Anda di halaman 1dari 32

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan
sisa metabolit di dalam darah (Muttaqin & Sari, 2011). GGK atau sering
disebut penyakit ginja tahap akhir adalah gangguan gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan tidak bisa pulih kembali (irreversibel ). Keadaan
ini terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan secara perlahan-
lahan (Suharyanto & Majid, 2013).
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal
yang terjadi lebih dari 3bulan, yang irreversible pada suatu derajat
tertentu memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, yang berupa
dialisis (hemodialisis dan peritoneal dialisis) atau transplantasi ginjal
(Suwitra, 2015).
Dari kpengertian diatas dapat simpulkan bahwa Gagal Ginjal
Kronik atau chronic renal failure adalah kerusakan ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan dan sulit
untuk pulih, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal
untuk mengeluarkan sisa metabolit di dalam tubuh .

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronik


Penyakit ginjal muncul tidak hanya disebabkan oleh satu sebab saja
melainkan berbagai mcam hal. Tetapi hakikatnya sama-sama disebabkan
destruktif nefron yang progresif. Kondisi klinis yang bisa disebabkan dari
ginjal dan dari luar ginjal
11

a. Penyakit dari ginjal


a) Penyakit pada glomerulus (saringan) : glomerulonefritis
b) Batu ginjal : nefrotiliasis
c) Kista pada ginjal : polykistis kidney
d) Trauma langsung pada ginjal
e) Keganansan pada ginjal
f) Sumbatan : batu, tumor, penyempitan.
b. Penyakit umum diluar ginjal
a) Penyakit sistemik : diabetes militus, hipertensi, kolestrol tinggi
b) Dyslipidemia
c) SLE
d) Kehilangan banyak cairan yang mendadak
e) Preeklamsi (Muttaqin & Sari, 2011)

3. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik


Dimulai pada fase awal gangguan keseimbangan cairan,
penanganan garam serta penimbunan zat sisa masih bervariasi dan
tergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun
kurang adari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin
minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat diambil alih fungsi nefron
yang rusak nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsidan sekresinya mengalami hipertropi struktural. Semakin
banyak nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadpi tugas yang
semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati (Muttaqin & Sari, 2011)
Sebagian dari siklus kematian ini tampak berkaitan dengna
tuntutan ada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsopsi
protei. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi perbentukan
jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan renin
akan menigkat bersama dengan beban cairan sehingga dapat
12

menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal


ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein
plasma.
Kondisi akan memperburuk dengan semakain banyak terbentuk
jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif
fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-
metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga terjadi
sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap
organ tubuh (Muttaqin & Sari, 2011)
Gagal ginjal kronik terjadi setalah keadaan menyacukp parenkim
ginjal difus bilateral, dan ostruksi pada traktus urinearius. Awalnya terjadi
beberapa glomerulus (glomerolinepritis), yang menyerang tubulus ginjal
(pyelonefritis atau penyakitt polistik) yang dapat menganggu perfusi dan
fungsi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis perubahan patologi
CRF melalui 3 tahan yaitu:
a. Reduced Renal Reserve : ditandai dengan hilangnya 40-70% fungsi
nefron, da belum muncul gejala karena nefron masih mampu
menjalankan fungsi ginjal dengan baik.
b. Renal Insuffsiency : mulai ketika nefron yang rusak mencapai 75-90%
pasien akan mengeluh polyurie dan nocturia. Ureum kreatinin mulai
naik karena ginjal tidak mampu mengeluarkan secara bersamaan
dengan urinee. Pada fase ini anemia mulai muncul.
c. ESRD (end stage Renal Desease) : terjadi ketika nefron yang
berfungsi tinggal 10%. Gejala kegagalan dalam menjalankan fungsi
ginjal semakin tampak yang ditandai dengan peningkatan kreatinin
BUN, ketidak seimbangan elektrolit dan asam basa. Pada tahapan ini
pasien membutuhkan terapi dialisis. (Diyono & Mulyanti, 2019)
13

4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik


a. Gastrointestinal : klien mengalami nausea dan vomiting, ulserasi
saluran pencernaan dan pendarahan.
b. Kardiovaskular : Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG),
perikarditis,nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, dan
tamponade perikardium .
c. Respirasi : edema paru, efusi pelura, dan pleuritis.
d. Integumen: berwarna pucat akibat anemia dan kuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan eksloriasi akibat toksin
uremik.
e. Neuromaskular: lemah, gangguan tidur, sakit kepala, latergi, gangguan
maskular, neuropati perifer, binggung, dan koma.
f. Metabolik/endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon
seks menyebabkan penurunan libido, impoten, dan amnenorhoe
(wanita), gangguan metabolisme lemak, dan vitamin D.
g. Cairan-elektrolit: gangguan asam basa menyebabkan kehilangan
sodium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipermagnesemia, dan hipokalsemia.
h. Dermatologi: pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, dan uremia
frost.
i. Abnormal skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.
j. Hematologi: anemia, defek kualitas flatelat, dan pendarahan.
k. Fungsi psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta
gangguan proses kognitif (Nursalam & Baticaca, 2009)
l. Psikologi : denial, cemas, depresi, dan psikosis (Diyono & Mulyanti,
2019)
14

5. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik


Komplikasi utama meliputi:
a. Hipertensi
b. Anemia
c. Malnutrisi
d. Gagal jantung (Sawaitra, 2015)
e. Gangguan keseimbangan elektrolit: Hiperkalemia, hipokalasemia
f. Gangguan asam basa: asidosis
g. Perikarditis efusi pericardial dan tamponade jantung
h. Penyakit tulang
i. Pendarahan saluran cerna (Diyono & Mulyanti, 2019)

6. Pemeriksaan penunjang Gagal Ginjal Kronik


Pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun
radiologi pada pasien dengan ggk bertujuan untuk memperkuat diagnosis.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menetapkan adanya gagal ginjal kronik,
menentukan kegawatan, derajat, menetapkan gangguan sistem dan
membantu menetapkan etiologi dalam ada tidak nya gagal ginjal
kronik, untuk keperluan praktis yang paling sering di uji adalah filtrasi
glomerulus.
b. Pemeriksaan EKG
Bertujuan untuk memastikan apakah ada hipertropi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan hiperglikemia, hipokalsemia
(gangguan elektrolit)
c. Utrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor yang
reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor.
Menilai batu ginjal, ketebalan korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelpiokalise, ureter proksimal, kandung kemih
15

dan prostat. USG juga sering dipakai oleh karena non-invasif, tidak
memerlukan persiapan apapun.
d. Foto Polos Abdomen
Baiknya dilakukan tanpa puasa karena dehidrasi akan
memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dari besar ginjla apakah
ada tidaknya batu atau obstruksi lain.
e. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pada pasien yang sudah gagal ginjal lanjut tidak lagi
bermanfaat karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras dan pada
gagal ginjal kronis ringan mempunyai resiko penurunan faat ginjal
lebih berat. Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion
pyenglography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrogad
Pemeriksaan ini dilakukan kalau dicurigai ada obstruksi yang
reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Adanya tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluit
overload), efusi pelura, kardiomegali, dan efusi perikardial. Tidak
jarang ditemukan juga infeksi yang lebih spesifik oleh karena
penurunan imunitas ditubuh (Diyono & Mulyanti, 2019)

7. Pencegahan Gagal ginjal Kronik


Pencegahan haruslah sangat dilakukan untuk menghindari keparahan
yang lebih lanjut.
a. Cek kesehatan secara berkala,
b. Tidak merokok ataupun enyah dari asapnya,
c. Rajin melkaukan aktifitas fisik,
d. Diet sehat dengan kalori seimbang,
e. Istirahat yang cukup, kelola stress
16

Pencegahan primer:
a. Terapi dengan obat-obatan
b. Transpantasi ginjal
c. Dialisis
d. Gaya hidup sehat (Kemenkes RI, 2017).

8. Penatalaksaan Gagal Ginjal Kronik


Penatalaksaan penyakit gagal ginjal kronik meliputi:
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid
condition),
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal,
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular,
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi,
f. Terapi penganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.1 Rencana Tatalaksana Penyakit gagal ginjal Kronik sesuai


dengan derajatnya
LGF
Derajat (mlmnt/1,73m2) Rencana Tatalaksana
1 >90 Terapi penyakit dasar, kondisi komobid,
evaluasi pemburukan (progression)
fungsi ginjal, memperkecil
kardiovaskular.
2 60-89 Menghambat pemburukan (progression)
fungsi ginjal.
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal

B. Hemodialisa
17

1. Definisi
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialisa
yang berarti menyaring atau mengeluarkan sisa (Diyono & Mulyanti,
2019). Hemodialisis didefinisikan suatu proses pengubahan komposisi
solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran
semipermiabeel (membran dialisi). Hemodialisa adalah adalah proses
pemisahan atau penyarigan atau pemberishan darah melalui suatu
membran yang semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Tujuan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan
zat-zat nirtogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan cairan
yang berlebihan.
Gambar 2.1

2. Tujuan Hemodialisa
Tujuan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan zat-zat nirtogen
yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan cairan yang berlebihan,
dan menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (mebuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh
yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan
18

kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal (Suharyanto


& Majid, 2013)

3. Indikasi Hemodialisa
Hemodialisa diindikasikan terhadap pasiem dalam keadaan yang
memerlukan terapi jangka pendek atau untuk sementara sampai fungsi
ginjalnya membaik maupun jangka panjang (pasein gagal ginjal tahap
akhir), hemodialisa dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut:
a. Kelebihan (overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan,
b. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi
farmakologi,
c. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi
bikarbonat
d. Hiperposfatemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi
pengikat posfat,
e. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi.
f. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa
penyebab yang jelas,
g. Penurunan berat badan atau malnutrisis terutama apabila disertai
gejala mual, muntah, atau adanya bukti gastroduodenitis,
m. Adanya gangguan neurologis, pleuritis atau perikarditis yang tidak
disebabkan oleh penyebab lain, serta diatesis hemaragik dengan
pemanjangan waktu perdarahan (Diyono & Mulyanti, 2019)

4. Kontraindikasi Hemodialisa
Kontraiindikasi absolut untuk dilakukan hemodialisa aalah apabila
tidak didapatnya akses vaskular. Kontraindikasi realatif adalah apabila
ditemukan adanya kesulitan akses vaskular, fobia terhadap jarum, gagal
jantung, dan kaogulopati.
19

5. Prinsip Kerja Hemodialisa


Ada 3 prinsip kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi. Difusi adalah pergerakan zat terlarut yang memiliki
konsetrassi tinggi (darah) kecairan dialisat dengan konsentrasi rendah.
Osmoisis artinya pergerakan cairan melalui membran semipermiabel dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi (osmolaritas). Ultrafiltasi adalah
pergerakan cairan melalui membran semipermiabel akibat tekanan
gradien buatan.
Tujuan utama hemodialisis ialah mengeluarkan semua racun
nitrogen yang ada pada darah dan kelebihan cairan dalam tubuh dengan
cepat. Prinsip kerjanya adalah darah dari tubuh pasien yang masih
bercampur dengan racu nitrogen dialirkan kealat dialisa untuk difilter
kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan ketubuh kembali.
(Diyono & Mulyanti, 2019)

6. Kelebihan dan Kekurangan Hemodialisis


a. Kelebihan hemodialisa
a) Membutuhkan bantuan tenaga medis yang profesional untu
melakukan terapi hemodialisa
b) Memerlukan waktu untuk hemodialisa selama empat sampai lima
jam sehari dalam periode dua sampai tiga kali seminggu
c) Hemodialisa dilakukan dirumah sakit
d) Menjaga asupan makanan dan minuman
b. Kekurangan hemodialisa
a) Hipotensi
Dikarenakan penurunan cairan selama dialisis. Tekanan darah
yang rendah menyebabkan mual, dan pusing.
b) Keracunan Darah
Orang yang sedang menjalani hemodialisa berada pada
peningkatan resiko mengembangkan sepsis (keracunan darah).
20

Pada saat ini lah bakteri masuk kedalam tubuh dan menyebar
melalui darah, berpotensi menyebabkan kegagalan organ multiple.
c) Kram Otot
Sering terjadi pada saat hemodialisa beberapa faktor pencetus
yang dihubungkan dengan keram otot adalah adanya gangguan
perfusi otot karena pengambilan cairan yang agresif dan
pemakaian dialisat rendah sodium.
d) Kulit yang Gatal
Hal ini dikarenakan adanya penumpukan mineral dalam tubuh
antara sesi dialisis.

7. Komponen Hemodialisis
a. Mesin Hemodialisis
Mesin yang dibaut dengan sistem komputerisasi yang berfungsi untuk
mengatur dan memonitoring yang penting untuk mencapai adekuasi
hemodialisa.
b. Dializer
Merupakan ginjal buatan (artificial kidneys) yang terbuat dari hallow-
fiber atau membran selulosa yang semipermiabel. Terdapay 4 jenis
membran dialiser yaitu selulosa, selulosa yang diperkaya, selulosa
sintetik, dan membran sintetik. Alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, jika fungsi kedua ginjal sudah
tidak memadai lagi mengeluarkan racun atau toksin di dalam tubuh,
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Dialisat
Cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat zat lain yang mempunyai
tekann osmotik yang sama dengan darah. Cairan yang membantu
mengeluarkan sampah seperti ureum dan creatinin dan kelebihan
elektrolit seperti sodium dan kalium dari dalam darah pasien.
21

d. AksesVaskular
Adalah pembuluh darah dari pasien yang akan digunakan untuk
mengeluarkan darah menuju dialiser ketubuh pasien. Pebuluh darah
harus dipilih secara tepat sehingga memungkinkan kuat dan aman
untuk dilewati cairan 200-800 ml/menit dalam waktu 4-6jam
(Diyono & Mulyanti, 2019) Jalan untuk darah meninggalkan tubuh.
Dua buah jarum ditusuk pada akses setiap kali tindakan, satu jaum
membawa darah kotor keluar tubu dan jarum lain membawa darah
bersih kembali ke tubuh.
e. Quick of Blood
Banyak nya darah yang dapat dialirkan dalam satuan menit daan salah
satu faktor yang mempengaruhi bersihan ureum. Dasar peraturan Qb
rata-rata adalah 4kali berat badan pasien. Qb yang disarankan untuk
pasin menjalani hemodialisa selama 4jam adalah 250-400mL/menit.

8. Penatalaksanaan Hemodialisa
Diet dan masalah cairan Merupakan bagian penting bagi pasien
hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak
tidak mampu mengekresikan produk akhir metabolisme, substansi yang
bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum asien dan bekerja sebagai
toksik.
Pasein hemodialisa harus mendapat asupan makanan yang cukup
agar tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang
penting untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Asupan
protein diharapkan 1-1,2gr/kgBB/hari dengan 50% terdiri atas asupan
protein dengan nilai biologis tinggi.
Asupan cairan pasien gagal ginjal kronik tahap lanjut harus diawasi
dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan
dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat
badan harian. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi
22

menjadi berlebih dan edema, sedangkan asupan yang terlalu rendah


mengakibatkan dehidrasi, hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal.

9. Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi hemodialisa terbagi menjadi dua yaitu komplikasi yang
berhubungan dengan prosedur dialisis dan komplikasi yang berhubungan
dengan penyakit ginjal.
a. Komplikasi yang berhubungan dengan prosedur dialisis:
a) Hipotensi
b) Sakit kepala
c) Mual muntah
d) Demam
e) Menggigil
f) Keram otot
g) Nyeri dada
h) Insomnia
i) Keletihan
b. Komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal :
a) Penyakit jantung
b) Anemia
c) Mual
d) Lelah
e) Malnutrisi
f) Gangguan kulit.

C. Konsep Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur adalah kebuthan dasar yang harus terpenuhi oleh setiap
manusia dengan tidur yang cukup, tubuh akan berfungsi secara optimal.
Tidur merupakan keadaan tidak sadar dimana seseorang dapat
23

dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat dikaakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan (Kasiati & Wayan, 2016)

2. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang
otak, yaitu Reticular activating sistem (Ras) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). Ras dibagian atas batag otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta
emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, Ras melepaskan katekolamin,
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR
(Hidayat, 2008 dalam Kasiati & wayan, 2016)

3. Tahapan Tidur
Diketahui ada dua tahapan tidur yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditujukkan orang yang sadar.
Tidur NREM berlangsung kurang lebih 1jam biasa nya orang masih
bisa mendengar suara disekitarnya, sehingga dapat dengan mudah
terbangun tidurnya. Terdapat empat tahapan tidur NREM yaitu: tahap
I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahapan III-IV
disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep) (Iqbal dkk,
2015)
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan
24

sebagian besar mimpi terjadi ditahap ini. Selama tidur ini otak
cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada
tahap ini seseorang sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun
secara tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat,
dan sekresi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur (Iqbal
dkk, 2015)
Selama tidur seseorang melewati tahap tidur NREM dan REM.
Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam,
dan setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-
8 jam tidur (Kasiati & wayan, 2016)

4. Fungsi dan Tujuan Tidur


Tidur digunakan untuk keseimbangan mental, emosional,
kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin dan
lain-lain. Energi yang disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan
kembali pada fungsi selulr yang penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis dari tidur yaitu, pertama efek pada saraf yang diperkirakan
dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara susunan
saraf, dan kedua efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran
dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tifur terjadi penurunan
(Hidayat & Uliyah, 2016)

5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur


a. Penyakit. sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang,
banyak penyakit yang meningkatkan kebutuhan untuk tidur akan
memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan
(misalnya, pada pasien GGK yang menjalani Hemodialisa) keadaan
sakit menjadikan pasien kurang tidur bahkan tidak bisa tidur.
25

b. Latihan dan kelelahan. Keletihan akibat aktivitas yang tiggi dapat


memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga energi yang telah
dikeluarkan.
c. Stres psikologi. Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat
ketegangan jiwa. Pada pasien hemodialisa mengalami stres karena
ancaman kematian pada pasien tersebut lebih tinggi, hal ini bisa
mempengaruhi tidur pasien. (Hidayat & Uliyah, 2016)

6. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur
secara kualitas ataupun kuantitas, ada tiga jenis insomnia
a) Insomnia inisial : kesulitan untuk memulai tidur
b) Insomnia intermiten : kesulitan untuk tetap tidur.
c) Insomnia terminal : bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat menganggu tidur atau
muncul saat individu sedang tidur.
c. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kabalikan dari insomnia yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini disebabkan oleh
kondisi medis tertentu, seperti kerusakan pada sistem saraf, gangguan
pada hati atau gangguan metabolisme.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tidak terhankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari atau sering disebut “serangan
tidur” atau sleep attack. Gangguan ini menyebabkan tidak terkendali
periode tidur REM.
26

e. Apnea saat Tidur


Sleep apnea merupakan keadaan terhentinya napas secara periodik
pada saat tidur. Mendengkur disebabkan karena adanya rintangan
dalam pengairan udara dihidung dan mulut pada waktu tidur,
biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau mengendurnya otot
dibelakang mulut.
f. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu
tidur atau mengompol, enursa dibagi menjadi dua jenis: enuresa
nokural: merupakan amengompol diwaktu tidur, dan enuresa
diurnal, imengompol saat bangun tidur (Iqbal dkk, 2015).

D. Konsep Kelelahan
1. Pengertian
Kelelahan ( fatigue ) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu
istirahat . Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga
untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala.
Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pengertian
kelelahan atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue
(Yayasan Spirita, 2004).

2. Klarifikasi Fatigue
a. Fatigue akut
Fatigue akut biasanya merupakan gejala prodromal atau gejala sisa
dari suatu proses infeksi virus atau bakteri akut. Selain itu, gagal
jantung dan anemia juga dapat bermanifestasi sebagai onset fatigue
yang tiba-tiba.
b. Fatigue kronik
Fatigue kronik (berlangsung selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan) dapat disebabkan oelh depresi; kecemasan kronik
27

atau stress; infeksi kronik, terutama infeksi mononucleosis, hepatitis,


atau tuberculosis; kanker; rheumatoid atritis, fibromyalgia, dan
kelainan reumatologik lainnya; gagal jantung; sleep apnea ;
abnormalitas elektrolit serum (hiponatremia, hypokalemia,
hiperkalsemia); penyakit paru kronik; dan anemia. Terdapat beberapa
obat-obatan yang dijual bebas yang juga dapat menyebabkan fatigue
kronik, khususnya pada pasien berusia > 45 tahun, seperti
antihistamin, tranquilizer, psikotropik, hipnotik, dan antihipertensi.
c. Fatigue fisiologis
Pasien yang mengalami fatigue fisiologis umumnya dapat
mengenali penyebab fatigue yang dirasakan. Hal ini dapat disebabkan
oleh kerja berlebihan (fisik maupun mental) dan
kualitas tidur buruk yang di akibatkan oleh depresi, kafein, obat
obatan, alcohol, atau nyerii kronik.

3. Jenis Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok menurut tarwaka,
2008 yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
a. Berdasarkan proses, meliputi:
1) Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot.
2) Kelemahan umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intesitas
dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab sebab mental,
status kesehatan dan keadaan gizi.
28

b. Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi :


1) Kelelahan akut,
yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh
secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
2) Kelelahan kronis
merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan
pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari
terganggunya emosi.
c. Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi:
1) Kelelahan fisiologis
merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor
lingkungan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.
2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-haldiluar
diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi
dengan sesame pekerja maupun atasan.

4. Faktor yang mempengaruhi kelelahan


a. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
b. Keadaan monoton
c. Keadaan lingkungan seperti kebisingan.
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatirann atau
Konfik.

E. Akupresur
1. Pengerian Akupresur
Akupresur merupakan istilah yang digunakan untuk meberikan
rangsangan atau stimulus titk akupuntur dengan teknik penekanan atau
teknik mekanik. Penekanan dilakukan sebagai pengganti penusukan
29

jarum yang dilakukan pada akupuntur dengan tujuan untuk melancarkan


aliran energi vital (qi) pada seluruh tubuh (Kemenkes RI,2015)
Akupresur adalah teknik penyembuhan dengan menekan, memijat,
mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi (dikenal
dengan nama Chi atau Qi (Cina) dan Ki (Jepang)). Akupresur pedoman
dasar teori akupuntur dengan melakukan pemijatan atau penekanan
mengguakan jari atau benda tumpul dipermukaan tubuh yang merupakan
titik-titik akupuntur, bertujuan sebagai upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif (RI,2011), ruang lingkup pelayanan akupresur meliputi
upaya sebagai berikut:
a. Promotif
1) Kebugaran dan relaksasi
2) Perawatan setelah melahirkan
3) Perawatan wajah
4) Peningkatan nafsu makan
b. Preventif
Membantu mengurangi keluhan dengan mencegah memburuknya
suatu gejala dan mengurangi sering timbulnya keluhan nyeri kepala,
nyeri otot, batuk, pilek, mual, sumbelit, susah tidur, nyeri haid,
demam dan kembung.
c. Rehabilitatif
Yaitu pemulihan stamina sehabis sakit.

2. Manfaat akupresur
Akupresur bermanfaat sebagai tindakan promotif, penyembuhan dan
rehabilitatif. Dalam Kemenkes RI (2015) disebutkan bahwa beberapa
manfaat dari akupresur adalah :
a. Meningkatkan stamina tubuh
b. Melancarkan peredaran darah
c. Mengurangi rasa nyeri
30

d. Mengurangi setres atau menenangkan pikiran.


Akupresur ditunjukan untuk mengembalikan keseimbangan yang ada
didalam tubuh, denganmemberikan rangsangan agar aliran energi
kehidupan dapat mengalir dengan lancar.

3. Tujuan akupresur
Bertujuan untuk membangun kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah
serta mampu membuat sistem pertahanan dan meregenerasi sel tubuh.
Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga
pengobatan akupresur memberikan jalan keluar meregenerasi sel-sel agar
daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel-sel abnormal.

4. Durasi Penekanan Akupresur


Durasi penekanan akupresur dapat dibedakan menurut usia, pada usis
baru lahir durasinya 1-3 menit, pada 3-6 bulan durasi 1-4 menit, 6-12
bulan 1-5 menit, 1-3 tahun 3-7 menit, 3-12 tahun 5-10 m3nit dan pada
usia dewasa bisa dilakukan 5-15 menit. Selain itu yang perluditentukan
adalah kuatnya tekanan dengan melihat posisi jari dalam penekanan. Jari
dengan 90 derajat meberikan tekanan lebih kuat dibandingkan dengan
sudut yang lebih rendah.

5. Tahapan pelaksaan akupresur


a. Relaksasi : dilakukan dengan memijat tengkuk, bahu, lengan, tangan,
pinggang, paha dan kaki dengan menggunakan jari dan telapak
tangan, masing-masing 5 kali.
b. Menentukan titik akupresur yang akan ditekan.
c. Penekanan atau pemijatan
Teknik akupresur dilakukan dengan cara yang aman, tidak melukai
kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah, yaitu dengan
menggunakan beberapa alternatif cara berikut: menggunakan jari jempol,
menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan, hanya jari telunjuk
31

saja, atau dengan telapak tangan, membuat gerakan cubitan halus, tetapi
tidak sampai memar, menepuk-nepuk atau memukul-mukul ringan, dan
menggosok dengan jari jempol atau telapak tangan.

6. Akupresure pada Insomnia


Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
baik kualitas maupun kuantitas tidur. Jenis insomnia ada 3 macam yaittu
insomnia inisal atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermiten atau
tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal
atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter & Perry,
2006). Titik akupresur untuk mengatasi masalah insomnia menurut
Kemenkes (2015) adalah EX-HN3 pada antara kedus alis, PC6 dan HT7
dipergelangan tangan sejajar kelingking dan 2 jari dari pergelangan tangan
dan LV3 di punggung kaki. Titik akupresur yang dapat menginduksi tidur
sebagai berikut :
a. Shenmen (HT 7/HE 7)
Titik penekanan terletak pada lekukan sisi ulna garis lipat
pergelangan tangan, sisi radial tendon otot fleksor karpi ulnaris.
Cabang persyarafan pada area penekanan meliputi: nervus kutaeus
antebrakial medialis, pada sisi ulna terdapat nervus ulnaris
(Kiswojo,2013). Shen men (HT 7) merupakan poin akupresur yang
paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan tidur atau
insomnia, yang telah dibuktikan oleh beberapi evidence klinik (Arab
et al, 2015)
32

Gambar 2.2, 2.3


Sumber : (Wilson & Mellor, 2008)
b. Hegu (Ll4)
Terletak pada pertengahan metacarval ke-1 dan metacarval ke-2,
dimana merangsang persyarafan superfsial dari nervus radialis. Dalam
ilmu akupunktur, Titik ini mampu meregulasi area wajah dan kepala,
mengurangi rasa sakit dan mengembalikan tenaga. (Wilson & Mellor,
2008)
33

Gambar 2.4, 2.5, 2.6


Sumber : (Wilson & Mellor, 2008)
c. Sayinjiao (SP6)
Terletak di tepi posterior tulang tibia, 3 cun (1 setapak
tangan) di atas puncak malleolus internus. Penekanan pada titik ini
akan merangsang rami kutaneus kruris medialis pada nervus sapheni,
di bagian dalam tersapat cabang saraf nervus tibialis. (Kiswojo,
2013). Berdasarkan teori akupunktur, titik Sayinjao (SP 6)
merupakan titik pertemuan jalur Hati dan Ginjal, penekanan pada
titik ini mampu memelihara atau melancarkan peredaran darah dan
memelihara yin di area lower burn (hati, ginjal, kolon, usus halus
dan kandung kemih), sehingga sangat baik untuk berbagai gangguan
pencernaan dan gangguan psikologis. (Wilson & Mellor, 2008)

Gambar 2.7, 2.8


Sumber : (Wilson & Mellor, 2008)
34

7. Efek akupresur terhadap kualitas tidur


Terapi akupresur merupakan salah satu bentuk terapi yang aman
karena merupakan tindakan non invasif , efisien, dan merupakan metode
non farmakologis untuk meredakan insomnia. Dalam Studi, Sun, Sung,
Huang, Cheng, & Lin (2010) menunjukkan bahwa akupresur pada titik
HT7 merupakan terapi alternatif yang efektif bagi penderita insomnia di
fasilitas perawatan jangka panjang dan juga tanpa efek samping.
Akupresur pada titik HT7 dapat memperbaiki tingkat keparahan
insomnia sejak minggu pertama pengobatan dan sampai 2 minggu setelah
selesai intervensi. Pemberian akupresur secara reguler berpotensi
mengurangi keparahan insomnia di kalangan pasien dengan perawatan
jangka panjang dan dapat diintegrasikan ke dalam perawatan rutin. (Sun
et al., 2010). 37 Pengamatan lebih lanjut menggunakan polysomnografi,
membuktikan setelah 6 bulan pemberian terapi akupresur pada titik Shen
Men (HT 7) mampu meningkatkan secara signifikan semua parameter
makrostruktur durasi tidur, dan mengurangi onset sleep latency, sleep
eficiency, dan tahap tidur 2, dimana hasil tersebut merepresentasikan
peningkatan aktivasi sistem neuroendokrin yang terkait dengan efisiensi
tidur yaitu sekresi hormone melatonin yang penting untuk kognisi,
pengaturan suasana hati, dan kualitas hidup. (Carotenuto et al., 2013).

8. Langkah-langkah terapi akupresur


a. Langkah 1: Mengusapkan minyak zaitun/ baby oil pada lengan pasien
sekitar titik akupresur 102
b. Langkah 2 : Melakukan Massage ringan pada sekitar titik akupresur di
lengan bawah
c. Langkah 3: Melakukan pemijatan pada titik Shenmen (HT 7) yaitu
terletak pada lekukan sisi ulna garis lipat pergelangan tangan, sisi
radial tendon otot fleksor karpi ulnaris selama 3 menit, kemudian
lakukan gerakan yang sama pada sisi yang lain. (dilakukan bilateral)
35

d. Langkah 4: Melakukan pemijatan pada titik Hegu (LI 4) yaitu Terletak


pada pertengahan metacarpal ke-1 dan metakarpal ke-2 selama 3
menit, kemudian lakukan gerakan yang sama pada sisi yang lain.
(dilakukan bilateral)
e. Langkah 5: Melakukan Massage ringan pada sekitar titik akupresur di
lengan bawah.
f. Langkah 6: Melakukan Massage ringan pada sekitar titik akupresur di
area sekitar malleolus dan telapak kaki
g. Langkah 7: Melakukan pemijatan pada titik sayingjiao (SP6) Terletak
di tepi posterior tulang tibia, 4 jari di atas puncak malleolus internus
selama 3 menit, kemudian lakukan gerakan yang sama pada sisi yang
lain. (dilakukan bilateral)
h. Langkah 8 : Melakukan Massage ringan pada sekitar titik akupresur di
area sekitar malleolus dan telapak kaki
i. Langkah 9 : Melakukan Massage ringan pada sekitar titik akupresur
j. Langkah 10 : Membersihkan sisa minyak pada lengan menggunakan
tissue.
k. Langkah 11 : Melepas sarung tangan
l. Langkah 12 : Memberikan posisi yang nyaman kepada pasien

F. Aromaterapi
1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari kata “aroma” yang berarti harum atau
wangi dan “therapy” diartikan sebagai cara pengobatan atau
penyembuhan. Sehingga aromaterapi diartikan sebagai suaru cara
perawatan tubuh dan penyembuhan penyakit dengan menggunakan
minyak esensial (essential oil). Minyak yagdigunakan dalam terapi
komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender, chamomille, jeruk
yang dapat menimbulkan roma sedatif, minyak melati yang memberikan
efek relaksasi. (Jaelani, 2017)
36

2. Manfaat Aromaterapi
Aromaterapi mempunyai banyak manfaat, berikut manfaat yang dapat
diperoleh dari metoda aromaterapi:
a. Bagian utama dari parfum keluarga, yaitu dengan memberikan
sentuhan keharuman suasana wewangian yang menyenangkan.
b. Digunakan sebagai pelengkap kosmetik seperti body lotion, body
scrub, body wash, body mask, masage oil,dan sebagainya, sehingga
dapat menjadikan kulit tubuh lebih mulus segar, dan wangi.
c. Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk membant
penyembuhan beragam penyakit.
d. Dapat membant kelancaran fungsi sistem tubuh, antara lain dengan
cara mengembalikan keseimbangan bioenergi tubuh.
e. Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang walaupun
sebelumnya tidak atau kuurang memiliki semangat hidup dan gairah.
f. Dapat menumbuhkan peasaan tenang jasmani, pikiran dan rohani
dapat menciptakan suasana yang damai serta menjauhkan dari
perasaan cemas.
g. Merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat
menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi awet (Jaelani,
2017)

3. Manfaat minyak Aromaterapi


a. Lavender, dianggap paling bermanfaat darisemua minyak astiri.
Lavender dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala,
insomnia,
b. ketegangan dan stres melawan kelelahan dan dapat untuk relaksasi
merawat agar tidak terinfeksi paru-paru, sinus, termasuk jamur
vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain.
37

Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi


kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi.
c. Jasmine : pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita,
mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan
radang selaput lendir.
d. Orange : baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,
debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
e. Peppermint : membasmi virus, bakteri dan parasit yang bersarang
dipencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru,
menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap, herper, dan kudis.
f. Rosemary : salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran
darah, menurunkan kolestrol, mengendorkan otot, rematik,
menghilangkan ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi
kulit kusam sampai kelapisan terbawah.
g. Green tea : berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati
penyakit paru-paru , alat kelamin, vagina, sinus, infeksi mulut, cacar
air, ruam serta melindungi kulit dari radiasi
h. Lemon : selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat
antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri mencegah
hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat memperbaiki
metabolisme, menunjang sistem kekebalan tubuh.
i. Appel : dapat menyembuhkan mabuk, diare, menguatkan sistem
pencernaan, menjernihkan pikiran, mengurangi gejala panas dalam,
j. Sakura : diantaranya disentri, demam, muntah, batuk berdarah,
keputihan tumor, insomnia sakit kepala dan hipertensi.
Dari uraiaan beberapa aromaterapi dan manfaatnya, aromaterapi yang
mempunyai manfaat untuk insomnia dan kelelahan adalah jenis
aromaterapi lavender.

4. Mekanisme Aromaterapi
38

Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan


minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak
yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang
respon fisiologis saraf, endokrin atau sitem kekebalan tubuh yang
mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas
gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.
Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang
sistem saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi
hormon. Menghirup minyak essensial dapat meredakan gejala pernafasan,
sedangkan aplikasi lokal minyal yang diencerkan dapat membantu untuk
kondisi tertentu, pijat dikombinassikan dengan minyak esensial
meberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekakuan otot dan
kejang( Hongratanaworakit,2004)
Mekanisme kerja bahan aromaterapi melalui sistem sirkulasi tubuh
dan sistem penciuman. Organ penciuman satu satunya indera perasa
dengan berbagai reseptor saraf yang terhubung langsung dengan dunia
luar dan merupakan saluran yang langsung keotak.
Molekul aromatik akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran
pernafasan, baik pada bronkus maupun pada cabang halusnya (bronkioli).
Pada saat terjadi pertukaran gas didalam alveoli, molekul tersebut akan
diangkut oleh sirkulasi darah kedalam paru-paru. Pernafasan yang dalam
akan meningkatkan jumlah bahan aromatik kedalam tubuh. Respon bau
yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak. Sebagai
contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi talamus untuk
mengeluarkan enkafelin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit
alami dan perasaan tenang. Aroma seperti lavender dapat merangsang
kerja endorfin pada kelenjar pituitari dan menghasilkan efek afrodisiak.
Kelenjar pituitari juga melepaskan agen kimia kedalam sirkulasi darah
untuk mengatur fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal. Aroma
yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang
39

disebut raphe nucleus untuk mengeluarkan sekresi serotonin yang


menghantarkan kita untuk tidur (Tarsikah, 2012; Mwatha, 2014).
Salah satu efek dari minyak essensial lavender adalah peningkatan
aktivitas sistem saraf parasimpatis dan penekanan aktivitas sistem saraf
simpatis. Komposisi minyak essensial lavender sudah diketahui dengan
baik, komposisi utamanya adalah linalool dan linalyl acetate. Linaool
akan menstimulasi nervus olfaktorius dan kemudian impuls berjalan
menuju hipotalamus nervus olfaktorius dan kemudian impuls berjalan
menuju hipotalamus dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Linaool akan
berikatan dengan reseptor GABA (Gamma – Aminobutyric Acid) yang
merupakan neurotransmiter dan hormon otak yang menghambat reaksi
dan tanggapan neurologis yang tidak menguntungkan, sehingga akan
menimbulkan efek relaksasi (Nasution, 2014; Dwijayanti, 2014).

Gambar 2.9

5. Cara pemberian
Teknik pemberian aroma terapi bisa diguanak dengan cara:
a. Inhalasi
Dilakukan dengan cara di hirup uap aromaterapi, beberapa tetes
minyak diteteskan kedalam baskom yang berisi air panas, kemudian
wajawah dihadapkan keatas baskom, uap tersebut kemudian dihirup
selama beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan dengan
40

menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga


membentuk tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan bau.
b. Penguapan
Pada pengupaan ini alat yang digunakan untuk menyebab aromatrapi
dengan cara penguapan biasanya terbuat dari keramik atau tanah liat.
Alat yang diguanakan mempunyai rongga seperti gua untuk meletakan
lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan
seperti cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakan sedikit
air dan beberapa tetes minyak asensial.
c. Pijitan
Pijitan sasalh satu cara terapi yang sudah berumur tua, meskipun
metode ini tergolong sederhana, namun cara ini masih sering
digunakan. Dengan cara meneteskan beberapia tetes minyak esensial
dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan
efek simultan antara terapi sentuhan dan terapi wangi-wangian.
d. Semprotan untuk ruangan
Minyak esensial bersifat lebih alami dari pada erosol yang dapat
merusak ozon-ozon dalam pengguanaan sebagai pewangi.
41

G. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Penurunan fungsi ginjal tubuh gagal untuk


mempertahankan metebolisme, cairan dan
elektrolit

Penurunan LGF <15


mlmnt/1,73m2

Terapi penganti ginjal Post HD


Kecemasan akan
(HEMODIALISA) Kelelahan
penyakit

Gangguan
tidur

Terapi Non
Farmakologi Farmakologi

Terapi Akupresur dan


aromaterapi lavender

(Sumber: (Muttaqin & Sari, 2011), (Diyono & Mulyanti, 2019), (Kasiati &
Wayan, 2016), (Jaelani, 2017))

Anda mungkin juga menyukai