Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI/ANAK DENGAN


GANGGUAN KARDIOVASKULER CHD ASIANOTIK

Dosen Pengampu : Erni Nuryanti S. Kep., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Fia Asdika Putri P1337420421059 (30)


2. Jihan Maulana Hidayat P1337420421067 (34)
3. Dinda Neli Rahmawati P1337420421099 (50)
4. Fahra Putri Salsabrina P1337420421103 (52)
5. Syira Allegra P1337420421111 (56)
TINGKAT 2A

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tentang “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Gangguan Kardivaskuler CHD Asianotik”. Asuhan Keperawatan ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sutarmi, MN selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Teman-teman mahasiswa yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Kardiovaskuler CHD Asionatik ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Asuhan Keperawatan ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah agar menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik
dimasa yang akan datang.

Blora, 21 Maret 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. ................................................................................................... 3


B. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Konsep Dasar


A. Definisi.................................................................................................................. 5
B. Etiologi.................................................................................................................. 5
C. Manifestasi klinis .................................................................................................. 6
D. Patofisiologi .......................................................................................................... 6
E. Komplikasi ............................................................................................................ 7
F. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 7
G. Pathway ............................................................................................................... 11

1.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian ........................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 16
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 16
D. Implementasi Keperawatan ................................................................................. 20
E. Evaluasi ............................................................................................................... 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
B. Saran .................................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang terjadi sejak
dalam kandungan sebelum bayi lahir. Kelainan jantung ini disebabkan oleh gangguan
perkembangan system kardiovaskuler pada embrio (Ngastiah, 2014).
PJB merupakan suatu permasalahan yang terjadi pada struktur jantung yang
tampak setelah kelahiran. Kelainan ini dapat melibatkan bagian dalam dinding jantung,
yaitu klep didalam jantung atau arteri dan vena yang membawa darah kejantung atau
keseluruh tubuh. PJB yang berat bisa dikenali saat kehamilan dengan cara pemeriksaan
USG dan didapat detak jantung janin yang abnormal (mur-mur) atau segera setelah lahir
yaitu anak tampak kebiruan saat menangis. PJB yang ringan sering tidak menampakkan
gejala, dan diagnosisnya didasarkan pada pemerisaan fisik dan tes khusus untuk alasan
yang lain (Maramis, Kaunang & Rompis, 2014).
WHO (2016), menjelaskan bahwa sebanyak 4.2 juta (75%) dari semua kematian
bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data kematian bayi terbanyak
dalam tahun pertama kehidupan ditemukan diwilayah Eropa ditemukan ada 8/1000 dari
kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa diwilayah Afrika merupakan kejadian tertinggi
pada tahun 2016. Penyebab utama kematian pada anak balita adalah komplikasi kelahiran
premature, pneumonia, komplikasi terkait intrapartum, diare, dan kelainan bawaan. The
Global Action Report on Preterm Birth menyebutkan, secara global 15 juta bayi lahir
premature setiap tahun. Bahkan, lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi
akibat lahir premature (Handayani, 2017).
Federasi Jantung Dunia (2014) menyebutkan bahwa angka kematian akibat
penyakit jantung di Indonesia 17,1 juta orang (19%) dari total kematian tiap tahunya. Di
Indonesia pada tahun 2015 terdapat 38.547 bayi dengan penyakit jantung bawaan dan
terdapat 107 kasus baru setiap hari serta setiap satu jam lahir 4-5 bayi dengan penyakit
jantung bawaan di Indonesia. Sekitar separuh dari kasus dengan PJB terdeteksi segera
setelah lahir (Handayani, 2016).

3
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi penyakit jantung bawaan.
2. Untuk mengetahui etiologi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
4. Untuk mengetahui patofisiologi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
5. Untuk mengetahui komplikasi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada anak dengan penyakit jantung
bawaan.

7. Untuk mengetahui pathway anak dengan penyakit jantung bawaan.

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,


perencanaan dan evaluasi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 KONSEP DASAR
A. Definisi
Penyakit jantung kongenital merupakan abnormalitas dari struktur dan fungsi
sirkulasi jantung pada semasa kelahiran (Novatriyanto, dkk. 2018). Penyakit jantung
bawaan (PJB) adalah penyakit bawaan yang sering terjadi pada anak yang disebabkan
adanya kelainan pada jantung berupa lubang atau kerusakan pada sekat ruangan
jantung dan sumbatan katub maupun pembuluh darah (Dewi, dkk, 2019).
Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik PJB non sianotik adalah kelainan struktur
dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu
katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa
adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi
klinis yang bervariasidari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya
kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok
besar PJB non sianotik, yaitu :
1. PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat
aliran pirau dari kiri ke kanan, misalnya ventricular septal defect (VSD),
atrial septal defect(ASD) dan patentductus arteriosus (PDA)
2. PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kini atau kanan
tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya aortic stenosis (AS),
coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).
B. Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain: infeksi virus pada ibu
hamil (misalnya campak jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan,
alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab
meskipun jarang dan belum banyak diketahui, misalnya, Sindroma Down
(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah
satunya PJB (Wajan J. 2015).

5
Menurut (Rilantono, 2016). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan
beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh genetic dan maternal dimana saat ini
sebagai faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol
dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga diduga sebagai penyebab
penyakit jantung bawaan.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Penyakit Jantung Bawaan sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan berat kelainan. Penyakit Jantung Bawaan yang berat bisa dikenali saat kehamilan
atau segera setelah kelahiran. Sedangkan PJB yang ringan sering tidak menampakkan
gejala, dan diagnosisnya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes khusus untuk
alasan yang lain. Gejala dan tanda PJB yang mungkin terlihat pada bayi atau anak-
anak antara lain :
1. Bernafas cepat
2. Sianosis (suatu warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari
tangan)
3. Cepat lelah
4. Peredaran darah yang buruk,
5. Nafsu makan berkurang.
Pertumbuhan dan perkembangan yang normal tergantung dari beban kerja jantung
dan aliran darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Bayi dengan PJB sejak lahir
mungkin punya sianosis atau mudah lelah saat pemberian makan. Sebagai hasilnya,
pertumbuhan mereka tidak sesuai dengan seharusnya.

D. Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjali penyakit jantung
bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri
ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2015).

6
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri
kini lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium
kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri kekanan menimbulkan volume
atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu
meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke
ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan
darah dan oksigen di pari sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak
efektif. Volume di ventrikel kin menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun
sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh
akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh
membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan
nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan perkembangan (Imizarifka, 2016).

E. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai
komplikasi antara lain :
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis.
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada anak dengan gagal jantung bertujuan untuk
mengkonfirmasi diagnosis, memberikan informasi tambahan terkait keparahan
penyakit, atau menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan meliputi darah lengkap, elektrolit, fungsi renal,
fungsi liver, fungsi tiroid, analisa gas darah, dan biomarker jantung.
7
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Bertujuan untuk menilai anemia dan infeksi yang dapat
menyebabkan atau memperberat gagal jantung. Elektrolit serum dapat
abnormal pada gagal jantung dekompensasi akut Hiperkalemia dapat
terjadi akibat gangguan fungsi renal yang dicetuskan gagal jantung.
Hipokalemia dan hipokloremia dapat terjadi pada pengunaan diuretik
dosis tinggi atau jangka panjang. Hiponatremia sering ditemukan pada
anak yang dirawat dengan gagal jantung dekompensasi akut dan
berhubungan dengan peningkatan mortalitas, transplantasi jantung, dan
kebutuhan akan dukungan sirkulasi mekanik. Peningkatan ureum dan
kreatinin sering ditemukan pada gagal jantung dekompensasi akut.
Peningkatan enzim liver dan hiperbilirubinemia dapat ditemukan pada
hepatopati kongestif atau gagal jantung kanan berat. Analisa gas darah
dapat ditemukan hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Fungsi
tiroid diperiksa pada kasus gagal jantung dengan kecurigaan disebabkan
hipotiroid atau hipertiroid.
Biomarker jantung juga memiliki peranan penting dalam penilaian
gagal jantung pada anak. B-type natriuretic peptide (BNP) dilepaskan oleh
miokardium ventrikel sebagai respons terhadap peregangan miofibril.
BNP memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk membantu
penegakan diagnosis gagal jantung. Peningkatan BNP pada anak dengan
gagal jantung berhubungan dengan prognosis buruk. Peningkatan BNP
dapat membantu membedakan gagal jantung dengan penyakit paru.
Evaluasi BNP berkala berguna untuk memantau respon terapi dan evaluasi
prognosis. Troponin juga merupakan biomarker jantung yang penting.
Peningkatan troponin dapat ditemukan pala iskemia jantung dan proses
inflamasi seperti miokarditis.
2. Pemeriksaan Foto Toraks
Perlu dilakukan pada setiap kecurigaan gagal jantung untuk
menilai ukuran jantung, aliran darah paru, edema paru, efusi pleura, dan
tanda infeksi. Rasio kardiotoraks >60% pada bayi atau >55% pada anak
mengindikasikan kardiomegali. Beberapa PJB memiliki gambaran khas
8
pada foto toraks, misalnya tanda snowman (figure of 8) pada TAPVR,
boot-shaped (coueren sabot) pada tetralogi Fallot, egg-on-side pada
transposisi arteri besar, hilar- waterfall pada trunkus arteriosus, box-
shaped pada anomali Ebstein, dan rib notching pada koarktasio aorta.
Penilaian corakan vaskularasi paru penting untuk membantu penegakan
diagnosis pada kasus kecurigaan PJB. Pada PJB asianotik, vaskularisasi
paru dapat meningkat atau normal, sedangkan pada PJB sianotik,
vaskularisasi paru dapat meningkat atau menurun.
3. Pemeriksaan EKG 12 Sadapan
Dapat memberikan petunjuk etiologi gagal jantung. Pembesaran
atrium kiri dapat ditemukan pada stenosis atau regurgitasi katup mitral.
Pembesaran atrium kanan dapat ditemukan pada atresia trikuspid, defek
septum atrium, dan anomali Ebstein pada katup trikuspid. Hipertrofi
ventrikel kiri dapat ditemukan pada stenosis aorta, koarktasio aorta, dan
defek septum ventrikel. Hipertrofi ventrikel kanan dapat ditemukan pada
stenosis pulmonal, tetralogi Fallot, dan hipertensi arteri pulmonal.
Hipertrofi biventrikel dapat ditemukan pada defek septum ventrikel besar.
4. Takikardiomiopati
Sebagai penyebab reversibel gagal jantung akibat takiaritmia
seperti takikardi supraventrikel hanya dapat dideteksi melalui EKG.
Bradiaritmia akibat blok jantung komplit kongenital juga hanya dapat
dideteksi melalui EKG. Anomalous left coronary artery from the
pulmonary artery (ALCAPA) dapat menyebabkan gelombang Q patologis
patogmonik pada lead anterolateral. Hipertrofi biventrikel dengan aksis
superior dapat ditemukan pada defek septum atrioventikular. Pemanjangan
interval QTc disertai inversi T mengarahkan kecurigaan hipokalsemia
sebagai penyebab gagal jantung.
5. Ekokardigrafi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang fundamental pada pasien
anak dengan gagal jantung untuk menilai struktur dan fungsi jantung

