Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik meruapakan penyakit yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible yang
membuat tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit (Rahayu et al 2018) Pasien dengan
chronic kidney disease (CKD) stadium 5 atau end stage renal disease
memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal yang terdiri atas dialisis dan
transplantasi ginjal.
Diantara dua jenis terapi pengganti ginjal tersebut, dialisis adalah terapi
umum digunakan oleh penderita ggk karena terbatasnya jumlah donor ginjal
di Indonesia. Menurut jenisnya, dialisis diedakan menjadi dua macam yaitu,
hemodialisa dan peritoneal dialisis. Sampai saat ini hemodilisa menjadi
alternatif utama terapi pengganti fungsi ginjal pada pasien ggk karena
pertimbangan dari segi biaya yang lebih murah dan resiko perdarahan yang
rendah jika dibandingkan dengan terapi penganti fungsi ginjal dialisis
peritoneal (Sari et al, 2014)
WHO menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada
tahun 2013 meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Angka kejadian gagal
ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus hidup
dengan menjalani hemodialisa 1,5 juta orang. Sekitar 1 dari 10 populasi
global mengalami ggk pada stadium tertentu.
Persatuan Nefrologi Indonesia dalam 8 tahun Report of Indonesia Renal
Registry, Peyakit Ginjal Kronik stadium 5 merupakan diagnosisi utama pada
pasien hemodialisa baru di Indonesia dengan prenstasi 89%. Pada tahun 2012
prevalensi penderita gagal ginja kronis berjumlah 19.621 pasien baru dan
22.140 pasien aktif hemodialisa. Sedangkan pada tahun 2015 pasien baru
gagal ginjal kronis berjumlah 17,193 pasien dan 30.554 pasien aktif dan pada

1
2

tahun 2017 pasien baru berjumlah 30.831 pasien dan pasien aktif 77.892.
Pada tahun 2018 paien baru gagal ginjal kronik berjumlah 66.433 dan pasien
aktif 132.142 ( Indonesia Renal Registry, 2018)
Jumlah pasien baru gagal ginjal kronik di Provinsi Sumatera Selatan
1287 orang, dan jumlah pasien aktif GGK di Provinsi Sumatera Selatan
berjumlah 715 orang (Indonesian Renal Registry,2014). Menurut data Dinkes
kota Palembang, jumlah penderita GGK yang menjalani terapi hemodialisa
menngalami peningkatan yakni pada tahun 2010 sebanyak 115 orang, tahun
2011 sebanyak 121 orang, pada tahun 2012 sebanyak 128 orang (Dinkes,
2013). Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun (2015), pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sebanyak 429 pasien baru,
816 pasien aktif dari 14.657 pasien yang melakukan tindakan hemodialisa
secara rutin. Pada tahun 2017 pasien baru pada kasus gagal ginjal kronik
berjumlah 427 dan pada tahun 2018 mengalami peningkatan pasien berjumlah
2333 ( Indonesia Renal Registry, 2018)
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS Islam Siti Khadijah
Palembang jumlah pasien HD 2018 berjumlah 305 orang dan mengalami
peningkatan pada tahun 2019 berjumlah 391. Pasien dibulan November 2019
berjumlah 134 orang
Pada sepetiga penderita PGK mengeluhkan gejala berupa kekurangan
energi (76%), pruritus (74%), mengantuk (65%), dyspnea (61%), edema
(58%), nyeri (53%), mulut kering (50%), kram otot (50%), kuran nafsu
makan (47%), konsentrasi buruk (44%) kulit kering (42%), gangguan tidur
(41%) dan sembelit (35%) (M. Djamil, 2018).
Terapi HD yang dijalani oleh pasien GGK pada dasarnya menimbulkan
banyak gejala yang berhubungan dengan tidur serta kelelahan. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Unruh, et al (2011) bahwa pada populasi GGK
yang diteliti mengalami kualitas tidur yang buruk yang diakibatkan berbagai
faktor diantaranya kesiapan mental serta psikologi untuk menghadapi terapi
HD selanjutnya, kecukupan nutrisi yang dibutuhkan dan frekuensi terapi HD
3

yang dibutuhkan oleh pasien GGK dalam seminggu. Hal ini berpengaruh
pada kualitas tidur pasien adalah frekuensi terapi pengganti fungsi ginjal itu
sendiri.
Insomnia merupakan masalah gangguan tidur yang lebih banyak terjadi
pada pasien yang menjalani dialisis dan terkait dengan terjadinya gangguan
tidur yaitu gangguan napas saat tidur dan kantuk berlebihan pada siang hari
dan Restless legs syndrome, semua pasien mengalami gangguan tidur seperti
durasi tidur yang pendek, terbangun tengah malam dan tidak dapat tidur
kembali. Beberapa pasien mengatakan mengalami susah tidur beberapa hari
sebelum melakukan terapi HD (Fitria et al, 2018)
Gangguan tidur sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik bahkan bisa
berlangsung lama, hal ini dipengaruhi kulitas tidur pasien ggk baik dari segi
tercapainya jumah atau lamanya tidur berampak pada aktivitas sehari-hari
individu. Dampak yang ditimbulkan dari hemodialisa selain menyebabkan
kualitas tidur yang buruk masalah tidur juga dapat memberikan dampak yang
tidak baik pada fisik, mental dan juga berpengaruh pada penurunan
penampilan disfungsi kognitif dan memori (Ningrum et al, 2017)
Pada pasien yang menjalani terapi penganti fungsi ginjal dengan kelelahan
yang lebih tinggi memiliki kualitas tidur yang buruk disebabkan karena
terjadinya peningkatan kadar sitokin inflamasi (Yustika et al 2019) Beberapa
penelitian juga mengatakan bahwa kurang tidur merupakan penyebab
kelelahan pada pasien hemodialisa. Faktor yang mempengaruhi fatigue
diantaranya ada faktor sosidemografi, faktor klinis, faktor regimen
pengobatan, faktor biokimia hematologi, dan faktor psikososial dan kognitif.
Faktor psikososial dan kognitif menjadi faktor yang sangat berperan penting
dalam memprediksi pasien hemodialisa pada resiko kelelahan (Horigan,2012)
Pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa mengalami fatigue
mencapai 60-97%. fatigue adalah masalah berat yang paling sering terjadi
pada pasien hemodialisa. dampaki dari fatigue yang dialami oleh pasien yang
sedang menjalani terapi hemodialisa adalah menghambat sosialisasi, merasa
4

terisolasi, kehilangan waktu bersama keluarga dan kesulitan dalam


beraktifitas. Fatigue memiliki dampak besar dalam penurunan kualitas tidur
pada pasien hemodialis (Armila et al, 2019)
Untuk mengatasi insomnia atau meningkatkan kualitas tidur bisa di atasi
dengan farmakologi dan non farmakologi, contoh non farmakologi untuk
meningkatkan kualitas tidur dengan pemberian aromaterapi. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dian Sari yang dilakukan pada tahun 2017 dan di
publikasi kan pada tahun 2018 di Wisma Cinta kasih yang hasilnya penelitian
yang telah dilakukan peneliti tentang pengaruh aroma terapi lavender
terhadap kualitas tidur lansia di Wisma Cinta Kasih Padang, dapat
disimpulkan sebagai berikut; terdapat pengaruh terhadap kualitas tidur
pemberian aromaterapi lavender sampai 40%.
Aroma terapi adalah cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-
bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum,
gurih, dan enak yang disebut minyak asiri. Aroma terapi suatu cara perawatan
tubuh dan penyembuhan penyakit dengan minyak essensial (essential oil).
(Sari et al, 2017)
Ada beberapa minyak asiri yang umum digunakan dalam aroma terapi
karena sifatnya yang serbaguna diantaranya adalah Langon Kleri (Salvia
Scarea), Eukalipus (EucalyptusGlobulus), Geranium (Pelargonium
Graveolens), Lavender (Lavendula Vera Officianals), Lemon (Citrus
Linonem), Peppermint (Mentha Piperita), Petitgrain (Daun Citus Aurantium),
dan Rosmari (Rosmarinus Officinals), serta Pohon teh (Melalueca Alternifol),
dari minyak- minyak tersebut, minyak lavender merupakan minyak essensial
yang paling popular (Sari et al , 2017).
Akupresur adalah cara pengobatan yang berasal dari Cina, yang disebut
juga dengan pijat akupunktur yaitu metode pemijatan pada titik akupunktur
(acupoint) di tubuh manusia tanpa menggunakan jarum, terapi ini merupakan
terapi yang sederhana dan tidak menimbulkan efek apapun bagi si penderita
karena tidak melakukan tindakan yang invasif (Majid et al, 2014). Dalam
5

penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Kusuma (2017) Kualitas tidur setelah
dilakukan terapi pada keompok intervensi dengan akupresur terdapat
penurunan yang signifikan sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat
perubahan yang signifikan. Ada pengaruh terapi akupresur terhadap kualitas
tidur lanjut usia
Selain bisa mengatasi masalah gangguan tidur, akupresur dan aromaterapi
lavender juga bisa mengatasi kelelahan. Kelelahan atau fatigue adalah
perasaan subjektif dengan kelelahan yang sangat ekstrim dan berkelanjutan
berkurangan energi atau kelemahan. Pada pasien yang ssedang menjalani
terapi pengganti fungsi ginjal atau hemodialisa kelelahan merupakan salah
satu akibat penurunan curah jantung (Setiawan et al, 2018) kelelahan
meruapakn satu dari gejala yang paling umum di alami oelh pasien yang
sedang menjalani hemodialisa dengan prevalensi mulai dari 60%-97% dan
telah ditemukan sebagai prediktif kejadian jantung dan semua penyebab
kematian (Horigian, 2012)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et al (2018)
Iintervensi Inovasi Aromaterapi Lavender terhadap Level Fatigue pada Pasien
CKD hasil inovasi intervensi yang diberikan selama 3 kali pertemuan adalah
pada hari pertama Selasa, tanggal 3 juli 2018, skor Fatigue Severity Scale
(FSS) 41. (sebelumnya ). Jumat, tanggal 6 juli 2018, skor Fatigue Severity
Scale (FSS) 36. Selasa, tanggal 10 juli 2018, skor Fatigue Severity Scale
(FSS) 32. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi
lavender pada pasien menjalani HD berpengrauh terhadap penurunan level
kelelahan.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS Islam Siti Khadijah
Palembang, dilakukan wawancara dengan pasien HD tentang kualitas tidur
dan kelelahan dari 10 pasien 8 mengalami gangguan tidur ketika cairan dalam
tubuh pasien menumpuk dan 10 pasien mengatakan kelelahan sesudah
tindakan HD dan kelelahan tersebut hilang setelah pasien istrahat dan
beraktifitas seperti biasa.
6

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis tertarik untuk


melakukan penelitian tentang pengaruh terapi akupresur dan aromaterapi
lavender terhadap kualitas tidur dan level kelelahan pasien hemodialisa.

B. Rumusan Masalah
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa analisis atau transplantasi ginjal. Hemodialisa salah
satu terapi pengganti ginjal, pada pasien yang menjalani terapi tersebut 71%
pasien mengalami masalah kelelahan dan 44% mengalami gangguan tidur.
Maka didapatkan rumusan masalah penelitian yaitu sejauh mana pengaruh
terapi akupresur dan aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur dan
kelelalah pasien hemodialisa?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Pengaruh Terapi Akupresur dan Aromaterapi lavender
terhadap Kualitas Tidur dan Level Kelelahan pada Pasien Hemodialisa
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui karakteristik demografi pasien Gagal Ginjal Kronik di
Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
b. Diketahui distribusi nilai kualitas tidur sebelum dilakukan terapi
akupresur pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.
c. Diketahui distribusi nilai kualitas tidur setelah dilakukan terapi
akupresur pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.
7

d. Diketahui distribusi nilai level kelelahan sebelum dilakukan terapi


akupresur pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.
e. Diketahui distribusi nilai level kelelahan setelah dilakukan terapi
akupresur pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang.
f. Diketahui distribusi nilai kualitas tidur sebelum dilakukan pemberian
aromaterapi lavender pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
g. Diketahui distribusi nilai kualitas tidur setelah dilakukan pemberian
aromaterapi lavender pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
h. Diketahui distribusi level kelelahan sebelum dilakukan pemberian
aromaterapi lavender pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
i. Diketahui distribusi nilai level kelelahan setelah dilakukan pemberian
aromaterapi lavender pada Pasien Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,
memperluas wawasan pegetahuan teori dan praktik keperawatan
khusus nya mengenai kualitas tidur dan level kelelahan Pasien Gagal
ginjal Kronik.
b. Klien
Hasil penelitian diharapkan bisa diterapkan untuk mengatasi masalah
sulit tidur dan kelelahan yang dialami oleh pasien Gagal Ginjal
Kronik.
8

2. Secara Praktis
a. Bagi Rumah Sakit dan Perawat
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk mengambil kebijkan
dan keputusan dan menjadi bahan evaluasi untuk mengatasi Kualitas
tidur dan kelelahan pada pasien Gagal ginjal Kronik.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebgai sumber reverensi dan riset serta acuan bagi mahasiswa di
bidang medikal bedah khususnya tentang kualitas tidur dan kelelahan
pasien Gagal Ginjal Kronik.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk lebih memperluas serta
mengembangkan penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih kecil
khususnya mahasiswa STIKes Muhammadiyah palembang.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna untuk memperluas dan menambah wawasan
serta pengetahuan penulis dalam meyakinkan dirinya dalam
melakukan tindakan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini termasuk area ruang lingkup keperawatan medikal bedah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur dan
aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur dan kelelahan pasien
hemodialisa, penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang, menggunakan penelitian komparatif dengan desain eksperimen
semu (pre-eksperimental design/quasi eksperimen design) menggunakan
model rancangan dua kelompok diberikan perlakuan, tetapi filakukan
pengukuran variabel terkait sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
9

F. Penelitian Terkait
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
Judul
No Metodelogi Hasil Perbedaan Persamaan
Penelitian/tahun
1 pengaruh terapi penelitian Adanya perbedaan 1. Tempat 1. Variabel
slow stroke back eksperimen level kelelahan penelitian penelitian
massage dengan dengan desain setelah dilakukan 2. Salah satu
aromaterapi penelitian intervensi intervensi
lavender terhadap Quasy- tidak
level fatigue pada experiment diterapkan
klien yang dan rancangan
menjalani penelitian non
hemodialisis di equivalent
rsud wates control group
design
2. pengaruh quasi Setelah dilakukan 1. Tempat 1. Varibael
akupresur terhadap experiment intervensi ada penelitian penelitian
kualitas tidur lansia dengan pengaruh terhadap 2. Sasaran
di balai pendekatan pre kPualitas tidur, pada klien
perlindungan sosial and post test walaupun tidak yang akan
tresna werdha control group semua sampel diteliti
ciparay teratasi
33 analisis praktik penelitian Terdepat perbedaan 1. Klien 1. Persamaan
3 klinik keperawatan eksperimen intervensi yang kelolaan Variabel
pada pasien ckd dengan desain diberikan dengan 2. Tempat
(chronic kidney penelitian klien penelitian
disease) dengan Quasy-
intervensi inovasi experiment
aromaterapi dan rancangan
lavender terhadap penelitian non
level fatigue equivalent
(kelelahan) di control group
ruang hemodialisa design
10

rsud abdul wahab


sjahranie
samarinda tahun
2018

Pengaruh aroma kuantitaif Terdapat pengaruh 1. Klien 1. Persamaan


terapi lavender dengan design pemberian kelolaan variabel
terhadap kualitas Quasi aromaterapi 2. Tempat 2. Design
tidur lansia di Eksperimen lavender terhadap penelitian penelitian
wisma cinta kasih (eksperimen kualitas tidur lansia 3. Variabel
semu) dengan dengan p value penelitian
menggunakan 0,000
rancangan one
group pretest-
posttest

Anda mungkin juga menyukai