Anda di halaman 1dari 5

Perbandingan terapi SEFT dan terapi murottal dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien GGK yang


menjalani hemodialisa

Oleh:
Dwi Putra Setiawan
21117045
Departemen Keperawatan Medikal Bedah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKHNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit merupakan sebuah kondisi tidak normalnya sebuah perangkat organ yang ada di

dalam tubuh manusia yang menyebabkan rasa sakit yang dapat mengancam keberlangsungan

kehidupan orang yang menderitanya. Salah satu penyakit yang terus meningkat persentasenya

saat ini dan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat adalah penyakit ginjal. Gagal ginjal

merupakan salah satu penyakit menakutkan dikarenakan gagal ginjal belum ada obat untuk

penyembuhannya, angka kejadian gagal ginjal kronik tahun ke tahun semakin meningkat,

penderitanya bisa siapa saja baik pria maupun wanita, tua maupun muda bukan jadi ukuran

klien yang terkena gagal ginjal kronik (Manurung, 2018).

Studi Global Burden Disease (GBD) Tahun 2015 juga memperkirakan bahwa, pada

Tahun 2015, 1,2 juta orang meninggal karena gagal ginjal, meningkat 32% sejak Tahun 2005.

Pada Tahun 2010, diperkirakan 2,3-7,7 juta orang dengan penyakit ginjal tahap akhir

meninggal tanpa akses ke dialisis kronis. Selain itu, setiap tahun, sekitar 1,7 juta orang

diperkirakan meninggal karena cedera ginjal akut. Oleh karena itu, diperkirakan 5-10 juta

orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ginjal (WHO, 2018).

Data gagal ginjal di salah satu negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, dengan populasi

18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru pertahunnya. Di negara-negara berkembang

lainnya insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun (Sudoyo, et.

al, 2010). Indonesia merupakan negara dengan skala penderita gagal ginjal yang cukup

tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun dari 10th Annual Report of Indonesian Renal

Registry, jumlah penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) di Indonesia pada tahun 2016

tercatat sebesar 22.446 dengan kasus baru, 52.835 pasien aktif menjalani hemodialisa dan
pada tahun 2017 meningkat menjadi 30.831 dengan kasus baru, 77.892 pasien yang aktif

menjalani hemodialisa (Indonesian Renal Registry, 2017). Prevalensi gagal ginjal kronik

berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,38% dan Bengkulu menempati urutan ke

11 dari 34 propinsi dengan prevalensi 0,43% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).Salah satu

penatalaksaan untuk penderita gagal ginjal kronik adalah hemodialisa. Menurut Rahman,

Heldawati, & Sudirman, (2013) klien yang akan menjalani hemodialisis mengalami depresi,

ketakutan atau kecemasan. banyak dampak yang di timbulkan dari kecemasan yang

berlebihan dan tidak tertangani dengan benar antara lain menimbulkan hambatan dalam

keseluruhan perilaku bahkan dapat mengarah kepada timbulnya gejala-gejala gangguan

mental. Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik

seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami

gangguan psikososial dan spiritual. (Widayati & Lestari, 2015).

Menurut Zainuddin (2012) penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa antara lain dengan teknik relaksasi

menggunakan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yang merupakan gabungan

antara Spiritual power dan Energy psychology .Telah banyak penelitian tentang SEFT

berguna untuk mengatasi masalah emosi, diantaranya adalah penelitian oleh Faridah

membuktikan bahwa terapi SEFT dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Faridah, 2012).

Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School menyimpulkan bahwa

ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang diulang-ulang (repetitive prayer)

ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan

detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya

gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut

sebagai respon relaksasi (relaxation response) (Subandi, 2013). Seni melagukan ayat-ayat

suci Al-Quran merupakan hal yang sering didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan

Murottal. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari
luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.

Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka yang ada didalam tubuh sehingga

tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman. Bacaan AlQuran secara murottal

mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam

tempo murottal berada antara 60-70 menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang

mendadak, dan dalam nada yang lembut (Widayarti, 2011). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Faradisi (2012) terapi murottal terbukti lebih efektif menurunkan kecemasan

dibandingkan dengan terapi musik lainnya.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Terdapat Perbandingan Antara

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dengan Terapi murottal dalam menurunkan

Skala Kecemasan Pasien Hemodialisa?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbandingan antara Efektivitas Spiritual Emotional Freedom Technique

dengan Relaksasi Murottal Terhadap Penurunan Skala Kecemasan Pasien Hemodialisa.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini peneliti untuk mengetahui:

a. Mengetahui skala kecemasan pasien hemodialisa sebelum di berikan tindakan

Spiritual Emotional Freedom Technique.

b. Mengetahui skala kecemasan pasien hemodialisa sesudah di berikan tindakan

Spiritual Emotional Freedom Technique.


c. Mengetahui skala kecemasan pasien hemodialisa sebelum diberikan tindakan

terapi murottal.

d. Mengetahui skala kecemasan pasien hemodialisa sesudah diberikan tindakan

terapi murottal

e. Mengetahui pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap

penurunan skala kecemasan pasien hemodialisa.

f. Mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap poenurunan skala kecemasan pada

pasien hemodialisa.

g. Mengetahui Perbandingan antara Efektivitas Spiritual Emotional Freedom

Technique dengan Terapi Murottal terhadap penurunan skala kecemasan pasien

hemodialisa.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

2. Bagi akademik

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi dalam pengembangan ilmu

keperawatan sehingga digunakan sebagai referensi kepustakaan yang berkaitan dengan

Perbandingan antara Efektivitas Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dengan

Terapi Murottal Terhadap Penurunan Skala Kecemasan Pasien Hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai