Anda di halaman 1dari 23

EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP


PENURUNAN FREKUENSI KEJANG PADA ANAK EPILEPSI
DI RUANG ANYELIR RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Disusun Oleh:

Dwi Oktaviana Putri: 31910…

KELAS B

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
JAWA BARAT
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Epilepsi didefenisikan sebagai kejang yang berulang, terjadi secara

tiba-tiba, karena lepasnya muatan listrik kortikal secara berlebihan.

Epilepsi mencakup sindroma klinis yang heterogen dengan karakteristik

tipe kejang dan penyebab yang berbeda-beda (Boer HM, Sander JW,

2008). Epilepsi merupakan gangguan saraf paling sering diderita oleh anak

(Fejerman, 2002; Silanpa et al., 2006). Karena tingginya faktor resiko

gangguan atau infeksi saraf pusat yang dapat menjadi fokus epileptik

(Boer dkk, 2008; Schachter, 2004).

Pasien epilepsi di negara maju meningkat, seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya. Pravalensi epilepsi pada

tahun 2008 sekitar 4- 10 per 1000 orang. Pada Negara berkembang angka

ini lebih tinggi yaitu 6 -10 per 1000 orang. Sementara untuk kasus baru

mencapai 40-70 per 100.000 orang di Negara maju dan mencapai angka

dua kali lipatnya di Negara berkembang. Sekitar 80% anak dengan

epilepsi tinggal di Negara berkembang (World Health Organization

(WHO) 2010). Menurut Rizaldi Pinzon (2007) insiden epilepsi pada anak

tinggi dan memang merupakan penyakit neurologis utama pada kelompok

usia tersebut. Bahkan dari tahun ke tahun ditemukan bahwa prevalensi

epilepsi pada anak- anak cenderung meningkat. Pada usia dewasa kejadian

epilepsi menurun karena cedera otak akut atau kejang akut

simtomatik(Arzimanoglov, dkk; 2004).


Nolan dkk (2004) dalam penelitiannya membuktikan bahwa

sebagian pasien epilepsi dapat hidup normal atau dengan gangguan

kognitif atau psikiatri ringan yaitu gangguan perhatian, gangguan memori

dan bahasa. Akibat gangguan tersebut banyak penderita epilepsi anak yang

tidak mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, yang dapat berakibat

jangka panjang seperti sulitnya mendapat pekerjaan dan stigma negatif

yang menetap sampai dewasa (Boer; 2008 ). Thompson dan Corcoran,

1992 (diambil Article Brain, 2010) mengatakan dalam studinya, 54% dari

700 orang dengan epilepsi mengalami masalah dengan daya ingat.

Gangguan daya ingat terjadi pada 20- 50% dari 400 pasien epilepsi anak

(Mustarsid, dkk; 2011). Dr. Meador (2014) dalam penelitiannya

melakukan survey pada pasien epilepsi sebanyak 425 pasien dengan

gangguan fungsi kognitif, 45% berfikir lambat, 44% kesulitan dalam

belajar, 59% penurunan daya ingat, 63% obat yang dikomsumsi. Desai

(2008) mengatakan pengaruh dari epilepsi itu sendiri dapat mengganggu

dalam memproses informasi menjadi ingatan yaitu proses patologis yang

mendasari terjadinya fokus epileptik, mengganggu secara langsung fungsi

otak yang berperan dalam proses terjadinya memori. Aktivitas kelistrikan

otak abnormal dari fokus epileptik juga akan mengganggu proses

pengolahan informasi menjadi suatu ingatan atau memori.

