PENDAHULUAN
Angka kejadian tingkat kecemasan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
menurut world health organization (WHO) tahun 2018 menyatakan lebih dari 500
juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta jiwa
diantaranya harus menjalani terapi hemodialisa semasa hidupnya. Angka kejadian
yang terus menerus mengalami peningkatan sebesar 8% setiap tahunnya menjadikan
gagal ginjal kronik menempati angka kematian tertinggi ke dua puluh di dunia
(Syailla, 2023).
Kualitas hidup menyangkut kesehatan fisik dan mental yang berarti jika penderita
sehat secara fisik dan mental maka akan tercapai kepuasan di dalam hidupnya.
Kualitas hidup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin,
tingkat stadium GGK, frekuensi terapi hemodialisa. faktor tersebut diharapkan dapat
beradaptasi terhadap lingkungan sehingga menjadi kemampuan pada pasien dalam
menjalani pengobatan terapi hemodialisa (Pratinya, 2010)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Anggraeni, Maria, V.A.A., dkk,
2022) tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa disimpulkan bahwa responden yang memiliki
tingkat kecemasan tidak mengalami cemas sebanyak 31,3% responden, 27% ringan,
sedang 17,2%,kecemasan berat sekali 1,8%. dan responden yang memiliki kualitas
hidup sedang sebanyak 38% responden,baik 32,5%,16,6% kurang baik, sangat baik
12,3% dan kualitas hidup buruk 0,6%. Jadi bila tingkat cemas bertambah maka
kualitas hidup pasien akan menurun dan terdapat ada hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Berdasarkan prevalensi GGK dan fenomena peneliti tertarik ingin meneliti apakah
ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa di Rs Mitra Siaga Kecamatan kramat Kabupaten tegal.