Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS JURNAL / EVIDENCE BASED PRACTICE

1. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien PraHemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao Manado
Christiane Sarayar, Mulyadi, Henry Palandeng

2. Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui Cognitive
Behaviour Therapy (CBT)
Tri Setyaningsih, Mustikasari, Tuti Nuraini

3. The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of Sleep of Iranian


Hemodialysis Patients: A Randomized Trial
Pengaruh Teknik Relaksasi Benson pada Kualitas Tidur Pasien Hemodialisis : Uji Coba
Acak
Masoume Rambod, Nasrin Pourali-Mohammadi, Nilofar Pasyar, Forough Rafii, Farkhondeh Sharif

Disusun Oleh :
Lia Dahlia

220110120034

Amelia Kristianti

220110120050

Dini Aprilia

220110120082

Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2015
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan ....................................................................................................................3


Bab II Analisis Jurnal ................................................................................................................7
2.1
Analisis Jurnal Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Pra-Hemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao Manado.....7
1.

Tujuan Penelitian.........................................................................................................7

2.

Metode Penelitian........................................................................................................7

3.

Hasil dan Pembahasan.................................................................................................8

2.2
Analisis Jurnal Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui
Cognitive Behaviour Therapy (CBT)...................................................................................10
1.

Tujuan Penelitian.......................................................................................................10

2.

Metode Penelitian......................................................................................................10

3.

Hasil dan Pembahasan...............................................................................................10

2.3
Analisis Jurnal The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of Sleep
of Iranian Hemodialysis Patients: A Randomized Trial.......................................................12
1.

Tujuan Penelitian.......................................................................................................12

2.

Metode Penelitian......................................................................................................12

3.

Intervensi...................................................................................................................13

4.

Kelompok Intervensi.................................................................................................13

5.

Kelompok Kontrol.....................................................................................................14

6.

Pengukuran................................................................................................................14

7.

Analisa Data..............................................................................................................14

8.

Hasil dan Pembahasan...............................................................................................15

Bab III Pembahasan ................................................................................................................17


Bab IV Kesimpulan dan Saran ................................................................................................21
Kesimpulan.........................................................................................................................22
Saran....................................................................................................................................22
Daftar Pustaka..........................................................................................................................24

Bab I
Pendahuluan
1.1.

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien PraHemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao Manado.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2001). Menurut data World Health
Organization, hipertensi telah menyerang 26,4% populasi yang ada di dunia (Murti,
2011).
Hipertensi merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit gagal ginjal
akut, penyakit gagal ginjal kronis, hingga gagal ginjal. Sebaliknya, saat fungsi ginjal
mengalami gangguan maka tekanan darah akan meningkat dan dapat menimbulkan
hipertens. Jika ginjal sudah tidak mampu berfungsi, maka diperlukan terapi tertentu untuk
menggantikan kerja ginjal, yakni dengan transplantasi ginjal atau hemodialysis (Martha,
2012).
Pada akses vascular pasien hemodialysis, pembuluh darah harus berdilatasi
dengan baik sehingga dapat menerima jarum dialysis yang berlumen besar (Brunner &
Suddarth, 2002). Menurut penelitian dr. Miller dan koleganya di University of Maryland
Medical Center pada tahun 2008, menunjukan bahwa mendengarkan music lembut dapat
membuat permukaan pembuluh darah meluas sehingga tekanan darah bisa berkurang.
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri
atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Music klasik seringkali menjadi
acuan terapi music, karena memiliki rentan nada luas dan tempo yang dinamis
(Nurrahmani, 2012). Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada konfrensi tahunan ke
62 American Heart Asociation 2008, mengemukakan bahwa mendengarkan music klasik
bisa menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Martha, 2012).
Di ruang Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou, pada tahun 2012 tercatat ada
825 kali tindakan hemodialysis yang dilakukan, sementara pada tahun 2013 sampai
dengan bulan Mei ada 130 pasien yang menjalani hemodialysis secara rutin 1-2 kali
setiap minggunya, dan sekitar 85% diantaranya memiliki tekanan darah >140mmHg,
namun sampai saat ini pasien belum ada perlakuan khusus bagi pasien yang memiliki
tekanan darah tinggi yang menjalani hemodialysis.

1.2.

Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui Cognitive
Behaviour Therapy (CBT).
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar
setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut
sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah
kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat
kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya
adalah gagal ginjal kronik (GGK) (Depkes RI, 2002). WHO memperkirakan setiap 1
juta jiwa terdapat 23 30 orang yang mengalami Gagal Ginjal kronik per tahun.
Kasus GGK di dunia meningkat per tahun lebih dari 10%. Jumlah pasien penderita
penyakit ginjal di Indonesia di perkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400
pasien baru setiap tahunnya. (Wijaya, 2010).
Pengobatan dan terapi sangat diperlukan bagi kesembuhan penderita GGK.
Selain terapi dan pengobatan medis, pendekatan proses keperawatan secara holistik,
bio psikososial dan kultural diperlukan dalam penatalaksanaan pasien GGK. Seperti
kebanyakan orang yang menderita penyakit terminal, seseorang yang divonis
menderita GGK juga akan mengalami kondisi yang sama. Klien akan selalu dibayangi
dekatnya masa kematian, merasa tidak dapat lagi mengatur diri sendiri, dan harus
bergantung pada orang lain. Kondisi demikian tentu saja akan menimbulkan
perubahan dan ketidakseimbangan di dalam aspek kehidupan klien.
Klien GGK yang menjalani hemodialisis sering mengalami gangguan
psikososial, seperti kecemasan, ketidakberdayaan, gangguan peran, identitas personal
dan harga diri rendah. Selain itu klien juga mengalami perubahan pola pikir maupun
pola perilaku. Untuk mengantisipasi, klien GGK yang menjalani hemodialisis yang
paling tepat adalah dengan diberikan Cognitive Behavior Therapy (CBT),
menggabungkan dua jenis psikoterapi yang paling efektif, yaitu terapi kognitif dan
terapi perilaku untuk meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri
yang lebih baik, dan untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan
keterampilan kognitif dan perilaku yang tepat.

The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of Sleep of

1.3.

Iranian Hemodialysis Patients: A Randomized Trial.

Tidur merupakan sebuah perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode
tertentu yang ditandai dengan penyediaan waktu untuk perbaikan dan kesembuhan sistem
tubuh dengan cara memperoleh tidur yang cukup (Potter & Perry, 2006). Tidur
merupakan suatu kondisi dimana proses restorasi terjadi. Kebutuhan tidur yang tidak
tercukupi akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur. Gangguan tidur dapat dialami
oleh semua lapisan masyarakat, termasuk pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Sekitar 25-36% orang dewasa normal mengalami gangguan tidur walaupun hanya
sesekali. Namun, pada pasien dengan uremia dan mendapatkan tindakan hemodialisis,
prevalensi gangguan tidur terjadi berkisar 40-85% lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi dewasa normal
Angka kejadian gagal ginjal di dunia berdasarkan Badan Kesehatan Dunia/WHO
(2010) adalah lebih dari 500 juta orang dan yang bergantung pada hemodialisis sebanyak
1,5 juta orang. Insiden dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat sekitar 8% setiap
tahunnya di Amerika Serikat (Sudoyo, dkk, 2009). Sedangkan menurut survei yang
dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi
gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 3 12,5%, yankg berarti terdapat 18 juta orang
dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kroni (Siallagan,2012).
Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti untuk menggantikan sebagian
kerja atau fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan
serta zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Pada gagal ginjal kronik hemodialisis
dilakukan secara rutin (2-4 kali seminggu) selama 2-5 jam (Rahardjo, dkk, 2007).
Ketergantungan pasien terhadap mesin hemodialisis merupakan stressor yang dapat
menimbulkan depresi pada pasien hemodialisis dengan prevalensi 15-69%. Kondisi
depresi dapat mempengaruhi fisik pasien sehingga timbul fatigue dan gangguan tidur
(Septiwi, 2013).
Gangguan tidur dialami oleh setidaknya 50-80% pasien yang menjalani
hemodialisis (Merlino, dkk, 2006; Kosmadakis & Medcalf, 2008). Sabry, dkk (2010)
dalam penelitiannya mengenai Sleep disorders in haemodialysis patient menjelaskan
bahwa prevalensi gangguan tidur pada 88 pasien hemodialisis kronis selama 4 bulan
adalah 79,5%, dan gangguan tidur yang paling umum adalah insomnia (65,9%), diikuti
oleh RLS/Restless Leg Syndrom (42%), obstructive sleep apnea syndrome/OSAS
(31,8%), mendengkur (27,3%), excessive daytime sleepiness/EDS (27,3%), narkolepsi

(15,9 %), dan tidur berjalan (3,4%). Insomnia berkorelasi dengan anemia, kecemasan,
depresi dan RLS. RLS berkorelasi dengan hipoalbuminemia, anemia, hiperfosfatemia.
EDS berkorelasi dengan OSAS, mendengkur, dan kekhawatiran sosial.
Kualitas tidur pada pasien hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor biologis (De Santo, dkk, 2008), fakor psikologis (Unruh, dkk, 2006) dan faktor
dialisis (Merlino, dkk, 2006; Unruh, dkk, 2006). Kualitas tidur yang buruk akan
berdampak pada aktifitas keseharian individu, seperti komponen fisik dan kehidupan
mental (Turkmen, dkk, 2012), penurunan kinerja (Tsay, Rong dan Lin, 2003), disfungsi
kognitif dan memori (Kang dkk, 2012), menurunnya kemampuan untuk membuat
keputusan dan berkonsentrasi dalam aktivitas harian serta meningkatkan iritabilitas
(Potter & Perry, 2006)
Menurut Potter & Perry (2006) relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik
dari ketegangan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, cemas dan kurangnya kebutuhan tidur, serta
marah yang ditunjukkan. Relaksasi dapat dilakukan pada individu atau kelompok dan
dibutuhkan kontrol perasaan serta lingkungan. Salah satu teknik relaksasi yang ditoleransi
lebih baik oleh pasien hemodialisis yang mengalami gangguan tidur adalah Teknik
Relaksasi Benson (Rambod, dkk, 2013).
Teknik relaksasi benson dapat menurunkan kecemasan, mengatasi serangan
hiperventilasi, mengurangi sakit kepala, nyeri punggung, angina pektoris, hipertensi,
gangguan tidur dan mengurangi stres (Benson, 2000).
Teknik relaksasi benson merupakan teknik latihan nafas. Dengan latihan nafas
yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks, menghilangkan
ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari ancaman. Perasaan rileks akan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF).
Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi
Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal
meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter.
Dengan meningkatnya enkephalin dan endorphin, pasien akan merasa lebih rileks dan
nyaman dalam tidurnya sehingga kualitas tidur pasien menjadi baik (Taylor, 1997 dalam
Risnasari, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh


teknik relaksasi Benson terhadap kualitas tidur pada pasien yang mendapatkan terapi
hemodialisis.

Bab II
Analisis Jurnal
2.1 Analisis Jurnal Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Pra-Hemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao
Manado
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh music klasik terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien pra hemodialysis di ruang Dahlia BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperiment dengan
rancangan Non Equivalent Control Group. Pada desain penelitian ini dilakukan
observasi pertema (pretest) pada kelompok intervensi dan kelompok control,
kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan dan diikuti dengan
pengukuran kedua (postest),dan hasil pengukuran iniakan dibandingkan dengan
hasil pengukuran pada kelomopok pembanding (control) yang tidak menerima
perlakuan (Riyanto, 2011).
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pasien pra hemodialysis di
ruang Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Juni 2013
yang berjumlah 130 orang. Sampel yang digunakan dala penelitian ini adalah 15
subjek minimum untuk riser eksperimental (Dempsey, 2001). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yang
merupakan cara pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang
telah dibuat oleh peneliti yang meliputi subjek yang memenuhi kriteria inklusi
yakni bersedia menjadi responden, bersedia mendengarkan music klasik untuk
kelompok eksperimen, merupakan pasien pra hemodialisis dan memiliki tekanan

darah >140 mmHg dan kriteria ekslusi yakni memilki gangguan pendengaran dan
mengalami penurunan kesadaran.
Data primer dalam penelitian ini didapat langsung dari pasien dengan
wawancara dan mengukur tekanan darah pada pasien pra hemodialysis namun
dalam jurnal ini tidak dijelaskan berapa tekanan darah pasien sebelum dilakukan
nya terapi music ini. Data sekunder didapatkan dari dokumentasi atau rekam
medic pasien pra hemodialysis. Setelah itu peneliti melakuakn survey
pendahuluan, menentukan sampel, sampel dikelompokan menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen yang mendapat intervensi dengan menggunakan
music klasik dan kelompok control tanpa mendapatkan intervensi. Penelitian ini
dilakukan di ruang tunggu ruangan Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Responden dalam keadaan duduk untuk kelompok eksperimen dilakukan
pengukuran awal (pretest) namun disini tidak dijelaskan berapa hasil tekana darah
yang diukur sebelum dilakukan nya intervensi diastole dan systole nya pun tidak
disebutkan, setelah itu mendengarkan music klasik sema 15 menit, dan dilakukan
pengukuran kedua (posttest). Untuk kelompok control dilakukan pengukuran
tekanan darah awal (pretest) dan 15 menit setelah pengukuran awal (pretest)
dilakukan pengukuran kedua (posttest),

sebelum diberikan intervensi tidak

dijelaskan berapa jangka waktu antara pretest ke intervensi sampai posttest pada
kelompok eksperimen. Setelah itu dilakukan perbandingan tekanan darah pada
kelompok control.
Intsrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah MP3 player,
music klasik, headshet, lembar observasi, sphygmomanometer clock, dan
stetoskop. Dalam instrument yang digunakan pun ada beberapa instrumen yang
belum sesuai untuk penelitian, seperti sphygmomanometer clock diketahui bahwa
ada beberapa jenis sphygmomanometer yang ada, namun peneliti memilih
sphygmomanometer clock

sebagai instrumennya sedangkan masih ada

sphygmomanometer raksa yang memiliki tingkat ke akuratan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan sphygmomanometer clock.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, menyatakan bahwa
adanya perubahan tekanan darah secara signifikan pada kelompok eksperimen
dengan intervensi dengan mendengarkan music klasik p value = 0,00 ( <=0,05),
sedangkan pada kelompok control sebagai pembanding tidak terdapat perubahan

signifikan p value = 1,00 ( <=0,05), maka dapat disimpulakn bahwa ada


pengaruh music klasik terhadap tekanan darah pasien pra hemodialysis di ruang
Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Namun pada penelitian ini
tidak dijelaskan berapa tekanan darah saat dilakukannya pemeriksaan tekanan
darah awal (pretest) dan dilakukan pemeriksaan akhir (posttest) dan tidak terdapat
data yang jelas mengenai penurunan tekanan darah setelah dilakukan nya
intervensi.
Menurut penelitian yang dilaporkan pada pertemuan American Society of
Hypertension di New Orleans, mendengarkan music klasik setengah jam setiap
hari secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah (Reuters Health, 2008).
Hal ini membuktikan bahwa intervensi dengan mendengarkan music klasik dapat
mengubah secara efektif ambang otak yang dalam keadaan stress menjadi relaks,
karena music secara mudah dapat diterima oleh organ pendengaran dan melalui
saraf pendengaran diterima dan diartikan diotak tanpa batasan intelektual
melainkan dapat mengaktivasi system limbic yang mengatur emosi seseorang
menjadi lebih relaks, dalam keadaan relaks inilah pembuluh darah berdilatasi
sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Nurrahmani, 2012).
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien pra hemodialysis yang memiliki
tekanan darah yang tinggi. Sebagaimana diagnose yang sering diangkat pada
kasus seperti ini adalah ansietas dan resiko ketidakefektifan penatalaksanaan
program terapeutik (Carpenito, 2009) dapat diberikan intervensi dengan
mendengarkan music klasik, yang dapat membuat seseorang lebih relaks sehingga
tekanan darah menjadi terkontrol, ansietas berkurang dan pembuluh darah dapat
berdilatasi dengan baik. Selain intu dengan mendengarkan music klasik juga,
dapat mencegah ketidakefektifan penatalaksanakan program terapeutik yang
disebabkan oleh tekanan darah yang terlalu tinggi dan tidak terkontrol.

2.2 Analisis Jurnal Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui
Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk
menguraikan pengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT) terhadap perubahan harga
diri klien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RS H Jakarta 2011.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk
menguraikan pengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT) terhadap perubahan harga
diri klien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RS H Jakarta 2011. Uji statistik yang
dipergunakan yaitu bivariat dengan analisis independent t-Test, regresi sederhana,
post Hoc test, dan Anova.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis harga diri sebelum terapi CBT, aspek kognitif; rata-rata
kemampuan kognitifnya 56,85 dengan nilai optimal 80. Aspek perilaku, rata-rata
kemampuan perilakunya 48,11 dengan nilai optimalnya 80. Hasil analisis harga diri
setelah terapi CBT aspek kognitif, rata-rata kemampuan kognitif 66,22, aspek perilaku
rata-rata kemampuan perilakunya 66,30 menunjukkan bahwa terdapat peningkatkan
yang signifikan sebesar 11,8% aspek kognitif dan peningkatan 11,7% perilaku (p=
0,000; = 0,05). Sesuai dengan hasil analisis Paired samples test yang menunjukkan
bahwa ada perubahan kemampuan kognitif yang bermakna antara sebelum diberikan
terapi CBT dan sesudah diberikan terapi CBT (p= 0,000; = 0,05).
Menurut Sugiyono (2008: 107), penelitian eksperimental dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Berdasarkan pengertian tersebut
dengan melihat hasil penelitian dan analisis data yang digunakan pada jurnal ini dapat
dikatakan bahwa penelitian ini sudah memenuhi kriteria penggunaan metode
penelitian eksperimen, namun hanya saja dilihat dari jumlah populasi atau responden
yang berjumlah 27 orang, dapat dikatakan kurang meyakinkan dan tidak ideal. Untuk
metode penelitian eksperimen seharusnya menggunakan jumlah populasi atau
responden yang lebih banyak.
Adapun kekurangan lain dari penelitian ini adalah tidak dijelaskannya
bagaimana proses atau cara penyampaian Cognitive Behavior Therapy itu sendiri
kepada klien, apa saja materi atau tahap-tahap yang akan klien ikuti selama CBT

diberikan. Selain itu ada juga kelebihan dari penelitian ini, yaitu dilihat dari hasil
penelitian didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa adanya perubahan kemampuan
kognitif dan kemampuan perilaku yang bermakna antara sebelum diberikan terapi
CBT dan sesudah diberikan terapi CBT. Sehingga dapat direkomendasikan kepada
perawat untuk menerapkan Cognitive Behavior Therapy kepada pasien dengan
masalah harga diri rendah.
Jurnal dengan judul PENINGKATKAN HARGA DIRI PADA KLIEN
GAGAL GINJAL KRONIK MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT)
ini dicari dengan menggunakan keyword jurnal keperawatan therapy untuk klien
gagal ginjal kronik dari situs https://scholar.google.com/. Jurnal ini membahas
tentang intervensi yang diberikan kepada klien gagal ginjal kronik dengan harga diri
rendah.

2.3 Analisis Jurnal The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of
Sleep of Iranian Hemodialysis Patients: A Randomized Trial
1. Tujuan Penelitian
Jurnal yang berjudul The effect of Bensons relaxation techniqueon the quality
of sleep of Iranian hemodialysis patients ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi
pengaruh teknik Relaksasi Benson pada kualitas tidur pasien yang mendapatkan terapi
hemodialisis. Masoume Rambod, dkk (2013) meneliti dengan hipotesis setelah
delapan minggu intervensi, kualitas tidur pasien hemodialisis yang mendapatkan
terapi relaksasi Benson dan perawatan rutin akan lebih baik dari pasien hemodialisis
yang hanya mendapatkan perawatan rutin saja.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan uji acak terkontrol (Randomized Control
Trial/RCT) dengan desain pre-post test. Randomized Controlled Trial (RCT)
merupakan metode yang umum dikenal dalam ilmu kesehatan. Metode ini merupakan
penelitian komparatif eksperimental terkendali, dimana peneliti memberikan dua atau
lebih intervensi kepada pasien yang digunakan untuk sampel penelitian. Dalam
penelitian Ilmu Kesehatan, RCT biasa digunakan untuk menguji keberhasilan atau
efektifitas pengobatan. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menguji
keberhasilan dan efektifitas tindakan medis. Bahkan RCT juga digunakan untuk
menguji efektifitas peralatan medis. Prosedur penelitian dengan desain RCT dimulai
dengan pengelompokan pasien yang menjadi sampel penelitian menjadi dua
kelompok. Satu kelompok merupakan kelompok perlakuan dan satu kelompok
merupakan kelompok kontrol. Bila penelitian melibatkan lebih dari satu intervensi,
maka kelompok perlakuan dapat terdiri dari dua atau lebih sub kelompok. Pembagian
pasien kedalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol harus dilakukan secara
acak-buta. Pembagian kelompok secara acak-buta ini dimaksudkan untuk
menghilangkan bias dan subyektifitas peneliti. Kendati pembagian kelompok
dilakukan dengan acak buta, karakteristik sampel pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan diharuskan tidak boleh berbeda secara signifikan agar tidak
terjadi bias karakteristik, yang akan mengurangi validitas hasil penelitian. Sehingga
satu-satunya yang membedakan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan adalah
intervensi peneliti. Jurnal ini membandingkan dua kelompok pasien HD, kelompok
intervensi adalah kelompok pasien HD yang menerima Terapi Relaksasi Benson dan

perawatan rutin, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok pasien HD yang


hanya menerima perawatan rutin saja.
Penelitian ini dilakukan di dua unit HD di Shiraz, salah satu kota besar di Iran
dan dilakukan dari bulan Februari 2011 sampai Januari 2012.
Kriteria inklusi adalah pasien HD yang berusia 18 tahun keatas yang telah di HD dua
kali seminggu atau lebih minimal 3 bulan terakhir, dalam keadaan sadar dan dapat
berorientasi, dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi
penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis hipertensi tidak stabil, aritmia, gagal
jantung kongestif, kecelakaan serebrovaskular akut, dan gagal hati selama penelitian.
Sampel penelitian ini terdiri dari 83 pasien yang terbagi atas 42 pasien HD
yang termasuk kedalam kelompok intervensi dan 41 pasien HD yang termasuk
kedalam kelompok kontrol.dalam penentuannya digunakan randomisasi sederhana
yang kemudian menggunakan randomisasi blok agar seimbang antara dua kelompok
dan mencegah terjadinya bias.
3. Intervensi
Pasien

dalam

keadaan

posisi

terlentang.

Teknik

relaksasi

Benson

diinstruksikan kepada setiap pasien selama 20 menit. Hal yang perlu dilakukan pasien
adalah :
i.

Duduk dalam posisi yang nyaman

ii.

Pasien menutup mata.

iii.

Relaksasikan semua bagian tubuh.

iv.

Nafas melalui hidung, perhatikan suara nafas pasien dan ucapkan satu Tarik
nafas dalam....buang satu tarik nafas dalam.....buang satu dan seterusnya
dalam 20 menit.

4. Kelompok Intervensi
Pasien diminta untuk mendengarkan rekaman audio teknik relaksasi Benson
menggunakan earphone. Pasien diminta untuk sering latihan hingga pada akhirnya

setelah sesi latihan selesai, pasien diminta untuk berlatih teknik itu kembali hingga
mereka mendapatkan keterampilan yang memadai. Pasien diberikan CD teknik
relaksasi dengan tujuan agar pasien mengingat bagaimana melakukan teknik ini
dirumah secara mandiri. Pasien diminta untuk melakukan tindakan ini dua kali dalam
sehari selama 8 minggu dirumah.
Untuk menilai kepatuhan pasien, pasien diminta untuk mengisi laporan harian
kinerja mereka. Untuk menghindari kontaminasi data, pasien dalam kelompok
intervensi ini dilatih diruang yang terpisah.
5. Kelompok Kontrol
Pasien dalam kelompok kontrol berpartisipasi dalam pre-post test dan hanya
mendapatkan perawatan rutin saja tanpa mendapatkan tindakan relaksasi Benson.
6. Pengukuran
Hasil dalam penelitian ini dihitung berdasarkan skor pasien pada Pittsburgh
Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah kuisioner yang umum digunakan untuk
mengukur kebiasaan tidur dan dibutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk mengisinya.
Kuisioner ini mengevaluasi kualitas tidur yang dirasakan oleh peserta dan
memberikan informasi tentang tujuh komponen tidur termasuk latensi tidur, durasi
tidur, kualitas tidur subjektif, efisiensi tidur, gangguan tidur, disfungsi siang hari, dan
penggunaan obat-obatan untuk tidur. Total skor dihitung dengan jumlah tujuh
komponen dan berkisar dari 0-21. Jika skor >5 maka indikasi kualitas tidur yang
buruk, sementara kualitas tidur yang baik berada pada skor <5.
Nilai The Cronbachs alpha dan test-retest reability untuk PSQI adalah
masing-masing 0,83 dan 0,85. PSQI memiliki nilai sensitivitas 89,6% dan spesifisitas
86,5% , konsistensi atau =0,83.
Suatu instrumen alat ukur dikatakan reliabel dan bisa diproses pada tahap
selanjutnya jika nilai Cronbach Alpha > 0,7 (Sekaran, 2006). Jika instrumen alat ukur
memiliki nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka alat ukur tersebut tidak reliabel. Jadi dapat
kita ketahui bahwa Instrumen pengukuran PSQI merupakan instrumen yang reliabel.

7. Analisa Data
Chi-square dan Students t-test digunakan untuk mengevaluasi homogenitas
karakteristik peserta dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji
Kolmogorov-Smirnov, uji Wilcoxon signed rank test , t-test Student, dan Analysis of
Covariance (ANCOVA) adalah model yang digunakan untuk analisa statistik. Dalam
studi ini, skor pre-test dari PSQI dan sub-skala dan usia subjek, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status perkawinan, dan lamanya waktu di HD dianggap sebagai kovariat.
Selain itu, p <0,05 dianggap sebagai signifikan secara statistik.
ANCOVA merupakan teknik analisis yang berguna untuk meningkatkan
presisi sebuah percobaan karena didalamnya dilakukan pengaturan terhadap pengaruh
peubah
bebas lain yang tidak terkontrol. ANCOVA digunakan jika peubah bebasnya
mencakup
variabel kuantitatif dan kualitatif. Dalam ANCOVA digunakan konsep ANOVA dan
analisis regresi.
Peubah-peubah dalam ANCOVA dan tipe datanya
Peubah
Y (Peubah Respon)
X (Peubah Bebas)

Tipe Data
Kuantitatif (kontinu)
Kuntitatif (disebut covariate)
Kualitatif/kategorik

(disebut

treatment/perlakuan/faktor)
Tujuan ANCOVA adalah untuk mengetahui/melihat pengaruh perlakuan
terhadap peubah respon dengan mengontrol peubah lain yang kuantitatif.
8. Hasil dan Pembahasan
Pada uji Ancova terdapat hasil yang signifikan diantara kedua kelompok, pada
kategori gangguan tidur perbedaan p value antara kedua kelompok adalah p = 0,0001,
penggunaan obat tidur p = 0,001 , disfungsi waktu siang hari p = 0,01, kualitas tidur
subjektif p = 0,01.
Dalam penelitian ini tidak ada yang mengeluhkan adanya efek samping dari
tindakan yang dilakukan saat subjek berpartisipasi dalam pelaksanaan teknik
Relaksasi Benson.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efek dari teknik relaksasi
Benson terhadap kualitas tidur pasien HD. Hasil study menunjukkan bahwa teknik
Relaksasi Benson meningkatkan kualitas tidur pada pasien HD. Setelah intervensi hari
ke-90, kelompok intervensi menunjukkan kualitas tidur yang baik, sedangkan pada

kelompok kontrol masih memiliki kualitas tidur yang buruk. Efek relaksasi dalam
pengobatan insomnia masih kontroversial. Ada bagian artikel penelitian yang terbatas
untuk dipublikasikan karena

para peneliti percaya bahwa uremik serta faktor

psikologis lainnya yang berperan dalam patogenesis gangguan tidur pasien HD.
Namun, terapi relaksasi Benson ini dapat mengurangi kelelahan, kecemasan, depresi,
stres dan dampak positif lainnya yang mempengaruhi kualitas tidur pasien HD. Hal
ini juga dapat menurunkan kecemasan dan nyeri yang akibatnya dapat mengurangi
penggunaan obat anti-anxiety. Selain itu, pelatihan relaksasi sebagai metode selfregulatory dapat digunakan dalam manajemen stres, mengurangi stres psikologis,
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan subjektif, memimpin individu untuk
pasif mengabaikan pikiran menyimpang, dan dengan demikian menurunkan stimulasi
yang dapat mengganggu kualitas tidur.
Keterbatasan penelitian ini adalah subjek yang dipilih hanya berasal dari dua
unit HD yang ada Iran. Dengan demikian, hasil yang terkait kecil dan tidak dapat
digeneralisasi ke populasi lainnya.
Jurnal ini dapat ditemukan dengan kata kunci/keyword : Sleep, insomnia,
Hemodialysis, relaxation therapy di searh.proquest.com.

Bab III
Pembahasan
3.1.

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien PraHemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao Manado.

3.2.

Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui Cognitive
Behaviour Therapy (CBT).
Klien dengan GGK selama menjalani hemodialisis akan merasa tidak
mampu menentukan hidupnya sendiri atau merasa selalu bergantung dengan orang
lain, merasa membebani keluarga, tidak mampu menjalankan pekerjaan seperti
semula, terganggu perannya di dalam keluarga dan masyarakat. Hal tersebut yang
dapat menimbulkan penilaian negatif pada dirinya yaitu tidak berguna, tidak
mempunyai harapan dan tidak berharga (Kusnadi, 2003).
Klien harga diri rendah cenderung memandang segala sesuatu dari sisi
negatifnya, termasuk menilai diri sendiri. Akibatnya, mereka mudah tersinggung,
mudah marah, perasa, mudah sedih, murung, dan lebih suka untuk menyendiri.
Dengan peran perawat, intervensi pemberian Cognitive Behavior Therapy (CBT),
kiranya dapat meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang
lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan
kognitif dan perilaku yang tepat. Selain itu perawat juga dapat memberikan
edukasi mengenai segala proses perawatan yang akan dijalani oleh klien dengan
Gagal Ginjal Kronik.
Jika dikaitkan dengan kasus 4 pada SGD, Tn. K pasien dengan Gagal
Ginjal Kronis yang melakukan HD rutin juga mengalami gangguan psikososial.
Hal ini dibuktikan dengan Tn. K mengatakan merasa benci dengan proses HD dan
tidak ingin hidup seperti itu terus-menerus, ia juga mengatakan bahwa dia mengerti
bahwa

hidupnya

tergantung

pada

dialisis.

Dengan

itu,

Tn.

dapat

direkomendasikan pemberian Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk membantu


meningkatkan harga dirinya.

3.3.

The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of Sleep of Iranian


Hemodialysis Patients: A Randomized Trial.
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia ( Smeltzer,
Suzanne C, 2002). Menurut Doenges, 1999, Chronic Kidney Disease biasanya
berakibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab
termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vascular (nefrosklerosis),
proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nefrotik
(aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Bertahapnya sindrom ini melalui
tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua sistem tubuh. Untuk
bertahan hidup, pasien dengan gagal ginjal kronis harus melakukan hemodialisism
secara teratur.
Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah
dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut
maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001).

Hemodialisa merupakan suatu

proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang
atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan
glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu
fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah
kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan
penyakit ginjal (Smeltzer, 2001).
Menurut beberapa penelitian bahwa pasien HD, prevalensi gangguan tidur
pada pasien HD berikisar 40-80% lebih tinggi dibandingkan poulasi dewasa
normal. Hal ini sangat tidak baik karena akan berdampak pada aktifitas keseharian
individu, seperti komponen fisik dan kehidupan mental , penurunan kinerja ,
disfungsi kognitif dan memori menurunnya kemampuan untuk membuat keputusan
dan berkonsentrasi dalam aktivitas harian serta meningkatkan iritabilitas (Potter &
Perry, 2006).
Peneliti ini mencoba mengaplikasikan terapi relaksasi Benson pada pasien
HD untuk melihat efeknya terhadap kualitas hidup.

Relaksasi Benson yaitu suatu tehnik pengobatan untuk menghilangkan


nyeri, insomnia (tidak bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan ini merupakan
bagian pengobatan spiritual. Pada tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat
dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini
merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut
berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang
mengganggu. Tehnik pengobatan ini dapat dilakukan setengah jam dua kali sehari.
Relaksasi Benson adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian kepada relaksasi sehingga kesadaran klien terhadap nyerinya berkurang, relaksasi ini dilakukan dengan cara menggabungkan relaksasi yang
diberikan dengan kepercayaan yang dimiliki klien.
Langkah-langkah tindakan dilakukan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Memilih kalimat ritual yang akan digunakan.


Mempersilahkan pasien mengambil posisi duduk santai/rileks.
Menganjurkan pasien menutup mata.
Mengajurkan pasien mengendurkan otot-otot seluruh tubuh
Menganjurkan pasien bernapas secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat ritual

yang dibaca secara berulang-ulang dan khidmat.


6. Memberitahukan pasien bahwa bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
fokuskan pikiran pada pernapasan dan kata tidur.
7. Menganjurkan pasien melakukan tindakan ini selama 20 menit.
Tujuan terapi benson adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan.
Jenis-jenis terapi benson
1. Relaksasi Otot
Relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan
cara melemaskan otot-otot badan memberikan rasa nyaman pada otot otot. Ketika
terjadi setres otot otot pada beberapa bagian tubuh menjadi menegang seperti otot
leher, punggung , lengan.

2. Relaksasi Kesadaran Indra


Dalam kondisi rileks, individu diberi perintah-perintah dan diminta untuk
merasakanpernyataan-pernyataan yang membuat rileks, dengan membayangkan
situasi yangmenciptakan ketenangan.
3. Relaksasi Meditasi
Relaksasi yang memakai ritual keagamaan atau sejenisnya, sebagai sarana
pencarian tempat bersandar demi terjalinnya kedekatan antara hamba dengan Sang
Khalik . Prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada
stimulus yang monoton dan berulang, biasanya dilakukan dengan menutup mata
sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan
yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta
pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga,
meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat
pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.Selain ketiga jenis di atas relaksasi
juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman,
keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.
Setelah peneliti mempraktekan teknik Relaksasi Benson kepada kelompok
intervensi, pada hasilnya terlihat bahwa kualitas tidur pasien yang mendapatkan
terapi Relaksasi Benson menjadi lebih baik dari pada kualitas tidur kelompok
kontrol.
Sebagai perawat yang memiliki peran untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, salah satunya adalah kualitas tidur, maka kita dapat mempraktekan beberapa
intervensi yang telah diuji kebenarannya melalui penelitian atau berdasarkan Evidene
Based Practice, sebagai salah satu contohnya adalah tekik relaksasi Benson. Teknik
relaksasi ini merupakan intervensi yang mudah dan murah untuk dapat dilakukan
dimana saja. Perawat dapat mengaplikasikannya kepada pasien dengan gangguan
tidur dan mengajarkan serta membantu pasien dalam pelaksanaannya.

Bab IV
Kesimpulan dan Saran
4.1.

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien PraHemodialisa Di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandao Manado.
Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian
intervensi music klasik terhadap tekanan darah pasien pre hemodialysis di ruang
Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh music dalam menurunkan
tekanan darah dengan: (1) menggunakan sampel yang lebih banyak, (2) analisis
komponen yang lainnya seperti frekuensi pernapasan, denyut jantung, tingkat
kecamasan pasien, (3) jangka waktu pengamatan yang lebih lama, (4) tidak hanya
menggunakan music klasik sebagai instrument tetapi dimodifikasi dengan
menggunakan music traditional dari berbagai daerah Indonesia guna untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.

4.2.

Peningkatan Harga Diri Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Melalui Cognitive
Behaviour Therapy (CBT).
Kesimpulan
Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah terapi dengan menggabungkan dua
jenis psikoterapi yang paling efektif, yaitu terapi kognitif dan terapi perilaku untuk
meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan
untuk meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan keterampilan kognitif dan
perilaku yang tepat. Terapi CBT berpengaruh terhadap perubahan harga diri klien
GGK di Unit Hemodialisa RS H Jakarta. Harga diri responden meningkat secara
bermakna baik dari aspek kognitif maupun dari aspek perilaku setelah diberikan
intervensi CBT. Terapi CBT juga berpeluang meningkatkan harga diri aspek kognitif
dan berpeluang meningkatkan harga diri dari aspek perilaku setelah dikontrol faktor
lain.
Saran
Bagi aplikasi keperawatan, terapi CBT dapat dijadikan panduan perawat spesialis
jiwa dalam melaksanakan CBT pada klien dengan masalah psikososial. Perawat
spesialis keperawatan jiwa hendaknya menjadikan terapi CBT sebagai salah satu

kompetensi yang dapat diberikan pada pelayanan kesahetan jiwa di tatanan pelayanan
kesehatan umum.
4.3.

The Effect of Bensons Relaxation Technique on the Quality of Sleep of Iranian


Hemodialysis Patients: A Randomized Trial.
Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan
berlangsung lambat sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan metabolisme
tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan uremia. menurut
survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun
2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 3 12,5%, yankg berarti
terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik.
Tidur merupakan suatu kondisi dimana proses restorasi terjadi. Kebutuhan
tidur yang tidak tercukupi akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur. Sekitar 2536% orang dewasa normal mengalami gangguan tidur walaupun hanya sesekali.
Namun, pada pasien

dengan uremia dan mendapatkan tindakan hemodialisis,

prevalensi gangguan tidur terjadi berkisar 40-85% lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi dewasa normal
Teknik relaksasi benson dapat menurunkan kecemasan, mengatasi serangan
hiperventilasi, mengurangi sakit kepala, nyeri punggung, angina pektoris, hipertensi,
gangguan tidur dan mengurangi stres .
Teknik Relaksasi benson dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada
pasien HD di Iran. Hasil dari penelitian ini tidak dapat di generalisasi karena
terbatasnya sampel penelitian yang hanya dilakukan di dua unit hemodialisis di Iran.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil yang signifikan terhadap kualitas
tidur pasien hemodialisa antara kelompok intervensi yang mendapatkan perlakuan
teknik relaksasi Benson dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan intervensi.
Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari Relaksasi Benson terhadap kualitas
tidur pasien hemodialisa.
Saran
Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih luas
untuk menfdapatkan hasil yang lebih akurat dan optimal. Selain itu, peneliti
selanjutnya lebih baik mengevaluasi juga bagaimana efek dari terapi Relaksasi
Benson terhadap kecemasan, depresi, nyeri, dll yang terjadi pasien HD.

Untuk penyedia layanan kesehatan sebaiknya memberi pendidikan dan


pelatihan mengenai teknik-teknik relaksasi, karena sangat bermanfaat hasilnya dan
biayanya murah.

Daftar Pustaka
1. Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Depkes RI. (2004). Angka kejadian penyakitpenyakit kronik di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
3. Stallard, P. (2002). Think good feel good: A cognitive behavior therapy workbook
for children and young people. Chicester. John Wiley & Sons.
4. Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing
(8th Ed.). Philadelphia: Elsevier Mosby.
5. Stuart, G.W., & Sudeen, S.J. (2005). Buku saku keperawatan jiwa (4th Ed.). Jakarta:
EGC.
6. Kusnadi, Y. (2003). Depresi pada Pasien Gagal Ginjal. Diperoleh dari
http://www.indomedia.com/stripo/2003/10/19/1910kes2.htm.
7. Anna.
(2011),
Indonesia
Kekurangan
Mesin

Cuci

darah.

http://health.kompas.com/read/2011/ 03/21/14505735/Indonesia.Kekurang
an.Mesin.Cuci.Darah.
8. Ardiansyah, M. (2012), Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press
9. Brunner & Suddart. (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Vol.2). Jakarta:
EGC.
10. Budiarto & Anggraeni. (2003), Pengantar Epidemologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
11. Carpenito, L. (2009), Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (Edisi 9).
Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
12. Corwin, J. (2001), Buku Saku Patofisoilogi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
13. Dalimartha, dkk. (2008), Care Your Selft Hipertensi. Jakarta: Penebar plus.
14. Davidson, Reickmann, Rapp. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi 9. Jakarta : PT Raja
Grafindo
Persada.
15. Dempsey, P & Dempsey, A. (2002), Riset Keperawatan (Edisi 4). Jakarta: EGC.
16. Fitriani. (2011), Universitas Gadjah Mada. Evaluasi Penggunaan Terapi Antihipertensi
Terhadap Tekanan Darah Pasien Pra-dialisis. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=
download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=2057-H2011.
17. Martha, K. (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
18. Murti. (2011), Stikes Telogorejo Semarang. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi

Esensial Sebelum dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif di

RSUD Tugurejo

Semarang.

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/i

ndex.php/ilmukeperawatan/article/vi ew/78.
19. Nadesul. (2006), Sehat Itu Murah. Jakarta: Kompas Media Nusantara..

20. Riyanto, A. (2011), Aplikasi MetodologiPenelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika
21. Surherly, Ismonah & Meikawati. (2011), Stikes Telogorejo Semarang. Perbedaan
tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian terapi music
klasik

di

RSUD

Tugurejo

Semarang.

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/67.
22. Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005

Anda mungkin juga menyukai