Oleh Kelompok 6
A11-A
TAHUN 2020/2021
PEMERAN :
Perawat Yukcan : “Oh iya, kalau begitu saya disini akan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada adik dipta, mohon di jawab dengan
sebenar-benarnya ya dek.”
Perawat Yukcan : “Oh begitu, nah sekarang adik bisa ceritakan apa yang di
rasakan dalam tubuh dek dipta?”
Pak Hendra : “Ayo nak, ceritakan apa yang terasa sama susternya.”
Perawat Yukcan : “Baiklah, saya akan ukur suhu tubuhdek dipta, tolong
angkat ketiaknya ya.”(Yukcan memasukan termometer). “Coba
kita tunggu beberapa menit.”
Kemudian di dapat hasil pengukuran suhu tubuh pasien.
Perawat Yukcan : “Suhu tubuh dek dipta 38,9 ˚C melebihi suhu tubuh
normal, biasanya suhu tubuh normal 36,5-37,5˚C. Dek dipta
memiliki gejala demam tinggi, mungkin saya akan konsultasi dulu
ke Dokter Santri untuk penanagan pertama. Dokter Santri akan
datang 3 jam lagi, mungkin saya akan memberikan tindakan
keperawatan pertama, sekitar 20 menit lagi saya akan kembali.”
Pak Hendra : “Nak, minum dulu biar panasnya turun, bentar lagi
dokternya datang kok, sabar ya.”
Dipta (px) : “Nggak mau pak, nggak mau minum, mulut dipta pahit.
Pak, kita dapat uang darimana buat bayar biaya rumah sakit.
Semakin lama disini semakin mahal pak.”
Pak Hendra : “Kamu nggak usah mikirin soal itu, yang penting kamu
sembuh dulu nak, bapak bakal usahain buat dapatin biaya
pengobatan kamu.”
Dipta (px) : “Iya pak, Dipta mau minum biar kita cepat pulang dari
sini.”
Pak Hendra : “Saya kurang tau suster, soalnya dipta baru pertama kali
di rawat di rumah sakit.”
Perawat Yukcan : “Oh iya, kalau begitu saya akan melakukan test alergi
dulu ya pak, nanti hasilnya bisa di ketahui anak bapak alergi atau
tidak, apakah dek dipta bersedia?”
Dokter Santri : “Pak, nanti saya resepin obatnya, biar nanti suster nanik
aja yang memberikan obatnya ya pak.”
Pak Hendra : “Baiklah dok.”
Dokter Santri : “Bapak bisa ke ruangan saya sekarang?”
Pak Hendra : “Oh baik dok. Nanti saya ke ruang dokter.”
Pak Hendra : “Pemisi mbak, saya keluarga dari pasien dipta ruang
sahadewa, saya mau liat perincian dan jumlah biaya pengobatan
anak saya.”
Bagian adm : “Sebentar ya pak, saya cek dulu.”
Pak Hendra : “Iya mbak.”
Bagian adm : “ini pak, perinciannya.”
Bapak Samson: (melihat biaya perinciannya) “waduh, mahal sekali biayanya
mbak, kira-kira bisa di cicil nggak mbak?”
Bagian adm : “Maaf pak, ini sudah ketentuan dari rumah sakit jadi
nggak bisa, jadi kalau besok anak bapak masih di rawat, bayarnya
bisa besok.”
Pak Hendra : “Oh begitu mbak, saya permisi dulu ya, makasi.”
Bagian adm : “Iya pak.”
Perawat Yukcan : “Suster nanik, ini obat untuk pasien yang bernama dipta,
tolong berikan sekarang yaa, saya mau ke laboratorium dulu.”
Perawat Nanik : “Baik sus.”
Siang harinya, perawat nanik memberikan obat via bolus kepada pasien
dipta.
Perawat Nanik : “Selamat siang dek, sesuai dengan yang di bilang sama
suster yukcan tadi pagi, kalau siang ini saya akan memberikan
obat, nanti saya suntikan melalui selang infusnya dek dipta ya.”
Dipta (px) : “ahh, ga mau suster nanti sakit.”
Perawat Nanik : “ nggak sakit kok dek, kan nggak di suntik pake jarum,
nani jarum nya di lepas kok.”
Dipta (px) : “Suster bener ya nggak sakit.”
Perawat Nanik : “Yaudah suster suntik ya, ( saat di suntik ) tuh kan nggak
sakit suster ga bohong.”
Dipta (px) : “Iya sus nggak sakit, terimakasih sus.”
Perawat Nanik : “iya, selamat siang.”
Perawat Nanik pun kembali ke nurse station untuk mengisi di buku obat dan
melanjutkan tugas nya.
Perawat Yukcan : “Suster nanik, kamu sudah kasih obat nya sama pasien
dipta?
Perawat Nanik : “Sudah kok sus.”
15 menit kemudian, tubuh dipta mengalami kejang, bapak hendra panik dan
memanggil perawat.
Pak Hendra : “Suster, suster.” (dengan suara keras dan panik)
Dokter Santri yang kebetulan sedang berada di nurse station dan parawat
nanik dan yukcan datang ke ruangan pasien dipta.
Dokter Santri : “Iya sebentar ya pak, saya periksa dulu. (memeriksa obat
apa yang diberikan perawat nanik). Obat apa yang suster berikan
kepada pasien dipta?”
Perawat Nanik : “Saya berikan obat yang sesuai dengan resep dokter.”
Pak Hendra : “Saya tidak terima dengan kejadian ini, saya akan
menuntut rumah sakit ini, ini masalah nyawa.” (dengan suara tinggi)
Pak Hendra : “Saya tidak terima, saya akan bawa masalah ini ke ranah
hukum.”
Perawat Nanik : “Saya benar-benar mohon maaf atas kejadian ini pak.
Saya tidak bermaksud untuk mencelakai dipta.” (Menunduk dan
merasa bersalah)
Perawat Yukcan : “Maaf pak, mungkin masalah ini tidak perlu dibawa ranah
hukum, kami akan bertanggung jawab dengan semua kejadian ini,
kami pun sudah memberikan obat yang sesuai dan penetral atas
kejang-kejang tadi.”
Pak Hendra : “Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga nak, kamu tidak
apa-apakan?
Kemudian Dokter Santri memeriksa keadaan Dipta dan hasilnya baik. Lalu
dokter santri, perawat nanik dan yukcan berbincan – bincang.
Dokter Santri : “Pak, sekali lagi kita minta maaf atas kejadian ini.”
Perawat Nanik : “Iya pak, terutama saya. Bapak tidak akan membawa
masalah ini ranah hukum kan?
Pak Hendra : “Iya dok, sus. Saya tidak akan melaporkan masalah ini ke
pihak yang terkait, saya tadi cuma khawatir sama keadaan
anak saya.”