Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menstruasi merupakan suatu proses berkala yang datang setiap 28-30


hari. Masa menstruasi pertama (manarche) biasanya dimulai pada usia 11-15
tahun. Siklus tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse, kecuali jika
terjadi kehamilan. Pada saat menstruasi , darah menstruasi yang berwarna
merah gelap akan dikeluarkan setiap bulan dan berlangsung selama 3-8 hari.
(Rasjidi, 2013).
Perubahan yang biasa dihadapi wanita saat mengalami menstruasi
yaitu cemas, stress, depresi, dan biasanya didampingi dengan kejang-kejang
menstruasi atau bahasa medisbya dysmenorrea (Sukarni & Wahyu, 2013).
Dysmenorrhea adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau
menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan.
Dysmenorrhea ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut atau
pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah,
pinggang, hingga betis (Sinaga, et al.,2017).
Dysmenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dysmenorrea
primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer adalah
dysmenorrea yang mulai terasa sejak manarche dan tidak ditemukan kelainan
dari alat kandungan atau organ lainnya yang berdampak dapat mengganggu
dapat mengganggu aktivitas remaja, sedangkan dysmenorrea sekunder
biasanya terjadi setelah manarche yang disebabkan oleh endometriosis,
fibroid, IUD, tumor pada tuba fallopi, polip uteri dan lain-lain (Dewi, 2012)
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia rata-rata lebih dari 50%. Di
Indonesia angka kejadia prevalensi nyeri mentruasi berkisar 55% di kalangan
usia produktif. Di Amerika Serikat, klien dan litt melaporkan prevelansi
dismenore mencapai 59,7% dan di Swedia sekitar 72%. Angka kejadian nyeri
menstruasi berkisar 45-95% dikalangan wanita usia produktif dengan upaya
penanganan dismenore dilakukan 51,2% dengan terapi obat, 24,7% dengan
relaksasi dan 24,1% dengan distraksi atau pengalihan nyeri. (Depkes RI , 2010
; Azizah, 2014).
Manajemen nyeri atau pain management merupakan salah satu bagian
dari disiplin ilmu medis yang menggunakan pendekatan multidisiplin yang
termasuk didalamnya pendekatan farmakologikal ( termasuk pain modifiers),
non farmakologikal dan psikologikal dalam upaya menghilangkan nyeri atau
pain relief. Manajemen nyeri non farmakologikal merupakan upaya mengatsi
atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan penedekatan nonfarmakologi.
Upaya tersebut antara lain relaksasui, distraksi, massage, dan ada pula
tindakan alternatif yang dapat dilakukan adalah pemberian terapi aromaterapi
lemon untuk menurunkan dysmenorrhea. (Syamsiah, 2015).
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak penggunaan
ekstrak minyak esensial tumbuhan yang digunakan untuk memperbaiki mood
dan kesehatan, wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, dan emosi.
Minyak aromaterapi lemon mudah di dapatkan dan mempunyai kandungan
limeone. (Young, 2011). Limeone adalah komponen utama dalam senyawa
kimia jeruk yang dapat menghambat sistem kerja prostaglandin sehingga
dapat mengurai nyeri. Selain itu limeone akan mengontrol siklogienase,
mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit. Aromaterapi ini
bermanfaat untuk mengurangi ketegangan otot yang akan mengurangi
ketegangan otot yang akan mengurangi tingkat nyeri. Sebagian besar obat
penghilang rasa sakit dan obat antiinflamasi mengurangi rasa sakit dan
peradangan dengan mengendalikan enzim ini, bisa disimpulkan bahwa
limeone dalam lemon ( cytrus ) akan mengontrol prostagladin dan mengurangi
rasa nyeri. (Namazi, dkk., 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Susi Suwanti, Melania Wahyuningsih,
Anita Liliana (2018), Mengenai Pengaruh Aromaterapi Lemon (Cytrus)
Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswa Universitas Respati
Yogyakarta bahwa hasil pengukuran post test diberikan aromaterapi, sebagian
besar mengalami nyeri sedang. Penelitian lain skala nyeri setelah nyeri setelah
diberikan aromaterapi, sebagian besar di skala 5-6 (31,6% dan 36,8) nyeri
sedang. Berbeda dengan penelitian ini dimana hasil setelah diberikan
aromaterapi lemon (cytrus) mengalami penurunan dari 4,95 (nyeri sedang)
menjadi 2,65 (nyeri ringan). Hal ini dapat disebabkan karena wangi yang
dihasilkan oleh aromaterapi lemon akan menstimulasi thalamus untuk
mengaktifikan pengeluaran neurotransmitter yang berfungsi sebagai
penghilang rasa sakit alami, enchephalines merupakan neuromodulator yang
berfungsi menghambat nyeri fisiologi. (Solehati, dkk., 2015).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah


penelitian yaitu sejauh mana pengaruh aroma terapi lemon (Cytrus) terhadap
penurunan dysmenorrhea primer ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Pengaruh Aromaterapi Lemon (Cytrus) Terhadap


penurunan Dysmenorrhea Primer Pada Mahasiswi Stikes Muhammadiyah
Palembang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui mean Pre-test dysmenorrhea primer pada kelompok


intervensi & kelompok kontrol

b. Diketahui mean Post-test dysmenorrhea primer pada kelompok


intervensi & kelompok kontrol.

c. Diketahui perbedaan nilai men antara Pre-test dan Post-test kelompok


kontol dan kelompok intervensi dysmenorrhea primer.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keseshatan Muhammadiyah Paleembang
untuk mengetahui apakah ada penurunan dysmenorrhea primer setelah
dilakukan pemberian aromaterapi lemon (cytrus). Penelitian ini dilakukan
pada mahasiswi semester 2 Stikes Muhammadiyah Palembang sebagai
kelompok intervensi dan mahasiswi semester 4 kelompok kontrol.
E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian inidapat diharapkan bisa menjadi salah satu topik


pembahasan terutama di Keperawatan Maternitas untuk menambahkan
cara menangani dysmenorrhea primer dengan menggunakan jenis terapi
non-farmakologi pemberian Aromaterapi Lemon (cytrus).

2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang

Manfaat yang bisa diperoleh oleh instansi pendidikan adalah sebagai


tambahan refereni dan pengembangan penelitian tentang Pengaruh
Aromaterapi Lemon (cytrus) terhadapa penurunan Dysmenorrhea Primer
pada mahasiswi Stikes Muhammadiyah Palembang.

3. Bagi Mahasiswi Semester 2 dan 4 Stikes Muhammadiyah Palembang

Setelah diberikan Pemberian Aromaterapi Lemon (cytrus) diharapkan


mahasiswi Stikes Muhammadiyah Palembang dapat menerapkannya jka
terjadi dysmenorrhea serta memberikan informasi kepada orang lain yang
belum mengetahui mengenai cara penurunan dysmenorrhea primer dengan
terapi non-farmakologi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian


sehubungan dengan penurunan dysmenorrrhea primer dengan 1 bulan
pertama dikhususkan untuk pemberian aromaterapi lemon (cytrus) pada
waktu hari ke 2 menstruasi, setlah dilakukan pre test (pada saat
menstruasi) sehubungan dengan skala dysmenorrhea, pre-test telah
dilaksanakan dilanjutkan dengan aromaterapi lemon pada hari ke 2 setelah
menstruasi terjadi seperti biasanya, setelah itu dilakukan post-test (pada
saat menstruasi telah berlanjut).
F. KEASLIAN PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. MENSTRUASI

1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi merupakan suatu proses berkala yang datang setiap 28-30
hari. Masa menstruasi pertama (manarche) biasanya dimulai pada usia 11-
15 tahun. Siklus tersebut akan berlanjut hingga tiba masa menopouse,
kecuali jika terjadi kehamilan. Pada saat menstruasi , darah menstruasi
yang berwarna merah gelap akan dikeluarkan setiap bulan dan berlangsung
selama 3-8 hari. (Rasjidi, 2013).

2. Gejala Menstruasi
Tanda dan gejala menstruasi diantaranya : Dysmenorrhea ditandai
dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut atau pinggul, tubuh tidak fit,
mudah tersinggung, gelisah, gangguan konsentrasi, sakit kepala dan
pusing, emosi meningkat, rasa takut, susah tidur, nyeri pada payudara, bau
badan tidak sedap, serta nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada
perut bagian bawah (Erlina Rustam, 2014).

3. Macam-Macam Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi


1. Estrogen
Hormon alami estrogen ini disiapkan rahim untuk pembuahan. Pada
tingkat yang stabil estrogen dapat meningkatkan gairah seks dan
kekebalan tubuh.
2. Progesteron
Hormon ini mendukung dlam siklus menstruasi, mendukung proses
kehamilan. Efek fisiologisnya adalah menerima rahim untuk
kehamilan.
3. Testosteron
Dampak testosteron besar yang sering terjadi dengan sindrom ovarium
polikistik (PCOS) yang menyebabkan jerawat, ketombe, dan rambut
hitam di tempat-tempat tak normal.
4. Prolaktin
Hormon yang satu ini dibuat otak. Pekerjaan diberika adalah pelepasan
telur da membagikan produksi ASI pada ibu baru.
5. Follicle Stimulating Hormone/ Luteinizing Hormone (FSH/LH)
Hormon perangsang folikel yang dibutuhkan telur pada saat utama.
FSH bekerja untuk memacu pertumbuhan dan kematangan folikel attau
sel telur dalam ovarium. (CNN Indonesia, 2015)

4. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Stadium menstruasi
Pada fase ini, endmetrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-5
hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH
(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama
siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.
2. Stadium proliferasi
Stadium proliferasi dinagi menjadi dua yaitu:
a. Stadium proliferasi dini, dimana kondisi endometrium tipis
tebalnya kurang lebih 2mm, kelenjar-kelenjarnya dalam
kondisi lurus, epitelnya kubus rendah dan intinya dibagian
basal.
b. Stadium proliferasi lanjut, endometrium menjadi lebih tebal,
hal ini diakibatkan penambahan stroma akibat pemecahan sel.
3. Fase sekresi/luteal
Stadium sekresi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Stadium sekresi dini, lebih tipis daripada fase sebelumnya
dikarenakan kehilangan cairan, tebalnya kurang lebih 4-5
mm. Pada saat ini lapisan terbagi dalam beberapa bagian :
1. Stadium basale, lapisan dalam yang berbatasan dengan
lapisan otot, inaktif kecuali mitosis pada kelenjar.
2. Stadium spongiosum, lapisan tengah berbentuk
anyaman seperti spons disebabkan kelenjar yang banyak
melebar dan berkelok dengan stroma yang sedikit
diantaranya.
3. Stadium compactum, lapisan saluran permukaan
kelenjar yang sempit, lumen berisi sekret, stroma yang
berlebihan dan memperlihatkan edem.
b. Stadium sekresi lanjut, tebalnya kurang lebih 5-6 mm.
Dimana keadaan endometrium sangat vaskuler, kelenjar
sangat banyak dan berkelok, kaya dengan glycogen dan
sangat ideal untuk nutrisi dan perekembangan ovum.
4. Stadium premenstruil
Adanya infiltrasi sel darah putih biasnya PMN atau sel
bulat. Stoma mengalami disintegrasi, dengan mnghilangnya
cairan dan sekret maka akan menjadi collaps dari kelenjar dan
arteri, terjadi vasokonstriksi kemudian pembuluh darah
berelaksasi dan akhirnya pecah. (Sugma Epri Setiawati, 2015)
5. Gangguan atau kelainan menstruasi

B. DYSMENORRHEA
1. Pengertian Dysmenorrhea
Dysmenorrhea adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau
menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan memerlukan pengobatan.
Dysmenorrhea ditandai dengan nyeri atau rasa sakit didaerah perut atau
pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian
bawah. (Erlina Rustam, 2014).

2. Klasifikasi Dysmenorrhea
Dysmenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
dysmenorrea primer dan dysmenorrhea sekunder. Dysmenorrhea primer
adalah dysmenorrea yang mulai terasa sejak manarche dan tidak
ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya yang
berdampak dapat mengganggu dapat mengganggu aktivitas remaja,
sedangkan dysmenorrea sekunder biasanya terjadi setelah manarche yang
disebabkan oleh endometriosis, fibroid, IUD, tumor pada tuba fallopi,
polip uteri dan lain-lain (Dewi, 2012)
1. Dysmenorrhea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid nkarena aktivitas
uterus, tanpa adanya kondisi patologis dari pelvis. Beberapa
faktor penyebab dysmenorrhea primer antara lain faktor
kejiwaan, faktor konstitusi, fakktor obstruksi kanalis servikalis
(Wiknjosastro, 2009)
2. Dysmenorrhea Sekunder
Dysmenorrhea sekunder yaitu penyebab lainnya yaitu karena
pemakaian kontrasepsi Intra Uteri Device (IUD),
dysmenorrhea sekunder lebih jarang ditemukan pada remaja,
biasanya terjadi pada usia 25 tahun.
3. Penanganan Dysmenorrhea
Upaya penanganan untuk mengurangi dysmenorrhea
adalah dengan pemberian terapi farmakologi seperti
obat analgetik, terapi hormonal terapi dengan obat non
steroid anti prostaglandin dan dilatasi kanalis
servikanalis. Pengaruh nonfarmakologis juga
diperlukan untuk mmengurangi dysmenorrhea .
(Mitayani, 2011).

C. NYERI
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian
tubuh atau sering disebut dengan isttilah distruktif dimana jaringan
rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,
perasaan takut dan mual (Potter, 2012)
2. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual, ada empat atrbu
pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat
tidak berkesudahan (Manuaba, 2008)

3. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat
dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri
akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan) dan akan menghilang
tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo,
2010).
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang
menetap sepanjang suau periode waktu, Nyeri itu berlangsung
lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung
lebih dari 6 bulan (Potter & Perry, 2007)
b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensitivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus
yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013)
2) Nyeri neoropatik
Merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang
didapat pada struktur saraf perifer maupun sentral, nyeri ini lebih
sulit diobati (Andarmoyo, 2013)
c. Kalsifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi.
Nyeri biasanya terasa sebagai sensai yang tajam (Potter dan Perry,
2006 dalam Sulistyo, 2013)
2) Viseral dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulus organ-
organ internal (dalam Sulistyo, 2013)
3) Nyeri alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral
karna banyak rgan tidak memiki reseptor nyeri. (Sulistyo, 2013).
4) Radiasi nyeri
Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat
awal cedera ke bagian tubuh yang (Sulistyo, 2013)

4. Manajemen Penatalaksaan Nyeri


a. Manajemen Non Farmakologi
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan menurunkan
respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakalogi. Dalam melakukan
intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi
merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo,
2013)
b. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri Farmakologi merupakan metode yang menggunakan
obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini
memerlukan intruksi dari medis. Ada beberapa srategi menggunakan
pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan
penggunaan analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013)

D. AROMATERAPI
1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak esensial untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spirit. Berbagai efek minyak
esensial adalah menurunkan nyeri (Koensoemardiyah, 2009)
2. Mekanisme Aromaterapi
Aromaterapi yang dihirupkan akan di transferkan kepusat penciuman
yang berada pada pankal otak. Pada tempat ini sel neutron akan
menafsirkan bau tersebut dan akan mengantarkan ke sistem limbik.
Dari sistem limbik pesan tersebut akan dihantarkan ke hipotalamus,
dihipotalamus seluruh system minyak esensial tersebut akan diantar
oleh system sirkulasi dan agen kimia kepada tubuh yang membutuhkan
( Setyoadi, 2011)
3. Fungsi Aromaterapi
Aromaterapi adalah pengobatan dengan menggunakan bau-
bauan yang bersal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau
harum dan. Aromaterapi mendorong pelepasan neurotransmier, seperti
encephalines dan endorfin yang memiliki efek analgesik dan
menghasilkan perasaan tenang. (Craig Hospital, 2013)

E. LEMON (CYTRUS)
1. Definisi
Lemon adalah komponen utama dalam senyawa kimia jeruk
yang dapat menghambat sistem kerja prostaglandin sehingga dapat
mengurangi nyeri. Selain itu lemon akan mengontrol siklogienase I dan
II, mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa
sakit.(Namazi, dkk., 2014)
2. Manfaat Lemon
Manfaat dari lemon untuk menstruasi ini yaitu dapat mengatasi nyeri
menstruasi, dikarenakan aromaterapi lemon mengandung linalool yang
berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat meinmbulkan
efek tenag dan menghilangkan rasa sakit sehingga dapat menurunkan
rasa sakit atau nyeri saat menstruasi. (Kozier & Berman 2010)

B. KERANGKA TEORI
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu uraian dnan visusalisasi tentang
hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2012).
Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Aromaterapi Dysmenorrhea


Lemon Primer
hhkk

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Terdapat Hubungan

B. DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Aromaterapi Terapi SOP Observasi 1. Diberikan
Lemon Menggunakan Pemberian terapi lemon.
Esensial Aromaterapi 2. Tidak
Lemon Lemon diberikan
terapi lemon.
2 Dysmenorrhea Nyeri yang Numerik Mengisi Mean (1-10) Rasio
Primer dirasakan Rating Instrumen semakin tinggi skor
pada saat Scale (NRS) NRS klien semakin
wanita merasa nyeri
mengalami
menstruasi
(hari 1 dan ke
2)

C. HIPOTESIS
Terdapat pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon dapat menurunkan
Dysmenorrhea Primer di Stikes Muhammadiyah Palembang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Quast
Experriment Design dengan rancangan Pre Test dan Post Test Non-
Equaivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan menyediakan
kelompok kontrol sebagai pembanding. Pada kelompok eksperimen responden
diberika intervensi Aromaterapi Lemon dan kelompok kontrol tidak diberi
tindakan pengukuran nyeri dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan
sesudah diberikan intervensi. Kumpulan penelitian ini didapat dengan cara
membandingan rata-rata pretest-posttest antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol.
Desain penelitian ini Quast Experiment dengan Pre Test dan Post Test
Non Equivalent Control Gro up Design yang digunakan dapat digambarkan
sebagai berikut:

R1 : 01 ---> X1---> 02
R
R2 : 01 ---> X0 ---> 02

Gambar : Desain Penelitian


Sumber : Dharma, 2011

Keterangan :
R : Responden Penelitian
R1 : Responden kelompok perlakuan yang mengikuti pre test dan
post test.
R2 : responden kelompok kontrol yang mengikuti pre test dan post
test
01 : Pre test pada kelompok 1 dan 2 sebelum perlakuan
02 : Post test pada kelompok 1 dan 2 sesudah perlakuan
X1 : Intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol
X0 : Kelompok control tanpa intervensi.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi (universe) adalah totalitas dari semua obyek atau individu
yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang kan diteliti
(bahan penelitian). Menurut Iqbal Hasan, 2012 populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemungkinan ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 2
dan semester 4 Stikes Muhammadiyah Palembang yang berjumlah 63
mahasiswa. Seluruh populasi terdiri dari 2 kelas, yakni semester 3 30
mahasiswi dan semester 4 33 mahasiswi. Adapun rinciannya sebagai
berikut:

Populasi Penelitian
No Semester Jumlah
2 (Dua) 30
4 (Empat) 33
Total 63

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamika
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil
penelitian sampel.
Berdasarkan dari teknik sampling, maka sampel dalam penelitian
sebanyak 23, karena yang masuk dalam kriteria penelitian dan kesediannya
untuk mengikuti prosedur yang ada sebanyak 23 tersebut.

C. WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian yang akan digunakan adalah Stikes Muhammadiyah
palembang. Peneliti memilih mahasiswi semester 2 Stikes Muhammadiyah
palembang sebagai lokasi penelitian untuk kelompok intervensi dengan
alasan mahasiswi semester 2 masih banyak mahasiswi yang mengalami
dismenorea yang belum tahu penanganan yang dilakukan selain memimun
obat analgesik, minum jamu, dan kompres air hangat misalnya dengan
pemberian aromaterapi lemon dan belum pernah dilakukan penelitian
mengenai pengaruh aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri
dysmenorrhea primer pada mahasiswi semester 2 Stikes Muhammadiyah
Palembang. Serta peneliti memilih mahasiswi semester 4 Stikes
Muhammadiyah Palembang sebagai tempat penelitian untuk kelompok
kontrol karena mahasiswi semester 4 Stikes Muhammadiyah Palembang
sama-sama naungan Stikes Muhammadiyah Palembang. Selain itu juga
karena mahasiswi semester 4 Stikes Muhammadiyah Palembang para
mahasiswi belum mengetahui mengenai pemberian aromaterapi lemon.
Penelitian ini akan dilakukan pada Januari sampai April 2020 di Stikes
Muhammadiyah Palembang.

D. TEHNIK PENGUMPULAN DATA


1. Data Primer
Data primer adalah sdata sumber pertama yang diperoleh dari
individu atau secara perorangan melalui observasi, wawancara dan
hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti (Sugiyono,
2012). Data primer diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan
pengisian kuisinor atau lembar pengukuran tingkat nyeri Numerical
Rating Scale (NRS) oleh responden saat sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi pemberian aromaterapi lemon pada mahasiswi
Stikes Muhammadiyah Palembang.
2. Data Sukender
Data sukender merupakan sumber yang tidak langsung
memberika data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen. (Sugiyono, 2017). Cara mendapatkan data ini
gharus melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu. Dalam penelitian
ini data sekunder didapatkan dari instansi pendidikan yaitu Stikem
Muhammadiyah Palembang dengan ditunjukkannya daftar nama dan
jumlah mahasiswi.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu :
1. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan fungsinya. Dalam
penelitian ini digunakan SOP pemberian aromaterapi lemon. Tujuan
penggunaan SOP pemberian aromaterapi lemon, ini sendiri untuk
mengatur mood seseorang menjadi lebih rilex dan mengurangi nyeri haid
atay dysmenorrhea pada wanita yang sedang haid.
2. Lembar Pengukuran Tingkat Nyeri
Intensitas pengukuran intensitas nyeri haid pada penelitian ini
menggunakan Numeral Rating Scale (NRS). Intrumen pengukuran
skala nyeri NRS (Numeric Rating Scales), telah dilakukan uji validitas
dan reliabititas sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Li,
Liu & Herr dalam Swarihadiyanti (2014). Penelitian ini
membandingkan empat skala nyeri yaitu NRS, Face Pain Scale
Revised (FPS-R), VRS pada klien pasca bedah menunjukkan bahwa
keempat skala nyeri menunjukkan validitas dan reabilitas yang baik.
Pada validitasnya skala nyeri NRS menunjukkan 1= 0,90. Sedangkan
Angka uji reliabilitas NRS berdasarkan penelitian yang dilakukan Li,
Liu & Herr dalam Swarihadiyanti (2014), bahwa skala nyeri NRS
menunjukkan reliabilitas lebhi dari 0,95.

F. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


1. Pengolahan Data
Pada tahap pengambilan data awal menggunaka observasi. Dalam
penelitian pengolahan data menggunakan software statistik.
Pengolahan data pada penelitian ini meliputi :
1. Editing
Hasil obsrvasi dari lapangan harus dilakukan penyuntungan
(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan suatu
kegiatan pengecekan dan perbaikkan. Apabila ada data-data yang
belum lengkap, jika memungkingkan perlu dilakukan pengambilan
data ulang untuk melengkapi data-data tersebut (Notoatmodjo,
2012)
2. Coding
Setelah dilakukan proses editing, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(Notoatmodko, 2012) di dalam penelitian ini dilakukan
pengkodean untuk kriterian skala nyeri :
a. Pre test (sebelum di beri relaksasi aromaterapi) diberi
kode X1
b. Post test (sesudah diberi relaksasi aromaterapi) diberi
kode X2
c. Sebelum diberi aromaterapi diberi koding 0
d. Sesudah diberi aromaterapi diberi koding 1
3. Scoring
Scoring adalah memberikan penelitian terhadap item-
item yang perlu diberi penilain atau skore (Saryono, 2010).
Dalam pengambilan data di lakukan 2 kali yaitu data sebelum
dan sesudah diberi rileksasi dengan aromaterapi. Pada saat
sebelum diberi rileksasi aromaterapi responden di beri lembar
pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) dan
dimohon menunjukkan tingkat nyeri yang dirasakannya.
Sedangkan setelah diberi aromaterapi responden diberi lembar
pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) kembali
untuk melihat perubahan yang dirasakan oleh responden.
Selanjutnya untuk keperluan diskriptif maka
pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) akan
dikategorikan sebagai berikut :
0 : tidak ada nyeri
1-3 : nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak
mengganggu aktivitas)
4-6 : nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
7-9 : nyeri berat (tidak mampu melakukan aktivitas secara
mandiri)
10 : nyeri sangat berat (nyeri sangat hebat dan tidak
berkurang dengan terapi / obat-obatan pereda nyeri dan
tidak dapat melakukan aktivitas)
4. Entry
Data yang sudah dalam bentuk “kode” (angka ataupun huruf)
di masukkan dalam program atau “software” komputer atau entry
yaitu mengisi kolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan. (Notoatmodjo, 2012)
5 . Cleaning
Proses ini disebut dengan pembersihan data (data cleaning)
(Notoatmodjo, 2012).
6 . Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel – tabel data, sesuai dengan
tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,
2012).
2. Analisa Data
Analisa data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia
kemudian diolah dengan statistik dan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah dalam penelitian. Dengan demikian teknik analisis
data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis data dengan
tujuan mengolah data untuk menjawab rumusan masalah (Sujarweni,
2014).
1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Sujarweni,
2014). Data dalam penelitian ini berbentuk numerik antara
lain usia dan usia pertama haid (manarche) serta hasil
pengukuran sebelum diberi aromaterapi dan hasil setelah
pemberian aromaterapi. Sedangkan data yang berbentuk
kategori dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan
distribusi frekuensi dan presentase dengan rumus:
P= f x 100%
N
Keterangan
P = angka presentase
F =frekuensi
N = banyaknya responden

2. Analisa Bivariat
analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan
lebih dari dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk
mengetahui hubungan antara variabel (Sujarweni, 2014).
Didalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk
menganalisis pengaruh relaksasi dengan aromaterapi lemon
terhadap perubahan intensitas dysmnenorrhea pada
mahasiswi semester 2 dan 4 Stikes Muhammadiyah
palembang. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data interval. Digunakan uji t test ini apabila
sampel yang digunakan saling berhubungan, artinya satu
sampel akan menghasilkan dua variabel. Rancangan ini
paling umum dikenal dengan rancangan pre-test, artinya
membandingkan rata-rata pre test dan rata-rata nilai post
test dari satu sampel. (Riwidikdo, 2013)

G. ETIKA PENELITIAN
Dalam kehidupan sehari – hari di ligngkungan atau kelompok apapn,
manusia tidak terlepas dari etika. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan
yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia
yang lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas dari etika dn sopan
santun.
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap
orang berhak tidak memberikan apa yang di ketahuinya kepada orang
lain. Oleh karena itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan subyek. (Notoatmodjo, 2012).
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Insclusiveness)
Prinsip keterbukan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu lingkungan peneliti perli d
kondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur peneliti. Didalam penelitian ini peneliti
memberikan perlakuan yang sama kepada responden tanpa membeda-
bedakan agama, suku, etnis dan sebagainya. Serta peneliti menjelaskan
maksud dari penelitian yang akan dilakukan.
3. Prinsip Manfaat (Banefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
ungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. (Notoatmodjo, 2012). Didalam penelitian ini manfaat
peroleh responden yaitu tingkat nyeri yang dirasakan responden akan
berkurang serta responden akan merasakan lebih rilex.
4. Inform Concent
Inform Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, inform
concent tersebut diberikan sebelum peneliti memberikan lembar
persetujuan untuk mejadi responden. Tujuan inform concent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahi dampaknya.
Dalam Inform Concent ada beberapa informasi yang hars ada antara lain :
partisipasi pasien,tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaa, potensial masalah yang kan terjadi,
manfaat, kerahsiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain
(Hidayat, 2010).
5. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan (Hidayat, 2010)
Peneliti hanya menuliskan nama inisial pada lembar pengumpulan data
hasil penelitian yang akan disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai