Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik atau dikenal dengan ”Chronic Kidney Disease

(CKD)”. CKD adalah penurunan fungsi ginjal kronis yang bersifat progresif dan

ireversibel yang ditandai dengan penurunan atau kerusakan struktur serta fungsi

ginjal selama lebih dari 3 bulan, sehingga menggangu keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh yang berdampak pada semua sistem tubuh yang dapat terjadi

berbagai faktor yang terjadi dalam waktu yang lama semakin lama kerusakannya

semakin parah. Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan,

mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta

uremia (Suwitra, 2015 ).

Penyebab CKD bisa disebabkan oleh gangguan pada ginjal itu sendiri

seperti glomerulonefritis, polikistik ginjal, nefropati diabetik, hipertensi dan

diabetes melitus. Jika seseorang mengalami kegagalan pada fungsi ginjal maka

akan mengalami berbagai gejala yang menunjukan adanya penurunan fungsi

ginjal. Penurunan tersebut bisa berupa odema yang disebabkan oleh penurunan

fiiltrasi ginjal, dan adanya peningkatan ureum creatinin dimana peningkatan ini

terjadi karena kegagalan dalam mengeluarkan sisa metabolisme. (Suwitra, 2015).

1
2

Menurut World Helath Organization (WHO) merilis data pertumbuhan

jumlah penderita gagal ginjal kronik di dunia pada tahun 2013 meningkat sebesar

50 % dari tahun sebelumnya dan di Amerika angka kejadian gagal ginjal kronik

meningkat sebesar 50% pada tahun 2014 dan setiap tahun 20.000 orang di

Amerika menjalani hemodialisis angka kejadian gagal ginjal di dunia secara

global lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hemodialisis sekitar

1,5 juta, Diperkirakan jumlah penderita. gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar

70.000 orang dan yang menjalani hemodialisis 10.000 orang Besarnya insidensi

dan prevalensi gagal ginjal kronik terminal di 2 Indonesia diperkirakan sebesar

100-150 dan 200-250 orang tiap 1 juta penduduk pertahun. Di Jakarta Jumlah

penderita gagal ginjal kronik meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ini sebesar 3,8 % atau

naik sebesar 1,8 % dibandingkan dengan 2013 (Riskesda, 2018).

Penyakit gagal ginjal kronis yang sudah mencapai stadium akhir dan

ginjal tidak berfungsi lagi, diperlukan cara untuk membuang zat-zat racun dari

tubuh dengan terapi pengganti ginjal yaitu dengan cuci darah (Hemodialisis),

Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan pencangkokan

(Transplantasi) ginjal. Terapi pengganti yang paling banyak digunakan di

Indonesia adalah hemodialisis. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti

ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan 3 toksin

uremik dan mengatur cairan akibat penurunan laju filtrasi glomerulus dengan

mengambil alih fungsi ginjal yang menurun (Djarwoto, 2018).


3

Penyakit ginjal kronik memerlukan renal replacement therapy untuk

memperpanjang hidup. Terapi penggantian ginjal dapat berupa hemodialisis,

peritoneal dialysis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan suatu proses

yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan pasien dengan

penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau

permanen. Bagi penderita penyakit ginjal kronis, hemodialisis bukan untuk

menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal. Tetapi hemodialisis adalah

metode yang lebih cepat dan efisien dari peritoneal untuk membuang urea serta

toksin lain (Suwitra, 2015 ).

Saat hemodialisis sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat

yang tidak dibutuhkan tubuh dikeluarkan, biasanya dilakukan secara rutin 2-4

kali seminggu selama 2-5 jam (Suhardjono, 2015). Prosedur hemodialisis sangat

bermanfaat bagi pasien penyakit ginjal kronik, namun terdapat komplikasi yang

dapat ditimbulkan, yaitu hipertensi, emboli udara, pruritus, hiperkalemia, kram

otot, mual dan muntah.selain itu masalah yang sering di alami pasien pada

hemodialisis adalah stres, kecemasan dan depresi.

Gangguan psikologis pada pasien CKD yang menjalani terapi

hemodialisis berupa stres, cemas dan depresi (Talo, et. al., 2015). Salah satu

upaya untuk mengatasi stres adalah dengan metode relaksasi. Relaksasi ada

beberapa macam (Miltenbarger 2012) mengemukakan ada 4 macam relaksasi

yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan (diaphragmatic


4

breathing), meditasi (attention-foccusing exercises), dan relaksasi prilaku

(behavioral relaxation training).

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan 3 faktor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi (Purwanto,

2014).

Disamping itu kelebihan dari teknik relaksasi lebih mudah dilaksanakan

oleh pasien, dapat menekan biaya pengobatan, dan dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat

membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal (Yosep, 2015).

Relaksasi ini merupakan gabungan antara teknik respons relaksasi dan

sistem keyakinan individu atau faith factor. Fokus dari relaksasi ini pada

ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang dengan menggunakan ritme

yang teratur disertai sikap yang pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa

nama-nama Tuhan atau kata-kata yang memiliki makna menenangkan bagi

pasien itu sendiri. Empat elemen dasar agar teknik relaksasi Benson berhasil

dalam penerapannya adalah lingkungan yang tenang, secara sadar pasien dapat

mengendurkan otot-ototnya, pasien dapat memusatkan diri selama 10-15 menit

pada ungkapan yang telah dipilih, dan pasien bersikap pasif terhadap pikiran-

pikiran yang mengganggu (Solehati & Kosasih, 2015).


5

Formula kata-kata atau kalimat tertentu yang dibaca berulang-ulang

dengan melibatkan unsur keimanan dan keyakinan akan menimbulkan respon

relaksasi yang lebih kuat dibandingkan dengan hanya relaksasi tanpa melibatkan

unsur, keyakinan pasien tersebut memiliki makna menenangkan (Grece, Lucky &

Mulyadi, 2017).

Dzikir merupakan solusi terbaik, iman kepada allah dapat menyembuhkan

gangguan kejiwaan, kecemasan, sekaligus memberi rasa aman dan tentram dalam

jiwa seseorang, hendaklah dengan berzikir kepada allah SWT. Berzikir dalam

artian luas menyebabkan orang-orang dapat memahami dan menghadirkan tuhan

dalam pikiran, perilaku dan sebagainya (Riyani, 2016).

Pada saat menghembuskan nafas secara perlahan, pengucapan berkali-kali

kata “Astaghfirullah, Subhanallah, Alhamdullillah, Allahu akbar. Laa ilaa ha

illallah’’ tersebut akan membantu proses relaksasi. Kata yang dipilih berupa frase

yang diyakini berguna, penting dan cocok untuk masing- masing individu. Pada

prinsipnya metode relaksasi dapat disesuaikan dengan keyakinan masing-masing

individu dengan menggunakan keyakinan itu secara teratur, maka akan

didapatkan manfaat sepunuhnya dari faktor keyakian tersebut (Riyani, 2016).

Kelebihan latihan teknik relaksasi Benson dari pada latihan yang lain

adalah latihan relaksasi Benson lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi

apapun serta tidak memiliki efek samping apapun. Disamping itu kelebihan dari

teknik relaksasi Benson lebih mudah dilaksanakan oleh pasien, dapat menekan

biaya pengobatan, dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres.


6

Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia dalam waktu lama dapat

menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan pemakainya seperti

gangguan pada ginjal. Relaksasi Benson sangat layak untuk direkomendasikan di

unit pelayanan kesehatan untuk sebagai terapi pendamping obat- obatan

penurunan stres (Riyani, 2016).

Data didapatkan di RSUD dr. M.Yunus Bengkulu jumlah total penderita

hemodialisis tahun 2018 adalah 199 orang yang menjalani terapi hemodialisis

tahun 2019 adalah 159 orang.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti Dari 15 responden

pasien hemodialisis, 4 orang mengalami stress ringan, 6 orang yang mengalami

stress sedang, dan 5 orang yang mengalami stress berat, hal ini disebabkan

berbagai faktor, antara lain pasien gagal ginjal kronik harus menghadapi

kenyataan bahwa penyakit gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, untuk

bertahan hidup maka pasien harus menjalani terapi pengganti ginjal salah satunya

adalah hemodialisis. Untuk mengukur tingkat stres Peneliti menggunakan

Dapression Anxiety Stress Scales (DASS-42)

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Tingkat Stres

Pada Pasien Hemodialisis di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah benyaknya pasien hemodialisis yang mengalami tingkat


7

stres dan belum adanya penerapan tindakan teknik relaksasi Benson di RSUD dr.

M. Yunus Bengkulu

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh teknik relaksasi

Benson terhadap tingkat stres pada pasien hemodialisisndi RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui “pengaruh

teknik relaksasi Benson terhadap tingkat stres Pada pasien hemodialisis di

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu”

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata tingkat stres paada pasien hemodialisis sebelum

melakukan terapi relaksasi Benson di RSUD dr. M. Yunus.

b. Mengetahui rata-rata tingkat stres pada pasien hemodialisis setelah

melakukan terapi relaksasi Benson di RSUD dr. M. Yunus.

c. Mengetahui pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap perubahan

tingkat stres pada pasien hemodialisis di RSUD dr. M. Yunus.


8

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoristis

Sebagai masukan dan perkembangan untuk perawat dan pasien hemodialisis

dan cara mengatasi perubahan tingkat stres, dan meningkatkan pengetahuan

pasien hemodialisis yang mengalami stres.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan agar pasien dan keluarga bisa melakukan

terapi relaksasi Benson secara mandiri di rumah dan di rumah sakit.

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan Peneliti, penelitian dengan judul pengaruh teknik

relaksasi Benson terhadap tingkat stres pada pasien hemodialisis di RSUD dr.

M. Yunus Bengkulu, namun telah ada yang melakukan penelitian serupa yaitu

oleh:

1. Agus (2017) efektifitas relaksasi Benson terhadap penurunan stress dan

peningkatan kualitas tidur pada pasien hemodialisis di RSUD dr. Harjono

S., Sp.OG Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental,

pendekatan pretest-postest design with kontrol group, Stres diukur dengan

DASS. Penelitian ini menunjukkan setelah dilakukan terapi relaksasi

Benson, terjadi perbedaan yang signifikan pada skore stres dan kualitas

tidur antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0.000).

persamaan terletak sama-sama menggunakan metode penelitian

eksperimental dan penelitian ini sama-sama menunjukan setelah dilakukan


9

terapi relaksasi benson,perbedaan peneliti variable waktu dan tempat

penelitian

2. Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Stress Pasien Gagal Ginjal

Kronik DI Ruang Hemodialisis RSUD Kota Mataram Tahun 2019, Desain

penelitian Quasy Experiment dengan rancangan Non Equivalent Control

Group.populasi subjek dalam penelitian ini pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis. Sampling peneltian ini menggunakan purposive

sampling Stress diukur dengan DASS, penelitian ini menunjukkan sebelum

diberikan terapi benson pada kelompok kontrol dan intervensi memiliki

tingkat stres sangat berat sebanyak 14 responden (93%). setelah di berikan

terapi relaksasi benson pada kelompok intervensi memiliki tingkat stress

ringan sebanyak 14 responden (93%), stress berat sebanyak 1 responden

(7%),pada kelompok kontrol tanpa perlakuan mengalami tingkat stress berat

15 responden (100%). Hasil penelitian didapatkan ρ=0,000. persamaan

sama-sama meneliti Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tingkat

Stres Pada Pasien Hemodialisis. Perbedaan terletak pada desain

penelitian,dan variable waktu dan tempat penelit


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Gagal Ginjal Kronik

1. Definisi

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan Etiologi

yang beragam. Mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan

pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu

keadaan klinis yang ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal yang bersifat

irreversible, dan memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu berupa dialisis atau

transplantasi ginjal. Selain itu gagal ginjal kronik juga dapat diartikan dengan

terjadinya kerusakan ginjal (renal demage) yang terjadi lebih dari 3 bulan,

berupa kelainan struktual atau fugsional, dengan atau tanpa penurunan laju

filtrasi glomerulus (LPG), kurang dari 60 ml/mnt/1.73 m2 (Duli, M, 2015).

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif

dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

atau terjadi retasi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Kristiawan.

2017).

Gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Desease (ERSD) merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh

mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan.

cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia (retasi urea dan sampah

10
11

nitrogen lain dalam darah). Menurut proses terjadinya penyakit gagal ginjal

dibagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal akut. Dikatakan akut

apabila penyakit berkembang sangat cepat, terjadi beberapa jam atau

beberapa hari. Sedangkan kronis, terjadi dan berkembang secara perlahan,

sampai beberapa tahun ( Smeltzer & Bare, 2013).

2. Etiologi

Penyebab utama gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara satu

negara gara dengan negara lain. Penyabab utama gagal ginjal kronik di

amerika serikat diantaraya yaitu Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan

penyebab terbesar gagal ginjal kronik sebesar 37% sedangkan tipe 1 7%.

Hipertensi menepati urutan kedua sebesar 27%. Urutan ketiga penyebab gagal

ginjal kronik adalah glomerulonefrtitis sebesar 10%, nefetitis interstisialis 4%

dilanjutkan dengan kista neoplasma serta penyakit lainnya yang masing-

masing sebesar 2%.

Perhimpunan nefrologi Indonesia (pernefri) tahun 2014 menyebutkan

bahwa penyabab gagal ginjal di antaranya adalah glumerulonefritis 46.39%

DM 18.65% sedankan obstruksi dan infeksi sebesar 12.85% dan hipertensi

8.46% sedangkan penyebab lainnya 13.65% (Drakbar, 2008). Dikelompokkan

pada sebab lain diantaranya, nefritis, lupus nefropati urat, intoksikasi obat,

penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui

etiologi gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti

diabetes mellitus, glomerulonephritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang


12

tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter seperti

penyakit ginjal polikistik (Suwitra, 2014).

3. Patofisiologi

Patofisiologi gagal ginjal kronik pada awalnya tergantuk pada

penyakit yang mendasarnya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi

sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktual dan

fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya

kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan

growth factors hal ini mangakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh

peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.

Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi

kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve),dimana basal Laju Filtrasi

Glomerulus (LPG) masih normal atau dapat meningkat. Kemudian secara

perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang

ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. sampai pada

LPG sebesar 60 %, pasien masih belum merasakan keluahan (asimtomatik),

tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea Dan kreatinin serum pada LPG

sebesar 30%. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan

fungsi ginjal, produk akhir metabolic yang seharusnya dieksresikan ke dalam

urin menjadi tertimbun dalam darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom

uremia. Terjadinya uremia dapat mempengaruhi setiap system tubuh.


13

Semakin banyak timbunan produk metabolik (sampah), maka gejala akan

semakin berat (Suwitra, 2015).

Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan seperti

hipovolemik hipervolemik, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain

natrium dan kaliun. LPG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi

yang lebih serius, dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal ( renal

replacement therapy) antara lain dialisis atau tramsplantaasi ginjal, pada

keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Suwitra,

2015).

4. Komplikasi

Komplikasi yang sering ditemukan pada penderita gagal ginjal kronik

menurut Alam & Hadibroto (2011) :

a. Anemia

Terjadi anemia karna gangguan produksi hormon eritpoietin yang

Bertugas mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkanenergy

yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Akibat gangguan

tersebut, tubuh kekurangan energy karna sel darah merah yang bertugas

mengangkut oksigen keseluruh tubuh dan jaringan tidak mencukupi.

Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan, kurang energy,

cepat lelah, luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa (baal) pada kaki

dan tangan.
14

Osteod anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih

tinggi dari 100 mg% atau bersihan kreatinim dari 25 ml per menit.

b. Osteodistofi ginjal

Kelainan tulamng karna kehilangan kalsium akibat gangguan

metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah sangat

tinggi, akan terjadi pengendapan garam dan kalsium fosfat diberbagai

jaringan lunak (nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembulu

darah, gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.

c. Gagal jantung

Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang

memadai keseluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kemampuan

memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada

penderita gagal ginjal kronis dimulai anemia yang mengakibatkan jantung

harus lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (left

ventricular hypertrophy/LVH). Lama-kelamaan otot jantung akan

melemah dan tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya

(sindrom kardioneral).

d. Disfungsi ereksi

Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan

ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan

pasangannya. Selain akibat gangguan system endokrin (yang

memproduksi hormone testoterom) untuk merangsang hasrat seksual


15

(libido), secara emosional penderita gagal ginjal kronis menderita

perubahan emosi (depresi/stress) yang menguras enersi. Namun penyebab

utama gangguan kemampua pria penderita gagal ginjal kronis adalah

suplai dara yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung dengan

ginjal.

e. Kelainan neuropsikiatri

Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia.

Dan stress sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan

mental penyakit ginjal stadium akhir satu-satunya pengobatan yang efektif

adalah dialisis instermiten atau transplantsi (Wilson,2012)

5. Penatalaksanaan

Pengobatan gagal ginjal kronik (GGK) dibagi dalam dua tahap yaitu

penenganan Konservatif dan terapi pengganti ginjal dengan cara dialisis atau

trasplantasi ginjal keduanya. Penanganan GGK secara konservatif terdiri dari

tindakan untuk menghambat perkembangan nya gagal ginjal, menstabilkan

keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Ketika tindakan

konservatif tidak lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan pasien pada

hal ini terjadi penyakit ginjal stadium akhir satu-satunya pengobatan yang

efektif adalagh dialisis instermiten atau transplantasi ginjal (Aisara, S.,

Syaiful, A., & Mefri, Y, 2018).


