Anda di halaman 1dari 17

PROJECT

PROPOSAL EVIDANCE BASE PRACTICE


PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN
PADA PASIEN HEART FAILURE (HF)

KELOMPOK

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JAKARTA

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang bersifat komplek dengan
karakteristik penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh (Smeltzer and Bare, 2010). Meskipun terapi dan
pencegahan telah mengalami kemajuan yang pesat, tetapi angka mortalitas dan
mobiditas pada penderita gagal jantung masih sangat tinggi dan kualitas hidup penderita
yang masih rendah (Savarese dan Lung, 2016).
Menurut WHO pada tahun 2016 memperkirakan sebanyak 41 juta orang
diseluruh dunia meninggal atau setara dengan 71% dari semua kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung (17, 9 juta), kanker (9,0 juta), penyakit pernafasan
kronis (3,8 juta), dan diabetes (1,6 juta) (WHO, 2020). Penyakit jantung masih menjadi
penyumbang kematian tertinggi di dunia dan ini diprediksi akan terus meningkat hingga
tahun 2030 (WHO, 2021). Sedangkan, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia
sendiri menurut Data Riskesdas juga mengalami peningkatan dari 25,8% (2013) menjadi
34,1% (2018) (RISKESDAS, 2018) dan menurut hasil data profil Kesehatan Indonesia
pada akhir desember 2020 menunjukan bahwa penyakit jantung merupakan penyakit
dengan kasus terbanyak yaitu sebanyak 11.592.990 kasus (KEMENKES, 2021).
Peningkatan prevalensi pasien gagal jantung akan menyebabkan perubahan pada aspek
fisik dan psikologis pasien.
Menurut penelitian Morgan, Barker, McGee, (2014) individu akan merasakan
konsekuensi dari gagal jantung dan tingkat emosinya cenderung tidak stabil. Tanggapan
tentang persepsi penyakit menunjukan pengaruh negatif terhadap emosional individu,
dimana individu menciptakan representasi kognitif dan emosional dari penyakit gagal
jantung, yang kemudian mempengaruhi pilihan dan keterlibatan dalam berbagai hal
untuk mengatasi, hingga pada akhirnya individu akan mengalami masalah psikologis.
Hal ini sejalan dengan penelitian Goodman, Firauzi, Banya, (2013) bahwa peningkatan
pemantauan diri dari waktu kewaktu pasien gagal jantung mengatakan keadaan
emosionalnya semakin buruk dan keyakinan bahwa penyakit yang dialami berada diluar
kendali. Individu gagal memahami kondisinya sehingga individu akan memikirkan hal-
hal yang kemungkinan akan terjadi pada dirinya. Dimana hal tersebut akan
menimbulkan masalah psikologis pada individu ( kecemasan, depresi, ketidakberdayaan
dan gangguan tidur ). Hasil penelitian yang dilakukan alfa jumatin kecemasan pada
pasien gagal jantung, 2021 menunjukan hasil yaitu kecemasan ringan 11% - 47.9%,
kecemasan sedang 28.8% - 54.4% dan kecemasan berat 32.6% - 52.8%. Dampak dari
kecemasan pada pasien gagal jantung yaitu depresi, mekanisme koping, kualitas tidur
dan kualitas hidup.
Kecemasan merupakan perasaan emosional pada individu yang tidak jelas yang
disertai dengan suatu perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan
ketidakamanan (Stuart, 2016). Kecemasan pada gagal jantung disebabkan karena pasien
sering mengalami kesulitan mempertahankan oksigenasi yang adekuat, sehingga
cenderung gelisah dan cemas karena sulit bernapas. Selain itu orang dengan gagal
jantung mengkhawatirkan kondisinya yang lemah, mengkhawatirkan penyakit mereka
sendiri, kinerja dan prognosis penyakit yang memburuk, metode pengobatan
selanjutnya, tingginya insiden pengobatan jangka panjang dan rawat inap kembali, biaya
yang akan di keluarkan, pertimbangan tentang kematian dan lamanya waktu
penyembuhan (Fitriyani, 2015).
Berbagai macam penelitian intervensi dilakukan untuk mengatasi kecemasan
seseorang seperti seperti terapi musik, farmakologikal, CBT, dan lain-lain. Namun
dengan banyaknya kasus individu yang mengalami kecemasan, intervensi yang
membutuhkan banyak tenaga, waktu, dan biaya, akan sangat sulit untuk mengatasi
penderita kecemasan tersebut secara maksimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
peneliti memilih terapi musik sebagai intervensi dalam mengatasi kecemasan
dikarenakan mudah dilakukan, dapat dilakukan secara klasikal dan memiliki berbagai
manfaat seperti menghasilkan perasaan rileks sehingga mengurangi gejalagejala yang
ada (Guétin dkk., 2009).
Dalam keperawatan telah banyak dikembangkan terapi nonfarmakologi untuk
mengatasi kecemasan, salah satunya adalah terapi musik yang merupakan terapi
pelengkap yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Selain itu,
penggunaan dari terapi musik ini dapat bermanfaat karena terapi musik merupakan salah
satu alternatif pilihan yang terbukti efektif untuk mengurangi kecemasan individu
(Gutiérrez & Camarena, 2015; Goldbeck & Ellerkamp, 2012; Tan dkk., 2010; Guétin
dkk., 2009; Bibb dkk., 2015; dan lain-lain).

Terapi music adalah intervensi non pharmakologis, non invasif dan dapat dilaksanakan
dengan mudah, terapi musik telah banyak digunakan dalam intervensi untuk mengatasi
kecemasan. Mekanisme yang mendasari adalah respon relaksasi fisiologis terhadap
musik, meningkatkan endorfin dan serotinin serta menurunkan aktifitas simfatik. Terapi
musik sangat efektif dalam menurunkan kecemasan pasien karena stimulan musik rata-
rata didominasi oleh gelombang delta, dimana gelombang ini mengindikasikan bahwa
kondisi otak sebenarnya berada dalam keadaan yang sangat relaks sehingga stimulan
musik dapat memberikan ketenangan, ketentraman, dan kenyamanan (Lestari, 2015).
Musik klasik menstimulasi pelepasan endorphine dan memberi efek relaksasi dan dapat
menurunkan stress dan kecemasan (Darmadi & Armiyati, 2019). Penelitian yang
dilakukan oleh korhan 2011 The effect of music therapy on physiological signs of anxiety
in patients receiving mechanical ventilatory support dengan sampel 65 pasien berusia
18-70 tahun, menerima dukungan ventilasi mekanis dan dirawat di unit perawatan
intensif, diambil sebagai sampel kenyamanan. Peserta diacak menjadi kelompok kontrol
atau kelompok intervensi, yang menerima terapi musik selama 60 menit. Musik klasik
dimainkan kepada pasien menggunakan media player (MP3) dan headphone. Subjek
memiliki tanda-tanda fisiologis yang diambil segera sebelum intervensi dan pada menit
ke-30, ke-60 dan ke-90 dari intervensi. Tanda fisiologis kecemasan yang dinilai dalam
penelitian ini adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik, denyut nadi, laju
pernapasan, dan saturasi oksigen dalam darah yang diukur dengan oksimetri nadi. Data
dikumpulkan selama delapan bulan pada tahun 2006-2007. Hasil.Kelompok musik
memiliki tingkat pernapasan yang jauh lebih rendah, dan tekanan darah sistolik dan
diastolik, dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan ini membaik secara progresif pada
menit ke-30, ke-60 dan ke-90 dari intervensi, menunjukkan efek dosis kumulatif.
Kesimpulan.Musik dapat memberikan metode yang efektif untuk mengurangi respons
fisiologis yang berpotensi berbahaya yang timbul dari kecemasan.

RSUD Pasar Rebo merupakan salah satu rumah sakit di Jakarta Timur yang
memiliki pelayanan jantung terpadu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan didapatkan data pada tahun 2022 ada sebanyak …kunjungan penderita gagal
jantung di Poli jantung dibandingkan pada tahun 2021 ada sebanyak ….kunjungan dan
banyak pasien mengeluhkan mengalami gangguan tidur sehingga kualitas tidur menjadi
buruk. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk
melakukan dan menerapkan evidence based nursing (EBN) terkait efektifitas terapi
music terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien heart failure (HF), sehingga
dapat digunakan sebagai acuan pemberian asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung dirawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.

1.2 Perumusan masalah


Gagal jantung merupakan sindrom klinik yang ditandai dengan sesak napas dan
kelelahan (saat istirahat atau aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung. gagal jantung juga didefenisikan sebagai sindrom klinik kompleks yang
disebabkan oleh disfungsi ventrikel berupa gangguan pengisian atau kegagalan pompa
jantung sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Individu akan
merasakan konsekuensi dari gagal jantung dan tingkat emosinya cenderung tidak stabil.
Tanggapan tentang persepsi penyakit menunjukan pengaruh negatif terhadap emosional
individu, dimana individu menciptakan representasi kognitif dan emosional dari penyakit
gagal jantung, yang kemudian mempengaruhi pilihan dan keterlibatan dalam berbagai hal
untuk mengatasi, hingga pada akhirnya individu akan mengalami masalah
psikologis( kecemasan, gangguan tidur, depresi dan ketidakberdayaan). Berdasarkan
fenomena tersebut maka peneliti ingin mengetahui “Efektifitas terapi musik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien heart failure (HF)?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tersusun Standar Prosedur Operasional (SPO) pelaksanaan EBNP therapi musik
untuk menurunkan kecemasan pada pasien heart failure (HF) berdasarkan hasil
riset terkini (Evidence Based Nursing Practice).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Teridentifikasi artikel yang menjadi sumber evidence base practice
nursing terkait therapi musik untuk menurunkan kecemasan.
1.3.2.2 Teridentifikasi kualitas artikel yang menjadi sumber evidance base
practice nursing terkait therapi musik untuk menurunkan kecemasan
1.3.2.3 Tersusun SPO keperawatan tehnik relaksasi “terapi musik untuk
menurunkan kecemasan “

1.4 Implikasi klinis


1.4.1 Klien

Sebagai therapi mandiri non fharmakologi yang pratis dan mudah pelaksanaanya
yang bisa diterapkan selain terapi farmakolgi dan dalam pengawasan medis
1.4.2 Perawat

Dapat digunakan sebagai intervesi keperawatan mandiri non fharmakologi untuk


mengurangi tingkat kecemasan pasien gagal jantung, sesuai evidance base
practice nursing
1.4.3 Pelayanan Kesehatan

Sumber informasi bagi penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan


management gagal jantung dan alternatif terapi yang dapat diberikan untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dan menjadikan
kualitas asuhan keperawatan lebih baik.
BAB II
PROSES EVIDENCE-BASE PRACTICE
2.1 Indentifikasi Potensial area EBNP
Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), Evidence-Based Practice
merupakan penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan
kesehatan. Sedangkan menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) menyatakan bahwa
Evidence Based Practice in Nursing merupakan penggunaan bukti eksternal, bukti
internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan berdasarkan pendapat para ahli di atas maka EBNP merupakan
standar yang digunakan dalam pelayanan kesehatan berbasis bukti ilmiah yang valid.
Pada EBNP dalam kaitannya dengan topik yang diangkat kelompok dapat menggunakan
standar berbasis ilmiah mengenai protocol terapi music untuk mengurangi kecemasan
pada pasien Heart Failure (HF). EBNP ini berpotensial dalam mengatasi kecemasan pada
pasien Heart Failure (HF) karena berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya cukup
banyak yang memberikan hasil yang bermakna positif artinya memengaruhi dalam
mengatasi kecemasan pasien, namun karena cukup banyak penelitian tersebut sehingga
perlu dilakukan penyaringan standar bukti berbasis ilmiah yang valid dan memiliki
kualitas yang baik sehingga layak untuk dijadikan acuan dalam menerapkan prosedur
pelayanan.

2.2 Pencarian evidence


Kelompok telah melakukan pencarian artikel terkait sebagai evidence based melalui
beberapa data based antara lain proquest dan pubmed. Adapun judul artikel yang
kelompok dapatkan sebagai berikut :

1. A Randomized Controlled Trial of Listening to Recorded Music for Heart Failure


Patients
a. Jurnal = Holistic Nursing Practice
b. Website Jurnal =
https://journals.lww.com/hnpjournal/Abstract/2016/03000/
A_Randomized_Controlled_Trial_of_Listening_to.7.aspx
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q2 (Quartil 2)
d. Penulis = Francesco Burrai 1, Wohaib Hasan, Daisy Fancourt, Marco Luppi, Salvatore
Di Somma, PhD
e. Tahun = 2016
f. Nomor ISSN = 08879311, 15505138
g. Sumber = Pubmed

2. Music Therapy as an Intervention to Reduce Blood Pressure and Anxiety Levels in Older
Adult With Hypertension
a. Jurnal = Research in Gerontological Nursing
b. Website Jurnal =
https://journals.healio.com/doi/10.3928/19404921-20220218-03
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q2 (Quartil 2)
d. Penulis = Mateja Lorber, Suzana Divjak
e. Tahun = 2022
f. Nomor ISSN = 19382464, 19404921
g. Sumber = Pubmed

3. Effect of Music on Quality of Life in Stable Angina: A Randomized Controlled Trial


a. Jurnal = Scientific Research Publishing
b. Website Jurnal = http://www.scirp.org/journal/ijcm
c. Akreditasi =
d. Penulis = Samitha Siritunga1*, Kumudu Wijewardena2, Ruwan Ekanayaka3,
Premadasa Mudunkotuwa4
e. Tahun = 2015
f. Nomor ISSN =
g. Sumber =
4. The Effect of Psychoterapy on Anxiety, Depression, and Quality of Life of Patients with
Heart Failure: A Randomize Clincal Trial
a. Jurnal = International Journal of Cardiovascular Sciences
b. Website Jurnal = https://ijcscardiol.org/
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q2 (Quartil 2)
d. Penulis = Mateja Lorber, Suzana Divjak
e. Tahun = 2021
f. Nomor ISSN = 2359-4802
g. Sumber =

5. Benefical Effects of Listening to Classical Music in Patient With Heart Failure:A


Randomized Controlled Trial
a. Jurnal = Journal of Cardiac Failure
b. Website Jurnal = https://www.onlinejcf.com/article/S1071-9164(19)31444-7/fulltext
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q1 (Quartil 1)
d. Penulis = Francesco Burrai 1, Giuseppe D Sanna 2, Eleonora Moccia 3, Francesco
Morlando 4, Eugenio R Cosentino 5, Virna Bui 5, Valentina Micheluzzi 3, Claudio
Borghi 5, Guido Parodi 3
e. Tahun = 2021
f. Nomor ISSN = 10719164, 15328414
g. Sumber = Pubmed

6. Music Intervention on Anxiety and Vital Parameters of Chronic Renal Patients: a


Randomized Clinical Trial
a. Jurnal = Revista Latino-Americana de Enfermagem
b. Website Jurnal =
https://www.scielo.br/j/rlae/a/wFS9SwP9W6tymF4LRfzBJzf/?lang=en
c. Akreditasi = Terindeks Sqopus Q2 (Quartil 2)
d. Penulis = Geórgia Alcântara Alencar Melo1 Andrea Bezerra Rodrigues2 Mariana
Alves Firmeza3 Alex Sandro de Moura Grangeiro4 Patrícia Peres de Oliveira5
Joselany Áfio Caetano6
e. Tahun = 2018
f. Nomor ISSN = 01041169
g. Sumber = Pubmed

2.3 Pengkajian kualitas artikel sumber evidence


Kelompok telah melakukan pengkajian kualitas artikel sumber evidence menggunakan
instrument AMSTAR (AMSTAR Guidance). Pada hasil pengkajian Amstar pada 2 artikel
yang kami telah lakukan analisis yaitu A Randomized Controlled Trial of Listening to
Recorded Music for Heart Failure Patients dan Music Therapy as an Intervention to Reduce
Blood Pressure and Anxiety Levels in Older Adult With Hypertension memiliki kualitas
yang rendah, sehingga artikel tersebut tidak layak dijadikan sebuah acuan standar prosedur
yang diberikan kepada pasien.
BAB III

CRITICAL APPRAISAL

Critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-


based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis
suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam
praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity,
importancy, dan applicability. Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat
bergantung dari disain penelitian dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah
kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut
layak atau tidak digunakan sebagai referensi. Kemaknaan secara statistik yang didapat
hendaknya juga dibandingkan dengan kemaknaan secara klinis (Crombie, 2022).

Artikel yang disepakati oleh kelompok berdasarkan AMSTAR Gudience yang


memiliki nilai tinggi adalah A Randomized Controlled Trial Of Listening to Recorded
For Heart Failure Patients, kelompok akan memaparkan Critical Appricial dari artikel
tersebut

3.1 Penilaian Validitas


Tujuan penelitian dari artikel A Randomized Controlled Trial Of Listening to
Recorded For Heart Failure Patients ingin mengetahui pengaruh mendengarkan musik
pada hasil tertentu seperti Quality of Life, gejala somatik, kualitas tidur,kecemasan,
depresi, perawatan diri, penggunaan layanan gawat darurat,tingkat rehospitalization,dan
semua kasus yang menyebabkan kematian.sedangkan desain penelitian menggunakan
desian multicenter ( dilakukan secara 6 bulan ) sehingga tujuan dari penelitian ini dapat
dijawab dengan disain penelitian.
Responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
intervensi, dijelaskan oleh peneliti, bahwa kelompok kontrol hanya mendapatkan
perawatan standar, perawatan standar yang dimaksud adalah konseling keperawatan dan
konseling medis, pendidikan perawatan diri dan pengobatan. Sedangkan kelompok
intervensi ( eksperimen ) selain perawatan standar pasien akan ditugaskan atau dilibatkan
langsung ke grup musik dan akan mendengarkan rekaman musik klasik, perawat yang
terlatih dalam protokol terapi musik aka mengedukasi pasien heart failure untuk
mendengarkan musik ang direkam, pasien akan dilatih selama fase pendaftarandan setiap
2 minggu akan dipanggil untuk memperkuatkepatuhan daftar putar musik. Pelatihan
tersebut adalah penjelasan tentang tentang bagaimana menggunakan Mp3, memilih rek
musik, menggunakan headphonemengatur volume, mengatur waktu periode
mendengarkan, dan kapan harus menelpon untuk meminta bantuan selama 3 bulan teapi
music berlangsung.
Proses randomisasi tidak disembunyikan oleh peneliti , peneliti langsung
mengelompokan responden kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berdasarkan acak dengan melakukan pendataan pasien heart failure, dan peneliti
menentukan berdasarkan kriteria inkusi serta kriteria ekslusi.dalam penelitian ini tidak
dijelaskan apakah ada pasien yang out sebelum penelitian selesai

3.2 Penilaian Important


Outcome dilaporkan dalam penelitian yang dilaporkan secara hasil primer dan
hasil skunder. Hasil primer mengukur quality of life menggunakan alat ukur Minnesota
Living With Heart Failure Questionnaire ( MLHFQ ), dan hasil sekunder mengukur
penggunaan layanan darurat, rawat inap kembali, kematian, perawatan diri, persepsi
somatik,persepsi status kesehatan, kualitas tidur, kecemasan dan depresi, keadaan
kognitif,penelitian ini menunjukan adanya bukti manfaat intervensi protokol musik pada
pasien gagal jantung yang dapat di integrasikan kedalam perawatan normal pasien gagal
jantung.
Secara hasil perbedaan bermakna dalam hasil penelitian ini tidak dijelaskan baik dari
kelompok eksperimen ataupun kelompk kontrol, hanya digambarkan secara umum
manfaat penelitian yang bisa memberikan dampak positif.
MLHFQ telah terbukti memiliki reliabilitas yang baik dengan dukungan
Cronbach ÿ koefisien (mulai dari 0,81 hingga 0,95) dan reliabilitas tes-tes ulang untuk
subskala fisik (0,91) dan emosional (0,92). Hasil sekunder Penggunaan layanan darurat,
rawat inap, dan kematian: Penggunaan layanan darurat, rawat inap, dan kematian akan
dievaluasi dengan wawancara telepon pada bulan pertama, kedua, dan ketiga selama
intervensi dan penilaian tindak lanjut pada bulan keenam setelahnya. pendaftaran. Pasien
dan pengasuh pada saat pendaftaran akan diminta untuk membuat buku harian dari salah
satu kejadian tersebut di atas. Persepsi somatik gejala gagal jantung Self-care pasien akan
diukur dengan Self-Care of Heart Failure Index versi 6.2 (SCHFI V.6.2). SCHFI v.6.2
merupakan kuesioner yang terdiri dari 3 skala yang mengukur self-care maintenance,
self-care management, dan kepercayaan perawatan diri. Skala pemeliharaan perawatan
diri memiliki 10 item dan mengukur seberapa sering pasien gagal jantung memeriksa
gejalanya (misalnya, edema pergelangan kaki) dan mematuhi farmakologis yang
direkomendasikan dan Survei Kesehatan Bentuk Pendek (SF-12) alat generik multi-item
yang mengukur QOL. SF-12 terdiri dari 12 item yang dikelompokkan dalam 2 dimensi:
Ringkasan Komponen Fisik dan Ringkasan Komponen Mental. Skor skala total dari
setiap dimensi SF-12 berkisar dari 0 hingga 100, dengan skor yang lebih tinggi
menunjukkan QOL yang lebih baik. SF-12 telah menunjukkan sifat psikometri yang
mendukung validitas, reliabilitas, dan sensitivitas dalam mengukur persepsi keadaan
kesehatan pasien.

3.3 Penilaian Applicable


Hasil penelitian ini bisa diaplikasikan dalam melakukan intervensi keperawatan
pasien heart failure untuk mengurangi dampak psikologis berdasarkan basis bukti
evidence base practise. Secara kondisi lingkungan tidak ada perbedaan untuk menerapkan
intervensi pengaruh musik dengan tujuan mengurangi kecemasan.
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN

4.1 Populasi, Sampel dan Sampling

4.1.1 Polpulasi

Dalam (Sudarma,2021, hal 25 ) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2001). Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan
manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto, 2006). Populasi merupakan semua anggota kelompok orang,
kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien heart failure yang mengalami
kecemasan ,Kelompok memutuskan untuk menggunakan uji T independent, dimana
responden akan dibagi kedalam 2 grup yaitu kelompok kontrol dan kelompok ekperimen.

4.1.2 Sampel

4.1.2.1 Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias pada
hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol yang ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti, kriteria sampel dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2017).
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).
Sedangkan menurut (Notoadmodjo, 2012), kriteria inklusi adalah kriteria
atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil atau dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah :
(1) Pasien dengan heart failure yang mengalami kecemasan
(2) Pasien bersedia menjadi responden.
(3) Pasien dengan heart faiure dalam rentang usia sebagai berikut:
a. < 20 tahun 56
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun
(4) Pasien heart failure (hf) yang kooperatif
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi karena suatu sebab/alasan (Nursalam,2017).
Kriteria eksklusi pada penelitian ini:
(1) Pasien tidak menyelesaikan intervensi terapi musik
(2) Pasien dalam keadaan gawat darurat.
(3) Pasien heart failure (hf) yang tidak mengalami kecemasan.

4.1.3 Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel,
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek
penelitian (Nursalam, 2017). Metode sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Nonpropability sampling dengan teknik purposive sampling atau
judgement sampling. Purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2017). Teknik
purposive sampling digunakan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini
memerlukan kriteria khusus yaitu ibu hamil dengan pre operasi sectio casaria,
sehingga sampel yang diambil akan sesuai dengan tujuan penelitian, dapat
memecahkan masalah penelitian dan dapat memberikan nilai yang lebih
representatif.

4.2 Tempat

4.3 Waktu

4.4 Alat dan Bahan

4.5 Standar Prosedur Operasional

4.5.1 Persiapan

4.5.2 Pelaksanaan Inovasi

4.6 Analisa Data


DAFTAR PUSTAKA

Crombie, lain k. (2022). the pocket guide to critical appraisal (second edi). wiley.

Sudarma, adiputra i made. (2021). stattistik keehatan teori dan aplikasi (K. Abdul (ed.); cetakan
1,). Yayasan Kita Menulis.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai