KEPERAWATAN ANAK II
KELAINAN JANTUNG BAWAAN
Disusun oleh :
Nama : NPM :
1. Encik putih Cahya Kencana : 0726010190
2. Fitri Rizkiyah : 0726010132
3. Oktriadi : 0726010142
4. Lidyah afriani : 0726010170
5. Heni Marita : 0726010162
6. Linda nopiyanti : 0726010218
7. Rahmat Effendi : 0726010158
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan hidayah-
NYA lah kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Anak II mengenai Kelainan
Jantung Bawaan.
Dalam rangka penyelesaian makalah ini penyusun telah banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Hanifah , S.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak II
2. Serta teman-teman sekalian yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian Makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan baik dalam penyusunan maupun dalam penulisannya,untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dalam
penyusunan Makalah yang akan datang.
Kami berharap semogaMakalahini bisa berguna dan dapat memberikan manfaat bagi
kita semua dalam halnya pengetahuan.Amin ya rabbal alamin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas dan tingginya
permasalahan dalam masalah anak pada Kelainan Jantung Bawaan, maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasalahan:
1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada pada anak
dengan KJB ?
2. Hal apa saja yang harus dilakukan untuk mengetahui penyebab
anak dengan KJB ?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui bagaimana perjalanan penyakit KJB serta apa saja komplikasi
pada penyakit tersebut bagi masyarakat luas.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti dapat mengenal lebih baik
lagi tentang masalah pada anak dengan Kelainan Jantung Bawaan.
b. Agar mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti dapat mengetahui bagaimana
cara pembuatan ASKEP pada anak dengan KJB.
1.4. Manfaat
Makalah yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas pada
umumnya dan para mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti pada khususnya sehingga
dapat menambah pengetahuan tentang masalah pada anak khususnya anak dengan KJB.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Fisiologis
Jantung merupakan organ pemompa darah yang besar ysng memelihara peredaran
darah. Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut berongga, basisnya berada
diatas dan puncaknya berada dibawah. Jantung berada di dalam thoraks antara kedua
paru-paru dan dibelakang sternum.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, jantung dewasa beratnya antara
220-260 gram. Jantung terbagi atas 4 bagian, atrium, ventrikel, kiri dan kanan. Tebal
dinding jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu perikardium, miokardium dan endokardium.
Vena cava superior dan inferior menuangkan darahnya ke dalam atrium kanan,
lubang dari v. Cava inferior ini dijaga oleh katup semilunar eusthakius. Arteri
pulmonalis membawa darah keluar dari ventrikel kanan. V. Pulmonalis membawa
darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta membawa darah keluar dari ventrikel kiri.
Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi dan pengenduran. Otot jantung
memiliki ciri-ciri yaitu kemampuan berkontraksi, konduktivitas dan ritme.
Kecepatan normal denyut nadi adalah :
bayi baru lahir : 140 pada umur 5 tahun 96-100
tahun pertama : 120 pada umur 10 tahun 80-90
tahun kedua : 110 pada orang dewasa 60-80
Pada orang yang sedang beristirahat jantung berdebar sekitar 70x/ menit dan
memompa 70 ml setiap denyut, jumlah darah yang terpompa adalah sekitar 5 liter. Pada
orang yang sedang beraktivitas sekitar 150x/ menit, darah yang terpompa adalah 150ml.
Daya pompa jantung 20-25 liter/ menit.
2.2 Definisi
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
6
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134)
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang sudah ada
sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan
jantungbawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang
kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan
beberapa tahun.
Kelainan jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan gangguan
perkembangan sistem kardiovaskuler pada embrio yang diduga karena adanya faktor
endogen dan eksogen. Jantung seharusnya terbentuk lengkap pada akhir bulan kedua
kehamilan. Apabila pada masa kehamilan 2 bulan pertama ibu menderita penyakit
rubela atau penyakit virus lainnya, atau banyak makan obat-obatan tertentu seperti
talidomid atau terkena sinar radiasi, mungkin dapat terjadi penyakit jantung bawaan.
Hipoksia janin juga dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan yaitu
duktus arteriosus persisten.
2.3 Etiologi
PJB merupakan kelainaan yang disebabkanoleh gangguan perkembangan system
kardiovaskuler pada masa embrio. Terdapat peranan factor endogen dan eksogen. Masih
diragukan apakah tidak ada factor yang lain yang mempengaruhinya. Factor tersebut adalah :
1. Lingkungan
Diferensiasi bentuk jantung pada akhir bulan kedua kehamilan. Factor penyebab PJB
terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah rubella pada ibu dan
penyakit virus lain, tiladdomid dan mungkin obat-obatan lain, radiasi. Hipoksia juga
menjadi penyebab PDA.
2. Hereditas
Factor genetic mungkin memegang peranan penting kecil saja, sedaangkan kelainan
kromosom biasanya tidak terdapat. Walaupun demikian beberapa keluarga
mempunyai insidens PJB tinggi, jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarga
yang sama.
Adapun dari Faktor Genetik antara lain :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
7
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
3.Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
6. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
2.4 Klasifikasi
adapun klasifikasi dari KJB antara lain dibawah ini :
8
tekanan ventrikeel kanan, yang bila tidak terdapat obtruksi jalan keluar ventrikel
kanan akan diteruskan ke arteri pulmonalis.
4. Stenosis pulmonal
Istilah ini menunjukkan terdapatnya obtruksi pada jaalan keluar veentrikel kanan
atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Stenosis dapat terjadi di bawah
katup yaitu di infunddibulum ( stenosis subvakvular ), pada katup (valvuvar), di
atas katup (supravaalvular) atau ncabang arteri pulmonalis. Kelainan ini dapat
tersendiri atau menjadi kelainan lain seperti tetralogi fallot, transposisi arteri
besar, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda,dll.
9
Pasien dengan stenosis biasanya asimtomatik, walau derajatnya berat. Pada
palpasi bisa teraba getaran bising di sela iga II tepi sternum kiri. Bunyi jantung I
normal diikuti klik ejeksi. Terdengarnya klik ejeksi adalah akibat pembukaan
katup yang kaku, ddiikuti dengan bising ejeksi sistolik. Pada bunyi jantung II
terdengar split lebar yang lebih lebar pada inspirasi. Akibat gangguan gerakan
katup, komponen pulmonal bunyi jantung II tredengar lemah.
8. Atresia Pulmonal
Atresia pulmonaal secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu atresia
pulmonal dengan defek septum vebtrikel dan aatresia pulmonal tanpa defek
septum ventrikel.
Dasar kelainan hemodinamik pada atresia pulmonal adalah tidaak terdapatnya
aliran darah dari vebtrikel kanan ke arteri pulmonalis harus mendapat passokan
darah dari aaorta melalui duktus arteriosus.
11
• Hipoksemia
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1. tidak mau menyusu
2. berat badannya tidak bertambah
3. berkeringat
4. kesulitan dalam bernafas
5. denyut jantung yang cepat.
13
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi lebih dari 1,0 pada
bayi patern(disebabkan oleh peningkatan volume atriu kiri sebagai akibat dari paru
kiri ke kanan)
4.Pemeriksaan dengan Doppler berwarna untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
5.EKG.
sesuai yingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel
kiri pada PDA yang lebih besar.
6.Kateterisasi jantung.
Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila ada
defek tambahan lain.
7.Magnetic Resonance Imaging (MRI)
2.7 Patofisiologi
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama.
Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah
pulmonal dan tekanan darah. Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar
daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang
abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir ke dalam
sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada
keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu
lahir. Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah
Pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan ke
kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan
tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari penyakit jantug
congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal. G.
Pemeriksaan Penunjang 1 Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi
ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura. 2 Diagnosa ditegakkan
dengan cartography, 3 Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
Patofisiologi penyakit jantung bawaan ini dijelaskan secara khusus berdasarkan
jenisnya yaitu antara lain :
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
14
( tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke
kanan ini meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin
banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.Usaha
tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan
pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya ini adalah
meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema
paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal
jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah.
Penutupan PDA terutama tergantung pada respon konstriktor dari duktus terhadap
tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah
pengaruh kerja prostalglandin, tahanan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan
keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi
prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak
berkembang baik dan pirai kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Rubella Obat Sinar X Kelainan bawaan janin Orang tua menderita PJB
(herediter)
Perubahan
hemodinamika Pemisahan tonus
Vaso kontraksi tidak merata Kegagalan fusi septum Kelainan fungsi
pembuluh darah interventrikuler saat janin dalam sektum
kandungan
Darah tetap yang di
ventrikel kanan Pergeseran letak
sehat bronkus dan
Peningkatan tonus ke depan Lubang pada septum
Tekanan sistole ventrikel kanan =
beban kerja ventrikel kiri interventrikularis
ventrikel kanan Masuk ke aorta
tanpa membebani
ventrikel kiri
Stenosis
infundibularis Restriksi gradient
pulmonalis Penurunan aliran darah dari kiri tekanan
Hipertrofi ke kanan
Hipertrofi
ventrikel ventrikel kanan
Aliran darah ke paru-paru
Cacat yang besar bertambah
Shunt kanan ke pada septum Hipertensi pulmonal
kiri interventrikularis
Hipertropi dinding
ventrikel
Prolaps katup aorta
16
Tetralogi Fallot
VSD
KJB
Tachypnea Denyut
Denyut jantung cepat
jantung
cepat MK : Kelemahan
Peningkatan kebutuhan
ventilator
2.9 Komplikasi
Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan komplikasi.
Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat berakibat buruk, antara lain :
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu banyak
darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui patent ductus arteriosus,
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary hypertension can cause
permanent lung damage. Hipertensi paru dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru permanen. Sebuah ductus arteriosus paten yang besar dapat menyebabkan
Eisenmenger’s syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
2. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat
menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa secara efektif.
3. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung struktural,
seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis
daripada populasi umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
17
4. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus
arteriosus paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan
risiko hanya dengan ductus arteriosus paten yang besar.
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Medikamentosa
1. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya hipertensi pulmonal.
2. Pada bayi prematur diberikan anti-prostaglandin misalnya indometasin
selama 5 hari.
3. Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi cukup bulan
karena terbukanya duktus bukan disebabkan oleh prostaglandin.
4. Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA besar.
2.10.2 Invasif
Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan
stainless coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm dengan
residual shunt rate 5 – 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage, emboli coil
ke perifer, hemolisis, stenosis LPA, oklusi femoralis
2.10.3 Bedah
1. Tindakan bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
2. Angka mortalitas < 1 %
Jika pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal jantung, maka segera
dilakukan pembedahan. Jika gejalanya hanya berupa murmur, maka pembedahan
biasanya dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun. Jika tidak ada gejala, pembedahan
ditunda sampai anak berumur 6 bulan – 3 tahun.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung
kepada berbagai faktor :
1. PDA kecil dalam jangka penuh bayi mungkin secara spontan menutup tanpa
intervensi. PDA besar tidak mungkin untuk menutup.
2. Pasien dengan CHF membutuhkan terapi medis untuk CHF diikuti dengan
prosedur definitif untuk menutup PDA baik oleh pembedahan atau kateterisasi.
18
3. Bedah perbaikan direkomendasikan untuk pasien dengan PDA kecil sampai besar
karena risiko endokarditis. Komplikasi ligasi bedah sebagian besar terkait dengan
torakotomi lateral kiri. Bedah angka kesakitan dan kematian dapat diabaikan, dan
awal komplikasi pascabedah yang berhubungan dengan komplikasi lain lahir
prematur.
4. Profilaksis untuk infeksi endokarditis (subakut bakteri endokarditis [SbE]) harus
diikuti pada saat-saat diperkirakan risiko (bakteremia) sampai pasien dapat
mengalami perbaikan. (Khusus rekomendasi untuk antibiotik profilaksis dapat
ditemukan di setiap arus penyakit infeksi atau antibiotik referensi.)
5. Transfer ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi pasien dalam presentasi di
jerau extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan ventilasi tekanan positif,
seperti yang ditunjukkan.
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).
3.1.1 Anamnesa
1. Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic
menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih
sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki.
Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan
atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi
dada dan hiposekmia
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita
infeksi dari rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang
20
tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom
6. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana
perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon
keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga
terhadap stress.
21
x/menit) pulmonalis)
- Tachyepne Resirkulasi darah
- Suara jantung tambahan beroksigen dari aorta ke
arteri pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
Curah jantung turun
Data Subjektif: Dialirkannya darah dari Gangguan pertukaran gas
Pasien kesulitan bernafas, tekanan tinggi(aorta Perubahan pertumbuhan
sesak nafas descenden) ke tekanan yang dan perkembangan
lebih rendah (arteri
Data Objektif : pulmonalis)
- RR ( > 30 – 40x/menit) Resirkulasi darah
- BGA tidak normal beroksigen dari aorta ke
- Adanya napas cuping arteri pulmonalis
hidung Beban ventrikel kiri ↑
Pelebaran dan hipertensi
Data Subjektif: vertikel kiri
Pasien rewel tidak mau Tekanan vena dan kapiler
makan dan minum pulmonar naik
Edema paru
Data Objektif: Penurunan difusi oksigen
- Berat badan turun Gangguan pertukaran gas
- Status gizi buruk Curah jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa oleh
O2 menjadi terganggu
Pembentukan energi
berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan
nutrisi kurang
22
dari kebutuhan
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi kurang
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen dari kebutuhan tubuh
Data Objektif : Hipoksia
- Antropometri: penurunan pemecahan glukosa oleh O2
berat badan untuk pembuatan energi ↓
- Biokimia : Hb dan lemah, gelisah
albumin menurun anoreksia
- Klinik : perubahan kulit perubahan
mukosa oral (bengkak dan nutrisi kurang dari
kemerahan). kebutuhan tubuh
- Diet : makan tidak habis,
nafsu makan menurun
Data Subjektif: Gagal jantung kongestif Resiko infeksi
Demam, rewel Pasien gelisah, stress
Respon imun menurun
Data Objektif: Resiko infeksi
- Jumlah limfosit
meningkat
- hipertermi (> 36-370 C),
kulit memerah, frekwensi
nafas meningkat, kulit hangat
bila disentuh, takikardi
Data Subjektif : PDA (Patent Ductus Kecemasan orang tua
Orang tua cemas, tidak Arteriosus)
tenang, dan emosinya labil Dampak hospitalisasi pada
anak
Data Objektif: Anak menangis dan
- Menarik diri ketakutan
- Tidak ikut bersedia Kecemasan pada orang tua
dalam melakukan proses
keperawatan
23
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2. Resti Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
5. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi.