16

Tujuan terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara

progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,

memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan

cairan dan elektrolit (Sukandar, 2008).

Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Diet protein

Pada pasien GGK harus dilakukan pembatas asupan protein.

Pembatasan asupan protein telah terbukti dapat menormalkan kembali dan

memperlambat terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah protein mengurangi

beban ekskresi sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan

intraglomerulus dan cidera sekunder pada nefron intak. Asupan protein yang

berlebihan dapat mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa

peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus yang akan

meningkatkan progresifitas perburukan ginjal (Suwitra,2014)

b. Diet kalium

Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK dengan

cara diet rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang

mengandung kalium tinggi. Pemberian kalium yang berlebihan akan

menyebabkan hyperkalemia yang berbahaya bagi tubuh. Jumlah yang

diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80 mEq/hari. Makanan yang

mengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni (Aini, N., &

Endang, S, W, 2018)
17

c. Diet kalori

Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat dengan tujuan

utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen memelihara

status nutrisi dan memelihara status gizi (Sahabat ginjal, 2010).

d. Kebutuhan cairan

Asupan cairan membutuhkan regulasi hati-hati pada GGK. Asupan

yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem

dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi,

hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal (Wilson, 2012).

Ketika terapi konservatif yang berupa diet, pembatas minum, obat-

obatan dan lain-lain tidak bias memperbaiki keadaan pasien maka terapi

pengganti ginjal dapat dilakukan. Terapi pengganti ginjal tersebut berupa

hemodialisis ,dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal (Aini, N., &

Endang, S, W, 2018).

e. Pengobatan pengganti

(Suwitra, 2015) Penderita gagal ginjal kronik memerlukan hemodialisis

atau transplantasi ginjal. Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan

untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, dialisis dapat dilakukan untuk

mencegah komplikasi gagal ginjlal yang seriu, seperti hyperkalemia,

pericarditis, dan kejang. Dialisis dapat berupa :


18

1. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih di sukai

untuk pasien gagal ginjal kronis akhir meskipun sebagain pasien mungkin

tetap menjalani dialisis dirumah mereka sendiri setelah mendapat latihan

dari perawat khusus (Wilson,2012).

2. dialisis peritoneal

Dialisis peritoneal merupakan alternatif hemodialisis pada penanganan


gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Data dari U.S Renal Data
Sistem memunjukan bahwa 9% pasien penyakit ginjal tahap akhir
menjalani beberapa tipe dialisis peritoneal. Dialisis peritoeal sangat mirip
dengan hemodialisa, perbedaanya yaitu dialisis peritoneal menggunakan
peritoneum sebagai memberan semi permiabel. Dialisis peritoneal
dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialisis kedalam abdomen
melalui kateter (Wilson,2012).

3. Hemodialisis

Hemodialisis adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang


berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada hemodialisis, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin
dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu
dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses hemodialisis dilakukan 1-3 kali
seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar
2-4 jam (Black, Hawks, 2014).
19

B. Hemodialisis

1. Pengertian

Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa


Metabolism berupa larutan (ureum,creatinin) dan air yang berada dalam
Pembulu darah melalui membrane semipermeable atau yang di sebut
Dengan dialyser (Mailani, 2015).
Sedangkan menurut price & Wilson (2014). Hemodialisis adalah

proses dimana terjadi difusi partikel terlarut (solut) dan air secara pasif melaui

suatu kompetemen cair lainnya yaitu cairan dilisat melawati membrane

semipermaabel dalam dialise.

1. Tujuan hemodialisis

Tujuan hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu

mengendalikan uremia, kelebihan cairan dan ketidak seimbangan elektrolit

yang terjadi pada pasien ginjal (KPIG XIV Cikini,2008)

2. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasi pada klien dalam keadaan akut yang

memerluka terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu atau panjang/permanan (Mahmoed, S & Abdelaziz, N.A, 2015).

Secara umum indikasi dilakukan, hemodialisis pada gagal ginjal kronis

adalah:

a. LPG kurang dari 15 ml/mnt

b. Hyperkalemia

c. Asidosis
20

d. Kegagalan terapu konservatif

e. Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl dan kratinin lebih dari 6 mEq/L

f. Kelebihan cairan

g. Anuria berkepanjangan lebih dari 5 hari

3. Komplikasi Hemodilisis

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada klien yang menjalani

hemodialisis komplikasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : komplikasi yang

berhubungan prosedur dialisis dan komplikasi yang berhubungan dengan

penyakit ginjal kronik( smelzer dan Bare (2013) Efek samping yang dirasakan

pasien yang menjalani hemodialisis antara lain :

a. Hipertensi

b. Headache(sakit kepala)

c. Mual dan muntah

d. Sindrom disequilibrrium

e. Demam dan menggigil

f. Kram otot

Komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronik adalah :Penyakit

jantung, anemia, mual dan lelah, malnutrisi dan gangguan kulit

4. Psikologis Hemodialisis

Respon psikologis pada pasien gagal ginjal kronik dapat bervariasi dan

sering berhubungan dengan kerugian, baik aktual maupun potensial, dan telah
21

disamakan dengan proses kesedihan. Stres merupakan respon psikologis yang

paling sering terjadi(Talllis, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andri (2013) bahwa pasien gagal

ginjal kronik sering mengalami gangguan psikiatrik terkait dengan kondisi

medis umumnya. Gangguan psikiatrik seperti delirium, depresi, kecemasan

dan stres.

Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidup dan

penyesuaian diri terhadap kondisi sakit menyebabkan terjadinya perubahan

dalam kehidupan pasien hemodialisis yang memicu terjadinya stres.

Perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasikan sebagai

stressor (Susanti,2017).pada pasien hemodialisis sering terjadi stres karena

stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu, merupakan suatu ancaman

yang dapat menyebabkan kecemasan. Perubahan yang dialami pada pasien

hemodialisis, juga dirasakan oleh keluarga seperti perubahan gaya hidup.

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan (Jenita DT Donsu, 2017). Menurut

Charles D. Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal

yang mengenai seseorang misalnya objek dalam lingkungan atau sesuatu

stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.Stres juga bias diartikan

sebagai tekanan ketegangan.

Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu
22

saat dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat

dipandang dalam dua acara, sebagaiu stres baik dan stres buruk (distres). Stres

yang baik disebut stres positif sedangkan stres yang buruk disebut stres

negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis.

Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor

psikososial (tekanan mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2014).

Salah satu upaya untuk mengatasi stres pada pasien hemodialisis adalah

dengan metode relaksasi. Hal itu karna dalam relaksasi terkandung unsur

penenangan diri. Teknik ini disebutnya relaksasi Benson yaitu suatu prosedur

untuk membantu individu berhadapan pada situasi yang penuh stres dan usaha

untuk menghilangkan stres (Dalimartha 2008). Relaksasi ada beberapa macam

(Miltenbarger 2012) mengemukakan ada 4 macam relaksasi yaitu relaksasi

otot (progressive muscle relaxation), pernafasan (diaphragmatic breathing),

meditasi (attention-foccusing exercises), dan relaksasi prilaku (behavioral

relaxation training)

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi (Purwanto,

2014)
23

C. Terapi Relaksasi Benson

1. Pengertian Relaksasi Benson

Purwanto (2014), menyetakan bahwa relaksasi adalah suatu prosedur

untuk membantu individu berhadapan pada situasi yang penuh stress.

Relaksasi Benson atau relaksaasi religius merupakan pengembangan dari

respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson,dimana relaksasi ini

merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama yang dianut.

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.

Suharjo (2011), menyatakan bahwa relaksasi Benson merupakan

respon relaksasi pernafasan dengan memusatkan perhatian sehingga dapat

menciptakan lingkungan yang tenang. Relaksasi Benson dilakukan secara

rutin dapat mengontrol stres dan dapat meningkaatkan resa tenang setelah

dilakukan relaksasi.

Kelebihan latihan tehnik relaksasi dari pada latihan yang lain latihan

relaksasi lebih mudah dilakukan bahkan dalam kondisi apapun serta tidak

memiliki efek samping apapun. Disamping itu kelebihan dari tehnik relaksasi

lebih mudah dilakukan oleh pasien, dapat menekan biaya pengobatan, dan

dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres. Sedangkan kita tahu

pemberian obat-obatan kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan


24

efek samping yang dapat membahayakan pemakaian seperti gangguan pada

ginjal (Yosep,2012).

2. Relaksasi

Relaksasi suatu teknik yang dapat membuat pikiran dan tubuh menjadi

rileks melalui sebuah proses yang secara progresif akan melepaskan

ketegangan otot di setiap tubuh. Melakukan relaksasi seperti ini dapat

menurunkan rasa lelah yang berlebihan dan menurunkan stres , serta berbagai

gejala yang berhubungan dengan kecemasan, seperti sakit kepala, migren,

insomnia, dan depresi (Grece, Lucky & Mulyadi, 2017).

Individu dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi-afektif

dengan melakukan relaksasi. Relaksasi merupakan upaya membebaskan

pikiran dan tubuh dari ketegangan melalui latiahan dan upaya sadar. Teknik

relaksasi memberikan control diri ketika terjadi raasa tidak nyaman, stres

fisik, dan emosi. Individu yang menggunakan teknik relaksasi Benson dengan

benar akan mengalami beberapa perubahan fisiologis dan perilaku (Grece,

Lucky & Mulyadi, 2017).

Teknik relaksasi beguna dalam berbagai situasi, misalnya nyeri,cemas,

kurangnya kebutuhan tidur dan stres serta emosi yang ditunjukan. Relaksasi

memelihara reaksi tubuh terhadap respon flight or flight, penurunan respirasi,

nadi, dan jumlah metabolic tekanan darah dan energy yang digunakan
25

3. Fisiologi Terapi Relaksasi Benson

Penggunaan frase yang bermakna dapat digunakan sebagai focus

keyakinan, sehingga dipilih kata yang memiliki kedalaman keyakinan.

Dengan menggunakan kata atau frase dengan makna khusus akan mendorong

efek yang menyehatkan.Semakin kuat keyakinan seseorang bercampur

dengan respon relaksasi, maka semakin besar pula efek relaksasi yang

didapat. Pilihan frase yang dipilih sebaiknya singkat untuk diucapkan dalam

hati saat mengambil dan menghembuskan nafas secara normal. Kedua kata

tersebut mudah diucapkan dan mudah diingat (Purwanto, 2014).

Dasar pikiran relaksasi ini adalah merpakan pengaktifan dari saraf

parasimpatis yang menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh

system saraf simpatis dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang

diturunkan oleh saraf simpatis. Relaksasi ini dapat menyebabkan penurunan

aktifitas system saraf simpatis yang akhirnya dapat sedikit melebarkan arteri

dan melancarkan peredaran darah yang kemudian dapat meningkatkan

transport oksigen ke seluruh terutama ke perifer. Masing-masing saraf dan

simpatis saling berpengaruh, maka dengan bertambahnya salah satu aktifitas

system yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain. Selama

system-sitem berfungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya aktifitas

system yang satu akan menghambat atau menekan efek system yang lain

(purwanto, 2014).
26

Terapi relaksasi Benson ini dilakukan dengan melakukan inspirasi

panjang yang nantinya akan menstimulasi secarra perlahan-lahan reseptoe

regang paru karena inflamasi paru, keadaan ini mengakibatkan rangsangan

atau sinyal dikirimkan ke medulla yang memberikan informasi tentang

peningkatan aliran darah. Informasi ini akan di teruskan ke batang otak,

akibatnya saraf parasimpatis mengalami peningkatan aktifitas dan saraf

simpatis mengalami penurunan aktifitas pada komereseptor, sehingga respon

atau peningkatan tekanan darah dan inflamasi paru ini akan menurunkan

frekuensi denyut jantung dan terjadi vasodilatasi pada sejumlah pembuluh

darah (Purwanto, 2014).

Relaksasi Benson akan menghasilkan frekuensi gelombang alpa pada

otak yang bias menimbulkan perasaan bahagia, senang, gembira, dan percaya

diri sehingga dapat menekan pengeluaran hormone kortisol, epinefrin dan

neropinefrin yang merupakan vasokontriksi kuat pada pembulu darah.

Penekanan hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan dilatasi pembulu

darah yang mengakibatkan penurunan resistensi pembulu darah sehingga

hasil akhirnya adalah penurunan tekanan darah (Price dan Wilson, 2013).

4. Spritualitas pada Terapi Relaksasi Benson

Dzikir bermanfaat agar hati akan menjadi tenang ketika menuju.

Kesisi Allahh, hati akan menjadi tenang ketika mengingat Allah dan hati akan

merasa puas ketika merasa bahwa Allah pelindung dan penolong Kata yang

diucapkan kalimat allah, atau nama-namaNya dalam Asmaul Husna, kalimat-


27

kalimat untuk berzikir seperti Alhamdulillah, Subhanallah, dan Allah Akbar .

(Riyani, 2016).

Dalam metode meditasi terdapat juga meditasi yang melibabtkan

faktor keyakinan yaitu meditasi transcendental (transcendental

meditation).Meditasi ini dikembangkan oleh mahes yogi dengan mengambil

objek meditasi frase atau mantra-mantra yang diulang-ulang secra ritmis

dimana frase tersebut berkaitan erat dengan keyakinan agama yanhg dianut

akan mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi

respon relaksasi dengan melibatkan menfaat yang dapat dari relaksasi

(purwanto, 2014).

5. Prosedur Terapi Relaksasi Benson

Prosedur pelaksanaan terapi Benson pada pasien Hemodialisis adalah

sebagai berikut :

a. Langkah pertama

1) Siapkan pasien, berikan informasi tentang tehnik Relaksasi Benson.

Mintaklah persetujuan pasien untuk bersedia melakukan relakssi

tersebut (inform consent).

2) Pilihlah salah satu ungkapan singkat yang mencerminkan keyakinan

pasien. Anjurkan untuk memilih kata atau ungkapan yang memiliki

arti khusus bagi pasien. Fungsi ungkapan ini dapat mengaktifkan

keinginan pasien untuk menggunakan teknik tersebut


28

3) Jangan memaksa pasien untuk menggunakan ungkapan-ungkapan

yang dipilih oleh perawat

b. Langkah kedua

1) Atur posisi pasien senyaman mungkin. Mintaklah pasien untuk

menunujukan posisi yang diinginkan pasien untuk melakukan terapi

Relaksasi Benson

2) Pengaturan posisi dapat dilakukan dengan cara duduk, berlutut,

ataupun tiduran, selama tidak mengganggu pikiran pasien Pikiran

pasien jangan sampai terganggu oleh apapun termasuk karena

adanya salah satu posisi yang tidak nyaman yang mengakibatkan

pasien menjadi tidak focus pada intervensi

c. Langkah ketiga

1) Anjurkan dan bimbing pasien untuk memejamkan mata sewajarnya

2) Anjurkan untuk menghindari menutup mata kuat-kuat

3) Tindakan menutup mata dilakukan dengan wajar dan tidak

mengeluarkan banyak tenaga

d. Langkah keempat

Anjurkan pasien untuk melemaskan otot-ototnya :

1) Bimbinglah dan mulailah pasien untuk melemaskan otot-otonya

mulai dari kaki, betis,paha sempai dengan perut pasien

2) Anjurkan pasien untuk melemaskan kepala, leher , dan pundak

dengan memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan


29

3) Untuk lengan dan tangan, anjurkan pasien untuk meluruskan kedua

tangannya, kemudian mengendurkan otot-otot tangannya , dan

biarkan terkuai wajar di pangkuan

4) Anjurkan pasien untuk tidak memegang lutut, kaki dan mengaitkan

kadua tangannya dangan erat

e. Langlah kelima

Nafas dan mulailah menggunakan kata-kata atau ungkapan focus yang

berakar pada keyakinan pasien

1) Anjurkan pasien untuk menarik napas mulai hidung secara perlahan

pusatkan kesadaran pasien pada pengembangan perut, tahanlah

napas sebentar sampai hitungan ketiga

2) Setelah hitungan ketiga keluarkan napas melalui mulut secara

perlahan-lahan (posisikan mukul seperti bersiul) sambil

mengucapkan ungkapan yang telah dipilih pasien berulang-ulang

dalam hati selama mengeluarkan napas tersebut

f. Langkah keenam

1) Anjurkan pasien untuk mempertahankan sifat pasif. Sifat pasif

merupakan aspek penting dalam membangkitkan respon relaksasi,

anjurkan pasien untuk tetap berpikir tenang Saat melakukan teknik

relaksasi, kerapkali berbagai macam pikiran datang mengganggu

konsentrasi pasien. Oleh karena itu, anjurkan pasien untuk tidak

memeperdulikan dan bersifat pasif


30

g. Langkah ketujuh

Lanjutkan intervensi relaksasi Benson untuk jangka waktu

tertentu.Tehnik ini cukup dilakukan selama 5-10 menit saja. Tetapi jika

menginginkan waktu lebih lama, lakukan dari 25 menit. Lakukan tehnik

ini dengan frekuensi satu kali sehari.