9
secara detail. Ekokardiografi dapat memberikan data struktur/morfologi
jantung, volume/diameter ruangan jantung, ketebalan dinding, fungsi
sistolik/ diastolik ventrikel, dan tekanan pulmonal. Data ini sangat penting
untuk penegakan diagnosis dan memandu terapi yang tepat. Pemeriksaan
ekokardiografi berkala pada pasien anak dengan gagal jantung diperlukan
untuk memantau progresifitas penyakit dan menilai respon terapi.
6. Cardiovascular magnetic resonance (CMR)
Merupakan teknik pencitraan non-invasif dengan menggunakan
magnetic resonance imaging (MRI) untuk menghasilkan gambaran detail
anatomi kardiovaskular, karakterisasi jaringan, dan evaluasi komprehensif
fungsi jantung. Pemeriksaan CMR diindikasikan untuk studi, stratifikasi
risiko, dan memandu tatalaksana spesifik PJB kompleks
dan kardiomiopati.
7. Katerisasi Jantung dan Penunjang
Lainnya Kateterisasi jantung diindikasikan untuk penilaian
anatomi dan hemodinamik pada keadaan dimana pemeriksaan non-invasif
belum dapat memberikan penilaian yang adekuat, pada pasien PIB
kompleks yang membutuhkan pembedahan, dan pasien yang
membutuhkan transplantasi jantung. Kombinasi kateterisasi jantung
dengan biopsi endomiokardial dapat dilakukan pada kasus kecurigaan
miokarditis. Selain untuk keperluan diagnostik, kateterisasi jantung dapat
dilakukan untuk keperluan terapi intervensi transkateter seperti tindakan
septostomi atrium pada PJB kritis yang membutuhkan komunikasi atrium
kanan dan kiri, penutupan defek septum, stenting duktus arteriosus paten,
valvuloplasti balon, serta angioplasti balon dan/atau pemasangan stent
untuk lesi obstruktif.
Pemeriksaan anti-streptolysin O dan C-reactive protein dapat
dilakukan pada kasus kecurigaan demam rematik akut atau rekurensi
demam rematik akut pada penyakit jantung rematik. Kultur darah dapat
dilakukan pada kasus kecurigaan endokarditis infektif. Pemeriksaan
genetik atau polimorfisme dapat dilakukan pada pasien dengan
kardiomiopati primer maupun resiko aterosklerosis.
10
G. Pathway

Nutrisi ibu hamil tidak adekuat/


faktor keturunan (penyakit jantung) infeksi
trimester 1/ ibu diabetes mellitus/radiasi obat-
obatan/alkohol

Kelainan konginetal malformasi

Septal antar ventrikel Defek kontraktilitas Penurunan


gagal menutup cardiac output

Aliran balik dari Tekanan ventrikel Resiko shock

ventrikel kiri ke kanan kanan meningkat cardiogenic


Plumonal Aliran Darah
Hypertension menurun

Cairan berpindah Peningkatan tekanan Kompensasi jantung HR


ke Intersisial lumen vasikuler meningkat, kompensasi paru
pulmonial RR meningkat

Media berkembangnya Pola nafas tidak efektif


bakteri

11
1.2 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a. Airway

 Terdapat sekret dijalan nafas (sumbatan jalan nafas)


 Bunyi napas ronchi
b. Breathing

 Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung


 Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, penapasan cuping
hidung
 Kesulitan bernapas : diaporesis dan sianosis
 Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation

 Akral dingin
 Adanya sianosis perifer
d. Dissability

Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga


menyebabkan penurunan kesadaran.
e. Exposure

Terjadi peningkatan suhu.

2) Pengkajian Sekunder
a. Wawancara

1. Identitas, meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, berat


badan lahir, jenis kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan
identitas orang tua.
2. Keluhan utama, Riwayat kesehatan sekarang Orang tua
biasanya mengeluhkan nafas anaknya sesak bila melakukan
aktivitas, tidak mau makan, keringat berlebihan. Riwayat
kesehatan dahulu. Riwayat kesehatan dahulu apakah pasien
12
lahir premature, ibu menderita infeksi saat kehamilan dan
riwayat gerakan jongkok bila anak telah berjalan beberapa
menit.
3. Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita
penyakit gagal jantung, adanya riwayat kematian mendadak
pada saudara-saudara dan riwayat keluarga dengan sindrom
down.

4. Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti


adanya penyakit infeksi rubella (sindrom rubella), ibu atau
keluarga memiliki riwayat penyakit lupus eritematosus
sistemik sehingga dapat menimbulkan blockade jantung total pada
bayinya dan adanya riwayat kencing manis pada ibu dapat
menyebabkan terjadinya kardiomiopati pada bayi yang
dikandungnya. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan maupun
jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol selama hamil (Hidayat, 2012).
b. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga
teraba cepat, pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak
nafas dan sulit beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak
terdapat infeksi.
Rentang nadi normal usia anak
Usia Perkiraan Denyut Nadi
0-3 bulan 100-160
3-6 bulan 90=120
6-12 bulan 80-120
1-10 tahun 70-130
10-18 tahun 60-100

2) Kepala : Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.

13
3) Wajah : Wajah tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
4) Mata : Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik
karena adanya udem di hepar, komea arkus sinilis dan
jaundice.
5) Hidung : Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak
kelainan, namun anak akan mengalami napas pendek, bunyi
napas ronki kasar dan cuping hidung.
6) Mulut : Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru,
lidah berwarna merah hati.
7) Leher : Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi
vena jugularis.

8) Jantung : Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung


berdebar denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada dengan
bunyi jantung abnormal. Bunyi jantung abnormal dapat
terdengar mur- mur, akibat peningkatan aliran darah yang
melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar akibat
peningkatan aliran darah yang mengalir melalui trikuspidalis
pada piran yang besar. Pembesaran jantung terkadang
mengubah konfigurasi dada. Batas jantung terdapat pada RIC 2 dan 3
yang disebut diastole dan RIC 5 dan 4 disebut sistole.
9) Paru : Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak
adanya retraksi dinding dada akibat pernafasan yang pendek
dan dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kanan. Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang
meningkat terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin
terdengar suara redup karena peningkatan volume darah paru
dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah atau krekels
sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi kegagalan
jantung, Bayi yang baru Jahir saat di auskultasi akan terdengar
suara nafas mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
10) Kulit : Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit
jelek.
14
11) Ekstremitas : Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin
bahkan dapat terjadi clubbing finger akibat kurangan oksigen
ke perifer, kuku tampak sianosis, telapak tangan pucat, udem
pada tibia punggung kaki.
c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium Terdapat nilai hemoglobin menurun


dan peningkatan nilai hematrokit, pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai
gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan persial
karbondioksida (PCO), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO).
2) Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan sinar X pada toraks
menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, atrium dan
ventrikel kiri tampak membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu.
3) Pemeriksaan elektrokardiogram Pemeriksaan EKG pad TOF
didapatkan hasil sumbu QRS hampr selalu berdevisiasi ke
kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan (Aspiani, 2015).

15
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) diagnosis keperawatan
yang mungkin muncul :
1. Penurunan Curah Jantung (D.0008)
2. Gangguan Pertukaran Gas (D. 0003)
3. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
5. Rencana Keperawatan

C. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan

16
1. Penurunan Curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung
Jantung (D.0008) Setelah dilakukan asuhan (I.02075)
Definisi : keperawatan dalam waktu 3x24 Observasi :
Ketidakadekuatan jam penurunan curah jantung 1. Identifikasi
Jantung Memompa pasien teratasi, dengan kriteria tanda/gejala
Darah Untuk hasil : primer
Memenuhi Kebutuhan 1. Kekuatan nadi perifer penurunan
Metabolisme Tubuh meningkat (5). curah jantung
2. Ejection fraction (EF) (meliputi
meningkat (5) dispnea,
3. Cardiac Index (CI) kelelahan,
meningkat (5) edema,
4. Left ventricular stroke ortopnea,
work index (LVSWI) paroxsymals
meningkat (5) nocturnal
5. Palpitasi menurun (5) dispnea,
6. Bradikardia menurun (5) peningkatan
7. Takikardia menurun (5) CVP)
8. Gambaran EKG menurun 2. Identifikasi
(5) tanda/gejala
9. Lelah menurun (5) sekunder
10. Edema menurun (5) penurunan
11. Distensi vena jugularis curah jantung
menurun (5) (meliputi
12. Dispnea menurun (5) peningkatan
13. Olguria menurun (5) berat badan,
14. Pucat/sianosis menurun hepatomegali
(5) distensi vena
15. Paroxymal nocturnal jugularis,
dyspnea (PND) menurun papitasi,
(5) ronkhi basah,

17
16. Ortopnea menurun (5) oliguria,
17. Batuk menurun (5) batuk, kulit
18. Suara jantung S3 menurun pucat).
(5) 3. Monitor
19. Suara jantung S4 menurun tekanan
(5). darah
(termasuk
tekanan
darah
ortostatik,
jika perlu)
4. Monitor
intake dan
output cairan
5. Monitor
berat badan
setiap hari
pada waktu
yang sama
6. Monitor
saturasi
oksigen
7. Monitor
keluhan nyeri
dada (mis,
intensitas,
lokasi,
radiasi,
durasi,
previtasi
yang
mengurangi
18
nyeri).
8. Monitor
EKG 12
Sadapan.

19
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013), Pada
tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil sesuai yang di inginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien. Penerapan implementasi keperawatan yang
dilakukan perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada
penelitian yang di lakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar
menjamin bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam
tahap implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi respon
pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien dengan PJB.
1) Tidak terjadi kegawatan sebagai akibat penurunan curah jantung.
2) Pasien terbebas dari nyeri.
3) Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
4) Menunjukkan peningkatan curah jantung.
5) TTV dalam batas normal.
6) Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer.
7) Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
8) Tidak sesak.
9) Edema ekstermitas tidak terjadi.
10) Penurunan kecemasan.
11) Memahami penyakitnya dan tujuan perawatan.
12) Mematuhi semua aturan medis.
13) Mengetahui kapan harus meminta bantuan jika episode nyeri atau kegawatan
muncul.
20
14) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas
komplikasi.
15) Mematuhi dan melaksanakan perawatan diri.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat
adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan
sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan
penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi, ada yang
hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada juga kelainan
yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam mendistribusikan
darah ke seluruh tubuh. Pada umumnya kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi
sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul setelah bayi berumur beberapa
minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat
kebiru-biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan banyak sekali
jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung serta gangguan
pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelainant pada penyakit jantung bawaan,
semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi darah, karena Jantung sebagai
salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas memompa dan mengalirkan darah
keseluruh bagian tubuh.

B. Saran
Setelah membaca Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Penyakit Jantung Bawaan, sehingga dapat lebih mengenali
dengan gejala-gejala yang ditimbulkan, baik gejala yang dapat dirasakan maupun
tidak, serta dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.

22

Anda mungkin juga menyukai