3.4 Intervensi
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Permulaan gangguan pada jantung
denyut jantung, nadi perifer, warna dan akan ada perubahan tanda-tanda vital,
kehangatan kulit semuanya harus cepat dideteksi untuk
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, penanganan lebih lanjut.
membran mukosa, clubbing) 2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, perfusi sekunder terhadap ketidak
takikardi, tachypnea, sesak, mudah adekuatan curah jantung,
lelah, periorbital edema, oliguria, dan vasokonstriksi dan anemia.
hepatomegali) 3. Deteksi dini untuk mengetahuiadanya
gagal jantung kongestif
Kolaborasi Kolaborasi
1. Pemberian digoxin sesuai order, 1. Obat ini dapat mencegah semakin
dengan menggunakan teknik memburuknya keadaan klien.
24
pencegahan bahaya toksisitas. 2. Obat anti afterload mencegah
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan terjadinya vasokonstriksi
afterload 3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
3. Berikan diuretik sesuai indikasi. volume plasma dan menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga
menurunkan risiko terjadinya edema
paru.
25
catat peningkatan TD, Nyeri dada, 1. Persiapkan dan dukung klien untuk
kelelahan berat, berkeringat, pusing melakukan aktivitas jika sudah mampu.
dan pingsan 2. Agar klien termotivasi untuk
2. Kaji kesiapan pasien untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu
meningkatkan aktivitas untuk sembuh.
3. Dorong memajukan aktivitas 3. Memudahkan klien ntuk beraktivitas
4. Berikan bantuan sesuai dengan tapi tidak memanjakan.
kebutuhan dan anjurkan penggunaan 4. Klien termotivasi untuk sembuh.
kursi mandi
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam
memilih periode
26
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali
dan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Status nutrisi terpenuhi
- nafsu makan klien timbul kembali
- berat badan normal
- jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
klien 2. Mengetahui perkembangan pemenuhan
1. Mencatat intake dan output nutrisi klien.
makanan klien. 1. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk gizi yang membantu klien memilih
membantu memilih makanan yang makanan sesuai dengan keadaan
dapat memenuhi kebutuhan gizi sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.
selama sakit 1. Dengan sedikit tapi sering mengurangi
1. Manganjurkn makan sedikit- sedikit penekanan yang berlebihan pada
tapi sering. lambung.
27
leukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi
4. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme pathogen
7. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Pengetahuan orang tua akan
1. Beri penjelasan tentang keadaanmempengaruhi persepsi dan tingkah
bayinya. lakunya pada anak
2. Libatkan keluarga dalam2. Dengan mengetahui kondisi
perawatan bayinya. anaknya, akan mengurangi
3. Berikan support dankecemasan orang tua.
reinforcement atas apa yang dapat3. Akan membuat orang tua nyaman
dicapai oleh orang tua. dan lebih tenang jika senantiasa
4. Latih orang tua tentang cara-caradekat dengan anaknya.
perawatan bayi dirumah sebelum4. Dukungan dan kasih sayang orang
bayi pulang tua akan mempercepat kesembuhan
anak
5. Dengan menambah pengetahuan
orang tua dalam perawatan anaknya
akan mempermudah proses perawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
28
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit
jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada
usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134)
Pada sebagian kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya tidak diketahui.
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifaktorial,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan secara umumnya adalah Ibu menderita penyakit
infeksi : Rubella. Ibu alkoholisme. Umur ibu lebih dari 40 tahun. Ibu menderita
penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. Ibu meminum obat-obatan
penenang atau jamu. Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu). Anak yang
lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. Ayah / Ibu menderita penyakit
jantung bawaan. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. Lahir dengan kelainan
bawaan yang lain.
4.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit autisme,
hendaknya :
- Klien diberi support agar dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik.
- Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses perawatan.
- Peningkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja sama antara pihak
rumah sakit dengan keluarga.
- Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila dilakukan
perawatan dirumah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika
Mansjoer, Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
30