KELOMPOK
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang bersifat komplek dengan
karakteristik penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh (Smeltzer and Bare, 2010). Meskipun terapi dan
pencegahan telah mengalami kemajuan yang pesat, tetapi angka mortalitas dan
mobiditas pada penderita gagal jantung masih sangat tinggi dan kualitas hidup penderita
yang masih rendah (Savarese dan Lung, 2016).
Menurut WHO pada tahun 2016 memperkirakan sebanyak 41 juta orang
diseluruh dunia meninggal atau setara dengan 71% dari semua kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung (17, 9 juta), kanker (9,0 juta), penyakit pernafasan
kronis (3,8 juta), dan diabetes (1,6 juta) (WHO, 2020). Penyakit jantung masih menjadi
penyumbang kematian tertinggi di dunia dan ini diprediksi akan terus meningkat hingga
tahun 2030 (WHO, 2021). Sedangkan, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
sendiri menurut Data Riskesdas juga mengalami peningkatan dari 25,8% (2013) menjadi
34,1% (2018) (RISKESDAS, 2018) dan menurut hasil data profil Kesehatan Indonesia
pada akhir desember 2020 menunjukan bahwa penyakit jantung merupakan penyakit
dengan kasus terbanyak yaitu sebanyak 11.592.990 kasus (KEMENKES, 2021).
Peningkatan prevalensi pasien gagal jantung akan menyebabkan perubahan pada aspek
fisik dan psikologis pasien.
Menurut penelitian Morgan, Barker, McGee, (2014) individu akan merasakan
konsekuensi dari gagal jantung dan tingkat emosinya cenderung tidak stabil. Tanggapan
tentang persepsi penyakit menunjukan pengaruh negatif terhadap emosional individu,
dimana individu menciptakan representasi kognitif dan emosional dari penyakit gagal
jantung, yang kemudian mempengaruhi pilihan dan keterlibatan dalam berbagai hal
untuk mengatasi, hingga pada akhirnya individu akan mengalami masalah psikologis.
Hal ini sejalan dengan penelitian Goodman, Firauzi, Banya, (2013) bahwa peningkatan
pemantauan diri dari waktu kewaktu pasien gagal jantung mengatakan keadaan
emosionalnya semakin buruk dan keyakinan bahwa penyakit yang dialami berada diluar
kendali. Individu gagal memahami kondisinya sehingga individu akan memikirkan hal-
hal yang kemungkinan akan terjadi pada dirinya. Dimana hal tersebut akan
menimbulkan masalah psikologis pada individu ( kecemasan, depresi, ketidakberdayaan
dan gangguan tidur ). Hasil penelitian yang dilakukan alfa jumatin kecemasan pada
pasien gagal jantung, 2021 menunjukan hasil yaitu kecemasan ringan 11% - 47.9%,
kecemasan sedang 28.8% - 54.4% dan kecemasan berat 32.6% - 52.8%. Dampak dari
kecemasan pada pasien gagal jantung yaitu depresi, mekanisme koping, kualitas tidur
dan kualitas hidup.
Kecemasan merupakan perasaan emosional pada individu yang tidak jelas yang
disertai dengan suatu perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan
ketidakamanan (Stuart, 2016). Kecemasan pada gagal jantung disebabkan karena pasien
sering mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat, sehingga
cenderung gelisah dan cemas karena sulit bernapas. Selain itu orang dengan gagal
jantung mengkhawatirkan kondisinya yang lemah, mengkhawatirkan penyakit mereka
sendiri, kinerja dan prognosis penyakit yang memburuk, metode pengobatan
selanjutnya, tingginya insiden pengobatan jangka panjang dan rawat inap kembali, biaya
yang akan di keluarkan, pertimbangan tentang kematian dan lamanya waktu
penyembuhan (Fitriyani, 2015).
Berbagai macam penelitian intervensi dilakukan untuk mengatasi kecemasan
seseorang seperti seperti terapi musik, farmakologikal, CBT, dan lain-lain. Namun
dengan banyaknya kasus individu yang mengalami kecemasan, intervensi yang
membutuhkan banyak tenaga, waktu, dan biaya, akan sangat sulit untuk mengatasi
penderita kecemasan tersebut secara maksimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
peneliti memilih terapi musik sebagai intervensi dalam mengatasi kecemasan
dikarenakan mudah dilakukan, dapat dilakukan secara klasikal dan memiliki berbagai
manfaat seperti menghasilkan perasaan rileks sehingga mengurangi gejalagejala yang
ada (Guétin dkk., 2009).
Dalam keperawatan telah banyak dikembangkan terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi kecemasan, salah satunya adalah terapi musik yang merupakan terapi
pelengkap yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Selain itu,
penggunaan dari terapi musik ini dapat bermanfaat karena terapi musik merupakan salah
satu alternatif pilihan yang terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan individu
(Gutiérrez & Camarena, 2015; Goldbeck & Ellerkamp, 2012; Tan dkk., 2010; Guétin
dkk., 2009; Bibb dkk., 2015; dan lain-lain).
Terapi music adalah intervensi non pharmakologis, non invasif dan dapat dilaksanakan
dengan mudah, terapi musik telah banyak digunakan dalam intervensi untuk mengatasi
kecemasan. Mekanisme yang mendasari adalah respon relaksasi fisiologis terhadap
musik, meningkatkan endorfin dan serotinin serta menurunkan aktifitas simfatik. Terapi
musik sangat efektif dalam menurunkan kecemasan pasien karena stimulan musik rata-
rata didominasi oleh gelombang delta, dimana gelombang ini mengindikasikan bahwa
kondisi otak sebenarnya berada dalam keadaan yang sangat relaks sehingga stimulan
musik dapat memberikan ketenangan, ketentraman, dan kenyamanan (Lestari, 2015).
Musik klasik menstimulasi pelepasan endorphine dan memberi efek relaksasi dan dapat
menurunkan stress dan kecemasan (Darmadi & Armiyati, 2019). Penelitian yang
dilakukan oleh korhan 2011 The effect of music therapy on physiological signs of anxiety
in patients receiving mechanical ventilatory support dengan sampel 65 pasien berusia
18-70 tahun, menerima dukungan ventilasi mekanis dan dirawat di unit perawatan
intensif, diambil sebagai sampel kenyamanan. Peserta diacak menjadi kelompok kontrol
atau kelompok intervensi, yang menerima terapi musik selama 60 menit. Musik klasik
dimainkan kepada pasien menggunakan media player (MP3) dan headphone. Subjek
memiliki tanda-tanda fisiologis yang diambil segera sebelum intervensi dan pada menit
ke-30, ke-60 dan ke-90 dari intervensi. Tanda fisiologis kecemasan yang dinilai dalam
penelitian ini adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik, denyut nadi, laju
pernapasan, dan saturasi oksigen dalam darah yang diukur dengan oksimetri nadi. Data
dikumpulkan selama delapan bulan pada tahun 2006-2007. Hasil.Kelompok musik
memiliki tingkat pernapasan yang jauh lebih rendah, dan tekanan darah sistolik dan
diastolik, dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan ini membaik secara progresif pada
menit ke-30, ke-60 dan ke-90 dari intervensi, menunjukkan efek dosis kumulatif.
Kesimpulan.Musik dapat memberikan metode yang efektif untuk mengurangi respons
fisiologis yang berpotensi berbahaya yang timbul dari kecemasan.
RSUD Pasar Rebo merupakan salah satu rumah sakit di Jakarta Timur yang
memiliki pelayanan jantung terpadu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan didapatkan data pada tahun 2022 ada sebanyak …kunjungan penderita gagal
jantung di Poli jantung dibandingkan pada tahun 2021 ada sebanyak ….kunjungan dan
banyak pasien mengeluhkan mengalami gangguan tidur sehingga kualitas tidur menjadi
buruk. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk
melakukan dan menerapkan evidence based nursing (EBN) terkait efektifitas terapi
music terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien heart failure (HF), sehingga
dapat digunakan sebagai acuan pemberian asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung dirawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tersusun Standar Prosedur Operasional (SPO) pelaksanaan EBNP therapi musik
untuk menurunkan kecemasan pada pasien heart failure (HF) berdasarkan hasil
riset terkini (Evidence Based Nursing Practice).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Teridentifikasi artikel yang menjadi sumber evidence base practice
nursing terkait therapi musik untuk menurunkan kecemasan.
1.3.2.2 Teridentifikasi kualitas artikel yang menjadi sumber evidance base
practice nursing terkait therapi musik untuk menurunkan kecemasan
1.3.2.3 Tersusun SPO keperawatan tehnik relaksasi “terapi musik untuk
menurunkan kecemasan “
Sebagai therapi mandiri non fharmakologi yang pratis dan mudah pelaksanaanya
yang bisa diterapkan selain terapi farmakolgi dan dalam pengawasan medis
1.4.2 Perawat
2. Music Therapy as an Intervention to Reduce Blood Pressure and Anxiety Levels in Older
Adult With Hypertension
a. Jurnal = Research in Gerontological Nursing
b. Website Jurnal =
https://journals.healio.com/doi/10.3928/19404921-20220218-03
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q2 (Quartil 2)
d. Penulis = Mateja Lorber, Suzana Divjak
e. Tahun = 2022
f. Nomor ISSN = 19382464, 19404921
g. Sumber = Pubmed
CRITICAL APPRAISAL
STRATEGI PELAKSANAAN
4.1.1 Polpulasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien heart failure yang mengalami
kecemasan ,Kelompok memutuskan untuk menggunakan uji T independent, dimana
responden akan dibagi kedalam 2 grup yaitu kelompok kontrol dan kelompok ekperimen.
4.1.2 Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias pada
hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol yang ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti, kriteria sampel dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2017).
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).
Sedangkan menurut (Notoadmodjo, 2012), kriteria inklusi adalah kriteria
atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil atau dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah :
(1) Pasien dengan heart failure yang mengalami kecemasan
(2) Pasien bersedia menjadi responden.
(3) Pasien dengan heart faiure dalam rentang usia sebagai berikut:
a. < 20 tahun 56
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun
(4) Pasien heart failure (hf) yang kooperatif
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi karena suatu sebab/alasan (Nursalam,2017).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini:
(1) Pasien tidak menyelesaikan intervensi terapi musik
(2) Pasien dalam keadaan gawat darurat.
(3) Pasien heart failure (hf) yang tidak mengalami kecemasan.
4.1.3 Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel,
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek
penelitian (Nursalam, 2017). Metode sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Nonpropability sampling dengan teknik purposive sampling atau
judgement sampling. Purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2017). Teknik
purposive sampling digunakan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini
memerlukan kriteria khusus yaitu ibu hamil dengan pre operasi sectio casaria,
sehingga sampel yang diambil akan sesuai dengan tujuan penelitian, dapat
memecahkan masalah penelitian dan dapat memberikan nilai yang lebih
representatif.
4.2 Tempat
4.3 Waktu
4.5.1 Persiapan
Crombie, lain k. (2022). the pocket guide to critical appraisal (second edi). wiley.
Sudarma, adiputra i made. (2021). stattistik keehatan teori dan aplikasi (K. Abdul (ed.); cetakan
1,). Yayasan Kita Menulis.
LAMPIRAN