drop dikenal sebagai
(PO) obat Analgesik atau pereda nyeri dan juga
obat Antipiretik atau obat penurun
demam.
Mahasiswa,
(Lisnawatie)
42
ANALISA DATA
DS:
Ibu klien mengatakan klien Atrium Septal Defect Pola Napas Tidak Efektif
sesak napas.
DO :
- Akral teraba hangat Aliran Paru berlebihan
- Klien tampak lemas
- Klien tampak pucat
- Klien tampak kesulitan
bernapas Volum ventrikel meningkat
- Terdapat suara
tambahan ronchi
- Klien tampak gelisah Penurunan Curah jantung
- Klien tampak menangis
- Klien tampak terpasang
O2 Nasal kanul 2 Lpm
- Terdapat hasil echo Kesulitan bernapas
klien katup-katup
Jantung MR ringan-
sedang,
- Terdapat suara murmur Pola Napas Tidak Efektif
jantung (bunyi jantung
S1)
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 32 x/menit
- SPO2 : 96%
43
DS : Kurang terpapar
- Ibu klien mengatakan informasi Defisit Pengetahuan
kurang mengetahui
tentang PJB (Penyakit Bingung, beberapa kali
Jantung Bawaan) bertanya
Asianotik
Defisit pengetahuan
DO : .
- Saat di tanyakan
tentang penyakit
anaknya ibunya
tampak bingung
- Ibu klien tampak
bingung anaknya
sering sakit
- Ibu klien banyak
bertanya tentang
PJB
TTV :
- Nadi : 123 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 32x/menit
- SPO2 : 96%
46
PRIORITAS MASALAH
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di tandai dengan
ibu klien mengatakan klien sesak napas. Akral teraba hangat, Klien tampak lemas,
Klien tampak pucat, Klien tampak kesulitan bernapas, terdapat suara tambahan ronchi,
Klien tampak gelisah, Klien tampak menangis, Klien tampak terpasang O2 Nasal kanul
2 Lpm. TTV Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 : 96%.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan Ibu klien mengatakan anaknya mengalami batuk berdahak, Klien tampak sesak
napas, Adanya sekret/sputum tambahan, Terdapat suara tambahan ronchi, Klien tidak
mampu mengeluarkan sekret/sputum berlebihan, Klien tampak terpasang O2 Nasal
kanul 2 Lpm. TTV : Nadi: 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C, Respirasi : 32 x/menit, SPO2 :
96%.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung di tandai
dengan Ibu klien mengatakan klien sesak napas. Klien mengalami perubahan frekuensi
jantung, ekstermitas tampak sianosis dan keringat dingin, terdapat hasil echo klien
katup-katup jantung MR ringan-sedang, tampak lemas, klien tampak pucat. TTV
Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 : 96%.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan
ibu klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit PJB (Penyakit Jantung
Bawaan) Asianotik, saat di tanyakan tentang penyakit anaknya ibunya tampak
bingung, ibu klien tampak bingung anaknya sering sakit, ibu klien banyak bertanya
tentang PJB TTV Nadi : 123 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 32 x/menit, SPO2 :
96%
47
RENCANA KEPERAWATAN
Penurunan curah jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
perubahan frekuensi jantung ( keperawatan 3x7 jam maka 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(SDKI D.0011) diharapkan masalah keperawatan 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor saturasi oksigen
dapat teratasi dengan kriteria hasil 4. Monitor keluhan nyeri dada
: 5. Monitor atrimia
1. Lelah menurun 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
2. Dispnea menurun
7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
3. Pucat/sianosis menurun obat
4. Batuk menurun Terapeutik
5. Suara Jantung S3 menurun 1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
Edukasi
Defisit Pengetahuan
50
berhubungan dengan
Tingkat Pengetahuan (SLKI
dengan kurang terpapar L.12111)
Edukasi Kesehatan (I.12383)
informasi (SDKI D.0110) Setelah dilakukan asuhan Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
keperawatan 3 x 7 jam
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
diharapkan masalah keperawatan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
defisit pengetahuan dapat teratasi
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat Berikan kesempatan untuk bertanya
2. Verbalisasi minat
dalam belajar meningkat Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
3. Kemampuan menjelaskan
kesehatan
pengetahuan tentang suatu
topik meningkat 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
4. Kemampuan menggambarkan perilaku hidup bersih dan sehat
pengalaman sebelumnya yang Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
sesuai dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru tentang
masalah menurun
8. Perilaku membaik
51
52
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 4 Desember 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas S : ibu pasien mengatakan pasien masih sesak nafas
2023 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas O:
Pukul 10.00 Wib - Frekuensi nafas belum membaik
3. Memposisikan semi-fowler atau fowler
- Klien tampak masih sesak nafas
Dx 1 4. Memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Klien tampak terbaring dengan posisi semi fowler
5. Menganjurkan asupan cairan
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
Lisnawatie
putih dan susu)
- Masih terdapat suara nafas ronchi
Hasil TTV
- Nadi : 123 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 30 x/mnt
- SPO2 : 96 %
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi manajemen jalan nafas
Senin, 4 Desember
53
Senin, 4 Desember
54
2023 S :
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
Pukul 10.30 Wib - Ibu klien mengatakan klien masih kesulitan
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema ortopnea
bernapas
Dx 3 paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
O :
2. Memonitor intake dan output cairan
- Klien tampak sesak
3. Memonitor saturasi oksigen - Terdengar suara napas ronchi
4. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi - Intake 210 ml
- Output 156 cc
oksigen >94%
- Klien tampak terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
Hasil TTV :
- Nadi : 99 x/mnt Lisnawatie
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 30 x/mnt
- SPO2 : 96%
A : Masalah penurunan curah jantung belum teratasi
Senin, 4 Desember
55
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 5 Desember 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas S : Ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien sudah
2023 Pukul 14.00 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas berkurang
WIB O:
3. Memposisikan semi-fowler atau fowler
- Frekuensi nafas mulai membaik
4. Memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Sesak nafas pasien tampak berkurang
5. Menganjurkan asupan cairan
- Klien tampak terbaring dengan posisi semi fowler
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
putih dan susu) Lisnawatie
- Suara nafas pasien mulai membaik
Hasil TTV
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98 %
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
P : intervensi manajemen pola nafas dihentikan, pasien
pulang
WIB 2. Memonitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, Ibu klien mengatakan batuk berdahak pada anaknya sudah
mengi, wheezing, ronkhi kering) berkurang
Dx 2 3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Memposisikan semi-fowler atau fowler O:
5. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Memberikan oksigen 2 Lpm - Frekuensi nafas mulai membaik
7. Menganjurkan asupan cairan - Kedalaman nafas mulai membaik
- Usaha nafas mulai membaik Lisnawatie
- Suara nafas mulai membaik
- Produksi sputum mulai menurun, sputum berwarna
bening dan kental
- Posisi pasien tampak semi fowler
- Dilakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Terpasang oksigen nasal kanul 2 Lpm
- Ibu pasien tampak memberikan asupan cairan (air
putih dan susu)
Hasil TTV
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98 %
A: Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P: Intervensi manajemen jalan nafas dihentikan, pasien
pulang
Selasa, 5 Desember
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah S:
2023 Pukul 15.45
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema ortopnea
58
WIB
paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV) Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak kesulitan
Dx 3 2. Memonitor intake dan output cairan bernapas
3. Memonitor saturasi oksigen O :
- Sesak nafas pasien tampak berkurang
4. Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi - Suara nafas pasien mulai membaik
oksigen >94% - Intake 150 ml
- Output 100 cc
- Klien tampak terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm Lisnawatie
Hasil TTV :
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,5 ˚C
- Respirasi : 26 x/mnt
- SPO2 : 98%
A : Masalah penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : Intervensi perawatan jantung dihentikan, pasien pulang
DAFTAR PUSTAKA