1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal progresif ditandai dengan uremia (urea dan limbah
lain yang beredar di dalam darah serta komplikasinya jika tidak di lakukan dialisis atau transplantasi
ginjal). Penderita gagal ginjal kronik yang akan melakukan hemodialisa sering mengalami kecemasan.
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang yang
berlangsung tidak lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan
pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan studi cross sectional. Penelitian
dilakukan pada April tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani
hemodialisis di RS Imelda Pekerja Indonesia sebanyak 205 orang. Tehnik sampling pada penelitian ini
adalah tekhnik nonprobability sampling yaitu purposive sampling dengan demikian jumlah sampel pada
penelitian ini sebanyak 31 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
menjalani hemodialisa mengalami kecemasan dengan tingkat kecemasan sedang 19 orang (61,3%),
sedangkan minoritas responden hemodialisa dengan tingkat kecemasan berat 4 orang
(12,9%).Disarankan bagi responden agar dapat mencari informasi mengenai terapi hemodialisis,
seperti manfaat, proses dan dampak yang ditimbulkan oleh terapi tersebut. Dengan demikian responden
dapat memahami bahwa terapi yang diberikan adalah untuk membantunya tetap sehat.
ABSTRACT
Chronic kidney failure is progressive kidney damage characterized by uremia (urea and other wastes that
circulate in the blood and its complications if no dialysis or kidney transplantation is performed).
Patients with chronic kidney failure who will do hemodialysis often experience anxiety. Anxiety is a
normal reaction to situations that greatly suppress a person's life that lasts for a short time. This study
aims to determine how the level of anxiety of chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis at
the Indonesian Worker Imelda Hospital. This type of research is descriptive with cross sectional study
design. The study was conducted in April 2019. The population in this study were all patients who
underwent hemodialysis at the Indonesian Imelda Workers' Hospital as many as 205 people. The
sampling technique in this study is the nonprobability sampling technique that is purposive sampling so
the number of samples in this study were 31 people. The results showed that the majority of respondents
who underwent hemodialysis experienced anxiety with moderate anxiety levels of 19 people (61.3%),
while the minority of hemodialysis respondents with severe anxiety levels of 4 people (12.9%). It is
recommended for respondents to be able to seek information about therapy hemodialysis, such as the
benefits, processes and effects caused by these therapies. Thus the respondent can understand that the
therapy given is to help him stay healthy.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 80
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
tahap akhir. (Riskesdas, 2015). Penderita mengalami penurunan dan perubahan dalam
gagal ginjal di Indonesia mengalami memenuhi kebutuhan fisiologis, perubahan
peningkatan pada tahun 2011 dengan jumlah respon psikologis, perubahan pada interaksi
penderita gagal ginjal kronik sebesar 15.353 sosial, penurunan kualitas fisik, fisiologi dan
kasus dan pada tahun 2014 naik sebesar sebagainya. Kecemasan sangat sering
17.193. (Infodatin, 2017). Jumlah penderita dijumpai pada pasien hemodialisa. 57,30%
gagal ginjal di Indonesia akhir-akhir ini dari pasien End Stage Renal Disease (ESRD)
cenderung meningkat, diperkirakan setiap mengalami depresi. Dari 39,2% pasien
1.000.000 penduduk, 20 orang mengalami dialisis terdapat pasien yang mengalami
gagal ginjal/tahun. Saat ini jumlah penderita depresi ringan, 24,49% mengalami depresi
gagal ginjal di Indonesia mencapai 4500 sedang dan 13,72% memiliki depresi berat
orang. Kecenderungan kenaikan penderita dan 42,69% yang mengalami gangguan
gagal ginjal terlihat dari meningkatnya kecemasan dari 47,36% pasien yang
jumlah pasien cuci darah dengan jumlah rata- mengalami kecemasan ringan, 28,94%
rata 250 orang pertahun. Data penderita mengalami kecemasan sedang dan 23,68%
menurut Indonesia Renal Regystri tahun mengalami kecemasan yang parah (Tavir,
(2011) di Indonesia sekitar 15.353 menjalani 2013)
hemodialisa (Hidayati, 2014). Kecemasan pada pasien hemodialisis
Penderita gagal ginjal kronik yang akan dapat terjadi akibat terapi yang berlangsung
melakukan hemodialisa sering mengalami seumur hidup dan pasien membutuhkan
kecemasan. Penelitian yang dilakukan oleh ketergantungan pada mesin yang
Kring et al (2009) menunjukkan bahwa pelaksanaanya rumit dan membutuhkan
pasien gagal ginjal yang menjalani waktu yang lama serta memerlukan biaya
hemodialisa yang mengalami kecemasan yang relatif besar. Untuk mengatasi
sebanyak 61% responden. Kecemasan yang gangguan psikologis tersebut diperlukan
dirasakan pasien muncul karena pasien dukungan sosial keluarga agar dapat
belum mengetahui bagaimana prosedur dan menurunkan efek psikologis yang
efek samping dari hemodialisa. Perubahan ditimbulkan (Lumenta, 2016).
yang dialami oleh pasien gagal ginjal kronik Menurut penelitian yang berkaitan
yang mengalami kecemasan menimbulkan dengan gagal ginjal kronik dalam
perubahan drastis bukan hanya fisik tetapi menjalani hemodialisa menyatakan hasil
juga psikologis pada pasien. Kecemasan analisa data yang didapat menunjukkan
merupakan reaksi normal terhadap situasi bahwa tidak semua faktor tersebut
yang sangat menekan kehidupan seseorang memiliki hubungan yang signifikan
yang berlangsung tidak lama. Proses dari
terhadap kualitas hidup pasien GGK (P.
hemodialisis menimbulkan stress psikologis
(kecemasan) dan fisik yang mengganggu Sagala, 2015).
sistem neurologi sebagai contoh kecemasan, Menurut penelitian yang berjudul
diorientasi tremor, penurunan konsentrasi “Hubungan Strategi Koping Dengan Kualitas
(Smeltzer & Bare, 2009). Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Hemodialisa merupakan salah satu Yang Menjalani Hemodialisadi Rsu Imelda
terapi untuk pengganti fungsi ginjal, selain Medan” menyatakan hasil analisis diperoleh
itu terdapat terapi pengganti seperti peritonial nilai correlation coefficient (r) = 0,733,
dialisa, dan transplantasi ginjal. Hemodialisa menunjukkan hubungan yang kuat dan
merupakan terapi yang berfungsi untuk berpola positif artinya semakin tinggi
menggantikan peran ginjal yang penggunaan strategi Problem Focused
beroperasinya menggunakan sebuah ala Coping (PFC) maka kualitas hidup yang
yangt khusus untuk mengeluarkan toksik dimiliki pasien gagal ginjal kronis yang
uremik dan mengatur cairan elektrolit menjalani hemodialisa semakin baik,
tindakan ini juga merupakan upaya untuk Sedangkan hasil analisis diperoleh nilai
meningkatkan kualitas hidup penderita gagal correlation coefficient (r) = -0,419,
ginjal kronik (Infodatin, 2017). menunjukkan hubungan yang sedang dan
Pasien gagal ginjal kronik mengalami berpola negatif artinya semakin rendah
yang kecemasan akan mengalami banyak penggunaan strategi Emotion Focused
gangguan dalam perilakunya diantaranya Coping (EFC) maka kualitas hidup yang
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 81
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
dimiliki pasien gagal ginjal kronis yang 1. Pasien yang akan menjalani hemodialisis
menjalani hemodialisa semakin baik (D. S. P. 2. Dapat menulis, membaca dan
Sagala & Pasaribu, 2018). berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
Penelitian lain yang berkaitan dengan 3. Bersedia menjadi responden.
kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisa menyatakan pengaruh Metode Pengumpulan Data
pemberian konseling pada pasien Metode pengumpulan data yang
hemodialisis dengan tingkat kecemasan, dilakukan peneliti adalah dengan cara
diperoleh bahwa nilai p value 0.00. responden diberikan angket atau kuesioner.
Diharapkan kepada perawat untuk Peneliti menjelaskan kepada calon responden
memberikan edukasi dan konseling kepada tentang tujuan, manfaat, dan prosedur
pasien hemodialisis yang sedang menjalani pengisian kuesioner. Calon responden yang
hemodialisis agar pasien merasa nyaman dan bersedia diminta untuk menandatangani
tidak cemas (Silaen, 2018). lembar persetujuan yang telah disediakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Responden dipersilahkan untuk menjawab
peneliti ingin mengetahui tingkat kecemasan semua pernyataan yang diajukan peneliti
pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani dalam kuesioner dan diberi waktu lebih
hemodialisa di Rumah Sakit Imelda Pekerja kurang 15 menit serta diberikan kesempatan
Indonesia. untuk bertanya kepada peneliti bila ada yang
tidak mengerti atau kurang jelas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Definisi Operasional
deskriptif dengan rancangan studi cross Kecemasan merupakan perasaan tidak
sectional yang bertujuan untuk mengetahui nyaman seperti gelisah, takut atau khawatir
tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronis yang dirasakan pasien selama prosedur
yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit hemodialisis berlangsung di ruang
Imelda Pekerja Indonesia Penelitian ini hemodialisa RS Imelda Pekerja Indonesia.
dilakukan di Rumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia yang dilaksanakan pada bulan Aspek Pengukuran
April 2019. Untuk mengetahui tingkat kecemasan
Populasi yang dialami pasien diukur dengan 10
Populasi dalam penelitian ini adalah pertanyaan dan dengan option pilihan ya
seluruh pasien yang menjalani hemodialisis diberi skor 1, dan tidak diberi skor 0. Skor
di RS Imelda Pekerja Indonesia sebanyak yang tertinggi yang dinilai dari responden
205 orang. untuk tingkat kecemasan adalah 10 dan nilai
terendah adalah 0. Berdasarkan rumus
Sampel statistik :
Sampel adalah pasien hemodialisis, P = Rentang
pengambilan sampel penelitian dilakukan Banyak kelas
dengan tekhnik Nonprobability sampling
yaitu Purposive Sampling. Disini peneliti = 10 - 0
menggunakan rumus Surakhmat (2009) 3
menyatakan bahwa apabila populasi lebih = 3,3 atau 3
dari 200, maka besar sampel dapat diambil Diamana p merupakan panjang kelas
antara 15-20 %, sehubungan dengan populasi dengan rentang nilai tertinggi di kurangi nilai
penelitian sebesar 205 orang (dikutip dari terendah, banyak kelas 3 kategori yaitu
jumlah pasien yang menjalani hemodialisis ringan, sedang, berat, sehingga panjang kelas
tahun 2018 di RS Imelda Pekerja Indonesia) adalah sebanyak 3 kelas. Berikut adalah
maka besar sampel diambil 15%. pengkategorian hasil skoring terhadap tingkat
n = N x 15% kecemasan yaitu cemas ringan (0-3), cemas
= 205 x 15% sedang (4-6), cemas berat (7-10).
= 30,75
Jadi sampel yang diambil sebanyak 31 Analisa Data
orang dan yang memenuhi kriteria sebagai Analisa univariat untuk mengetahui
berikut : distribusi frekuensi, dan persentase dari
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 82
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
variabel yang diteliti yaitu tentang tingkat melalui penyebaran kuesioner yang berisikan
kecemasan. tingkat kecemasan maka diperoleh hasil yaitu
mayoritas responden dengan tingkat
HASIL kecemasan sedang 19 orang (61,3%),
Karakteristik Responden sedangkan minoritas dengan tingkat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi karakteristik kecemasan berat 4 orang (12,9%).
Responden hemodialisa di RS IPI tahun 2019 Kecemasan merupakan hal yang sering
No Karakteristik n % terjadi dalam hidup manusia tertutama pada
1 Umur penderita penyakit kronis. Klien yang
< 45 4 12,9 dirawat karena penyakit yang mengancam
46 – 56 7 22,6 kehidupan akan lebih sering mengalami
> 57 20 64,5 kecemasan, depresi atau marah (Stuart,
2 Jenis Kelamin
2009). Keadaan tersebut menyebabkan
Laki-laki 20 64,5
Perempuan 11 35,5
kehidupan individu tersebut selalu di bawah
3 Agama bayang-bayang kecemasan yang
Islam 13 41,9 berkepanjangan dan menganggap rasa cemas
Kristen Protestan 18 58,1 sebagai ketegangan mental.
Katolik 0 0 Kecemasan berhubungan dengan stress
Budha 0 0 fisiologis maupun psikologis, artinya cemas
Hindu 0 0 terjadi ketika seseorang terancam baik secara
4 Pekerjaan fisik maupun psikologis. Secara fisik klien
Pegawai Negeri 9 29,0 terlihat gelisah, gugup dan tidak dapat duduk
Pegawai Swasta 4 12,9 atau istirahat dengan tenang (Hawari, 2011).
Pedagang/Wiraswasta 11 35,5
Dari hasil penelitian diatas pada tabel 4.2
Petani 7 22,6
31 100
yaitu mayoritas responden mengalami
Jumlah
kecemasan dengan tingkat kecemasan sedang
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
19 orang (61,3%), sedangkan minoritas
mayoritas umur responden hemodialisa > 57
responden dengan tingkat kecemasan berat 4
tahun 20 orang (64,5%), mayoritas jenis
orang (12,9%).
kelamin responden hemodialisa laki 20 orang
Hasil penelitian ini sesuai dengan Tanvir
(64,5%), mayoritas agama responden
(2013) yang menunjukkan sebagian besar
hemodialisa Kristen 18 orang (58,1%) ,
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Mayoritas pekerjaan responden hemodialisa
hemodialisis mengalami tingkat kecemasan
sebagai wiraswasta 11 orang (35,5%).
sedang. Seseorang menderita gangguan
kecemasan ketika orang tersebut tidak
Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisa
mampu mengatasi stressor yang sedang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat
dihadapinya. Keadaan seperti ini secara
kecemasan Pasien Hemodialisa di RS IPI
klinis bisa terjadi menyeluruh dan menetap
tahun 2019
No Tingkat Frekuensi Persentase
dan paling sedikit berlangsung selama 1
Kecemasan Pasien (F) bulan.
1 Cemas ringan 8 25,8 Tingkat kecemasan yang sedang dapat
2 Cemas sedang 19 61,3 dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin
3 Cemas berat 4 12,9 responden yang sebagian besar laki-laki
Jumlah 31 100 (64,5%). Laki-laki bersifat lebih kuat secara
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fisik dan mental, laki-laki dapat dengan
mayoritas responden yang menjalani mudah mengatasi sebuah stressor oleh karena
hemodialisa mengalami kecemasan dengan itu laki-laki lebih rileks dalam menghadapi
tingkat kecemasan sedang 19 orang (61,3%), sebuah masalah, sedangkan perempuan
sedangkan minoritas responden hemodialisa memiliki sifat lebih sensitive dan sulit
dengan tingkat kecemasan berat 4 orang menghadapi sebuah stressor sehingga
(12,9%). perempuan lebih mudah merasa cemas dan
takut dalam berbagai hal misalnya seperti
PEMBAHASAN dalam menghadapi kenyataan bahwa harus
Setelah melakukan penelitian di RS IPI menjalani pengobatan secara terus menerus
dengan jumlah responden sebanyak 31 orang untuk kelangsungan hidupnya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 83
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 84
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 6, No. 1, Maret 2020
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 85