KEPERAWATAN MATERNITAS
KASUS I : INTRANATAL
Disusun oleh:
TUTOR F
David Firmansyah 220110160082
Isti Yuni Sriwulan 220110160083
Kharisma Gita Rinjani 220110160084
Asti Oktovianti Sunmaya 220110160085
Rifa Nur Afifah 220110160086
Khairun Nisa Rahmawati 220110160087
Alvira Putri Gitsyana 220110160088
Farida Aribah 220110160089
Olivia Rizki Khaerani 220110160090
Ricky Simbolon 220110160091
Jihan Salimah Aribah 2 20110160092
Annisa Rahmafillah 220110160093
Aulia Nurhanifa 220110160094
Dylla Iztiazahra 220110160095
Via Fauziati 220110160096
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
Kasus Intranatal
Ny. M, G1P0A0 berusia 25 tahun hamil 38 minggu datang ke Puskesmas
Jatinangor pada tanggal 20 Februari 2019 pukul 11.00 WIB dengan keluhan perut
mules dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Pasien mengatakan
mules dirasakan sejak 05.30 WIB. Hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil : Kesadaran composmentis, TD: 120/80 mmHg, RR: 21 x/menit,
HR: 81 x/menit, Suhu: 37,7ºC. Hasil palpasi : Leopold I, TFU 34 cm teraba
bokong, Leopold II punggung kiri, Leopold III kepala sudah masuk PAP, dan
Leopold IV divergen. DJJ 144x/ menit. Hasil pemeriksaan dalam : portio tebal,
selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 2 cm.
Pukul 21.30 dilakukan pemeriksaan kembali, didapatkan hasil : kesadaran
compos mentis, TD: 100/70 mmHg, RR: 20x/menit, HR: 87x/menit, Suhu:
36,10C. Hasil palpasi : kontraksi uterus (+) 3x dalam 10 menit selama 25 detik;
TFU 32 cm; DJJ 139x/menit. Hasil pemeriksaan dalam: portio tebal, lunak,
ketuban utuh, pembukaan 5 cm, presentasi belakang kepala, penurunan kepala
3/5, tidak ada penyusupan. Pasien terpasang infus dengan cairan RL 500 ml 20
tetes/menit.
Pukul 22.00 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 30 detik, DJJ 141x/menit, nadi
80x/menit
Pukul 22.30 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 35 detik, DJJ 140x/menit, nadi
85x/menit
Pukul 23.00 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 40 detik, DJJ 141x/menit, nadi
88x/menit
Pukul 23.30 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 143x/menit, nadi
88x/menit
Pukul 24.00 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ
145x/menit, nadi 85x/menit 10. Pukul 00.30 pasien mengeluh mulesnya semakin
kuat, wajah tampak meringis dan mengatakan tidak tahan nyeri dan ingin
meneran. Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmhg, HR: 88x/menit, RR: 22x/menit,
suhu: 36,6 ºC. Kontraksi 3x dalam 10 menit selama 45 detik. DJJ : 143x/menit.
Pembukaan serviks 7 cm, presentasi belakang kepala, penurunan kepala 2/5, tidak
ada penyusupan, ketuban utuh.
Pukul 01.00 : kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 140x/menit, nadi
88x/menit
Pukul 01.30 : kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 143x/menit, nadi
88x/menit
Pukul 02.00 : kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 141x/menit, nadi
85x/menit
KALA II
Pukul 02.25 pasien mengeluh kontraksi semakin kuat, pasien tidak kuat
ingin meneran. Kontraksi 3 x dalam 10 menit selama 50 detik. DJJ: 162x/menit,
HR: 85x/menit. Pembukaan lengkap, presentasi belakang kepala, penyusupan
kepala molage berjauhan, kepala janin menonjol di perineum. Pasien dipersiapkan
untuk dipimpin meneran, pasien diposisikan litotomi
Pukul 03.00 seorang bayi perempuan lahir dengan berat 2800 gram,
panjang 48 cm, lingkar kepala 30 cm, bayi menangis spontan. AS 9/10
PEMBAHASAN
1) Gynecoid, merupakan bentuk panggul yang paling baik bagi wanita, karena
bentuk panggul ini memudahkan untuk keluarnya janin dalam proses persalinan.
Ukuran muka belakang panggul sedikit lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
kiri kanan panggul (melintang). Tipe ini pada umumnya ditemukan pada 50 %
wanita.
2) Android, merupakan bentuk panggul yang mirip dengan bentuk panggul laki-laki
pada umumnya. Bentuknya lebih segitiga. Perempuan dengan bentuk panggul ini
akan mengalami kesulitan untuk melahirkan bayi dengan ukuran yang agak besar.
Tipe panggul ini jarang dimiliki perempuan.
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu,
sehingga menimbulkan proses persalinan.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin
dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.
g. Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat
dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga
pemicu persalinan menjadi multifaktor.
4. Metode-metode bersalin
➢ Persalinan Spontan
Berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir
(Sarwono Prawirohardjo, 2005). Sedangkan menurut Manuaba (1998), persalinan
spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umunya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam
Mochtar, 1998)
➢ Persalinan buatan
Proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan teanga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi sectio caesarea
(Sarwono Prawirohardjo, 2005). Dan menurut Manuaba (1998). Persalinan buatan
adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
➢ Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan misalnya pemberian Pitocin dan prostaglandin (Sarwono
Prawirohardjo, 2005). Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan (Manuaba, 1998).
Selain itu, ada juga yang mengatakan metode persalinan sebagai berikut:
➢ Persalinan di air
Tujuan melahirkan dalam air adalah untuk mempermudah adaptasi bayi
dari Rahim ibu yang berisi air ketuban ke dunia luar. Diharapkan, transisi dari
rahim ibu ke dunia luar (tanpa air) tidak terlalu drastic, dan mengurangi
kemungkinan luka atau cedera pada janin. Selain itu, metode ini juga diharapkan
mengurangi stress pada ibu, sehingga rasa nyeri pada persalinan dapat berkurang,
kontraksi rahim lebih efektif, elastisitas perineum bertambah, sehingga robekan
atau laserasi dapat minimal.
Dengan melahirkan bayi dalam air, ibu tidak akan merasakan rasa sakit
seperti ketika persalinan normal di atas tempat tidur. Ini disebabkan karena
sirkulasi darah uterus lebih baik dan ibu lebih merasa rileks. Kelahiran dalam air
memiliki kelebihan sendiri, yaitu adanya relaksasi terhadap semua otot tubuh
karena berendam dalam air hangat. Selain itu, perineum (bibir vagina) jadi lebih
elastic dan rileks sehingga robekan (episiotomy) bisa dihindarkan. Karena tubuh
rileks, tubuh akan memproduksi endorphin yang merupakan penghambat rasa
sakit.
- Gagal maju/kelelahan yang dialami ibu selama kala dua. Pedoman NICE (2007)
menyatakan bahwa ibu primigravida harus melahirkan dalam 3 ja, sejak
dimulainya fase aktif, dan 2 jam pada ibu primipara
- Pemendekan kala dua efektif demi kepentingan janin atau ibu (ada beberapa
indikasi mutlak, sebab masing – masing dokter obstetric memiliki pandangan
yang berbeda mengenai hal ini )
➢ Bedah sesar
Indikasi bedah sesar menurut NICE (2004) :
- Kehamilan kembar, dengan presentasi bayi kembar pertama adalah kepala pada saat
cukup bulan
- Kelahiran premature.
- Ukuran bayi kecil menurut usia gestasi
- Hepatitis B atau C
- Kekambuhan herpes genital.
- Permintaan ibu
➢ Kelahiran per vagina setelah bedah sesar (VBAC)
Ibu yang sebelumnya menjalani bedah sesar mungkkin memutuskan untuk
mencoba melahirkan per vagina pada kehamilan berikutnya, atau biasa disebut
dengan VBAC (Vaginal Birth After Caesarean). Ibu memilih VBAC karena
terpengaruh oleh waktu pemulihan yang lebih sungkat pasca melahirkan,
keinginan untuk mengalami proses kelahiran normal, atau takut untuk menjalani
bedah sesar lagi (Emmet at all, 2006)
➢ Kelahiran premature
Didefinisikan sebagai lahirnya bayi sebelum usia gestasi 37 minggu
(Tucker & McGuire, 2004) dan kerap dikaitkan dengan kondisi yang telah ada
sebelumnya, seperti :
Infeksi, preeclampsia, hemoragi antepartum, plasenta previa, pertumbuhan janin
yang tidak adekuat, penyakit ibu.
Kelahiran premature lebih prevalen pada kehamilan kembar dan di antara bayi –
bayi yang mengalami malformasi kongenital (Keirse, 2000)
➢ Kelahiran sungsang
➢ Kelahiran kembar dua dan lebih
1. Abortus, terputusnya kehamilan, fetus belum sanggup hidup di luar uterus, berat
janin 400 – 1000 gram, umur kehamilan kurang dari 28 minggu
5. Persalinan serotinus atau postmaturus atau post date, persalinan melampaui umur
kehamilan 42 minggu dan pada janin terdapat tanda – tanda post maturities
1. Pantang perbuatan untuk pihak suami yaitu sama dengan pantangan waktu hamil.
Anjuran yang diyakini harus dilakukan adalah membuka semua yang tersumbat
atau tertutup, misalnya membuka tutup tempayan mengosongkan peluru dalam
senapan, membuka bendungan air sawah. Tujuannya adalah agar persalinan
lancar.
3. Pemilihan tempat persalinan di rumah tempat tinggal di kamar tidur atau dapur
karena pertimbangan merasa lebih familiar dan tidak perlu susah-susah membawa
ibu keluar dari rumah.
4. Menurut masyarakat, kelainan yang sering terjadi pada saat melahirkan meliputi
kelainan yang bersifat medis yaitu perdarahan dan retensio placenta (ari-ari yang
tertinggal dalam rahim), serta kelainan akibat melanggar pantang.
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PERSALINAN NORMAL
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati
menggunakan skala sebagai berikut.:
Nama Peserta:
................................................................ Tanggal:
.................................
Kegiatan Kasus
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis) untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan ang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi kembali prosedur di atas.
Faktor fisiologis:
• Keadaan umum
• Usia
• Ukuran Janin
• Endorphin
Faktor psikologis:
• Arti nyeri bagi individu
• Takut dan cemas
• Kemampuan kontrol diri
• Fungsi kognitif
• Percaya diri
2) Bishop score
Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan
menipis,hal ini dapat dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut
belum terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan
menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis.
Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria
Bishop, yakni:
a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil
diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.
b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor <5), matangkan serviks terlebih
dahulu sebelum melakukan induksi. (Yulianti, 2006 & Cunningham, 2013)
Pada kasus jumlah score ada 10 maka pasien dapat dilakukan induksi.
• Pembukaan 7cm = 5
• Penurunan 2/5 = 3
• Konsitensi Lunak = 2
Augmentasi
• Syntocinon
• Posisi merangkak
• Alasan: baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,
membantu bayi melakukan rotasi dan meminimalkan peregangan
pada perineum.
• Posisi berjongkok/berdiri
• Alasan: membatu penurunan kepala bayi dan memperbesar ukuran
panggul yaitu menambah 28% ruang outletnya, memperbesar
dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi
perineum).
5) Cairan intravena
Pemberian infus dapat membantu ibu menjaga tingkat kecukupan cairan
dalam tubuhnya, menurunkan risiko menjalani bedah caesar, dan memperpendek
waktu persalinan.
6) Kandung kemih
Anjurkan ibu untuk bereliminasi secara spontan minimal 2 jam sekali selama
persalinan, apabila tidak mungkin dapat dilakukan kateterisasi.
8.9 Evaluasi kemajuan persalinan
1) Cervical dilatasi
• Pelebaran serviks 1 cm : tubuh siap untuk persalinan tetapi tidak berarti
langsung masuk persalinan.
• Tahap 1 : pintu atas panggul (PAP) kepala masih tinggi (membran masih
utuh)
• Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak
muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu
putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis,
kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu
terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.
• Presentasi muka
Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang penuh dari kepala janin. Yang
teraba muka bayi = mulut, hidung, dan pipi.
5) Penggunaan partograf
• Tujuan penggunaan partograf :
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janin
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penghambat proses persalinan
• Penggunaan partograf :
1. Semua ibu dalam semua aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk
semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat
membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun
yang tidak disertai dengan penyulit.
• Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
1. Denyut jantung janin : setiap ½ jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
3. Nadi : setiap ½ jam
4. Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam
6) Informasi tentang ibu :
1. Nama, umur
2. Gravida, para, abortus (keguguran)
3. Nomor catatan medic / nomor puskesmas
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
7) Kondisi janin :
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Penyusupan (molase) kepada janin
8) Kemajuan persalinan :
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian gterbawah atau presentase janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
8.5 Support
Dukungan keluarga yang mendampingi proses persalinan sangat
membantu mewujudkan persalinan yang lancar.
b) Keluhan utama
Pasien mengeluh mulesnya semakin kuat, wajah tampak meringis dan
mengatakan tidak tahan nyeri dan ingin meneran
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,6º C
Respirasi : 22 x/menit
KONDISI JANIN :
Pukul 03.00 Kontraksi 3x dalam 10 menit selama 45 detik. DJJ :
143x/menit. Pembukaan serviks 7 cm, presentasi belakang kepala, penurunan
kepala 2/5, tidak ada penyusupan, ketuban utuh.
DJJ: 162x/menit, HR: 85x/menit. Pembukaan lengkap, presentasi belakang
kepala, penyusupan kepala molage berjauhan, kepala janin menonjol di perineum.
Pasien dipersiapkan untuk dipimpin meneran, pasien diposisikan litotomi
Pukul 03.00 seorang bayi perempuan lahir dengan berat 2800 gram,
panjang 48 cm, lingkar kepala 30 cm, bayi menangis spontan. AS 9/10
4. Pemeriksaan Cephalokaudal
a. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit merata, tidak ada luka
Palpasi : Janin tunggal memanjang.
Leopold I : TFU=34 cm teraba bokong
Leopold II : punggung di sebelah kiri
Leopold III : kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen
Hasil pemeriksaan dalam : portio tebal, selaput ketuban utuh,
pembukaan serviks 2 cm.
Auskultasi: DJJ 144x/menit
b. Genetalia
Bersih, tidak ada varises, tidak ada luka parut perineum.
Pemeriksaan dalam :
portio tebal, lunak, ketuban utuh, pembukaan 5 cm, presentasi
belakang kepala, penurunan kepala 3/5, tidak ada penyusupan.
Pasien terpasang infus dengan cairan RL 500 ml 20 tetes/menit.
Pengkajian kala II
PENGKAJIAN
3) Analisa data
Hari, tanggal : 21 Februari 2019
Jam : 02.25 WIB
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS : pasien mengeluh mulesnya semakin Nyeri akut kontraksi uterus yang
kuat, meringis dan mengatakan tidak
tahan nyeri. pasien mengeluh tidak kuat
ingin meneran. kuat dan distensi
DO:
Kontraksi 3 x dalam 10 menit selama 50
detik. DJJ: 162x/menit
HR: 85x/menit.
Pembukaan lengkap
presentasi belakang kepala, penyusupan
kepala molage berjauhan, kepala janin
menonjol di perineum
4) Diagnosa keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi dari sholeh Rasiona
Nyeri akut Setelah .Observasi DJJ dan 1. Identifikasi
berhubungan dilakukan HIS kondisi dan
dengan asuhan kehidupan janin
kontraksi uretus keperawatan 2. Posisi dorsal
yang kuat dan selama Kala 2, 2.Atur posisi pasien recumbent
distensi nyeri pasien dengan posisi dorsal membantu pasien
parineum dapat terkontrol recumbent meningkatkan rasa
daiandai dengan buka nyaman dan
dengan kreteria hasil : 3. Latih pasien untuk proses persalinan
-Pasien dapat mengejan secara 3. Teknik mengejan
mengejan benar yang benar dapat
maskimal 4. Anjurkan pasien menghemat
-Bayi dapat untuk mengejan saat energy ibu
sesegera lahir ada HIS atau kontraksi 4. Memaksimalkan
Kala 2 , 1.5 jam pengeluaran bayi
Skala nyeri : 88 5. Siapkan 5. Persiapan yang
pertolongan persalinan baik
memperlancar
6. Siapkan
pertolongan BBL persalinan
6. Pertolongan BBL
meneyelamatkan
bayi
a Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan
merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal
plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang
seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal
plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik,
kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga
menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut
mungkin terjadi karena adserat otot oblik di bagian atas segmen uterus.
a Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
menekan daerah di atas simpisis bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina,
berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk
berarti plasenta sudah terlepas dari dinding uterus. Prasat ini harus dilakukan
dengan hati-hati.
b Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran tali pusat yang diregangkan ini
berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
c Prasat klein
Ibu disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanan-nya dihentikan dan tali pusat masuk kembali dalam vagina, berarti
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
4) Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah
melahirkan bayi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Faktor resiko dapat meliputi :
Tujuan :
Mandiri
Kolaborasi
Mandiri
Kolaborasi
Tujuan :
N
o Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tahap I Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan, persiapan tersebut meliputi:
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, karena
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap
pengkajian, analis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2001).
Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan kriteria
hasil. Kriteria proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan situasi, kondis
dan kebutuhan pasien. Sedangkan kriteria hasil mengevaluasi hasil keperawatn
yang berupa ”SOAP”.
S : Subyektif, berdasarkan ungkapan pasien/keluarga pasien.
O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien sesuai dengan masalah terkait.
A : Assesment (penilaian), merupakan analisa dari masalah yang sudah ada,
apakah teratasi, sebagian teratasi, belum teratasi, timbul masalah baru.
P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan dilanjutkan, dihentikan atau
dibuat rencana tindakan keperawatan yang baru sesuai dengan masalah yang ada.
• Hygiene dan perawatan payudara. Penting bagi ibu untuk mengetahui cara
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air dengan
membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari arah depan ke
belakang.
Psikososial:
• Ibu dapat merasa nyaman jika ditemani oleh keluarga selama dan setelah
persalinan.
3) Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut b.d. trauma mekanis,kelelahan fisik dan
psikologis,ansietas
Kriteria Hasil :
DAFTAR PUSTAKA
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep dan aplikasi relaksasi dalam
keperawatan maternitas. Bandung: PT. Refika Aditama.
Hamilton, P. (1995). Dasar Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Sumarah, M 2013, Teori Penyebab Terjadinya Persalinan, Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan, Universitas MUhammadiyah Semarang,
dilihat 20 Februari 2019, <digilib.unimus.ac.id;.
Chapman. V, Charles. C. 2009. Persalinan dan Kelahiran : Asuhan Kebidanan,
Ed. 2. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Health, W.K., Williams, L & Wilkins. 2009. Intrapartum Management Modules :
th
A Perinatal Education Program, 4 Ed. EGC. USA.
Marmi. 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Stright, Barbara R. (2005). Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir Edisi 3. Jakarta :
EGC
Suprabowo, Edy. (20016. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional : Praktik
Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Volume 1. Nomer 3.
Leveno, K. J. (2009). Obstetri William Panduan Ringkas. Jakarta: EGC. Retrieved
from https://books.google.co.id/books?
id=mPwa0ARtMtIC&pg=PA274&dq=pembentukan+uteroplasenta&hl=en
&sa=X&ved=0ahUKEwjg95Tk28_gAhUC148KHeG9BCUQ6AEIMTAB
#v=onepage&q=pembentukan uteroplasenta&f=false
Karla L. Luxner. (2005). Delmar’s Pediatric Nursing Care Plan (3rd ed.).
australia: Thomsom Delmar Learning. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=7pUrPm_91F0C&printsec=frontcover&dq=pengkajian+usia+kehamila
n+2010&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiS1M6ctdbgAhVGcCsKHaubCRI
Q6AEIPDAC#v=onepage&q&f=false
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 18-21
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika. Hlm: 41-61
Farrer, Helen. 2001. Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana
Kurnia S. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan
Keperawatan INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta
Bulechek, G.M., Howard K., Joanne M. , Cheryl M. (2016).Nursing Intervension
Classification ed: 6. Alih Bahasa Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi
Tumanggor. Mocomedia
Herdman, T. Dan Kamitsuru Shigemi. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Moorhead, Sue, Marion J., Maridean L., Elizabeth S. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) ed:5 Alih Bahasa Intansari Nurjannah dan Roxsana
Devi Tumanggor. Mocomedia
Reeder, Sharon., Leonide, Martin., & Deborah, Koniak. (2011). Keperawatan
Maternitas. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC