Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN KEPERAWATAN

(ROLEPLAY MANAJEMEN KONFLIK DI RSUD SANJIWANI GIANYAR)

Oleh Kelompok 6

A11-A

DEWA AYU PUTU SANTRIANI DEWI (17.321.2660)

GDE DIPTA DHIATMIKA (17.321.2663)

I KETUT RAJENDRA PATMA AGET W (17.321.2670)

LUH PUTU NANIK WIDIANTARI (17.321.2679)

NI KADEK CANDRA AYU SETYAWATI (17.321.2682)

NI KADEK KRISTIANI (17.321.2684)

NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI (17.321.2690)

PUTU INDAH SASMITHA (17.321.2708)

SHATNA NADILA BELLA (17.321.2709)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN 2020/2021
PEMERAN :

1. Dewa Ayu Putu Santriani Dewi : Dokter Santri


2. Gde Dipta Dhiatmika : Pasien
3. I Ketut Rajendra Patma Aget W : Orangtua pasien
4. Luh Putu Nanik Widiantari : Perawat Nanik
5. Ni Kadek Candra Ayu Setyawati : Perawat Yukcan
6. Ni Kadek Kristiani : Pemeran Pembantu
7. Ni Luh Gede Devi Yulistia Dewi : Pemeran Pembantu
8. Putu Indah Sasmitha : Bag. Administrasi
9. Shatna Nadila Bella : Bag. Administrasi
Pada suatu hari di RSUD Sanjiwani Gianyar, tepatnya ruang
sahadewa terdapat seorang pasien yang bernama Dipta anak dari bapak
Hendra yang berumur 18 tahun dengan gejala demam tinggi.

Salah satu seorang perawat yang bernama Yukcan di tugaskan untuk


melakukan pemberian obat intra cutan, sebelum di berikan obat antibiotik.

Yukcan : “Selamat pagi.” (sambil tersenyum)

Dipta (px) : “Pagi suster.”

Yukcan : “Perkenalkan saya suster candra yang akan bertugas di


ruangan ini. Apa benar dengan adik dipta?”

Dipta (px) : “Iya sus.” (sambil mengangguk)

Pak Hendra : “Iya benar suster, ini dipta anak saya.”

Perawat Yukcan : “Oh iya, kalau begitu saya disini akan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada adik dipta, mohon di jawab dengan
sebenar-benarnya ya dek.”

Dipta (px) : “Iya sus.”

Perawat Yukcan : “Tempat tinggal dipta dimana?”

Dipta (px) : “ Saya tinggal di Jalan Kecak No 10.a.”

Perawat Yukcan : “Adik dipta sudah bekerja?”

Pak Hendra : “ Kebetulan dipta sedang kuliah sus.”

Perawat Yukcan : “Oh begitu, nah sekarang adik bisa ceritakan apa yang di
rasakan dalam tubuh dek dipta?”

Pak Hendra : “Ayo nak, ceritakan apa yang terasa sama susternya.”

Dipta (px) : “Saya pusing suster, kepala saya berputar-putar tidak


karuan, badan saya panas dan terasa sakit dimana-mana. Saya
merasa tidak kuat suster.”

Perawat Yukcan : “Baiklah, saya akan ukur suhu tubuhdek dipta, tolong
angkat ketiaknya ya.”(Yukcan memasukan termometer). “Coba
kita tunggu beberapa menit.”
Kemudian di dapat hasil pengukuran suhu tubuh pasien.

Perawat Yukcan : “Suhu tubuh dek dipta 38,9 ˚C melebihi suhu tubuh
normal, biasanya suhu tubuh normal 36,5-37,5˚C. Dek dipta
memiliki gejala demam tinggi, mungkin saya akan konsultasi dulu
ke Dokter Santri untuk penanagan pertama. Dokter Santri akan
datang 3 jam lagi, mungkin saya akan memberikan tindakan
keperawatan pertama, sekitar 20 menit lagi saya akan kembali.”

Dipta (px) : “Iya suster, terimakasih.”

Perawat Yukcan : “Saya permisi dulu ya pak.”

Setelah perawat keluar ruangan, bapak Hendra menjaga Dipta dan


memberikan minum.

Pak Hendra : “Nak, minum dulu biar panasnya turun, bentar lagi
dokternya datang kok, sabar ya.”

Dipta (px) : “Nggak mau pak, nggak mau minum, mulut dipta pahit.
Pak, kita dapat uang darimana buat bayar biaya rumah sakit.
Semakin lama disini semakin mahal pak.”

Pak Hendra : “Kamu nggak usah mikirin soal itu, yang penting kamu
sembuh dulu nak, bapak bakal usahain buat dapatin biaya
pengobatan kamu.”

Dipta (px) : “Iya pak, Dipta mau minum biar kita cepat pulang dari
sini.”

Ketika Dipta dan Bapak Hendra lagi berbincang-bincang, tiba-tiba perawat


Yukcan datang memberikan obat melaui intra cutan.

Perawat Yukcan : “Permisi pak, maaf menunggu lama, sesuai dengan


kontrak kita tadi, dek dipta akan di beri obat antiobitik agar
panasnya turun, nanti sekitar 2 jam lagi dokternya akan memeriksa
keadaan dipta. Sebelumnya apakah dek dipta alergi obat
antibiotik?”

Pak Hendra : “Saya kurang tau suster, soalnya dipta baru pertama kali
di rawat di rumah sakit.”
Perawat Yukcan : “Oh iya, kalau begitu saya akan melakukan test alergi
dulu ya pak, nanti hasilnya bisa di ketahui anak bapak alergi atau
tidak, apakah dek dipta bersedia?”

Dipta (px) :” Baiklah sus.”

Setelah mendapat persetujuan dari pasien, maka perawat Yukcan pun


melakukan tindakan pemberian obat intra cutan.

Perawat Yukcan : (Perawat membersihkan daerah yang akan dilakukan


suntikan, kemudian daerah tersebut agak ditegangkan. Kemudian tindakan pun
dilakukan). “Bagaimana perasaan dek dipta?”
Dipta (px) : “Agak terasa sakit, suster.”
Perawat Yukcan : “Tidak apa-apa. Maaf ya dek, daerah yang tadi disuntik
saya lingkari dulu dengan spidol. Nanti sekitar 15 menit obat akan
bereaksi, daerah sekitar suntikan tersebut jika kemerahan berarti
tandanya adik alergi obat antibiotik.”
Dipta (px) : “Baik suster, terimakasih.”
Perawat Yukcan : “Kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan membereskan
peralatan dulu, nanti jika sudah ada hasilnya, segera panggil saya,
ya.”

Perawat Yukcan pun membereskan peralatannya, dan melakukan kontrak


waktu kembali. Setelah diketahui hasilnya, maka pasien bisa diberi obat
antibiotik atau tidak dengan alasan alergi.
2 jam kemudian Dokter Santri datang bersama perawat Nanik.
Dokter santri : “Selamat siang adik, saya Dokter Santri, tadi sudah di test
alergi belum sama susternya?”
Dipta (px) : “Sudah dokter. Ini disini dok.” (sambil memperlihatkan
tangannya)
Dokter Santri : “Nggak apa-apa, bagus, berarti ini tandanya tidak alergi.
Kalau begitu, saya periksa dulu ya.”
Pak Hendra : “Iya, dokter. Silahkan diperiksa.”
Dokter Santri memeriksa keadaan pasien Dipta sedangkan Perawat Nanik
membantu Dokter Santri.

Dokter Santri : “Pak, nanti saya resepin obatnya, biar nanti suster nanik
aja yang memberikan obatnya ya pak.”
Pak Hendra : “Baiklah dok.”
Dokter Santri : “Bapak bisa ke ruangan saya sekarang?”
Pak Hendra : “Oh baik dok. Nanti saya ke ruang dokter.”

Di ruangan Dokter, Bapak Hendra dan Dokter santri berbincang-bincang


mengenani penyakit Dipta.

Pak Henda : “Permisi dok.”


Perawat nanik : “Silahkan masuk pak. Duduk dulu ya pak, saya
panggilkan dokternya.”
Dokter Santri : “Begini pak, setelah saya periksa anak bapak mengalami
demam tinggi dan dehidrasi, jadi harus di rawat beberapa hari
untuk memulihkan kesehatannya, tadi resepnya sudah saya kasih
ke suster nanik.”
Pak Hendra : “Baik dok, kira-kira biayanya berapa ya dok?”
Dokter Santri : “ Kalau masalah biaya, bapak bisa konfirmasi ke bagian
administrasi dan yang paling penting sekarang kita pulihkan dulu
anak bapak.”
Pak Hendra : “Iya, dok.”
Perawat Nanik : “Baik pak, nanti saya akan memberikan obat ke anak
bapak ya pak.”
Pak Hendra : “Oh iya sus, saya mau ke bagian administrasi dulu.
Permisi.”
Bapak Hendra lalu pergi ke bagian administrasi untuk menanyakan masalah
biaya perawatan.
Tibalah Bapak Hendra di bagian administrasi.

Pak Hendra : “Pemisi mbak, saya keluarga dari pasien dipta ruang
sahadewa, saya mau liat perincian dan jumlah biaya pengobatan
anak saya.”
Bagian adm : “Sebentar ya pak, saya cek dulu.”
Pak Hendra : “Iya mbak.”
Bagian adm : “ini pak, perinciannya.”
Bapak Samson: (melihat biaya perinciannya) “waduh, mahal sekali biayanya
mbak, kira-kira bisa di cicil nggak mbak?”
Bagian adm : “Maaf pak, ini sudah ketentuan dari rumah sakit jadi
nggak bisa, jadi kalau besok anak bapak masih di rawat, bayarnya
bisa besok.”
Pak Hendra : “Oh begitu mbak, saya permisi dulu ya, makasi.”
Bagian adm : “Iya pak.”

Bapak Hendra meninggalkan bagian administrasi dan berjalan menuju


ruang perawatan anaknya. Sementara itu di nurse station perawat Yukcan
dan perawat Nanik sibuk melakukan pendokumentasian. Lalu suster
Yukcan bertanya kepada suster Nanik.

Perawat Yukcan : “Sus, bagaimana keadaan pasien yang bernama dipta?”


Perawat Nanik : “Setelah di lakukan pemasangan infus tadi, keadaannya
mulai berangsur membaik sus, soal pengobatan saya sedang
menunggu instruksi dari dokter Santri.”

Tiba-tiba Dokter Santri datang dan menginstruksikan perawat untuk


memberikan obat pada pasien Dipta.
Dokter Santri : “Permisi sus.”
Perawat Yukcan : “Iya, silahkan duduk dok.”
Dokter Santri : (Menuliskan resep untuk pasien dipta). “Sus, ini ya resep
untuk pasien dipta.”
Perawat Yukcan : “Baik dok.”
Dokter Santri : “Saya mau keruangan dulu, permisi.”

Dokter Santri kembali ke ruangan sedangkan perawat Yukcan, menyiapkan


obat untuk pasien Dipta.

Perawat Yukcan : “Suster nanik, ini obat untuk pasien yang bernama dipta,
tolong berikan sekarang yaa, saya mau ke laboratorium dulu.”
Perawat Nanik : “Baik sus.”

Perawat Nanik pun pergi ke ruang perawatan pasien Dipta.

Perawat Nanik : “Permisi pak. ”


Pak Hendra : “Iya suster.”
Perawat Nanik : “Pak, ini obat buat dipta, nanti di minumkan ke dipta
setelah makan ya pak.”
Pak Hendra : “Iya, terima kasih suster.”

Perawat Nanik kembali ke nurse station dan melakukan pendokumentasian.


Keesokan harinya, perawat Nanik dan perawat Yukcan kembali bertugas di
ruangan sahadewa.

Perawat Yukcan : “Gimana keadaannya hari ini dek? Tidurnya nyenyak


tidak?”
Dipta (px) : “Baik kok, tidurnya nyenyak suster. Suster, aku kapan
pulang?”
Perawat Yukcan : “Nanti ya, tunggu dokternya, obatnya di minum biar cepat
sembuh.”
Dipta (px) : “Iya suster.”
Perawat Yukcan : “Ya udah, nanti siang, suster nanik yang kasih obatnya.”
Pak Hendra : “Iya nak, tu dengerin susternya, biar cepat pulang.”

Siang harinya, perawat nanik memberikan obat via bolus kepada pasien
dipta.

Perawat Nanik : “Selamat siang dek, sesuai dengan yang di bilang sama
suster yukcan tadi pagi, kalau siang ini saya akan memberikan
obat, nanti saya suntikan melalui selang infusnya dek dipta ya.”
Dipta (px) : “ahh, ga mau suster nanti sakit.”
Perawat Nanik : “ nggak sakit kok dek, kan nggak di suntik pake jarum,
nani jarum nya di lepas kok.”
Dipta (px) : “Suster bener ya nggak sakit.”
Perawat Nanik : “Yaudah suster suntik ya, ( saat di suntik ) tuh kan nggak
sakit suster ga bohong.”
Dipta (px) : “Iya sus nggak sakit, terimakasih sus.”
Perawat Nanik : “iya, selamat siang.”

Perawat Nanik pun kembali ke nurse station untuk mengisi di buku obat dan
melanjutkan tugas nya.

Perawat Yukcan : “Suster nanik, kamu sudah kasih obat nya sama pasien
dipta?
Perawat Nanik : “Sudah kok sus.”

15 menit kemudian, tubuh dipta mengalami kejang, bapak hendra panik dan
memanggil perawat.
Pak Hendra : “Suster, suster.” (dengan suara keras dan panik)

Dokter Santri yang kebetulan sedang berada di nurse station dan parawat
nanik dan yukcan datang ke ruangan pasien dipta.

Pak Hendra : “Dok, bagaimana ini, kenapa bisa begini?”

Dokter Santri : “Iya sebentar ya pak, saya periksa dulu. (memeriksa obat
apa yang diberikan perawat nanik). Obat apa yang suster berikan
kepada pasien dipta?”

Perawat Nanik : “Saya berikan obat yang sesuai dengan resep dokter.”

Dokter Santri memeriksa kembali obat yang diberikan, setelah diperiksa


ternyata obat tersebut salah, dipta tidak terima dengan kejadian ini, dan
menuntut suster nanik serta rumah sakit yang dianggap keluarga suster
nanik sudah melakukan mal praktek.

Pak Hendra : “Saya tidak terima dengan kejadian ini, saya akan
menuntut rumah sakit ini, ini masalah nyawa.” (dengan suara tinggi)

Dokter Santri : “ Maaf pak, kami tidak bermaksud untuk melakukan


malpraktek atau semacamnya, tapi ini memang kesalahan saya dan suster saya.”
(marah)

Pak Hendra : “Saya tidak terima, saya akan bawa masalah ini ke ranah
hukum.”

Perawat Nanik : “Saya benar-benar mohon maaf atas kejadian ini pak.
Saya tidak bermaksud untuk mencelakai dipta.” (Menunduk dan
merasa bersalah)

Perawat Yukcan : “Maaf pak, mungkin masalah ini tidak perlu dibawa ranah
hukum, kami akan bertanggung jawab dengan semua kejadian ini,
kami pun sudah memberikan obat yang sesuai dan penetral atas
kejang-kejang tadi.”

Dokter Santri : “Benar pak, masalah ini bisa di selesaikan secara


kekeluargaan, bapak mohon tenang ya, obat penetral tersebut
sekarang sedang bekerja di tubuhnya dipta, dan kita tunggu
beberapa menit lagi hendru akan sadar pak.” (sambil memegang
bahu bapak hendra)

Pak Hendra : “(diam)”

Tiba-Tiba Dipta sadarkan diri dan memanggil bapak Hendra.

Dipta (px) : “Pak.” (dengan nada pelan)

Pak Hendra : “Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga nak, kamu tidak
apa-apakan?

Dipta (px) : “Aku tidak apa-apa pak.”

Kemudian Dokter Santri memeriksa keadaan Dipta dan hasilnya baik. Lalu
dokter santri, perawat nanik dan yukcan berbincan – bincang.

Dokter Santri : “Pak, sekali lagi kita minta maaf atas kejadian ini.”

Perawat Yukcan : “Kita minta maaf atas kelalaian ini ya pak.”

Perawat Nanik : “Iya pak, terutama saya. Bapak tidak akan membawa
masalah ini ranah hukum kan?

Pak Hendra : “Iya dok, sus. Saya tidak akan melaporkan masalah ini ke
pihak yang terkait, saya tadi cuma khawatir sama keadaan
anak saya.”

Setelah berbincang-bincang, bapak Hendra setuju tidak membawa masalah


ini kepengadilan/ranah hukum dan memilih cara kekeluargaan. Setelah
diberi pengobatan dengan obat-obatan yang sesuai, dipta bisa sembuh, dan
keluarga pun tidak perlu membayar biaya pengobatan dan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai