Anda di halaman 1dari 10

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA USIA REMAJA

Peran Anggota Kelompok:

Rangga : Narator

Cep Rohmat : Pasien ( Doni ),

Memiliki karakter yang masih labil, berputus asa, tertutup.

Denden Gemaloka : Ayah Pasien ( Ayah )

Memiliki karakter yang bijaksana, penyabar, tegas menyampaikan pendapatnya

Nela Puri Handayani : Ibu Pasien ( Ibu )

Memiliki karakter yang penyayang, gampang panik dan khawatir

Gina Anggraeni : Perawat 1 ( Zr Gina )

Memiliki karakter yang ramah, teliti, cepat tanggap, berempati

Ahmad Gaos : Setan

Memiliki karakter jahat, suka menghasut

Rohmat Rohwandi : Perawat 2 ( Br Rohmat )

Memiliki karakter ramah, teliti, cepat tanggap, berempati

Imam Nurdiansyah : Perawat UGD ( Br Imam )

Nurlela : Perawat 3 ( Suster Lele )

Memiliki karakter yang cuek, judes, tidak berempati

Nana Sutisna : Dokter UGD ( dokter Nana )

Memiliki karakter yang cepat tanggap, lincah

Riyana Setiadi : Malaikat

Memiliki karakter baik, suka mengingatkan akan kebaikan

Durasi : 20 Menit
Kasus

Pasien Remaja berusia 17 tahun bernama Doni telah satu kali melakukan usaha bunuh diri
dengan cara menyayat pergelangan tangannya dan berhasil diselamatkan tepat pada waktunya.
Alasan bunuh dirinya, disebabkan pasien tersebut mengalami depresi karena ia tidak bisa masuk
ke universitas yang di cita-citakannya setelah mencoba tesnya berkali-kali. Pasien tersebut
merasa sangat putus asa dan kehilangan harapan. Padahal kedua orang tuanya sudah memberikan
dukungan yang sudah maksimal, baik itu dukungan mental, material dan maupun pendidikannya.
Karena perasaan bersalah yang ditimbulkan dan mengecewakan orang tuanya, tidak berhasil atas
kemampuannya sendirilah yang mengakibatkan pasien tersebut melakukan tindakan bunuh diri.

Skenario Jalannya Cerita:

Dirumah Pasien...

Doni : “Akhhh!! Tak lulus lagi. Udah berapa kali aku gagal ? Bikin malu terus bisa nya
aku ini... Udahlah duit habis, waktu habis, yang lebih penting Ibu sama Ayah pasti
sedih.. Mau jadi apa aku nanti... Ih, bodoh amat yah otak ni” (sambil menjenggut-
jenggut rambut).

Setan : “Hihihi... Bodoh, bodoh. Tak ada gunanya kau hidup, bawa malu saja bisanya.
Sudahlah, bunuh diri saja, semua masalah langsung beres. Hahahahaha.... “

: (muka sedih dan hampir menangis) ” Kasian Ibu sama Ayah... memang anak tak
Doni berguna... emang ada kayak aku ni, lebih baik aku mati”.

: “Sudahlah Doni, ingat Tuhan mu ingat ke dua orang tua mu.. apa kau mau di
Malaikat lemparkan ke neraka jika kau mati bunuh diri. Iiii sungguh miris nasib mu jika
begitu jadinya”.

: “Alaaa sediiih nya rasa hati ni.. pengen mati saja rasanya” (sambil membentur-
Doni benturkan kepala ke tembok )

: “Ah, betul tu. Mati saja lah kau sana... Pasti beban orang tua kau itu langsung
Setan hilang. Plong rasanya. Coba kau ambil cutter di meja sana tu. Kau sayat tangan
kau, tapi jangan setengah-setengah. Sayat kira-kira sampai kau pingsan lah. Jadi
tak letih lagi orang tua kau bayar rumah sakit kalo seandainya kau tu masih
selamat”.
(Doni lalu memandang cutter yang berada di atas meja dengan ragu..)

: “Astaghfirullah Doni, ingat sama yang diatas, ingat sama Allah. Jangan, Jangan
Malaikat Doni. Itu dosa besar”.

: “Sudahlah Doni, cepat sedikitlah. Kalo kau mikir lama-lama, nanti muncul pula
Setan setan yang cegah kau”.

(Doni pun kemudian beranjak pergi dan mengambil cutter. Tanpa pikir panjang
lagi, Doni pun lalu menyayat pergelangan tangannya)

Beberapa Menit kemudian...

: ( Menggedor pintu) “Nak, nak... Doni, bangun nak, sudah pagi nak. Cepat
Ayah bangun nak, bantu bapak betulkan atap kita yang bocor yok nak.
(Merasa tidak ada yang menjawab, ayah pun lalu membukan pintu)
(Ekspresi kaget dan panik) “Doni..., kau kenapa ni nak? Nak, nak, bangun nak.
Doni, Doni... Ya ampun nak, kenapa lah kau kayak gini...
(sedih dan kemudian memanggil Ibu) “Bu, bu, oo bu!! Coba kesini bentar, coba
kau liat anak kita bu”.

: (Datang sambil tergopoh-gopoh) “Kenapa sih pak? Astaghfirullah, nak, kau


Ibu kenapa nak?? Pak, kenapa dia ni pak??”

: “Lihatlah tangannya tu.. udah berdarah-darah dah. Nak, nak kenapa lah kau
Ayah kayak gini, cepat telpon ambulans bu”.

: “Iy, Pak. Tunggu bentar, Ibu ngambil Hp lok..”


Ibu (Setelah mengambil Hp dan menelpon ambulans, Doni pun dibawa ke rumah sakit
terdekat)

Setelah percobaan bunuh dirinya, remaja tersebut dibawa kerumah sakit untuk
dilakukan tindakan medis. Di ruangan IGD sudah langsung ditangani oleh dokter
jaga IGD dan perawat IGD telah terpasang infus ditangan kanan dan oksigen

Dr Nana : “ Selamat siang Ibu dan Bapak, anak anda membutuhkan 2 kantong darah,
dikarenakan kandungan hemoglobin di dalam darahnya kurang akibat banyak
kehabisan darah...”

Ayah : “ Baik dok... saya ingin yang terbaik untuk anak saya... saya ingin anak saya
sadar...”

Dr Nana : “ Baiklah pak... saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak bapak,
sekarang bapak tolong bantu mendoakannya”
Ibu
: “Nak... sadar nak” (sambil menangis tersedu-sedu)

Setelah pasien mendapat kan penanganan transfusi, penjahitan luka, penanganan


kegawat daruratan, observsi dan dilihat dari keadaan umum dan pemeriksaan
fisiknya akhirnya kondisinya pun stabil

Br Imam : “ Selamat siang,... ”

Datanglah perawat Imam yang bertugas shift siang, setelah operan dengan shift
pagi mengenai semua pasien yang ada di IGD. Dan Imam pun bertemu dengan
keluarga Doni

Br Imam : “ Selamat siang pak bu perkenalkan nama saya imam, perawat yang jaga siang,
bagaimana kabarnya hari ini ?” (tersenyum) (Teknik broad opening)

Ayah : (Tampak kebingungan) “Saya bingung pak, bagaimana apakah saya bisa
menggunakan BPJS disini, saya akan menyuruh saudara saya untuk mebuatnya ke
kantor BPJS”

Br Imam : “Oh... karena itu bapak merasa bingung ?” (kontak mata lebih dalam) (Teknik
Reflekting)

Ayah : “Iya pak.. saya mohon penjelasannya, tadi di pendaftaran tidak menjelaskannya”

Br Imam : “Baik pak, saya akan menjelaskan mengenai prosedur BPJS, bagaimana kalau
selama 5 menit dan kita bisa duduk di ruang sebelah untuk mejelaskannya ?”

Ayah : “Baik pak... saya setuju”

Mereka pun berlalu dan duduk di ruang sebelah

Br Imam : “Begini pak, BPJS kesehatan itu nama tempatnya dan nama programnya itu
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terdiri dari dua peserta yaitu bayar iur
terdiri dari Jamkesmas, Jamkesda, SKTM yang dibayarkan pemerintah dan non iur
pembayaran secara mandiri. Dan menurut peraturan yang ada bila kita membuat
kartu BPJS mandiri itu bisa aktif digunakan setelah 7 hari dari pendaftaran dan
untuk yang ditanggung pemerintah bisa aktif setelah 1 bulan terdaftar.
Pendaftarannya pun tak bisa diwakilkan oleh orang, lain dan semua anggota
keluarga harus ikut terdaftar” (Teknik giving information)

Ayah : “Oh begitu ya pak... terima kasih infonya, saya membuat pun tidak bisa langsung
digunakan...”

Br Imam : “Benar pak, namun jika bapak ingin membuatnya tetap ajukan saja dari sekarang,
kita tidak tahu kan.. keadaan kita bila tiba-tiba sakit atau kondisi yang tak
diinginkan...” (dengan nada sedikit tegas dan meyakinkan) (Teknik assertive)

Ayah : “Baiklah pak terima kasih banyak, besok saya sendiri akan ke kantor BPJS untuk
mendaftarkan semua keluarga saya..”

Br Imam : “Iya pak, saya setuju sekali kalau bapak mau mendaftar ke BPJS (Teknik offering
general leads) “jika bapak sudah paham... sekarang saya akan memeriksa tekanan
darah anak bapak, jika ada hal yang kurang dimengerti, bapak jangan segan
panggil saya... mari”

Setelah melakukan observasi beberapa jam kondisi pasien pun dinyatakan stabil,
meskipun belum sadar, dan bisa dipindahkan ke ruangan perawatan.
Perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri
dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik, psikologis pengetahuan dan cara
mengendalikan hambatan yang ada dalam dirinya sebelum menghadapi pasien.

Di Ruang perawatan ....

Ibu : “Aduh, nak, nak. Kasian dirimu.. pasti sakit kan nak. Janganlah kayak gitu lagi”.

Ayah : “Sudahlah bu. Anak kita lagi nggak sadar. Nggak mungkin dengar suara ibu”.

Ibu : “Iy pak, tau. Tetap aja sedih ngeliatnya kayak gitu”. (menutup muka dan mata
berkaca-kaca)

Zr Gina : “Assalamualaikum. Selamat Pagi Pak, Bu...” (tersenyum)


Br ohmat : “Assalamualaikum... (tersenyum)
Zr Lele : (hanya diam sambil meletakkan tangan kanan dan kiri ke dalam saku baju
dengan muka yang ketus)

Ayah & Ibu : “Waalaikumsalam, Selamat pagi....” (tersenyum)

Zr Gina : ”Perkenalkan pak, nama saya perawat Gina dan ini ada perawat Rohmat dan
perawat Lele, saya yang akan bertugas melakukan perawatan kepada anak ibu dari
jam 8 sampai dengan jam 2 siang nanti bu.
Bagaimana bu keadaan anak ibu? Apa belum masih menunjukan tanda – tanda
akan sadar? (Teknik broad opening)
Ayah : “Kata dokter tadi sih anak saya sudah tidak dalam kondisi kritis. Tapi, dari tadi
anak saya masih belum sadar juga. Kenapa ya ?”

Zr Gina : (Diam mendengarkan penuh perhatian) (Teknik diam) “Oh, baguslah kalau
begitu. Anak bapak sudah melewati kondisi kritisnya. Anak bapak masih belum
sadar mungkin karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh tim medis tadi saat
penjahitan lukanya. Baiklah pak bu, izinkan saya untuk memeriksa tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, suhu anak ibu kurang lebih selama 7 menit ke depan.
Bolehkah bu?. (Teknik active listening, Teknik giving information)

Ibu : “Oh, ya. Silahkan ....”

Zr Lele : ( Tergesa-gesa mengangkat handphone di saku baju yang berdering)


“Hallo mas Bram, aku tunggu di airport ya nanti sore, dah...“
(sambil berlalu meninggalkan kamar pasien)

Ibu : “Bagaimana ? Tanda-tanda vitalnya bagaimana? “

Zr Gina : “Oh, iya bu. Tadi saya sudah menghitung denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh
dan napas anak ibu. Semuanya normal kecuali tekanan darah anak ibu yang masih
agak rendah akibat kehilangan darah sewaktu dia terluka tadi. (Teknik giving
information)

Ayah : ”Wah gawat dong ya?”

Br Rohmat : “Tenang saja. Karena tadi telah melakukan transfusi darah, tidak lama lagi
tekanan darah anak ibu akan kembali normal kok pak”. (Teknik klarifikasi)

Ayah : “Oh, begitu ya.. Syukurlah”

Br Rohmat : “Iya, pak. Kalau begitu kami permisi dulu ya pak. Jika pasien atau keluarga ada
perlu, silahkan hubungi saya di ruangan perawat dengan menggunakan bel
disamping tempat tidur atau langsung datang keruangan, kami ingin bapak dan
keluarga merasa nyaman disini”. (Teknik offering sel)

Tak beberapa lama kemudian...

Ibu : (memencet bel berulang-ulang) sudah selama 3 menit

Zr Lele : ( mendengar bunyi bel dari ruang 4, namun perawat Lele memutus colokan
kabelnya karena merasa berisik dan dia meneruskan membuat lipatan
kassa sambil mengomel ) “ini pasien baru saja masuk sudah pencet-pencet bel,
rese.....!”
Ayah : ( bergegas ke ruang perawat, karena merasa perawat tidak ada yang datang juga
ke kamar) “ Permisi sus... bisa ke ruangan anak saya dulu untuk melihat
kondisinya ?”..

Zr Lele : “ Baik... pak, saya akan ke sana nanti “ (sambil pandangan mata ke bawah dan
tetap melanjutkan melipat kassa )

Waktu sudah berlalu 10 menit, namun perawat Lele tetap saja tidak kunjung ke
kamar pasien, dia tetap saja melanjutkan melipat kasa dan menonton televisi..
Kemudian Ayah yang tidak sengaja bertemu perawat Gina dan perawat Rohmat
yang baru keluar dari kamar lain dan segera memanggilnya..

Ayah : “Permisi ..., bisa lihat keadaan anak saya sebentar...

( Perawat Gina dan Rohmat pun segera bergegas...)

Ayah : “Ini anu... alhamdulillah anak saya sudah sadar”.

Zr Gina : “Oh, baguslah Pak.. Selamat siang saudara Doni, bagaimana kabarnya ?”
(tersenyum). (Teknik broad opening)

Doni : (Diam, dengan tatapan kosong)

Br Rohmat : “Bagaimana keadaan mu ?”

Doni : “Akkkkkkkhhhhhhh... jangan dekati aku. Aku tak mau diganggu (berontak)

Br Rohmat : “Tenang, tenang (sambil mengusap punggung Doni )


Saya tidak akan menyakiti mu...”

Doni : “Tidaaak!! Jangan sentuh aku. Keluar! Keluar dari ruangan ini sekarang...”

Ibu : “Tenang nak, tenang.... perawatnya hanya mau bicara.”

Zr Gina : “Iya betul. Kami cuma mau tahu kabar mu...” (lebih mendekat kepada pasien)

Doni pun menjadi sedikit tenang.

Br Rohmat : “Baiklah, karena saudara Doni sudah tenang, perkenalkan nama saya perawat
Rohmat dan ini perawat Gina.., di sini kami yang akan merawat saudara Doni.
Jangan segan sama saya, jika ada yang ingin saudara ceritakan keluh kesahnya
silahkan cerita kepada kami, kami siap mendengarkan dan semoga kami bisa
membantu” ( senyum ) (Teknik broad opening, Teknik exploring)
Karena keramahan perawat, perasaan Doni pun menjadi lebih tenang

: “Begini, saya depresi karena saya tidak pernah lolos di universitas yang saya
Doni favoritkan, saya sangat sedih sus, rasanya saya tidak akan bisa menggapai cita cita
saya, saya sangat berambisi untuk dapat menggapai cita cita saya. Saya stress....

Zr Gina : “Memangnya apa cita-cita Doni ?”(Teknik exsploring)

Doni : “Saya ingin menjadi Pilot sus. Karena biaya kuliahnya mahal, jadi saya coba ikut
tes di beberapa universitas yang menyelenggarakan beasiswa. Udah berapa kali,
Cuma gagal terus. Emang nasib, nasib”.

Zr Gina : “Oooh.. Doni ingin menjadi Pilot.. Kenapa? Apa alasannya? (Teknik exploring)

: “Begini sus, saya ingin membantu perekonomian keluarga. Dari kabar yang saya
Doni dengar, katanya pilot lebih mudah dapat uang banyak. Lagipula, saya juga bisa
sekalian mengajak keluarga saya jalan-jalan karena kami jarang berpergian. Itu
cita-cita saya dari kecil sus”.

Ibu : “Benar sus. Dari kecil anak saya memang bercita-cita jadi pilot. Mungkin
terpengaruh oleh pamannya yang telah sukses menjadi pilot”.

Ayah : “Iya, betul. Tapi ayah nggak nyangka kalo samapai segitunya kamu kepingin jadi
pilot. Sampai mau bunuh diri gitu, Nak...”

Br Rohmat : “Iya, Doni, cita-cita mu sangat bagus (Teknik giving recognition). Apa yang
kamu lakukan bukanlah jalan keluar yang terbaik. Walaupun itu cita-cita mu, tetap
saja hal itu hanya akan membuat kamu dan kedua orang tua mu menjadi lebih
susah. Sebaiknya, jika ada masalah, Doni dan keluarga harus bicara baik-baik, dan
Doni belajar untuk berpikir panjang atas resiko tindakan yang dilakukan..”(Teknik
giving information, Teknik menyimpulkan)

Doni : “Tapi sus, saya hanya ingin membahagiakan kedua orang tua saya. Pasti Ibu dan
Ayah kecewa sekali sama Doni”. ( sambil menunduk dan penuh penyesalan)

Ayah : “Jangan salah paham dulu nak. Ayah dan ibu, hanya menginginkan yang terbaik
buat Doni”.

Ibu : “Iya, betul nak. Jalan untuk menjadi sukses bukan cuma menjadi pilot saja. Orang
sukses adalah orang yang telah diridhoi oleh orang tuanya. Mungkin Doni kali ini
gagal, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan.
Doni : “Iya, Bu. Doni sudah sadar. Maafkan Doni ya Bu, Yah. Doni janji tidak akan
mengulangi perbuatan ini lagi dan akan terus berusaha untuk membahagiakan
Ayah dan Ibu. Walaupun tidak dengan menjadi pilot. Terima kasih sus, atas
nasehatnya”.

Zr Gina : “Iya, saudara Doni, sama-sama (tersenyum) Kalau begitu kami permisi dulu.
Semoga cepat sembuh. Dan untuk Bapak sama Ibu tolong awasi keadaan Doni,
dan apabila ada keperluan, silahkan pencet bel disamping tempat tidur, saya ingin
semuanya merasa nyaman disini ” (Teknik offering sel)

Ayah : “ Iya terimakasih sus.. oh iya sus, saya kurang suka sama perawat Lele.. dia acuh
tak acuh sama kami “. (dengan nada sedikit kesal) “ Kami memencet bel, dan saya
ke ruang perawat ternyata ada suster Lele tapi dia tak kunjung juga ke ruangan
kami, malah asik menonton TV ”

Zr Gina : “ Oh.. begitu ya Pak, baik Pak nanti kami akan bicarakan dengan perawat Lele,
dan sebelumnya kami minta maaf atas sikap perawat Lele itu. Permisi semuanya...

Malam harinya di rumah sakit...

Doni : “Aduh, belum ngantuk pula ni. Ibu lagi tidur, nggak usah dibanguninlah”.
( sambil mondar mandir melihat pemandangan di kaca jendela)
“ Alhamdulillah aku masih selamat. Coba aku pikir panjang ya, orang tua aku gak
perlu khawatir, uang gak habis buat biaya rumah sakit, aku gak perlu sakit lagi...”

Setan : “Bagaimana kalo coba bunuh diri lagi? Inikan di lantai 3. Loncat saja dari jendela
tu.. pasti langsung mati”.

Doni : “Apa aku bunuh diri lagi ya?? Aku keluar dari rumah sakit mungkin sekitar
beberapa hari lagi. Pasti menghabiskan banyak biaya lagi”. (sambil terus menatap
ke luar jendela )

Malaikat : “Jangan Doni.. jangan... Coba pikirkan lagi kedua orang tuamu... Kau terluka
saja, mereka sudah sangat bersedih. Apalagi bila kau mati?? Mereka bisa ikut
hancur. Ditambah lagi kau anak satu-satunya dan kesayangan mereka. Cobalah
perbaiki pemikiranmu itu..”

Doni : “Ah, tidak tidak. Aku harus berubah. Aku harus lebih memantapkan niatku untuk
bisa membahagiakan mereka. Aku tidak boleh tergoda lagi!”

Setan : “Akh!!! Tidakkk!! Aku gagal! Dasar Bodoh! Padahal tinggal sedikit lagi..”
Malaikat : “Rasain lu... Emang enak..”

Setelah 2 hari kemudian, saudara Doni pun diperbolehkan oleh tim medis untuk
pulang kerumahnya. Perawatan berjalan dengan baik, discharge planing sudah
dipersiapkan perwat dan dijalankan sesuai perencanaannya. Sementara suster Lele
dipanggil oleh kepala ruangan dan komite karena banyak pasien dan keluarga yang
mengeluhkan mengenai sikapnya, suster Lele pun menceritakan semua
hambatannya dan dibantu oleh rekan-rekan kerjanya akhirnya suster Lele dapat
memperbaiki sikapnya

Anda mungkin juga menyukai