6. Manfaaat Terapi Relaksasi Benson

Setyawati (2012), menyatakan bahwa beberapa manfaat dari

pelaksanaan Terapi relaksasi Benson adalah mengatasi gangguan pola tidur,

mengatasi tekanan darah, mengatasi nyeri, mengatasi kecemasan, mengatasi

stres.

menurut potter dan perry (2010) yaitu manfaat terapi relaksasi Benson,

menurunkan nadi, tekanan darah, dan pernafasan, penurunan konsumsi

oksigen, penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metebolisme,

peningkatan kesadaran, kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan ,

Tidak ada perubahan posisi yang volunteer , Perasaan damai dan sejahtera.

Manfaat lain dari relaksasi Benson terbukti memodulasi stres pasien

hemodialisis yang terkait kondisi seperti marah, cemas, penyakit disritmia

jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta menimbulkan

perasaan menjadi lebih tenang. (Benson, H. and Proctor, 2000).

Relaksasi Benson cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang

dan rileks, dimana gelombang otak mulai melambat yang akhirnya akan

membuat seseorang dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini terjadi ketika
31

individu mulai merebahkan diri dan mengikuti instruksi relaksasi, yaitu pada

tahap pengendoran otot dari bagian kepala hingga bagian kaki. Selanjutnya

dalam keadaan rileks mulai untuk memejamkan mata, saat itu frekuensi

gelombang otak yang muncul mulai melambat dan menjadi lebih teratur.

Pada tahap ini individu mulai merasakan rileks dan mengikuti secara pasif

keadaan tersebut sehingga menekan perasaan tegang yang ada di dalam tubuh

(Datak, 2008).

D. Pengaruh Terapi Benson Terhadap Tingkat Stres pada Pasien

Hemodialisis

Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidup dan

penyesuaian diri terhadap kondisi sakit menyebabkan terjadinya perubahan

dalam kehidupan pasien hemodialisis yang memicu terjadinya stres.

Perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasikan sebagai

stressor (Susanti,2017). pada pasien hemodialisis sering terjadi stres karena

stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu, merupakan suatu

ancaman yang dapat menyebabkan kecemasan. Perubahan yang dialami pada

pasien hemodialisis, juga dirasakan oleh keluarga seperti perubahan gaya

hidup.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh andri (2013), bahwa pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sering mengalami gangguan

psikiatri terkait dengan medis umumnya, gangguan psikiatrik seperti stres


32

Salah satu upaya untuk mengatasi stres pada pasien hemodialisis adalah

dengan metode relaksasi. Hal itu karna dalam relaksasi terkandung unsur

penenangan diri. Teknik ini disebutnya Relaksasi Benson yaitu suatu

prosedur untuk membantu individu berhadapan pada situasi yang penuh stres

dan usaha untuk menghilangkan stres (Dalimartha 2008). Relaksasi ada

beberapa macam (Miltenbarger 2012) mengemukakan ada 4 macam relaksasi

yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan

(diaphragmatic breathing), meditasi (attention-foccusing exercises), dan

relaksasi prilaku (behavioral relaxation training).

Suharjo (2011) menyatakan bahwa relaksasi Benson merupakan respon

relaksasi pernafasan dengan memusatkan perhatian sehingga dapat

menciptakan lingkungan yang tenang. Relaksasi Benson dilakukan secara

rutin dapat mengontrol stres pasien yang sedang menjalani hemodialisis .

Manfaat lain dari relaksasi Benson terbukti memodulasi stres yang terkait

kondisi seperti marah, cemas, penyakit disritmia jantung, nyeri kronik,

depresi, hipertensi dan insomnia serta menimbulkan perasaan menjadi lebih

tenang. (Benson, H. and Proctor, 2000).

Relaksasi Benson cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan

rileks, dimana gelombang otak mulai melambat yang akhirnya akan membuat

seseorang dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini terjadi ketika individu

mulai merebahkan diri dan mengikuti instruksi relaksasi, yaitu pada tahap

pengendoran otot dari bagian kepala hingga bagian kaki. Selanjutnya dalam
33

keadaan rileks mulai untuk memejamkan mata, saat itu frekuensi gelombang

otak yang muncul mulai melambat dan menjadi lebih teratur. Pada tahap ini

individu mulai merasakan rileks dan mengikuti secara pasif keadaan tersebut

sehingga menekan perasaan tegang yang ada di dalam tubuh (Datak, 2008).

Pada saat menghembuskan nafas secara perlahan pengucapan berkali-kali

kata “ Astagfirullah, subhanallah, alhamdulillah allah akbar, lailaa ilaa ha

illallah” kata tersebut akan membantu proses relaksasi, kata yang dipilih

berupa frase yang diyakini berguna, penting, dan cocok untuk masing-masing

individu. Pada prinsipnya metode relaksasi dapat disesuaikan dengan

keyakinan masing-masing individu dengan menggunakan keyakinan itu

secara teratur, maka akan didapatkan manfaat sepenuhnya dari faktor

keyakinan tersebut (Purwanto, 2014).

Sukarami (2015), menyatakan bahwa efek relaksasi Benson tidak hanya

menurunkan stres pasien hemodialisis, tetapi juga meningkatkan keyakinan

terhadap kesembuhan penyakit karena salah satu isi Benson relaksasi adalah

memohon kesembuhan terhadap tuhan yang maha kuasa.


34

E. Kerangka Konsep

Pasien Hemodialisis diukur Pasien hemodialisis diukur


Tingkat stres sebelum diberi Terapi Benson Tingkat stres sesudah diberi
Terapi Benson Terapi Benson

-Waktu Terapi 10 menit -Jenis kelamin laki-laki


-Lingkungan Senyaman Mungkin - Umur 40-60 tahun
-Posisi Berbaring -pekerjaan petani

Keterangan :

Variable yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Bagan 1. Kerangka konsep

F. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh teknik relaksasi benson terhadap tingkat stres pada pasien

Shemodialisis
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah pra-exsperiment, dengan

rancangan one group pre-test and post test. Teknik yang digunakan adalah

observasi yaitu suatu metode dimana pengamat (observer) ikut berpartisifasi

dalam kegiatan yang dilakukan ( Notoatmodjo, 2014). Kelompok diberikan

perlakuan tindakan terapi Benson yang diawali dengan pengukuran awal (pra-

test) yaitu pengukuran tingkat stress pada pasien hemodialisa sebelum

dilakukan terapi Benson, selanjutnya dilakukan pengukuran ulang (post-test)

yaitu tingkat stress pada pasien hemodialisis sesudah terapi Benson.

B. Krangka Penelitian

O1 X O2

Bagan 2. Desain Penelitian

Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2014)

Keterangan :

O1 =pra-test (tingkat stres pada pasien hemodialisis sebelum

Terapi Benson)

X =Ekperimen atau perlakuan (terapi Benson)

O2 =post test (yaitu tingkat stres sesudah terapi Benson)

10
36

C. Definisi oprasional

Adapun definisi oprasional dari variabel Independen dan variabel

Dependen yang diteliti ialah sebagai berikut

Tabel.1

Definisi Oprasional

Variabel Definisi Cara Alat ukur Hasil ukur Skala


oprasional ukur ukur

Independen
Terapi Terapi yang latihan SOP Pelaksanaan
relaksasi dilakukan pada terapi terapi relaksasi
benson pasien relaksasi Benson sesuai
hemodialisis benson SOP
yang
mengalami
tingkat stress
dengan
menggunakan
beberapa
langkah sesuai
dengan SOP.
Dependen Stress reaksi Mengukur Depression -tingkat stress Rasio
Tingkat stress non-spesifik tingkat Anxiety sebelum
manusia stress Stress dilakukan terapi
terhadap Scale(DASS Benson
rangsangan -42) -tingkat stres
atau tekanan sesudah
dilakukan terapi
Benson
D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu pada

maret sampai april 2021


37

E. Populasi dan Sample

1. Populasi

Suatu populasi menunjukan sekelompok subjek yang menjadi Objek

atau sasaran penelitian (Notoadmodjo, 2014).

2. Sample

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat diperguna

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2012). Teknik

pengambilan sample menggunakan consecutive sampling,yaitu semua

subjek yang memenuhi criteria diambil sebagai memenuhi jumlah

sample yang diinginkan (Sastroasmoro, 2012). Jumlah sample dalam

penelitian ini adalah sebanyak orang 15 sample Dengan kriteria inklusi

sampel sebagai berikut:

a. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki

b. Pasien hemodialisis yang mengalami tingkat stress

c. Pasien hemodialisis umur 40-60 tahun

d. Pasien hemodialisis pertama kali mengikuti terapi relaksasi Benson

kriteria ekslusi sample sebagai berikut:

a. Responden yang tidak selesai mengikuti terapi relaksasi Benson

F. Pengumpulan data dan pengolahan data

1. Pengumpulan data

Data utama diambil langsung oleh peneliti tentang variable dependen dan
38

variable independen yaitu data tentang terapi benson dan data pasien

hemodialisis.

a. Data primer

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dangan menggunkan data primer, dimana data yang didapatkan

langsung dari subyek penelitian, alat yang digunakan untuk mengukur

stres adalah Depression Anxiety Stress Scale(DASS-42) dan

pelaksanaan Terapi Relaksasi Benson sesuai standar oprasional

prosedur (SOP)

1.Alat
a. Stopwatch
b. Kuisioner
c. pena
2.Cara kerja
a. Responden ditanya data umum
b. Permohonan menjadi responden
c. Persetujuan menjadi responden
d. Responden diarahkan ke ruang tunggu
e. Kaji tingkat stres sebelum tindakan terapi relaksasi benson
f. Lakukan tindakan terapi relaksasi benson selama 10 menit
g. Kaji tingkat stres sesudah tindakan terapi relaksasi benson
h. Evaluasi tindakan
i. Beri reinforcement positif dan lakukan kontrak selanjutnya
j. Responden menjalani terapi hemodialisis
39

a. Data skunder

Data skunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen- dokumen

yang berasal dari RSUD dr. M. Yunus Bengkulu untuk mendapatkan

jumlah pasien yang mengalami hemodialisa

3. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program computer melalu

langkah-langkah

a. Pemeriksaan data (editing)

Langkah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan

data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian

b. Pengkodean data (coding)

Coding merupakan pemberian kode terhadap data atau mengubah

keterangan dalam bentuk angka dengan tujuan untuk mempermudah

dalam analisa data.

c. Memproses (processing)

Setelah semua data di periksa dan selanjutnya memproses data agar

dapat di analisa dengan cara memasukkan data nilai hasil pengukuran

sebelum dan sesudah.


40

d. Tabulasi (tabulating)

Setelah dilakukan pengelompokan, data dimasukkan kedalam suatu

tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitin

e. Membersikan data

Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang diproses apakah

ada kesalahan atau tidak dalam masing-masing variable yang diproses

sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat digunakan untuk memperoleh rata-rata perubahan

Tingkat stres pada pasien hemodialisis sebelum dan sesudah dilakukan terapi

relakssi benson

2.Analisa bivarat

Analisa data dalam penelitian menggunakan analisa bivarat dengan

Uji paired sample t-test. uji ini digunakan untuk melihat pengaruh terapi

relaksasi benson terhadap prubahan tingkat stress pada pasien

hemodialisa.Dinyatakan ada pengaruh jika, a = 5% (>0,05) jika p dengan

drajat kemaknaan 0.05.


41

Anda mungkin juga menyukai