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan

daya ingat adalah pemakaian obat anti epilepsi. Obat- obat tersebut

menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang mengakibatkan penurunan


daya ingat terutama pada perhatian dan konsentrasi, serta lambatnya

proses pengolahan informasi di otak (Baker dkk, 2008). Dampak obat anti

epileptik terjadi dengan cara meningkatkan inhibisi yang berikatan dengan

reseptor Gama Amino Butyric Acid (GABA) memperpanjang waktu

membukanya Cl Channel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Pemakaian

jangka panjang dapat menimbulkan efek samping sedasi dan hipnosis yang

mengakibatkan gangguan perhatian jangka pendek, konsentrasi,

hiperaktivitas, depresi, dan pola tidur berubah ( Manford M, Gupta R,

2008). Gangguan daya ingat yang terjadi harus segera dideteksi untuk

selanjutnya dilakukan intervensi sehingga dapat memperbaiki atau

mencegah bertambah buruknya fungsi kognitif terutama pada gangguan

daya ingat (Roediger, 2007). Gangguan daya ingat pada penderita epilepsi

juga perlu dilakukan pencegahan sehingga tidak bertambah buruk.

Penatalaksanaan pada penderita epilepsi dengan gangguan daya ingat salah

satunya yaitu terapi nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi dapat kita

sebut dengan terapi komplementer. Pengobatan komplementer- alternatif

pada pasien epilepsi anak dengan penurunan daya ingat dapat kita lakukan

dengan terapi musik( Synder & Kreitzer, 2002).

Terapi musik juga dapat menstimulus daya ingat (Mireles &

Charness, 2002). Sejak awal sejarah manusia, musik menjadi peran yang

signifikan dalam hal penyembuhan manusia (Djohan, 2005). Musik selain

memiliki aspek estetika juga memiliki aspek teraupetik yang banyak

digunakan untuk membantu menenangkan, meyembuhkan, dan


memulihkan kondisi fisiologi ( Saing, 2007). Musik dapat menyentuh

individu baik secara fisik, psikososial, emosional, dan spiritual(Nilson

2008, Chiang 2012). Mekanisme musik adalah dengan menyesuaikan pola,

getar dan masa tubuh manusia. Vibrasi musik atau vibrasi energy yang

dapat mengaktifkan sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan

aktifnya sel-sel tersebut sistem kekebalan tubuh seseorang ikut aktif dan

meningkatkan fungsinya. Yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh

atau pola getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan bagi tubuh,

pikiran dan jiwa manusia(Andrzej, 2009). Getaran ini juga dapat

meningkatkan serotonin, perubahan emosi, organ, pertumbuhan hormon,

enzim, sel-sel, dan atom di tubuh(Berman, Snyder, Kozier, 2010).

Musik bersifat nonverbal sehingga lebih condong bekerja pada

hemisfer kanan. Musik tidak membutuhkan analisis yang membuat

hemisfer kiri bekerja, tetapi musik membantu otak kiri mendominasi untuk

meningkatkan proses belajar. Persepsi auditori dari musik bekerja di pusat

auditori di lobus temporal, yang akan mengirim sinyal ke telamus, otak

tengah, pons, amigdala, medulla dan hipotelamus (Heather & Kozier,

2010). Para ahli mengemukakan tentang cara kerja otak bahwa informasi

musik diproses oleh jaringan saraf yang luas, tempat wilayah-wilayah otak

yang berbeda bekerja bersama-sama untuk mengartikan hal-hal seperti

melodi, harmoni dan ritme” (Sheppard, 2007). Karena selain musik dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan, musik juga diketahui dapat

mempengaruhi proses kognitif. Menurut Herman (1996) anak akan


memperhatikan suatu informasi dan menyimpannya dalam memori jika

suasana diluar menyenangkan yang membuat ia berminat dan otaknya

terangsang untuk menyimpan informasi tersebut. Menurutnya ada tiga hal

yang mempengaruhi konsentrasi, yaitu kekuatan dari luar, macam

informasi dan kemauan.

Menurut Campbell (2002) musik klasik memiliki kemurnian dan

kesederhanaan serta memiliki nilai seni yang tinggi. Selain itu, musik

klasik memiliki irama, melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi, sehingga

mampu menstimulus dan memberi daya kepada daerah-daerah kreatif dan

motivatif dalam otak sehingga dapat merangsang daya konsentrasi. Dalam

terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan

yang ingin kita capai. Dr. Monty Satiadarma (2004) mengatakan ada

beberapa jenis terapi musik, yaitu terap musik klasik, terapi musik barok,

dan terapi musik nature sound. Terapi musik klasik dapat mengurangi

tingkat ketegangan emosi, memberikan efek pembangkit energi yang

sangat berbeda. Gerdner (2000) mengatakan musik dapat membuat

seseorang menjadi lebih baik, dengan melakukan terapi musik klasik pada

pasien demensia mengalami peningkatan pada daya ingatnya. Terapi

musik klasik juga dapat mengurangi stress pada seorang pasien depresi

(Brotons, 2000), dan mendengarkan musik dapat mengurangi kecemasan

dan membuat suasana hati menjadi tenang (Broersen 1995; Baird 2009).

Hasil studi kasus yang dilakukan di Ruang Anyeir RSUD Soreang

Kab. Bandung anak P dengan diagnosa medis epilepsi. Pada saat


pengkajian tanggal 30 desember 2019, ibu mengakatan bahwa An.P

menderita epilepsi sejak tahun 2017 saat usia klien 8 tahun. Ibu juga

mengatakan bahwa An. P pernah dirawat dengan masalah yang sama. Pada

tanggal 30 desember jam 02.00 An.P mengalami kejang selama 5 menit

disertai tidak sadarkan diri dan langsung dibawa ke rumah sakit. Ibu An.P

mengatakan bahwa akhir-akhir ini kejadian kejang sering terjadi akan

tetpai tidak separah pada jam dini hari tadi. Ibu An.P mengatakan bahwa

An.P dapat bersosialisasi dan belajar seperti anak pada umumnya akan

tetapi dengan penyakit yang dideritanya sekarang Ibu An.P mengatakan

khawatir dengan perkembangan An.P kedepannya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh terapi musik Mozart pada pasien anak dengan

epilepsi RSUD Soreang Kabupaten Bandung?

C. Tujuan

1. Tahap 1: Mengetahui informasi mengenai kebutuhan asuhan

keperawatan pada pasien dengan epilepsi berdasarkan wawancara

dengan anggota keluarga, perawat, tenaga kesehatan lain, rekam medis

dan observasi.

2. Tahap 2: Mengetahui rumusan PIOT mengenai terapi music mozart

pada anak dengan epilepsi yang digunakan untuk membantu

mengidentifikasi masalah keperawatan gangguan fungsi kognitif dan

resiko injury yang diakibatkan karena epilepsi sehingga proses


pencarian bukti/hasil penelitian lebih spesifik berdasarkan tujuan yang

akan dicapai.

3. Tahap 3: Mengetahui evidence atau artikel yang tepat yang akan

dijadikan bukti ilmiah pelaksanaan EBP terkait pasien dengan epilepsi.

4. Tahap 4: Mengetahui quality assesment/apraisal atau nilai dari hasil

penelitian/bukti yang didapat untuk menentukan hasil penelitian

tersebut merupakan hasil penelitian terbaik yang tidak akan

menimbulkan bahaya jika diterapkan.

5. Tahap 5: Mengintegrasikan hasil penelitian terbaik (jurnal) mengenai

pasien dengan epilepsi menurut pandangan ahli.


BAB II
PELAKSANAAN EBP

A. TAHAP I

Setelah dilakukan pengkajian melalui wawancara dan observasi di

Ruang Anyelir RSUD Soreang Kab. Bandung, didapatkan bahwa terdapat

pasien yang menderita penyakit epilepsi.

B. TAHAP II

P : Anak yang mengalami epilepsi

I : mendengarkan musik Mozart K488 selama 30 menit dilakukan setiap

hari selama 15 hari.

O : meningkatnya kemampuan daya ingat dan menurunkan frekuensi

kejadian kejang.

T : Selama 30 menit dilakukan setiap hari selama 6 bulan dan 2 jam

selama 15 hari

Jumlah yang
Query Waktu
ditemukan
Sumber : Scholar
Musik Mozart 1.019 17:21:56

292 17:29:04
Musik Mozart dan epilepsi

Musik Mozart terdahap daya ingat pada anak


dengan epilepsi 87 17:40:09

C. TAHAP III
Diagram flow proses pencarian

Jumlah artikel yang didapat

Pubmed & Scholar (n= 1.019)

Jumlah artikel yang di-exclude


(berdasarkan kriteria eksklusi)

(n=297)

Jumlah artikel yang di-exclude


Jumlah artikel yang layak
(berdasarkan kriteria inklusi)
(n = 87)
(n= 3)

Jumlah artikel yang masuk


dalam pengkajian

(n=2)
D. TAHAP IV

1. CASP Checklist

“Mozart K.448 Listening Decreased Seizure Recurrence And Epileptiform Discharges In Children With First Unprovoked
Seizures: A Randomized Controlled Study”
Respon Komentar
No Pertanyaan Fokus Tidak
Ya Tidak
dilaporkan

Section A: Apakah hasil studinya valid?

1 Apakah studi tersebut  Studi populasi Ya Studi ini menjelaskan masalah secara fokus karena
menjelaskan  Intervensi yang menjelaskan tentang pengaruh musik Mozart terhadap
masalahnya secara diberikan penurunan frekuensi dan peningkatan daya ingat akibat
fokus  Kelompok epilepsi intervensi yang diberikan yaitu mendengarkan
control/komparasi musik Mozart. Dalam studi ini terdapat 2 kelompok yaitu
 Hasil/ outcome kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasilnya adalah
adanya pengaruh musik Mozart terhadap daya ingat dan
penurunan frekuensi kejang pada anak dengan epilepsi.

2 Apakah pembagian  Bagaimana ini Ya Pengambilan sampel dengan tehnik random sampling dan
pasien ke dalam dilakukan terbagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok intervensi  Apakah alokasi kelompok kontrol. Penelitian ini tidak dilakukan secara
dan control dilakukan pasien dilakukan terbuka karena memberikan informed consent terlebih
secara acak secara tersembunyi dahulu pada responden.
dari peneliti dan
pasien

3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan Ya Responden yang terlibat dalam kelompok intervensi di
yang terlibat dalam lebih awal pantau selama 6 bulan melalui telpon dan tidak ada yang
penelitian dicatat  Apakah pasien berhenti lebih awal dan tertulis dalam kesimpulan
dengan benar dianalisis dalam
dikesimpulannya? kelompok untuk
yang mereka acak
4 Apakah pasien, Tidak Penelitian ini tidak blind karena sebelum dilakukan
petugas kesehatan penelitian, responden diberitahu terlebih dahulu tentang
dan responden pada prosedur penelitian.
penelitian ini ‘Blind’
terhadap intervensi
yang dilaksanakan?

5 Apakah waktu Ya Pada kelompok intervensi terapi musik Mozart diberikan


pelaksanaan untuk selama 30 menit sebelum tidur selama 6 bulan dan pada
setiap grup sama? kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun.

6 Selain intervensi Tidak Setiap grup diperlakukan berbeda karena pada kelompok
yang dilaksanakan, kontrol tidak diberikan intervensi apapun.
apakah setiap grup
dipelakukan
sama/adil?

Section B: Apa hasilnya?

7 Seberasa besar efek  Apa outcome yang Ya Hasil penelitian yang didapatkan diketahui secara signifkan
dari intervensi diukur? mampu menurunkan tingkat kekambuhan kejang pada
tersebut  Apakah hasil kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
dijelaskan secara kontrol. Dan pada kelompok intervsi setelah dilakukan
spesifik terapi terdapat 43 pasien memilki IQ normal dan pada
kelompok kontrol terdapat 2 pasien yang mengalami
penurunan IQ.

8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence Ya Intervensi tepat terbukti dari hasil penelitian yang
akurat efek limitnya menyebutkan bahwa terapi musik Mozart dapat menurunkan
intervensi? frekuensi kejadian kejang dan meningkatkan daya ingatan
pasien dengan penyakit epilepsi.

Section C: Akankah hasil membantu secara lokal?

9 Bisakah hasilnya  Apakah karakteristik Ya Bisa diterapkan, dengan syarat melakukan terapi secara
diterapkan populasi pasien sama dengan rutin dan patuh sesuai dengan anjuran terbukti dapat
lokal, atau di konteks tempat meningkatkan daya ingat dan menurunkan frekuensi
saat ini dilingkungan bekerja/populasi kejadian kejang pada pasien dengan epilepsi.
sekarang? anda?
 Jika berbeda, apa Jika dilakukan dengan cara yang tidak sesuai, maka anak
perbedaannya dapat mengalami kemunduran daya ingat dan resesiko
terkena injury dikarenakan kejadian kejang yang sering.

10 Apakah hasil  Apakah infomasi Ya Penting untuk dipertimbangkan karena metode yang
penelitian ini penting yang anda inginkan digunakan sangat mudah dan manfaatnya sangat baik dalam
secara klinis untuk sudah terdapat dalam membantu meningkatkan daya ingat dan menurunkan
dipertimbangkan? penelitian frekuensi kejadian kejang pada pasien dengan epilepsi..
 Jika tidak, apakah
akan berpengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak Ya Dalam melaksanakan intervensi ini tidak akan menimbulkan
sepadan dengan tercantum dalam bahaya jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat
bahaya dan biaya penelitian, bagaiman dan tidak memerlukan biaya yang banyak sehingga dirasa
yang dibutuhkan? menurut anda cocok untuk diterapkan sebagai fokus intervensi.
“Mozart's Music In Children With Drug-Refractory Epileptic Encephalopathies”

Respon Komentar
No Pertanyaan Fokus Tidak
Ya Tidak
dilaporkan

Section A: Apakah hasil studinya valid?

1 Apakah studi tersebut  Studi populasi Ya Studi ini menjelaskan masalah secara fokus karena
menjelaskan  Intervensi yang menjelaskan tentang pengaruh musik Mozart terhadap
masalahnya secara diberikan penurunan frekuensi dan peningkatan daya ingat akibat
fokus  Kelompok epilepsi intervensi yang diberikan yaitu mendengarkan
control/komparasi musik Mozart. Dalam studi ini terdapat 1 kelompok yaitu
 Hasil/ outcome kelompok intervensi. Hasilnya adalah adanya pengaruh
musik Mozart terhadap peningkatan daya ingat dan
penurunan frekuensi kejang pada anak dengan epilepsi.

2 Apakah pembagian  Bagaimana ini Ya Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling
pasien ke dalam dilakukan berdasarkan kriteria yang dibuat oleh peneliti
kelompok intervensi  Apakah alokasi
dan control dilakukan Penelitian ini tidak dilakukan secara terbuka karena
pasien dilakukan
secara acak memberikan informed consent terlebih dahulu pada
secara tersembunyi
responden.
dari peneliti dan
pasien
3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan Ya Responden yang terlibat dalam kelompok intervensi
yang terlibat dalam lebih awal sebanyak 11 pasien dan diberikan terapi musik Mozart 2
penelitian dicatat  Apakah pasien jam perhari selama 5 hari dengan total 30 jam. Responden
dengan benar dianalisis dalam terlibat sampai dengan akhir dan tidak ada yang berhenti
dikesimpulannya? kelompok untuk lebih awal.
yang mereka acak
4 Apakah pasien, Tidak Penelitian ini tidak blind karena sebelum dilakukan
petugas kesehatan penelitian, responden diberitahu terlebih dahulu tentang
dan responden pada prosedur penelitian.
penelitian ini ‘Blind’
terhadap intervensi
yang dilaksanakan?

5 Apakah waktu Ya Pada kelompok intervensi terapi musik Mozart diberikan


pelaksanaan untuk selama 2 jam perhari selama 5 hari dengan total 30 jam.
setiap grup sama?

6 Selain intervensi Tidak Setiap grup diperlakukan sama mendaptkan terapi selama 2
yang dilaksanakan, jam perhari selama 5 hari dengan total 30 jam.
apakah setiap grup
dipelakukan
sama/adil?

Section B: Apa hasilnya?


7 Seberasa besar efek  Apa outcome yang Ya Hasil penelitian yang didapatkan diketahui secara signifkan
dari intervensi diukur? mampu menurunkan frekuensi kekambuhan kejang sebesar
tersebut  Apakah hasil 50-75% pada kelompok intervensi.
dijelaskan secara
spesifik

8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence Ya Intervensi tepat terbukti dari hasil penelitian yang
akurat efek limitnya menyebutkan bahwa terapi musik Mozart dapat menurunkan
intervensi? frekuensi kejadian kejang pada penyakit epilepsi.

Section C: Akankah hasil membantu secara lokal?

9 Bisakah hasilnya  Apakah karakteristik Ya Bisa diterapkan, dengan syarat melakukan terapi secara
diterapkan populasi pasien sama dengan rutin dan patuh sesuai dengan anjuran terbukti dapat
lokal, atau di konteks tempat menurunkan frekuensi kejadian kejang pada pasien dengan
saat ini dilingkungan bekerja/populasi epilepsi.
sekarang? anda?
Jika dilakukan dengan cara yang tidak sesuai, maka anak
 Jika berbeda, apa
dapat mengalami kemunduran daya ingat dan resesiko
perbedaannya
terkena injury dikarenakan kejadian kejang yang sering.

10 Apakah hasil  Apakah infomasi Ya Penting untuk dipertimbangkan karena metode yang
penelitian ini penting yang anda inginkan digunakan sangat mudah dan manfaatnya sangat baik dalam
secara klinis untuk sudah terdapat dalam membantu meningkatkan daya ingat dan menurunkan
dipertimbangkan? penelitian frekuensi kejadian kejang pada pasien dengan epilepsi..
 Jika tidak, apakah
akan berpengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak Ya Dalam melaksanakan intervensi ini tidak akan menimbulkan
sepadan dengan tercantum dalam bahaya jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang tepat
bahaya dan biaya penelitian, bagaiman dan tidak memerlukan biaya yang banyak sehingga dirasa
yang dibutuhkan? menurut anda cocok untuk diterapkan sebagai fokus intervensi.

2. LAPORAN ANALISIS JURNAL

Jenis Skor
Penulis, tahun Tujuan penelitian Intervensi Hasil
Penelitian CASP

Lung-Chang Mengetahui Quasi- Pada kelompok Studi ini dilakukan di Department of Pediatrics, 10
Lin, Mei-Wen pengaruh pemberian experimental intervensi terapi musik Changhua Christian Hospital, Changhua, Taiwan pada
Lee , Ruey- Musik Mozart Mozart diberikan tahun 2014 yang berjumlah 48 yang terdiri dari 24
Chang Wei, terhadap penigkatan selama 30 menit responden kelompok intervensi dan 24 responden
Hin-Kiu Mok daya ingat dan sebelum tidur selama 6 kelompok kontrol.
and Rei-Cheng menurunkan bulan dan pada
Hasil penelitian yang didapatkan diketahui secara
Yang (2014) frekuensi kejadian kelompok kontrol tidak
signifkan mampu menurunkan tingkat kekambuhan
kejang. diberikan intervensi
kejang pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
apapun..
kelompok kontrol. Dan pada kelompok intervsi setelah
dilakukan terapi terdapat 43 pasien memilki IQ normal
dan pada kelompok kontrol terdapat 2 pasien yang
mengalami penurunan IQ.

Giangennaro Mengetahui Efek Quasi- Responden yang Studi ini dilakukan di , Department of Medicine and 10
Coppola a, mendengarkan experimental terlibat dalam Surgery, S. Giovanni di Dio and Ruggi d'Aragona
Hospital, University of Salerno, Italy tahun 2015 yang
Annacarmela musik Mozart, kelompok intervensi
berjumlah 11 responden. kemudian pengambilan sampel
Toro a , menurut metode sebanyak 11 pasien dengan tehnik purposive sampling berdasarkan kriteria
Francesca Tomatis, pada dan diberikan terapi yang dibuat oleh peneliti .
Felicia Operto kualitas tidur dan musik Mozart 2 jam Hasil penelitian yang didapatkan diketahui secara
a , Giuseppe gangguan perilaku, perhari selama 5 hari signifkan mampu menurunkan frekuensi kekambuhan
kejang sebesar 50-75% pada kelompok intervensi.
Ferrarioli a , termasuk dengan total 30 jam.
Simone Pisano Auto-/hetero-agresi, Responden terlibat
a , Andrea iritabilitas, dan sampai dengan akhir
Viggiano a , hiperaktif, dalam dan tidak ada yang
Alberto sekelompok anak berhenti lebih awal
Verrott (2015)
dan remaja dengan
restistensi obat anti
epilepsi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terapi musik mozart merupakan salah satu tindakan komplementer

yang dapat dijadikan sebagai intervensi keperawatan karena bersifat non-

farmakologis yang terbukti dapat menurunkan frekuensi kejadian kejang pada

anak dengan epilepsi. Terapi ini sangatv mudah dilakukan dan tidak perlu

memakan banyak biaya untuk menjalankan terapi ini, yang diperlukan

hanyalah kepatuhan dan dilakukan sesuai dengan aturan agar memberikan

efek yang maksimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi musik Mozart

dapat diterapkan sebagai tindakan komplementer yang harus dimasukan

intervensi keperawatan dalam mengatasi permasalah pada anak dengan

penyakit epilepsi

B. SARAN

Diharapkan profesi perawat atau profesi lainnya dapat menjalankan

perannya sebagai edukator (pendidik) dan pemberi asuhan keperawatan

khususnya kepada pasien dengan penyakit epilepsy dan orang tua pasien

umunya kepada masyarakat mengenai tindakan komplementer yang dapat

dilakukan dan memberikan manfaat bagi anak dengan penyakit epilepsi.

Diharapkan juga untuk instansi pendidikan khususnya keperawatan dapat

memberikan pelajaran tentang teknik non farmakologi lainnya untuk

mengembangkan terapi penurunan demam pada anak.


DAFTAR PUSTAKA

Brodie M.J., Schaster S.C, Kwan P., 2008. Fact Fast: Epilepsi 3rd edition. Health
Press Limited United Kingdom. pp: 37-84

Chang-ling, Lung. 2013. Mozart K.448listening Decreased Seiuzre Recurrence


and Epileptiform Discharge in Children with first unprovoked seizure: a
Randomized Controlled Study

Coppola Giangennaro, etc, 2015. Mozart's music in children with drug-refractory


epileptic encephalopathies. Journal Clinic of Child and Adolescent
Neuropsychiatry, Department of Medicine and Surgery, S. Giovanni
di Dio and Ruggi d'Aragona Hospital, University of Salerno, Italy

Desai JD. (2008). Epilepsy and cognition. J Pediatr Neurosci, 3, 1627

Djohan. ( 2005). Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.

________. ( 2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher.

Gardiner M. ( 1999 ). Moluculer Genetics Of Human Epilepsy. http: //www. Erm


cbcu.com.uk

Manford . (2013). Pratical Guide to Epilepsy. 9th Edition . Burlington: Butter


Worth Heinemann

Morgan A. (2006). Growing Up With Epilepsy. http:// www. Massgeneral. org (9


Agustus 2008)

Nolan MA, Redoblado MA, Lah S, Sabaz M, Lawcon JA, Cunningham AM,et al.
2004. Memory dysfunction in childhood epilepsy syndromes. J Pediatr
Child Health, 40, 207.

World Health Organization (WHO)., 2010. Epilepsy: The Disorder. Atlas


Epilepsy Care in The World. Geneva: WHO Library. pp: 15-21

Anda mungkin juga menyukai